Anda di halaman 1dari 26

ABSTRAK

Pada kegiatan fieldtrip yang dilakukan di Sangkaropi, Kecamatan Sa’dan, Kabupaten

Toraja Utara, Sulawesi Selatan, laboratorium Kristalografi dan Mineralogi, didapatkan

endapan sulfida masif vulkanogenik dengan tipe kuroko “Bijih Hitam” yang merup

akan campuran muneral-mineral sulfida. Terbenttuk akibat sirkulasi konveksi panas dari

air laut yang masuk ke batuan volkanik yang panas. Pada endapan tersebut berhasil

diidentifikasi mineral sulfur, Pyrit, Galena, Azurit, Kalkopirit, Kaolin, Sphalerit,

Malachit, Kuarsa, Hematit dan Zeolit.

Kata kunci: Kristalografi, Mineral,

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terbentuknya suatu endapan mineral umumnya terbagi melalui dua

proses yakni endapan akibat proses mekanik dan endapan akibat proses

kimiawi. Salah bentuk endapan yang dihasilkan melalui proses kimiawi

adalah endapan sulfida masif vulkanogenik. Endapan ini juga terbagi

menjadi berbagai tipe yang salah satunya adalah endapan sulfida masif

vulkanogenik dengan tipe kuroko.

Endapan mineral (mineral deposits) adalah akumulasi atau konsentrasi

dari satu atau lebih mineral di kerak bumi yang bersifat ekonomis/beguna

untuk kepentingan manusia. Endapan mineral tipe Kuroko merupakan

endapan polimetalic stratabound tak termalihkan sampai termalihkan

lemah, yang secara genetik berhubungan dengan aktifitas volkanik bawah


laut selama periode Miosen, 13-13,5 juta tahun yang lalu. “Kuroko” berasal

dari bahasa jepang yang berarti “Biji Hitam”.

Endapan bijih di Daerah Sangkaropi diperkirakan merupakan tipe

Kuroko (bijih hitam), yang merupakan campuran mineral-mineral sfalerit,

galena, barit, kalkopirit, tetrahedrit, dan pirit. Genesisnya adalah terjadinya

sirkulasi konveksi panas dari air laut yang masuk ke batuan

volkanik yang panas.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud Jurnal ini dibuat untuk mengidentifikasi mineral yang

didapat pada daerah penelitian serta memiliki tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui endapan sulfida masif pada daerah penelitian

2. Untuk mengetahui pola mineralisasi pada daerah penelitian

3. Untuk mengetahui mineral-mineral yang terdapat pada daerah penelitian


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional

2.1.1 Geomorfologi Regional

Daerah penelitian merupakan salah satu daerah paling utara dari propinsi

sulawesi selatan ,menurut bemlen (1946) daerah tanah toraja ini termasuk lengan

selatan sulawesi selatan yang secara fisiografi terbagi dua bagian yaitu lengan

selatan bagian utara dan lengan selatan bagian selatan. Lengan selatan bagian

utara meliputi daerah poros tenggara barat laut yaitu palopo sampai ke pantai

barat muara sungai karama dan cekungan tempe pada sisi yang lain, kemudian

dilanjutkan dengan proses tenggara – barat laut dari muara sungai cenrana melalui

danau tempe sampai muara sungai sa’dan.

Pada umumnya daerah tana toraja adalah berupa perbukitan, pegunungan

dan hanya sebagiankecil yang merupakan pedataran dan lembah sempit. Daerah

tanah toraja berada pada ketinggian sekitar 600 – 2600 meter dari muka laut.

Letak topografi daerah ini di kontrol oleh jenis batuan, struktur geologi dan

proses geologi muda seperti erosi dan pelapukan. Daerah perbukitan dan

pegunungan di kontrol oleh batuan yang kompak dan resisten dan topografi karst

yang penyebarannya sempit mengikuti kontak sesar. Pada perbukitan yang

disusun batuan sedimen piroklastik, tidak begitu terjal dan relatif tumpul akihat

proses eksogen aktif berupa erosi yang bekerja cukup tinggi.


Bagian utara dari lengan selatan merupakan daerah pegunungan yang

memanjang antara majene sebagai pegunungan quarless. Puncak – puncak dari

pegunungan ini adalah gunung kalando, gunung sesean, dan gunung karua.

Daerah penelitian termasuk dalam satuan pedataran tinggi yang terletak di

bagian tengah mengarah ke timur, tepatnya di rantepao. Penyebarannya mengikuti

dataran banjir sungai saddan, diapit perbukitan dengan ketinggian 800 – 900

meter dari muka laut. Kemiringan lereng antara 0 o - 10o, lapisan penutup berupa

soil hasil residual batuan sekitar dan hasil longsoran.

2.1.2 Stratigrafi Regional

Menurut rab sukamto daearah sulawesi ini dapat dibagi mejadi tiga

mandala geologi, yaitu mandala sulawesi barat, mandala sulawesi timur serta

mandala banggai sula.daerah tanah toraja yang merupakan daerah di sulawesi

selatan termasuk kedalam mandala sulawesi barat.

Secara umum stratigrafi daerah tana toraja tersusun oleh bebberapa jenis

batuan seperti batuan sedimen, batuan gunung api batuan terobosan dan batuan

metamorf.,yang berumur kuarter – tersier. Ketebalannya belum dapat diketahui

sebab adanya pengaruh metamorfisme yang kuat pada batuan sehingga terjadi

perlipatan yang rumit. Umur batuan tersebut berumur kapur, serta termasuk dalam

formasi latimojong tet,

Batuan tertuanya adalah formasi latimojong (kl), lalu formasi toraja (tet),

dengan anggota rantepao (tetr) yang menindih tidak selaras dengan formasi

latimojong dengan batuan penyusun seperti serpih, serpih napal, batupasir kuarsa,

konglomerat, serta setempat – setempat batubara, tetl dengan batuan penyusun


batugamping, berdasarkan kandungan foraminiferanya maka formasi ini diduga

berumur eosen.. Formasi toraja tertindih tidak selaras dengan batuan gunung api

yang bersisipan dengan batugamping (tomg), tertindih tidak selaras dengan

formasi riau (tmr). Formasi riau tertindih tidak selaras dengan batuan gunung api

talaya menjemari dengan batuan gunung api adang (tma). Di bagian tengah

lembar tana toraja tersingkap tufa barufu (qbt), dengan batuan termuda berupa

endapan sungai (qal) dan endapan kipas alluvium (qaf).

daerah sangkaropi yang didominasi oleh deretan perbukitan disusun oleh

berbagai jenis batuan berupa material sedimen, material vulkanik , dan batuan

beku, serta batuan yang termetamorfisme,dengan umurt yang berbeda beda ,secara

stratigrafi pada daerah sangkaropi dapat dibagi atas beberapa satuan litologi,

yaitu:

Satuan aluvial, penyebarannya dijumpai sepanjang aliran sungai satuan

ini terdiri dari bongkah, kerikil, pasir yang.

Satuan ini berada pada daerah lembah lembah dari daerah penelitian.

Satuan batuan breksi tufa, satuan ini dicirikan oleh kenampakan fisik

batuannya dimana batuan ini tersingkap di permukaan dan mengalami pelapukan

yang disebabkan oleh cuaca (pelapukan fisika). Akibat dari cuaca lembab dari

daerah penelitian maka sering dijumpai longsoran – longsoran dari batuan tersebut

atau dari lanau yang mengalir dari puncak gunung atau dataran tinggi.

Satuan batupasir, penamaan satuan ini didasarkan atas kenempakan

fisik dari batuan tersebut, batuan ini tersingkap serta disisipi oleh batulanau dan

batulempung. Satuan ini hampir dijumpai disetiap tempat didaerah penelitian.


Andesit tuff – breccia, batuan ini terdiri dari tuffa andesit, breksi dan tuffa

lapili yang berhubungan dengan tufa pasiran, tufa halus, batulempung atau

mudstone dan batuan silisiklastik.

Batuan dasit, berwarna hijau dan merupakan alterasi dan dihasilkan oleh

acidic tuff breccia berupa lapisan aliran.

Acidic tuff, terdiri dari acidic tuff, brkesi tufa, breksi dan lempung

yang berwarna abu-abu sampai hijau terang dengan tekstur phaneritik. Breksi

disusun oleh fragmen dasit, granit, andesit dan pumis.

Pyroklastik andesit dan lava, terdri dari lava andesit dan pyroklastik. Lava

andesit berwarna hijau dengan struktur massive. Sedangkan pyroklastik andesit

merupakan breksi vulkanik dengan batuan siliklastikpyroklastik riolit dan

lava, struktur massive dan terdiri dari tufa riolit sampai tufa dasit, breksi dan

lava.

Batuan basalt, merupakan bagian luardari endapan sangkaropi yang

berwarna hijau keabu-abuan sampai hitam.

Serpih karbonatan, terdiri dari serpih dan batulempung yang berwarna

kecoklatan. Adanya intrusi batuan batuan beku berupa batuan yang bersifat

andesitik dan basaltic pada umumnya serta batuan samping pada daerah

sangkaropi menyebabkjan sehingga daerah ini cukup potensial untuk terjadinya

proses pembentukan mineral alterasi dan mineralisasi.

2.1.3 Struktur Geologi


Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa van bemelen (1949)

membagi lengan selatan pulau sulawesi secara struktur menjadi dua bagian, yaitu

lengan utara bagian selatan dan lengan selatan bagian selatan.

Struktur di lembar tana toraja adalah sesar normal dan sesar naik yang

berarah utama timur – selatan barat daya, barat - timur dan barat laut – selatan

menenggara.

Pada kala miosen bagian tengah – miosen akhir bagian atas terjadi

tektonik disertai kegiatan gunung api yang menghasilkan batuan gunungapi

talaya, tufa barufu. Batuan gunung api talaya tersusun oleh andesit – basalt yang

keatas susunannya berubah menjadi leucit basalt hingga terbentuk batuan gunung

api adang. Pada kala miosen tengah bagian akhir kegiatan gunung api di sertai

terobosan batholit granit mamasa dan granit kambuno menerobos batuan yang

lebih tua dan membawa larutan hidrothermal yang kaya akan bijih sulfida

tembaga di sangkaropi dan bilolo, disertai pengangkatan dan pensesaran berupa

sesar turun dam sesar naik berarah timur laut – selatan barat daya. Sejak plistosen

akhir daerah ini diduga daratan sampai terjadi aktivitas gunung api yang

menghasilkan tufa.

2.2 Mineralogi

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari

mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,

antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya,

cara terjadinya dan kegunaannya.


Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti

mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan dikacaukan dikalangan

awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organik (anorganik). Maka

pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli geologi perlu

diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk

definisinya

Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisis dan

kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada

umumnya anorganik, homogen, dapat berupa padat, cair dan gas .

Mineral adalah zat-zat hablur yang ada dalam kerak bumi serta bersifat

homogen, fisik maupun kimiawi. Mineral itu merupakan persenyewaan anorganik

asli, serta mempunyai susunan kimia yang tetap. Yang dimaksud dengan

persenyawaan kimia asli adalah bahwa mineral itu harus terbentuk dalam alam,

karena banyak zat-zat yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan mineral,

dapat dibuat didalam laboratorium.

2.3 Endapan Sulfida Masif Vulkanogenik

Endapan menghasilkan sulfida massif vulkanogenik adalah suatu jenis

pengendadan logam sulfida vong ada, terdiri terutama dari termbaga dan seng

yang berasosiasi dan berasal dari kejadian hidrotermal vultank dilingkungan kapal

selam endapan disebut pengendaan sulfida masif yang berada sekitar gunung

berapi; kebanyakan merupakan akumulasi staform dari mineral sulfida yang

terprestisipasi dari cairan hidrotermal diatas atau dibawah pada skala waktu

geologi adalah dari yang kuno hingga modern.


Endafan sulfida masif vulkanogenik yang terbentuk berada dilantai

samudra disekitar gunung berapa bawah laut sama dengan punggang tengah

samudra selain juga berada dicekungan besar , banyak perusahaan itu yanki

eksplorasi mineral saat ini sedang mengeksplorasi pengendapan sulfida masif

lantai samudra, meskipun begitu sebagian besar eksplorasi menjelajah dalam

mencari ekuivalen sedimen yang ada di darat. Endapan sulfida in dibedakan

dengan pengendapan karena terbentuk dekat dengan wilayah vulkanisme

submarine dan terbentur oleh sirkulasi hidrotermal. Tipe ini mewakili sumber

signifikan dari tembaga seng, timbal, emas sulfur, dll. Didominasi oleh

proses vulkanisme.

2.4 Pola Mineralisasi

Daerah sangkaropi berada di kabupaten toraja utara, provinsi sulawesi

selatan berjarak sekitar 330km di jebelah utara kota makassar dan 17 km timur

laut. Kota bentang pada busur magmatisme pala vulkanisme neogen, busur

endaran sulfixa masif vulkanogenik busur endapan sulfida masif vulkanogenik

indonesia. Mineralogi terdapat di areal pusat erupsi kadera dengan litologi breksi

landesitik- dasitik dan tufa sebagai hostrocks litologi lava bantal dike basaltik

serta intrusi granit juga termasuk endapan polimetalik dengan kelompok mineral

tembaga galena dan seng.

Pola mineralisasi sulfida masif sangkaropi μενgικuτι bentuk kaldera yang

miring melebar kebawah yang terbagi dalam dua lapiasan yaitu:


1. Lapisan bijih masif dan fragmental lapisan ini di tutupi oleh lapisan sulfida

lava dan breksi dasitik merupakan hasil replacement penuh terhadap breksi

dan bijih fragmentar merupakan replacement kurang sempurna sehingga

tekstur awal breksi masih terlihat lapisan ini mengandung stalerit, galena,

kalkopirit dan pirit serta barit.

2. Lapisan tubuh stocknork terdapat pada bagian bawah lapisan masif dan

fragmental merupakan hasil bresiasi cerobong chimney fragments. Tubuh

bijih ini juga pasi mengandung vein pirit, kuarsa, kalkopirit sfalerit dan

galena.

Karakteristik pola mineralisasi sangkaropi terdapat para fasies sentral

kaldera vang terbagi dua lapisan yaitu bijih masif vulkanogenik polimetalik pb-

zn-cu. Pada sistem submarine hidrotermal - back are rifting, bantuan intermediet-

asam andesit, asit, riolit, piroklastik dan seri sedimen.

2.5 Tipe Endapan Kuroko

Ada tiga prinsip lingkungan tektonik dimana endapan vians terbenntuk

masing-masing mewakili sebuah tahap dalam pembentukan kerak bumi kuroko

dapat diartikan sebagai bijih hitam yang terbentuk tipe sulfida masit vulkanogenik

polimetalik pb-zn-cu, endapan yang tipe endapan dimana berdasarkan seorang

pemburu vang hidup pada zaman edo yang bernama kuroko - endapan kuroko

terjadi dalam cekung tektonik aktif, terutama diwilayah yang mengalami suboksi

dimana lempeng samudra tenggelam dibawah lempeng.


Proses terbentuknya dimulai dari larutan hidrotermal panas mengandung

logam tersebut melalui rekahan kerak bumi. Ketika larutan tersebut mencapai

dasar laut suhu dan tekan berubah sehingga logam tersebut mengendap dan

membentuk endapan biji kuroko-endapan kuroko memiliki karakteristik unik

dimana bijih sulfida terkontaminasi dalam urat-urat tipis yang terletak

disulfida batuan induk.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian


Penelitian yang dilakukan di Daerah Sangkaropi, Kecamatan Sa'dan,
Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan di gunakan metode pengamatan serta
determinasi objek. Objek yang dalam hal ini adalah singkapan, batuan, serta
mineral pertama-tama diamati yang kemudian di sampling dan diakhiri dengan
determinasi sampling. Determinasi ini meliputi data singkapan, data litologi, data
geomorfologi, data struktur serta sifat fisik mineral.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam fieldtrip ini adalah :
1. ATK
2. Lup
3. Kantong sampel dan karung
4. Buku lapangan
5. Clipboard
6. Komparator
7. Palu
8. Kompas
9. Pensil warna
10. Kertas
3.3 Tahapan Penelitian
Adapun tahapan poenelitian ini adalah :
3.3.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan meliputs persiapan alat Sert senta bahan yang akan
digunakan, kemudian stuos li-iteratur yang dilakukan secara mandirs serta melalui
ke-glaman asistensi, selanjut nya melakukan penyelesaian Administrasi dan
persiapan keberangiatan
3.3.2 Tahapan pengamibilan data
Pada tahapan pengambilan data di lakukan metode pengambilan langsung
data dilapangan dengan disertai pencatatan data di buku lapangan dan kemudian
olah data.

3.3.3 Tahapan analisis datta


Pada tahapan ini dilakukan penyelesaian lembar kerja pelathan setelali itu
pendeskripsian litologs seluruh mineral yang di dapat kan
3.3.4 Tahapan pembuatan laporan
Pada tahapan ini dilakukan penyelesaian lampiran terlebih dahulu lalu
menyelesaikan semua bab yang terdapa pada laporan
3.3.5 Pengumpulan laporan
Pada tahap ini, laporan yang telah diselesaikam kemudian dikumpulkan
untuk mendapat penilaian.
PENDAHULUAN

STUDI LITERATUR

PERENCANAAN LAPANGAN

PENGUMPULAN
DATA/PENGUKURAN

ANALISIS DATA

PEMBELAJARAN PENGERJAAN
LKP LAPORAN

LAPORAN LAPANGAN
Studi Kandungan Mineral Dan

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Mineral
4.1.1 Mineral Pyrite

Mineral yang di jumpai pada stasiun 4 mempunyai warna lapuk kuning

kehitaman dengan warna segar kuning keemasan, mempunyai cerat berwarna

hitam dengan kilap logam, tidak terdapat belahan dengan pecahan even.

Kekekrasan mineral ini adala 2,5 skala mohs karena dapat di gores dengan kuku.
Mempunyai berat jenus 5,0-5,2 gr/cm 3, dengan sifat kemagnetaan feromagnetik,

derajat kejernihan opaque karena tiidak dapat mentransmisikan cahaya, tenacity

brittle, termasuk pada sistem kristal isometrik, mempunyai komposisi kimia FeS 2.

Termasuk Golongan mineral sulfida sehingga di sebut mineral pyrite.

Mineral ini terjadi pada vena hidrotermal yang terkait dengan beberapa

jenis endapam bijih, pirit sering dikaitkan dengan berbagai deposit batubara,

dimana ia terbentuk dari hasil dekomposisi bahan organik dan mineralisasi

selanjutnya.

Mineral ini dalam ilmu geologi sering di gunakan sebagai minerall

indikator dalam studi geologi dan mineralogi. Kehadiran serta karakteristik

mineral ini dapat memberikan informasi berharga tentang sejarah geologi, Mineral

ini sering ditemukan berasosiasi dengan unsur besi serta mineral lainnya seperti

kuarsa.

4.1.2 Mineral Azurite

Minetal ini di jumpai pada stasiun1,4,5 mempunyai warna lapuk biru

kecoklatan dengan warna segar biru. Mempunyai warna cerat berwarna biru,

dengan kilaap nonlogam, terdapat belahan dengan pecahan even. Berdasarkan


skala mohs, mineral ini mempunyai kekerasan 2,5 karena dapat di gores dengan

kuku, mempunyai berat jenis 3,83 gr/cm3, sifat kemagnetan diamagnetik, derajat

kejernihan opaque, tenacity brittle, sistem kristal monoklin, mempunyai

komposisi kimia Cu3 ( CO ) ( OH )2. Berdasarkan sifat fisik tersebut mineral ini

mempunyai nama azurite.

Mineral azurite terbentuk di bagian atas zona oksidasi deposit tembaga

dari reaksi antara air karbonat dengan mineral-mineral tembaga, atau antara

pelarutan tembaga dan mineral sulfat dan batugamping, mineral ini berasosiasi

dengan malakit, kalsit

Penggunaan mineral azurite dalam ilmu geologi ialah sebagai sumber bijih

tembaga yang akan menghasilkan koleksi perhiasan. Mineral ini termasuk mineral

dengan perpaduan warna yang sangat bagus.

4.1.3 Mineral Kuarsa


Mineral yang ditemukan di stasiun 4 mempunyai warna lapuk

coklat dengan warna segar putih. Mempunyai cetar berwarna putih dengan kilap

kaca. Tidak terdapat belahan, dengan pecahan konkoidal. Berdasarkan skala

Mohs, mineral ini mempunyai kekerasan 6,5-7, mempunyai berat jenis 2,65

gr/cm3, sifat kemagnetan diamagnetik karena tidak terdapat tertarik oleh megnet,

mempunyai derajat kejernihan translucent, tenacity brittle, sistem kristal

hexagonal, mempunyai komposisi kimia SiO2, termasuk golongan mineral silika.

Berdasarkan sifat fisik tersebut, mineral ini adalah kuarsa.

Mineral kuarsa terbentuk karena adanya aktivitas magmatisme, dimana

mineral kuarsa ini terbentuk dari pembekuan magma. Mineral kuarsa pada

temperatur 573°C dan sifat magma yang membentuk mineral kuarsa tersebut

masif bersifat cukup asam. Mineral ini berasosiasi dengan hampir seluruh mineral.

Mineral kuarsa mempunyai banyak kegunaan mulai dari pemanfaatan

dalam perusahaan pembuatan kaca, juga dalam peleburan logam. Selain itu, juga

dapat digunakan sebagai pengisi dalam pembuatan karet, cat, dan dempul.

4.1.4 Mineral Sphalerite


Mineral yang ditemukan pada stasiun 4 mempunyai warna lapuk hitam

kecoklatan dengan warga segar hitam, mempunyai warna cerat hitam dengan kilap

logam. Terdapat belahan, dengan pecahan univen. Berdasarkan skala Mohs,

kekerasan mineral ini adalah 2,5, mempunyai berat jenis 3,9-4,2 gr/cm 3. Derajat

kejernihan opaque, tenacity brittle, sistem kristal isometrik, mempunyai

komposisi kimia ( Zn, Fe )s, termasuk golongan mineral sulfida. Berdasarkan sifat

fisik tersebut, mineral ini bernama sphalerite.

Mineral sphalerite terbentuk pada lingkungan aktivitas hidrotermal atau

metamorfisme kontak telah membawa cairan panas, asam, dan mengandung seng

bersentuhan dengan batuan krbonat. Mineral ini berasosiasi dengan galena,

dolomit, kalsit, kalkopirit, pirit, dan pirhotit.

Mineral ini digunakan dalam pembuatan batu permata. Mineral ini juga

merupakan bijih seng yang paling utama dalam pembuatan utama seng logam,

atau speter membuat kuningan, dan dalam baterai dan listrik.

4.1.5 Mineral Galena


Mineral yang ditemukam pada stasiun 5 mempunyai warna lapuk abu-abu,

dengan warna segar hitam. Mempunyai cerat berwarna hitam, dengan kilap

logam. Terdapat belahan dengan pevahan univen. Berdasarkan skala Mohs,

mineral ini mempunyai kekerasan 2,5, berat jenis 7,2-7,6 gr/cm 3, sifat kemagnetan

feromagnetik, derajat kejernihan opaque, tenacity brittle, sistem kristal isometrik,

komposisi kimia PbS, termasuk golongan mineral sulfida. Berdasarkan sifat fisik,

mineral ini bernama Galena.

Mineral galena terbentuk ketika dikaitkan dengan aktivitas vulkanik atau

magmatik. Bersirkulasi melalui batuan dan mineral deposit saat dingin. Galena

dapat mengendap dari cairan hidrotermal ini ketika mereka bersentuhan dengan

batuan yang mengandung belerang. Mineral ini berasosiasi dengan kalsit,

dolomite, sphalerite dan pirit.

Mineral ini berguna dalam industri pengelolaan besi dan baja, terutama

bila terdapat unsur tembaga di dalamnya. Juga berguna untuk selubung kabel,

manufaktur mesin, galangan kapal.

4.1.6 Mineral Malakit


Mineral ini mempunyai warna lapuk hijau kecoklatan dengan warna segar

hijau, mempunyai cerat berwarna hijau, dengan kilap nonlogam. Terdapat belahan

dengan pecahan univen. Berdasarkan skala Mohs, mineral ini mempunyai

kekerasan 2,5, mempunyai berat jenis 4,0 gr/cm 3, Sifat kemagnetan paramagnetik,

derajat kejernihan opaque, tenacity brittle, sistem kristal monoklin, mempunyai

komposisi kimia Cu2 ( C03 ) ( OH ). Berdasarkan sifat fisik tersebut, mineral ini

bernama malakit.

Mineral ini terbentuk pada lingkungan kaya tembaga. Mineral ini

terbentuk melalui pelapukan dan oksidasi mineral tembaga primer, seperti

kalkopirit ( tembaga besi sulfida ) dan bornit ( tembaga besi sulfida ). Mineral ini

ditemukan biasanya bersama mineral azurite, chrysocolla, dan cuprite.

Mineral malakit benyak digunakan sebagai batu dekoratif yang berharga

dan dibuat untuk meja dan ornamen hias. Banyak digunakan sebagai perhiasan

seperti mata cincin, atau kalung. Juga berguna sebagai bijih tembaga atau koleksi

para kolektor.

4.1.7 Mineral Kalkopirit


Mineral ini mempunyai warna lapuk hitam kecoklatan dengan warna segar

kuning kilap, mempunyai cerat berwarna hitan dengan kuning kilap. Terdapat

belahan dengan pecahan even. Berdasarkan Skala Mohs, mineral ini mempunyai

kekerasan 3, berat jenis 4,2-4,3 gr/cm 3, sifat kemagnetan paramagnetik, derajat

kejernihan opaque, tenacity sectile, sistem kristal tetragonal, mempunyai

komposisi kimia Cu – FeS2, termasuk golongan mineral sulfida. Berdasarkan sifat

fisik tersebut, mineral ini bernama kalkopirit.

Mineral kalkopirit terbentuk melalui proses hidrotermal, dimana cairan

panas yang kaya akan logam meresap melalui batuan dan deposit kalkopirit

disepanjang fraktur, patahan, atau fitur struktural lainnya. Endapan kalkopirit

hidrotermal sering dikaitkan dengan aktivitas vulkanik atau pana bumi. Mineral

ini berasosiasi dengan garnet, amfibol, topaz, dll.

Mineral ini digunakan sebagai bijiih tembaga. Mineral ini digunakan

melalui proses penghancuran, penggilingan, dan flotasi untuk memisahkan

mineral tembaga dengan mineral gangue. Tembaga yang diekstrasi kemudian

dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk kabel listrik, pipa ledeng,

elektronik, dan bahan konstruksi.

4.1.8 Mineral Kaolin


Mineral ini mempunyai warna lapuk putih kecoklatan dengan warga segar

putih. Mempunyai cerat berwarna putih, dengan kilap nonlogam. Terdapat

belahan dengan pecahan uneven. Berdasarkan Skala Mohs, mineral ini

mempunyai kekerasan 2,5 , berat jenis 2,58-2,60 gr/cm3, sifat kemagnetan

paramagnetik, derajat kejernihan translucent, tenacity brittle, sistem kristal

monoklin, mempunyai komposisi kimia Al2 Si2 O5 ( OH )4, termasuk golongan

mineral silika. Berdasarkan sifat fisik tersebut, mineral ini bernama kaolin.

Mineral kaolin terbentuk melalui proses pelapukan dan proses altrasi

hydrotermal. Kaolin akibat pelapukan mempunyai mineral utama holoysit, dan

pada proses hydrotermal air panas dari dalam bumi naik ke permukaan melalui

celah pada batuan induk, mengubah feldspar, mika menjadi kaolinit. Mineral ini

berasosiasi dengan mineral seperti kalsit dan hematit.

Mineral ini dimanfaatkan pada industri kertas yang dapat mengisi pulp.

Reaksi antara kaolin dengan larutan asam sulfat akan menghasilkan larutan

alumunium sulfat.

4.1.9 Mineral Zeolite


Mineral ini mempunyai warna lapuk hijau kecoklatan dengan warna segar

hijau keputihan. Mmepunyai cerat berwarna putih, dengan kilap nonlogam. Tidak

terdapat belahan dengan pecahan even. Berdasarkan Skala Mohs, mineral ini

mempunyai kekerasan 2,5 , mempunyai berat jenis 22,4 gr/cm 3, sifat kemagnetan

paramagnetik, derajat kejernihan translucent, tenacitiy brittle, sistem kristal

tetragonal, mempunyai komposisi kimia Fe 2O3, termasuk mineral silika.

Berdasarkan sifat fisiknya, mineral ini bernama zeolite.

Secara geologi, zeolite terbentuk akibat proses sedimentasi debu vulkanik

pada lingkungan danau yng bersifat alkali (air asin), proses disgenetik

( metamorfosa tingkat rendah ) dan proses hydrotermal. Mineral ini biasanya

berasosiasi dengan mineral kuarsa dan mineral lainnya.

Mineral ini digunakan pada berbagai bidang seperti pada bidang pertanian

yaitu sebagai bahan ameliorasi, bahan campuran pupuk, bahan media tumbuhan

tanaman, dan penghilang bau

4.1.10 Mineral Sulfur


Mineral ini mempunyai warna lapuk kuning kecoklatan, dengan warna

segar kuning. Mempunyai cerat berwarna kuning dengan kilap nonlogam.

Terdapat belahan dengan pecahan even. Berdasarkan Skala Mohs, mineral ini

mempunyai kekerasan 2,5 , mempunyai berat jenis 2,0 – 2,14 gr/cm 3, sifat

kemagnetik diamagnetik, derajat kejernihan translucent, tenacity brittle, sistem

kristal monoklin, mempunyai komposisi kimia sulfur (S), termasuk golongan

mineral native elements. Berdasarkan sifat fisik tersebut, mineral ini bernama

sulfur.

Sulfur terbentuk disekitar ventilasi vulkanik dan fumarol, dari hasil

sublimasi aliran gas panas. Dapat juga terbentuk selama pelapukan mineral sulfat

dan sulfida. Berdasarkan sumber lain, mineral ini terbentuk akibat hasil reduksi

CaSO4 oleh karbon. Berasosiasi dengan mineral lain seperti anhidrit, aragonit,

kalsit, dan gypsum.

Mineral ini juga banyak dimanfaatkan diberbagai bidang salah satunya

pada bidang pertanian, mineral menjadi bahan dalam pembuatan pupuk sulfat dan

fosfat untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

4.1.11 Mineral Hematit


Mineral ini mempunyai warna lapuk coklat kemerahan dengan warna

segar coklat. Cerat pada warna ini berwarna coklat dengan kilap logam. Terdapat

belahan dengan pecahan even. Berdasarkan Skala Mohs, mineral ini mempunyai

kekerasan 3, mempunyai berat jenis 5,2 – 5,3 N/m 3, derajat kejernihan translucent,

tenacity sectile, sistem kristal hexagonal, mempunyai komposisi kimia Fe 2O3,

termasuk mineral hidroksida. Berdasarkan ciri fisiknya, mineral ini bernama

hematite.

Hematite banyak ditemukan sebagai mineral primer dan sebagai produk

alterasi dalam batuan beku, metamorf, dan sedimen. Mineral ini ini terbentuk

akibat pengkristalan selama proses diferensiasi magma atau prespisasi cairan

hidrotermal yang bergerak melalui massa batuan. Hematit juga dapat terbentuk

selama proses metamorfisme kontak ketika magma panas bereaksi dengan batuan

yang ada di sampingnya.

Mineral ini digunakan sebagai bahan utama pigmen yang digunakan untuk

cat, hiasan, glasir dan gambar gua awal di era paleotikum. Mineral ini seringkali

dimanfaatkan sebagai batu permata.


BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Endapan sulfida masif pada daerah penelitian tersebut adalah endapan
sulfida yang ditandai dengan bekas-bekas kejadian hidrologi serta proses lain dan
banyaknya mineral.
2. Pola mineralisasi daerah penelitian terjadi pada busur endapan sulfida
masif vulkanogenik dan mineralisasasi di daerah kaldera.
3 Mneral yang didapat pada daerah penelitian ialah sulfida, pirit, kalkopirit,
azurit, malasit, zeolit, kuarsa, hematit, galena

Anda mungkin juga menyukai