Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KANDUNGAN NIKEL LATERIT SEBAGAI TAMBANG NIKEL PADA

DAERAH ASERA KABUPATEN KONAWE


SELATAN SULAWESI TENGGARA
Ady Rieo Wahyu Mustiono
adyrieowm@gmail.com
Adyfa Ilham Ramadhan
ilhamramadhannx@yahoo.com
Departemen Teknik Geologi
Universitas Diponegoro

Abstrak

Ekplorasi mineral merupakan salah satu kegiatan untuk mendapatkan informasi dimana lokasi
suatu mineral, namun proses ekplorasi masih membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar
terutama dilakukan pada wilayah yang luas. Nikel laterit merupakan mineral bijih yang terbentuk dari
proses pelapukan lanjutan dari batuan ultramafik pembawa Ni-silikat yang terbentuk dalam suatu
singkapan tunggal. Penelitian dilakukan pada kecamatan Asera Kabupaten Konawe Utara Provinsi
Sulawesi Tenggara yang merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi tambang nikel. Tujuan
dari pemetaan analisis spasial adalah untuk mengetahui sebaran potensi nikel laterit dengan efesiensi
waktu, biaya dan tenaga yang relatif lebih sedikit dibandingkan survei langsung kelapangan. Penelitian
ini menggunakan analisis overlay dengan metode skoring, yaitu memberikan nilai atau bobot terhadap
masing-masing parameter potensi nikel laterit dengan Parameter yang digunakan yaitu kondisi geologi,
vegetasi, topografi, curah hujan dan iklim serta struktur geologi. Hasil analisis menunjukkan bahwa
didaerah asera potensi nikel laterit, dimana potensi tinggi dengan luas area yaitu 9.707,26 Ha atau
11,35% dari luas wilayah umumnya berada pada arah barat laut – tenggara.
Kata kunci : Nikel laterit, skoring, pemetaan analisis spasial, eksplorasi mineral.

I. Pendahuluan modal, mengurangi resiko kegagalan,


Nikel merupakan salah satu barang kerugian materi, kecelakaan kerja dan
tambang yang sangat berharga dan memiliki kerusakan lingkungan. Salah satu contoh
nilai jual tinggi di pasaran dunia karena tahap eksplorasi untuk menentukan endapan
memiliki manfaat yang begitu besar bagi nikel yaitu dengan analisis overlay dengan
kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan metode skoring serta dengan metoda
logam anti karat, campuran dalam pembuatan Resistivitas geolistrik .
stainless steel, baterai nickel-metal hybride Berdasarkan kondisi geologi, tatanan
dan berbagai jenis barang lainnya. Di stratigrafi Sulawesi Tenggara terdiri dari
Indonesia sendiri terdapat beberapa daerah fragmen benua, kompleks ofiolit dan molasa
penghasil nikel antara lain Pomalaa (Sulawesi Sulawesi. Kompleks ofiolit Sulawesi
Tenggara), Sorowako (Sulawesi Selatan), Tenggara adalah kompleks batuan ultra mafik,
Gebe (Halmahera), Tanjung Buli yang tersusun atas dunit, harzburgit, werhlit,
(Halmahera), dan Tapunopaka (Sulawesi lerzolit, websterit, serpentinit dan piroksinit
Tenggara). (Surono, 2013). Batuan induk bijih nikel
Pada kenyataannya keberadaan nikel sulawesi Tenggara berasal dari batuan
yang penyebarannya tidak merata dan suatu kompleks ofiolit. Dimana unsur nikel tersebut
saat habis tergali. Oleh sebab itu, diperlukan terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin
eksplorasi sebelum melakukan penambangan dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap
nikel. Ekplorasi adalah proses penyelidikan atom Fe dan Mg. Unsur nikel inilah apabila
untuk mengumpulkan data secara terperinci terendapkan atau lebih dikenal dengan
dan teliti tentang keberadaan sumberdaya pengayaan unsur nikel maka kadarnya bisa
alam pada suatu tempat. Sehingga dengan menjadi tinggi hingga diatas 2% nikelnya.
adanya tahap ini akan mengurangi jumlah
II. Geologi Regional pembentuk lajur ini di dominasi oleh
Pulau Sulawesi mempunyai luas sekitar batuan ultramafik dan mafik serta sedimen
172.000 km² (Bemmelen, 1949), yang pelagik. Batuan ultramafik terdiri atas
dikelilingi oleh laut yang cukup dalam. harzburgit, dunit, werlit, lerzolit, websterit,
Sebagian besar daratannya dibentuk oleh serpentinit dan piroksinit. Sementara
pegunungan (gunung Latimojong) yang batuan mafik terdiri atas gabro, basalt,
ketinggiannya mecapai 3.440 m. Seperti dolerite, mikrogabro dan amfobolit.
telah diuraikan sebelumnya, Pulau Sedimen pelagiknya tersusun oleh
Sulawesi batugamping laut dalam dan rijang
berbentuk huruf “K” dengan empat radiolaria. Radiolaria yang dijumpai di
lengan: Lengan Timur memanjang timur Lengan Timur menunjukkan umur
laut – barat daya, Lengan Utara Senomanian. Penarikkan umur mutlak
memanjang barat – timur dengan ujung K/Ar dari Sembilan Sembilan percontoh
baratnya membelok kearah utara – selatan, yang diambil dari Lengan Timur
Lengan tenggrara memanjang barat laut – menunjukkan umur Senomanian – Eosen.
tenggara, dan Lengan Selatan membujur Formasi Meluhu (Trjm), formasi ini
utara selatan. terdiri dari berbagai jenis batuan seperti
Geomorfologi Regional batu pasir, kuarsit, serpih hitam, serpih
Setidaknya ada lima satuan morfologi merah, filit, batu sabak, batu gamping, dan
yang dapat dibedakan dari citra IFSAR di batu lanau. Formasi ini berdasarkan fosil
bagian tengah dan ujung selatan Lengan Halobia sp. Dan Daonella sp, yang
Tenggara Sulawesi, yakni satuan dikandungnya diduga berumur Trias
pegunungan, perbukitan tinggi, Tengah hingga Trias Akhir, dan terbentuk
perbukitan rendah, dataran rendah dan dalam lingkungan laut dangkal hingga
karst dibawah ini merupakan perian secara laguna. Tebal seluruhnya diperkirakan
singkat dari kelima satuan morfologi mencapai 1000 m bahkan lebih. Satuan ini
tersebut. Satuan morfologi pebukitan menindih secara tak selaras Batuan
tinggi menempati bagian selatan Lengan Malihan Mekongga dan Batuan Malihan
Tenggara, terutama di selatan Kendari. Tamosi. Hubungannya dengan batuan
Satuan ini terdiri atas bukit – bukit yang ofiolit berupa sesar.
mencapai ketinggian 500 mdpl dengan Struktur Geologi Regional
morfologi kasar. Batuan penyusun Pulau Sulawesi pada umunya lineasi
morfologi ini berupa batuan sedimen terdapat pada batuan offiolit, dan batuan
klastika Mesozoikum dan Tersier. Satuan yang berumur lebih tua dari Miosen
morfologi pebukitan rendah melampar (satuan malihan). Batuan yang tergabung
luas di utara Kendari dan ujung selatan dalam Molasa Sulawesi, dan batuan
Lengan Tenggara. Satuan ini terdiri atas sedimen Kuarter jarang menampakan
bukit kecil dan rendah dengan morfologi lineasi. Arah utama lineasi yaitu barat laut
yang bergelombang. Batuan penyusun dan timur laut yang relatif sejajar dengan
satuan ini terutama batuan sedimen arah sesar utama yang berkembang
klastika Mesozoikum dan Tersier. dilengan tenggara (Sistem sesar lawanopo,
Stratigrafi Regional sesar konaweha, sesar lasolo dan sesar
Peta geologi Kecamatan Aseraberada kolaka). Oleh sebab itu, sangat mungkin
pada bagian utara Peta Geologi Lembar arah utama barat laut ini berhubungan
Lasusua-Kendari, Sulawesi (Rusmana dengan sesar utama tersebut.
dkk., 1993). Kompleks Ofiolit di Lengan
Tenggara Sulawesi merupakan bagian dari III. Dasar Teori
lajur ofiolit Sulawesi Timur. Batuan
Faktor yang mempengaruhi efisiensi Struktur geologi yang penting dalam
dan tingkat pelapukan kimia yang pada pembentukan endapan laterit adalah
akhirnya mempengaruhi pembentukan rekahan (joint) dan patahan (fault).
endapan adalah Iklim yang sesuai untuk Rekahan dan patahan ini akan
pembentukan endapan laterit adalah iklim mempermudah rembesan air ke dalam
tropis dan sub tropis, di mana curah hujan tanah dan mempercepat proses pelapukan
dan sinar matahari memegang peranan terhadap batuan induk. Selain itu rekahan
penting dalam proses pelapukan dan dan patahan akan dapat pula berfungsi
pelarutan unsur-unsur yang terdapat pada sebagai tempat pengendapan larutan-
batuan asal. Sinar matahari yang intensif larutan yang mengandung Ni sebagai
dan curah hujan yang tinggi menimbulkan vein-vein. Seperti diketahui bahwa jenis
perubahan besar yang menyebabkan batuan beku mempunyai porositas dan
batuan akan terpecah-pecah, disebut permeabilitas yang kecil sekali sehingga
pelapukan mekanis, terutama dialami oleh penetrasi air sangat sulit, maka dengan
batuan yang dekat permukaan bumi, adanya rekahan-rekahan tersebut lebih
secara spesifik curah hujan akan memudahkan masuknya air dan proses
mempengaruhi jumlah air yang melewati pelapukan yang terjadi akan lebih intensif.
tanah, yang mempengaruhi intensitas Reagen-reagen kimia adalah unsur- unsur
pelarutan dan perpindahan komponen dan senyawa-senyawa yang membantu
yang dapat dilarutkan, keefektifan curah mempercepat proses pelapukan. Air tanah
hujan juga penting. Suhu tanah (suhu yang mengandung CO2 memegang
permukaan udara) yang lebih tinggi peranan paling penting di dalam proses
menambah energi kinetik proses pelapukan secara kimia. Asam-asam
pelapukan. humus (asam organik) yang berasal dari
Geometri relief dan lereng akan pembusukan sisa-sisa tumbuhan akan
mempengaruhi proses pengaliran dan menyebabkan dekomposisi batuan,
sirkulasi air serta reagen-reagen lain. merubah pH larutan, serta membantu
Secara teoritis, relief yang baik untuk proses pelarutan beberapa unsur dari
pengendapan bijih nikel adalah punggung- batuan induk. Asam- asam humus ini erat
punggung bukit yang landai dengan kaitannya dengan kondisi vegetasi daerah.
kemiringan antara 10 – 30°. Pada daerah Dalam hal ini, vegetasi akan
yang curam, air hujan yang jatuh ke mengakibatkan penetrasi air lebih dalam
permukaan lebih banyak yang mengalir dan lebih mudah dengan mengikuti jalur
(run-off) dari pada yang meresap kedalam akar pohon-pohonan, meningkatkan
tanah, sehingga yang terjadi adalah akumulasi air hujan, serta menebalkan
pelapukan yang kurang intensif. lapisan humus.
Adanya batuan asal merupakan syarat Keadaan ini merupakan suatu petunjuk,
utama untuk terbentuknya endapan nikel dimana kondisi hutan yang lebat pada
laterit. Batuan asalnya adalah jenis batuan lingkungan yang baik akan membentuk
ultrabasa dengan kadar Ni 0,2-0,3%, endapan nikel yang lebih tebal dengan
merupakan batuan dengan elemen Ni yang kadar yang lebih tinggi. Selain itu,
paling banyak di antara batuan lainnya, vegetasi juga dapat berfungsi untuk
mempunyai mineral-mineral yang paling menjaga hasil pelapukan terhadap erosi.
mudah lapuk atau tidak stabil (seperti Air tanah terutama air permukaan
Olivin dan Piroksen), mempunyai mempunyai peran penting dalam proses
komponen- komponen yang mudah larut, pembentukan nikel laterit. Air tanah
serta akan memberikan lingkungan berperan untuk melarutkan unsur-unsur
pengendapan yang baik untuk nikel. kimia tanah yang membantu proses
pelapukan batuan induk, Selain sebagai sejajar dengan arah sesar utama daerah
pelarut air tanah juga berperan dalam penelitian yaitu sesar lasolo yang berarah
proses pengkayaan unsur-unsur barat laut. Keadaan topografi pada daerah
(enrichment) dalam pembentukan nikel penelitian sebagian besar terjal, namun
laterit dimana proses pengkayaan sangat pada kompleks offiolit, topografinya
membentuhkan naik turunnya air bervariasi yaitu mulai dari datar (0-2
permukaan. Waktu merupakan faktor derajat), landai (2-16 derajat) dan terjal
yang sangat penting dalam proses (>16 derajat).
pelapukan, transportasi, dan konsentrasi Data curah hujan dan iklim yang
endapan pada suatu tempat. Untuk didapatkan,pada daerah penelitian
terbentuknya endapan nikel laterit menunjukkan intensitas curah hujan dan
membutuhkan waktu yang lama, mungkin iklim yang tinggi yaitu 3257,86 mm/tahun
ribuan atau jutaan tahun. Bila waktu dan 25ºC.
pelapukan terlalu muda maka terbentuk Pada daerah dengan vegetasi tinggi
endapan yang tipis. Waktu yang cukup umumnya didominasi oleh hutan primer
lama akan mengakibatkan pelapukan yang dan hutan mangrove sedangkan pada
cukup intensif karena akumulasi unsur vegetasi kerapatan sedang dan rendah
nikel cukup tinggi. Banyak dari faktor masing-masing berupa perkebunan, rawa
tersebut yang saling berhubungan dan dan tanah terbuka.
karakteristik profil di satu tempat dapat Penampang Resistivitas pada
digambarkan sebagai efek gabungan dari daerah penelitian terdapat empat lintasan
semua faktor terpisah yang terjadi pengukuran ERT, yaitu lintasan N3,
melewati waktu, ketimbang didominasi lintasan N4, lintasan N5 dan lintasan N6.
oleh satu faktor saja. Ketebalan profil Lintasan pengukuran tersebut terletak di
laterit ditentukan oleh keseimbangan bagian barat – timur daerah penelitian.
kadar pelapukan kimia di dasar profil dan Setiap lintasan memiliki panjang 441
pemindahan fisik ujung profil karena erosi meter dengan spasi antar elektroda 7 meter
(Darijanto, 1986). dan menggunakan Konfigurasi Gradient.
IV. Metode Penelitian
Pada kajian ini dilakukan perumusan
masalah dasar yang berkaitan dengan
analisis kandungan nikel laterit sebagai
tambang nikel pada daerah pallangga
kabupaten konawe selatan sulawesi
tenggara. Kemudian, setelah itu dilakukan
dilakukan kajian pustaka melalui jurnal
resmi untuk menjawab masalah yang telah
dirumuskan.

V. Hasil dan Pembahasan


Daerah penelitian sebagian besar
merupakan kompleks offiolit, yang
tersusun atas batuan ultramafik yaitu,
harzburgit, dunit, werlit, lerzolit, websterit,
serpentinit dan piroksinit dan merupakan
asal pembentukan endapan nikel laterit.
Lineasi terdapat pada batuan offiolit
yang berarah utama barat laut dan relatif
yellow limonite adalah lapisan dengan
struktur yang halus dan mengalami
penurunan kadar unsur besi. Penentuan
tiap lapisan pada data bor dihitung
berdasarkan kadar nikel dan besinya. Pada
lapisan limonit memiliki kadar nikel dari
1,0% sampai dengan 1,4% dan kadar
besinya dari 40% sampai dengan 50%.
Lapisan saprolit memiliki kadar nikel dari
1,4% sampai dengan 1,8% dan kadar
besinya dari 30% sampai dengan 40%.
Lapisan bedrock memiliki kadar nikel
lebih besar dari 1,8% dan kadar besi lebih
kecil dari 30%. Batuan keras yang diduga
oleh para pengebor dilapangan adalah
bedrock, dan setelah dilakukan analisis
kimia lebih lanjut, maka batuan keras
tersebut memiliki persentase kadar nikel
dan besi sesuai untuk lapisan saprolit. Para
pengebor akan menghentikan pengeboran
ketika telah mencapai batuan keras dengan
ketebalan lebih besar dari 3 meter, karena
diduga batuan keras itu adalah bedrock,
tetapi pada kenyataannya bedrock yang
diduga pengebor adalah boulder yang
terdapat di lapisan limonit. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa lapisan pertama adalah lapisan
limonit, lapisan kedua adalah saprolit dan
lapisan ketiga adalah bedrock.
Hasil analisis menunjukkan potensi
Berdasarkan gambar di atas, terdapat
nikel laterit didaerah asera, dimana
tiga lapisan yaitu :
potensi tinggi dengan luas area yaitu
1. Lapisan pertama memiliki resistivitas
9.707,26 Ha atau 11,35% dari luas
160 - 700 ohm.meter.
wilayah umumnya berada pada arah barat
2. Lapisan kedua dengan nilai resistivitas
laut – tenggara, sedang yaitu 22.863,34 Ha
0 – 260 ohm.meter.
dan rendah yaitu 52.926,14 Ha. Luas
3. Lapisan ketiga dengan nilai resistivitas
daerah tersebut dapat di manfaatkan
300 -700 ohm.meter.
sebagai obyek pertambangan unsur logam
Berdasarkan data tersebut profil nikel
berupa nikel. Pada daerah penelitian
laterit di West Block, pada lapisan limonit
diketahui pula tidak sepenuhnya tersusun
terdapat boulder yang mengakibatkan
atas batuan ultrabasa yang merupakan
pembacaan resistivitas tinggi ( >400
cikal bakal terbentuknya nikel laterit,
ohm.meter). Hal ini sesuai dengan yang
dengan luas 179.658,02 Ha yang
ditunjukan pada lapisan pertama tiap
merupakan daerah tidak berpotensi (0-1,3)
lintasan yang memiliki resistivitas yang
menghasilkan nikel laterit
tinggi. Selain itu juga, terdapat lapisan
yellow limonite yang memiliki resistivitas
VI. Kesimpulan
rendah (50-200 ohm.meter) karena lapisan
Dari hasil penelitian didapatkan data-data
parameter yang menunjang pembentukan VII.REFERENSI
nikel laterit. Data parameter tersebut
kemudian dibuat penampang resistivitas [1]
menggunakan analisis overlay dengan
[2]
metode skoring. Hasil analisis pada
penampang resistivitas tersebut
menunjukkan bahwa pada daerah
kecamatan Asera terdapat potensi besar
keterdapatan nikel laterit. Potensi nikel
laterit tertinggi berada di wilayah arah
barat laut-tenggara dengan luas 11,35%
wilayah umunya atau sekitar 9.707,26 Ha.
Dengan luas wilayah dan keterdapatan
nikel laterit yang tinggi, wilayah tersebut
dapat digunakan sebagai obyek
pertambangan logam berupa
pertambangan nikel.

Anda mungkin juga menyukai