Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
ABSTRAK
Awal mula ditemukanya endapan emas pada Sungai Tahi Ite daerah Bombana berawal ketika seekor
buaya dengan permukaan kulit yang dilapisi pasir emas ditangkap penduduk Desa Tahi Ite,
Kecamatan Rarowatu, pada tahun 2008. Sejak saat itu, kabupaten yang terbentuk tahun 2003 dari
hasil pemekaran Kabupaten Buton ini terus diserbu pendatang (Iqbal E. Putra, 2015). Setelah diteliti
pada daerah tersebut ternyata penemuan endapan emas ini bersifat anomali dan unik karena di
Indonesia tidak umum ditemukanya cebakan emas pada batuan metamorf. Para Ahli Geologi
menduga bahwa endapan ini merupakan endapan emas orogenik karena daerah tersebut sangat
dipengaruhi oleh aktifitas struktur pada batuan metamorf yang merupakan batuan samping.
Berdasarkan data lapangan menunjukan bahwa endapan emas letakan berhubungan dengan
urat/uratan kuarsa dalam batuan metamorf, khususnya sekis mika dan metasedimen di daerah
tersebut. Urat/uratan kuarsa sekarang ditemukan di Pegunungan Wumbubangka, pada sayap utara
rangkaian Pegunungan Rumbia. Urat/uratan kuarsa yang tergerus dan tersegmentasi tersebut
memiliki ketebalan dari 2 cm sampai 2 m dengan kadar emas antara 2 sampai 61 g/t (Idrus dkk, 2011).
Tujuan dari studi ini adalah untuk memahami pola-pola mineralisasi, zona-zona alterasi beserta
karakteristik endapan emas orogenik. Terdapat tiga generasi urat pada daerah Bombana Sulawesi
Tenggara yaitu generasi pertama adalah urat yang sejajar foliasi. Sedangkan urat generasi kedua
adalah urat kuarsa yang memotong foliasi, memiliki kandungan mineral sulfide yang cukup dominan
serta memiliki kadar emas yang cukup potensi disebandingkan dengan urat generasi pertama. Urat
generasi ketiga yaitu urat kalsit-kuarsa, merupakan fase akhir dari endapan emas orogenik yang ada
di lokasi penelitian (Fadlin, 2012). Urat kuarsa tersebut, terbentuk yang khas secara fisik yaitu masif,
sigmoidal dan breksiasi. Endapan emas orogenik pada daerah ini berada pada zona epizonal-
mesozonal.
mineralogi, kimia, dan tekstur yang dihasilkan Dicirikan dengan hadirnya mineral klorit
dari interaksi larutan hidrotermal dengan bersamaan dengan mineral karbonat dalam
batuan yang dilaluinya pada kondisi fisika– bentuk uratan kalsit, berada tidak terlalu jauh
kimia tertentu (Pirajno, 1992). Beberapa faktor dari pusat urat kuarsa (Gambar 9).
yang berpengaruh pada proses alterasi
d. Karbonisasi (carbonization)
hidrotermal adalah temperatur, kimia, fluida,
konsentrasi dan komposisi batuan samping, Dicirikan oleh hadirnya lapisan mineral grafit
durasi aktifitas hidrotermal, dan permeabilitas. yang umumnya berwarna hitam dan yang
Namun faktor kimia dan temperatur fluida relatif sejajar foliasi.
merupakan faktor yang paling berpengaruh
(Browne, 1994 dalam Corbett dan Leach, Inklusi Fluida
1995). Inklusi fluida adalah material dalam bentuk
Proses hidrotermal pada kondisi tertentu akan fasa cair, gas, atau padat, berukuran mikro
menghasilkan kumpulan mineral tertentu yang yang terperangkap saat pertumbuhan kristal
dikenal sebagai himpunan mineral atau suatu mineral (Rodder, 1984). Inklusi fluida
mineral assemblage (Guilbert dan Park, 1986). adalah inklusi yang terperangkap sebagai zat
Hal ini menyebabkan kehadiran himpunan cair yang sebagian besar masih dalam bentuk
mineral tertentu dalam suatu ubahan batuan cairan pada suhu permukaan. Inklusi ini
akan mencerminkan komposisi pH larutan dan (terutama yang primer) terbentuk bersamaan
temperature fluida tipe alterasi tertentu. dengan mineral yang memperangkapnya,
Morrison (1995) menjabarkan mineral mineral sehingga karakteristik fisik/kimia dari larutan
hidrotermal yang menjadi penunjuk pembawa mineral tersebut akan mempunyai
pembentukan mineral yang terbentuk dari kemiripan dengan larutan yang terperangkap
alterasi batuan pada kondisi pH asam netral. sebagai inklusi fluida. Dengan demikian, inklusi
fluida dapat digunakan antara lain untuk
Idrus dkk, (2011) dan Fadlin (2012) membagi 4 mengetahui lingkungan fisika dan kimia
tipe alterasi hydrothermal yang terdapat pada pembentukan endapan bijih; suhu, tekanan,
daerah Wumbubangka yaitu Silisisikasi dan komposisi larutan hidrotermal,
(silicification), Alterasi argilik / clay±silica menentukan batas boiling, evolusi suhu dan
(argillic), Klorit-karbonat (chlorite-carbonate tekanan pada cekungan minyak bumi (khusus
alteration), dan Karbonisasi (carbonization). pada inklusi fluida yang mengandung minyak
bumi) dan membuat zonasi suhu pada
a. Silisisikasi (silicification)
eksplorasi geothermal.
Alterasi ini ditandai dengan terubahnya
Fadlin (2012) melakukan analisi inklusi fluida
mineral primer pada batuan samping
pada urat kuarsa dimana hasil analisi inklusi
terutama yang digantikan dengan mineral
fluida pada urat kuarsa yang sejajar foliasi
silika yang sangat dominan.
temperatur homogenisasi (Th) rata-rata
b. Alterasi argilik /clay±silica (argillic) adalah 221,9 oC, sedangkan temperatur
pelelehan (Tm) rata-rata yaitu -4,55 oC dan
Alterasi ini ditandai dengan hadirnya mineral
salinitas rata-rata adalah 7,17 wt,%NaCl
lempung (clay) yang dominan dengan mineral
ekuivalen. Pada conto urat yang memotong
mineral silika, berada di sepanjang zona urat
foliasi menunjukkan bahwa temperatur
kuarsa.
homogenisasi (Th) rata-rata adalah 188,40 oC,
c. Klorit-karbonat (chlorite-carbonate Temperatur pelelehan (Tm) rata-rata yaitu -
alteration) 2,62 oC dan Salinitas rata rata adalah 3,87
wt,%NaCl ekuivalen. Sedangkan hasil
pengukuran inklusi fluida pada conto urat
272
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
DAFTAR PUSTAKA
A. Idrus., Irzal. Nur., I W. Warmada., Fadlin.,2011.Metamorphic Rock-Hosted Orogenic Gold Deposit
Type as a Source of Langkowala Placer Gold, Bombana, Southeast Sulawesi.Jurnal Geologi Indonesia,
Vol. 6 No. 1 Maret 2011 : 43-49
Arifudin Idrus., Akira Imai., Andi Makkawaru., Kamrullah., I Wayan Warmada.,Irzal Nur,. Rohaya
Langkoke.,2009.Preliminary Study on Orogenic Deposit Type as a Source of Placergold at Bombana,
Southeast Sulawesi, Indonesia.Symposium Paper Kyushu
273
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Groves, D. I., Goldfarb, R. J., and Robert, F., 2003, Gold deposit in metamorphic belts: Overview or
current understanding, outstanding problems, future research, and exploration significance.
Economic Geology 98: 1-29.
Iqbal.E Putra, 2015, Emas Batuan Metamorfosis Bombana, Sebuah Anomali, Artikel Geologi Indonesi
diterbitkan online.
Maulana,Adi.,2015. Buku Ajar Endapan Mineral .Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin,
Makassar
Pasomba, I., 2015. Studi tentang Karakterisrik Vein Kuarsa Pada Derah Bombana Sulawesi Tenggara.
Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin, Makassar.
TABEL
Tabel 1. Karakteristik vein kuarsa daerah Bombana (Pasomba, 2015)
274
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Tabel 2. Hasil Analisi XRF (X-ray flourence) urat kuarsa pada sekis mika di daerah Wumbubangka
(Idrus dkk, 2011)
GAMBAR
Gambar 1. Peta geologi Langkowala Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara Formasi
Langkowala (Tml) dan Batuan Metamorf Paleozoikum Kompleks Pompangeo (Mtpm) sebelah selatan
gunung Wumbaka dan Rumbia ( Simandjuntak et al, 1993).
275
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 2. Kenampakan satuan bentangalam pegunungan terjal di foto dari daerah PT. Panca Logam
Makmur disekitar stasiun 5 pada arah N 168o E.
Gambar 3. Kenampakan satuan bentangalam pedataran di foto dari daerah PT.Panca Logam Makmur
disekitar stasiun 4 pada arah N 56o E.
276
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 4. Kenampakan lapangan sekis yang memperlihatkan urat-urat kuarsa pada stasiun 2 difoto
ke arah N 275°E pada daerah Rau-Rau.
Gambar 5. Foto mikroskopis sekis muskovit dengan komposisi mineral berupa muskovit (2C), kuarsa
(1C), klorit (2F), epidot (6A) dan mineral opak (2H).
277
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 7. Kenampakan vein jenis simple (kiri)dan vein jenis irregular (kanan) menurut Pasomba
(2015).
Gambar 8. Fotomikrograf Conto B44/P, sinabar dan emas 6VFC, 1VCC pada daerah Langkowala
(Kisman dkk., 2009).
278
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 9. Conto batuan tersilisifikasi dengan kuarsa vuggy dalam satuan batuansekis di Desa
Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara KabupatenBombana (Kisman dkk., 2009).
Gambar 10. Fotomikrograf Inklusi fluida memperlihatkan kehadiran CO2, kondisi Necking Down
kenampakan dua fase (L+V), fluida primer dengan batas kristal yg sangat jelas (Fadlin,2012).
279