PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI
ACARA I : SMEAR SLIDE
OLEH:
BINTANG MEYRISKA
D061221098
GOWA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
dari batupasir kuarsa dan konglomerat kuarsa yang kemudian secara bertahap
menjadi lebih halus, dengan lapisan-lapisan batubara yang tersisip, diikuti oleh
batuan lempung dan napal yang menunjukkan endapan laut. Selain itu, terdapat juga
sisipan batugamping yang mengandung fosil-fosil moluska. Bagian atas formasi ini
kemudian ditutupi oleh Formasi Tonasa yang terdiri dari endapan batugamping
paparan.
Proses sedimentasi adalah hasil dari pelapukan suatu tubuh batuan yang
kemudian tererosi dan ditransportasikan oleh air, angin, atau kekuatan lainnya, dan
fragmen batuan. Faktor penting meliputi sumber material batuan sedimen serta sifat
dan komposisi batuan tersebut. Komposisi mineral dalam batuan sedimen dapat
dan analisis smear slide sebagai aspek utama dalam pemahaman mahasiswa.
1.2 Maksud dan Tujuan
memberikan analisis rinci melalui smear slide, yang memungkinkan peneliti untuk
lingkungan masa lalu. Selain itu, pengukuran sphericity akan memberikan wawasan
mendalam tentang bentuk dan stabilitas butiran sedimen. Informasi ini sangat
material yang sesuai untuk keperluan tersebut. Di sisi lain, analisis granulometri
akan memberikan informasi penting tentang sebaran ukuran butiran, yang pada
gilirannya akan meningkatkan pemahaman mengenai proses pengendapan serta
geografis, lokasi penelitian berada pada 04º 50' 43'' lintang selatan dan 119º 53' 4''
bujur timur. Wilayah penelitian memiliki luas sekitar 6 hektar, dengan batas-batas
titik koordinat yang dijelaskan dalam Gambar 1.1. Untuk mencapai lokasi
penelitian, dapat digunakan jalur darat dengan kendaraan roda dua maupun roda
empat. Perjalanan dari Makassar memakan waktu sekitar 2 jam 30 menit dengan
Geologi Regional yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah Geologi
Wilayah ini terletak antara koordinat 119°05' - 120°45' bujur timur dan 4° - 5°
lintang selatan.
2.1.1 Geomorfologi
oleh Lembah Sungai Walanae. Bagian barat pegunungan ini mencakup sebagian
ketinggian rata-rata sekitar 1500 m. Formasi utama pegunungan ini terdiri dari
batuan gunungapi, sementara di lereng barat dan beberapa bagian lereng timur
terdapat topografi kras dan formasi batugamping. Pegunungan ini dibatasi di bagian
1982)
Di sisi lain, pegunungan di bagian timur relatif lebih sempit dan lebih rendah,
dengan puncak rata-rata berada pada ketinggian sekitar 700 m dan puncak
km, namun menyempit dan merendah ke arah utara, kemudian menurun hingga
bertemu dengan batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian utara
berbentuk kerucut. Di bagian timur laut, pegunungan ini berbatasan dengan dataran
Bone yang sangat luas, mencakup sekitar sepertiga wilayah bagian timur. Lembah
Walanae, yang terletak di antara kedua rangkaian pegunungan ini di bagian utara,
bagian selatan. Sungai Walanae mengalir di tengah lembah ini, mengarah ke utara.
Bagian selatan terdiri dari perbukitan rendah, sementara bagian utara dikelilingi
oleh dataran aluvial yang luas di sekitar Danau Tempe. (Sukamto, 1982)
2.1.2 Stratigrafi
Ada kelompok batuan tua yang usianya belum dapat ditentukan dengan
pasti, terdiri dari batuan ularabasa, batuan metamorf, dan batuan melange. Batuan
ini telah mengalami breksiasi dan pelapukan, serta terdapat kontak dengan formasi
radiometri pada sampel mengindikasikan usia sekitar 111 juta tahun, yang
kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan terjadi pada zaman tektonik Kapur.
Batuan tua ini terdapat di bawah endapan flysch dari Formasi Balangbaru dan
Formasi Marada, yang memiliki ketebalan lebih dari 2000 m dan berumur Kapur
Akhir. Pada saat itu, aktivitas magma telah dimulai, yang ditandai oleh adanya
dan napal, dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung. Batupasir
umumnya terdiri dari kuarsa, dengan sedikit bagian yang terdiri dari arkosa,
grewake, dan tufaan, dengan warna umumnya berupa kelabu muda dan coklat
muda. Kekeliruan batupasir ini cenderung rapuh dan tidak padat. Sementara itu,
napal umumnya mengandung fosil moluska yang belum dianalisis, dengan warna
berkisar antara kelabu muda hingga kelabu tua. Batubara hadir dalam bentuk lensa
dengan ketebalan beberapa sentimeter hingga lapisan setebal 1,5 meter. (, 1901)
batupasirnya terdiri dari grewake dan arkosa, serta sebagian mengandung tufaan
terkalsinasi, sekis, kuarsa, dan batupasir bersimen. Batupasir ini pada umumnya
terkalsinasi.(Sarasin, 1901)
Dalam pemeriksaan di bawah mikroskop, batupasir dan batulanau
di jalan antara Padaelo Tanetteriaja, yang menunjukkan usia dari periode Kapur
Akhir (P.F Burollet, komunikasi pribadi, 1979). Formasi ini memiliki ketebalan
2.1.3 Tekronika
Formasi Balangbaru dan Formasi Marada yang terdiri dari endapan flysch,
ketidaksela¬rasan yang menindih satuan yang lebih tua, sementara bagian atasnya
ditindih oleh batuan yang lebih muda. Proses pembentukan batuan yang lebih tua
Benteng & Sinjai). Pada awal Kala Eosen, daerah di bagian barat berubah menjadi
sangat tebal dan luas mulai dari Eosen Akhir hingga awal Miosen. Kehadiran ini
menunjukkan adanya paparan laut dangkal yang luas, yang mengalami penurunan
secara bertahap seiring dengan proses pengendapan. Proses tektonik di bagian barat
gunungapi kembali dimulai pada awal Miosen, yang ditandai dengan keberadaan
distribusi ukuran partikel dalam suatu bahan seperti tanah, pasir, atau kerikil.
Metode ini digunakan untuk menentukan proporsi partikel yang berbeda dalam
suatu sampel, dan memiliki peran penting dalam industri konstruksi, pertanian,
serta rekayasa sipil. Dengan bantuan analisis granulometri, sifat fisik dan mekanik
dalamnya. Menurut Yasin et al. (2016) sebagaimana dikutip dalam Gemilang et al.
(2018), analisis granulometri merupakan analisis ukuran butir sedimen (Folk. 1957)
terhadap proses eksogenik dari butir sedimen, seperti pelapukan, erosi, dan abrasi,
mulai dari proses transportasi hingga deposisi sedimen. Penilaian dimensi partikel
2.2.1 Mean
Mean adalah nilai rata-rata yang diperoleh dari pembagian antara jumlah total
nilai dengan banyaknya data yang ada. Dalam konteks analisis granulometri, mean
mengacu pada nilai rata-rata dari seluruh ukuran butir yang terdapat dalam sampel.
Perkiraan mean aritmatika ini dapat ditentukan dengan mengambil nilai persentil
umumnya digunakan antara lain adalah rumus yang dikemukakan oleh Udden
ukuran butir dalam sampel yang dianalisis. Dengan demikian, mean dapat
memberikan gambaran tentang ukuran butir yang mewakili secara umum dari
ukuran butir dalam suatu sampel terhadap ukuran butir rata-ratanya. Dalam konteks
spesifik, yang memberikan gambaran yang jelas tentang variasi ukuran partikel dari
nilai rata-rata. Konsep sortasi ini telah dijelaskan oleh Folk (1974), yang
ukuran butir dalam sampel, yang dapat memberikan wawasan tentang sifat fisik dan
Dengan rumus :
2.2.3 Skewness
partikel cenderung menjadi condong ke satu sisi. Dari data yang telah diolah,
2.2.4 Kurtosis
luar dari butir sedimen, yang menggambarkan seberapa tajam atau datar distribusi
yang memberikan informasi yang jelas mengenai karakteristik puncak atau lekukan
distribusi ukuran butir dalam sampel. Konsep kurtosis ini telah dijelaskan oleh
𝑝95 − 𝑝5
𝐾=
2,44 (𝑝16 − 𝑝25)
memungkinkan evaluasi cepat dan kuat terhadap kuantitas partikel sedimen yang
itu, metode ini juga berguna dalam memastikan keberadaan mikrofosil dalam
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh sejumlah ahli, smear slide
mampu menyediakan data persentase yang akurat, yang berguna untuk memahami
sekuen dari batuan sedimen. Metode ini juga memungkinkan identifikasi tephra dan
abu vulkanik yang jatuh ke permukaan tanah (ash falls) dari pengamatan smear.
Dengan demikian, penggunaan smear slide dalam analisis sedimen memiliki peran
penting dalam memahami sifat dan karakteristik dari sampel sedimen secara lebih
2.4 Sphericity
klasik. Konsep sphericity merujuk pada tingkat kebulatan yang diwarisi oleh suatu
butir. Ketika terjadi proses transportasi, butir yang semula berbentuk tidak bulat
cenderung membundar dan membentuk butiran dengan satu sumbu yang lebih
pendek dari sumbu yang lain (low sphericity). aspek morfologi butir meliputi
( Friedman. 1979)
permukaan butiran (Ap) dengan permukaan bola (As) yang memiliki volume yang
mungkin untuk dapat diukur. Oleh sebab itu cara yang lebih mudah untuk mengukur
Vp adalah volome partikel, Vcs adalah volume sphere terkecil yang paling
butir
butir adalah aspek krusial dalam studi geologi dan geokimia. Struktur sedimen
merujuk pada pola dan bentuk yang terbentuk dalam lapisan batuan sebagai hasil
mengacu pada lokasi dan kondisi di mana sedimen terbentuk, seperti sungai, danau,
laut, atau lingkungan daratan lainnya. Sementara itu, ukuran butir menggambarkan
ukuran partikel sedimen, yang dapat bervariasi dari sangat halus, seperti lempung,
butir mencerminkan proses geologis dan lingkungan pada masa lalu. Misalnya,
sedimen yang terbentuk di lingkungan laut dalam atau danau umumnya memiliki
butiran halus seperti lumpur dan lempung karena partikel kecil ini bisa mengendap
secara perlahan dalam air tenang. Selain itu, struktur sedimen seperti laminasi
(lapisan tipis), cross-bedding (lapisan silang), dan ripple marks (jejak gelombang)
memberikan petunjuk tentang arah arus air atau angin pada saat sedimen terbentuk.
menandakan pengaruh arus air atau angin yang kuat (Friedman, 1979).
melalui sungai atau media transportasi lain dalam bentuk sedimen trigen, yang
meliputi beragam ukuran mulai dari yang kasar hingga yang halus. (Boggs 1992)
Muatan dasar (Bed Load Transport) Muatan dasar (bed load) adalah
partikel yang bergerak pada dasar sungai dengan cara berguling meluncur dan
meloncat. Muatan dasar keadaannya selau bergerak, oleh sebab itu pada
perubahan.
fisik, pertumbuhan biologis, dan proses kimia di dasar perairan hingga tempat
merujuk pada pecahan padat dari endapan yang lebih tua dan partikel yang bukan
merupakan pecahan padat dari endapan yang lebih tua. Contohnya adalah partikel
yang berasal dari letusan gunung berapi atau yang terbentuk melalui proses
mineral-mineral yang stabil secara mekanik maupun kimia, serta fragmen batuan
atau butiran pecahan dari batuan asal yang biasa disebut sebagai "lithic
fragment." Beberapa mineral yang termasuk dalam kategori stabil antara lain
yang cenderung tidak stabil meliputi plagioklas, hornblende, biotit, piroksen, dan
olivin. Butiran klastik detrital atau partikel yang menyusun batuan ini secara
2. Kwarsa
merupakan mineral yang paling stabil. Butiran kwarsa, umumnya berasal dari
3. Feldspar
dari kwarsa karena feldspar lebih lunak dan mempunyai belahan yang kuat,
Partikel jenis ini juga umum terdapat dalam matriks batupasir dan klatika
5. Mineral berat
1) Mineral opak
mineral mika
2) Kelompok ultra-stabil
Terdiri atas zircon, turmalin, rutil, mempunyai sifat fisik sangat keras
3) Kelompok meta-stabil
yaitu sedimen yang terdiri dari fragnmen-fragmen yang berasal dari bataun yang
batuan hasil dari aktifitas vulkanik. Contoh batuannya adal breksi vulkanik atau
lebih besar dari 2,58. Biasanya, mineral berat ini merupakan tambahan ke dalam
mineral berat dari mineral-mineral ringan seperti kuarsa, feldspar, dan kalsit,
mineral berat dapat dikelompokkan ke dalam empat bagian utama, yaitu mineral
2014
BAB III
METODOLOGI
lapangan yaitu pengambilan data perlapisan data litologi tiap stasiun serta data
geomorfologi
praktikan mengambil sampel pada setiap lapisan yang ada pada lokasi penelitian.
Pada tahap ini, akan dilakukan analisis data deskripsi yang telah diambil
saat fieldtrip. Untuk menunjang analisis data, akan diberi bimbingan oleh para
asisten.
Pada tahap ini, praktikan akan membuat laporan dari hasil analisis data tadi
sebagai hasil akhirnya dalam bentuk laporan serta dilakukan asistensi terhadap
coklat muda dan warna lapuk coklat tua, permeabilitas baik, porositas baik, sortasi
baik dan kemas tertutup. Memiliki ukuran butir 1/8-1/4 mm dengan nama Batupasir
CM PL
QZ
Pada sampel satu Batupasir kuarsa dijumpai jenis mineral kuarsa (KR)
Gambar 4.2 Sampel 1 Batupasir Kuarsa pada DMP 1 dan 2
Pada sampel satu Batupasir kuarsa dijumpai jenis mineral kuarsa (Qz) dengan
warna putih bening yang memiliki bentuk Sub-Angular, dengan derajat kejernihan
translucent. Dengan presentasi keterdapatannya yaitu 40% pada DMP 1 dan 50%
pada DMP 2, didapatkan juga mineral Plagioklas (Pl) yang berwarna putih dengan
kedapatannya yaitu 5% pada DMP 1 dan DMP 2, Adapun Orthoklas berbentuk sub-
sampel yang diamati yaitu 45% pada DMP 1 dan 40% pada DMP 2 yang memiliki
warna kuning . Dengan nama batuan pada lapisan ini yaitu Batupasir Kuarsa.
(Wenworth, 1922)
4.2.2 Sampel 2
A. Deskrispi Umum
Pada lapisan ini terdapat litologi dengan jenis batuan yaitu batuan sedimen
dengan warna segar putih keabu-abuan dan warna lapuk berwarna kuning
kecoklatan. Ukuran butir pada lapisan kelima yaitu 1/256 - 1/16 (lempung) dengan
bentuk angular dan memiliki sortasi baik dengan permeabilitas buruk, kemas
tertutup dan porositas baik serta memiliki struktur berlapis dan tekstur klastik.
Komposisi kimia pada lapisan ini yaitu silika, sehingga nama batuan pada lapisan
Pada sampel dua Batulempung dijumpai mineral Pirit (Pi) dengan warna
Dengan presentasi keterdapatannya yaitu 40% pada DMP 1 dan DMP 2, didapatkan
juga mineral Plagioklas yang berwarna putih dengan bentuk Sub-angular, memiliki
derajat kejernihan opaq dengan presentasi keterdapatannya yaitu 10% pada DMP
2, didapatkan juga mineral kuarsa yang berwarna putih dengan bentuk angular,
presentasi keterdapatannya pada sampel yang diamati yaitu 55% pada DMP 1 dan
50% pada DMP 2 yang memiliki warna cokelat.Dengan nama batuan pada lapisan
A. Deskripsi Umum
Pada lapangan dijumpai jenis batuan batupasir, dengan warna segar coklat muda
dan warna lapuk coklat abu-abu, permeabilitas baik, porositas baik, sortasi baik dan
(Wenworth, 1922)
CM
Or
Or
terdapat Mineral orthoklas (Or) dengan warna kuning berbentuk sub-rounded yang
menyebar hampir 20% diatas kertas pada DMP 1 dan 10% pada DMP 2. Pada fasies
ini juga terdapat contaminant mineral (cm) atau mineral pegotor sebanyak 80%
yang berwarna cokelat pada DMP 1 dan 90% pada DMP 2. Dengan nama batuan
4.2.4 Sampel 4
A. Deskripsi Umum
Pada lapisan ini terdapat litologi kedua yaitu dengan jenis batuan yaitu batuan
sedimen dengan warna segar abu-abu dan warna lapuk berwarna kuning kecoklatan.
Ukuran butir pada lapisan kelima yaitu > 1/256 (lempung) dengan bentuk angular
dan memiliki sortasi baik dengan permeabilitas buruk, kemas tertutup dan porositas
baik serta memiliki struktur berlapis dan tekstur klastik. Komposisi kimia pada
lapisan ini yaitu silika, sehingga nama batuan pada lapisan ini yaitu Batulempung.
(Wenworth, 1922)
B. Analisis Smear Slide
menyebar hampir 60% diatas kertas pada DMP 1 dan DMP 2. Pada fasies ini juga
terdapat contaminant mineral (cm) atau mineral pegotor sebanyak 40% yang
berwarna kuning pada DMP 1 dan DMP 2. Dengan nama batuan pada lapisan ini
4.2.5 Sampel 5
A. Deskripsi Umum
warna segar berwarna hitam tidak bereaksi dengan HCL dan tidak memiliki ukuran
C C
lapisan kelima yaitu BatuBara Pirit dengan Diameter Media Pandang 1 (DMP 1)
dan Diameter Media Pandang 2 (DMP2). Dijumpai mineral Pirit (Pi) dengan warna
Dengan presentasi keterdapatannya yaitu 10% pada DMP 1 dan DMP 2,didapatkan
juga contaminant mineral (cm) yang berwarna cokelat, sisanya merupakan Material
Karbon (C) dengan warna hitam dan bentuk Angular yang keterdapatannya yaitu
50% pada DMP 1 dan DMP 2. Dengan nama batuan pada lapisan ini adalah
Batubara pirit
4.4 Lingkungan Pengendapan Daerah Penelitian
Jenis batuan sedimentasi yang didapatkan saat berada di daerah peneltian
pantai, atau bahkan gurun. Partikel kuarsa yang dominan dalam batuan ini dapat
berasal dari batuan yang tererosi dan diangkut oleh air atau angin. Lingkungan ini
sering menunjukkan adanya perubahan siklus transportasi dan deposisi yang terkait
dengan proses aliran air atau angin. Kandungan kuarsa yang tinggi menunjukkan
bahwa batuan ini terbentuk dari endapan pasir yang kaya akan mineral kuarsa. Pasir
ini mungkin diendapkan oleh aliran sungai yang membawa material dari
mengalami proses oksidasi atau perubahan kimia akibat paparan udara dan air.
Proses oksidasi besi memberikan warna merah atau oranye pada batupasir ini.
Lingkungan ini dapat mencakup dataran banjir atau daerah dengan genangan air
yang berubah-ubah. Teroksidasi juga dapat terjadi di lingkungan gurun atau daerah
perairan payau.Proses deposisi dapat terjadi di delta sungai atau dataran banjir, di
mana material sedimen dari sungai dibawa dan terakumulasi. Batulanau dapat
warnanya mungkin beragam, tergantung pada jenis organisme laut dan kondisi
4.4.4 Batulempung
tenang, seperti danau atau laut dangkal. Batulempung memiliki tekstur halus dan
sering kali mengandung mineral lempung. Warna batulempung dapat bervariasi dari
lingkungan pengendapan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1.1 Fasies 1
1, nilai mean 0,1967 untuk (fine sandstone), nilai sorting 0,2647 untuk (very well
Sorted), nilai skewnes 0,542 untuk (Strongly fine Skewed), dan nilai kurtosis
5.1.1.2 Fasies 2
batulempung. Dihasilkan pada fasies 2 nilai mean 0,06067 (Coarse silt) , nilai
sorting 0,06838 (Very well Sorted) , nilai skewnes 0,01097 (Strongly fine skewed),
5.1.1.3 Fasies 3
fasies 3 menghasilkan nilai mean 0,05833(Coarse silt) , nilai sorting 0,2278 (very
well Sorted) , nilai skewnes 0,00651(Strongly fine skewed), nilai kurtosis 0,05533
(Very Platykurtic)
5.1.1.4 Fasies 4
pada fasies 4 menghasilkan nilai mean 0,42333 (Medium sand) , nilai sorting
0,23621 (Very well Sorted) , nilai skewnes 0,542 (Srongly fine skewed), nilai
5.1.1.5 Fasies 5
fasies 5 menghasilkan nilai mean 0,06133(Coarse silt) , nilai sorting 0,06232 (Very
well Sorted) , nilai skewnes 0,00548 (Strongly fine skewed), nilai kurtosis 0,0601
(Very Platycurtic).
5.1.1.6 Fasies 6
fasies 6 menghasilkan nilai mean 0,235 (Fine sand) , nilai sorting 0,3208 (Veryl
well Sorted) , nilai skewnes 0,0098 (Strongly fine skewed), nilai kurtosis 0,1443
(Very Platykurtic)
1.) Lapisan 1
Pada sampel satu Batupasir kuarsa dijumpai jenis mineral kuarsa (KR)
dengan warna putih bening yang memiliki bentuk Sub-Angular, dengan derajat
dan 50% pada DMP 2, didapatkan juga mineral Plagioklas (Pl) yang berwarna putih
yang diamati yaitu 45% pada DMP 1 dan 40% pada DMP 2 yang memiliki warna
kuning . Dengan nama batuan pada lapisan ini yaitu Batupasir Kuarsa. (Wenworth,
1922)
2.) Lapisan 2
Pada sampel dua Batulempung dijumpai mineral Pirit (PR) dengan warna
Dengan presentasi keterdapatannya yaitu 40% pada DMP 1 dan DMP 2, didapatkan
juga mineral orthoklas yang berwarna putih dengan bentuk Sub-angular, memiliki
derajat kejernihan opaq dengan presentasi keterdapatannya yaitu 10% pada DMP
2, didapatkan juga mineral kuarsa yang berwarna putih dengan bentuk angular,
lain (cm) dengan presentasi keterdapatannya pada sampel yang diamati yaitu 55%
pada DMP 1 dan 50% pada DMP 2 yang memiliki warna cokelat.Dengan nama
3) Lapisan 3
hampir 95% diatas kertas pada DMP 1 dan 100% pada DMP 2. Pada fasies ini juga
terdapat Material lain (cm) atau mineral pegotor sebanyak 5% yang berwarna hitam
pada DMP 1. Dengan nama batuan pada lapisan ini yaitu Batupasir. (Wenworth,
1922)
4.) Lapisan 4
Material lain (cm) atau mineral pegotor sebanyak 40% yang berwarna kuning pada
DMP 1 dan DMP 2. Dengan nama batuan pada lapisan ini yaitu Batulempung.
(Wenworth, 1922)
5.) Lapisan 5
lapisan kelima yaitu BatuBara Pirit dengan Diameter Media Pandang 1 (DMP 1)
dan Diameter Media Pandang 2 (DMP2). Dijumpai mineral Pirit (Pi) dengan warna
Dengan presentasi keterdapatannya yaitu 10% pada DMP 1 dan DMP 2,didapatkan
juga contaminant mineral (cm) yang berwarna cokelat, sisanya merupakan Material
Karbon (C) dengan warna hitam dan bentuk Angular yang keterdapatannya yaitu
50% pada DMP 1 dan DMP 2. Dengan nama batuan pada lapisan ini adalah
Batubara pirit
pantai, atau bahkan gurun. Partikel kuarsa yang dominan dalam batuan ini dapat
berasal dari batuan yang tererosi dan diangkut oleh air atau angin. Lingkungan ini
sering menunjukkan adanya perubahan siklus transportasi dan deposisi yang terkait
dengan proses aliran air atau angin. Kandungan kuarsa yang tinggi menunjukkan
bahwa batuan ini terbentuk dari endapan pasir yang kaya akan mineral kuarsa. Pasir
ini mungkin diendapkan oleh aliran sungai yang membawa material dari
mengalami proses oksidasi atau perubahan kimia akibat paparan udara dan air.
Proses oksidasi besi memberikan warna merah atau oranye pada batupasir ini.
Lingkungan ini dapat mencakup dataran banjir atau daerah dengan genangan air
yang berubah-ubah. Teroksidasi juga dapat terjadi di lingkungan gurun atau daerah
atau perairan payau.Proses deposisi dapat terjadi di delta sungai atau dataran banjir,
di mana material sedimen dari sungai dibawa dan terakumulasi. Batulanau dapat
warnanya mungkin beragam, tergantung pada jenis organisme laut dan kondisi
tenang, seperti danau atau laut dangkal. Batulempung memiliki tekstur halus dan
sering kali mengandung mineral lempung. Warna batulempung dapat bervariasi dari
lingkungan pengendapan.
5.2 Saran
mendapatkan data litologi yang benar dan mewakili tiap lapisan litologi.
Folk, R. L., dan W. C. Ward, “Brazos River bar, a study in the significance of
grainsize parameters. Journal of Sedimentary Petrology”, vol. 27, pp. 3-
26, Maret, 1957.
Morina, H., Syafri, I., & Jurnaliah, L. 2014. Lingkungan pengendapan Satuan
Batulempung sisipan Batupasir pada Formasi Kerek daerah Juwangi dan
sekitarnya, berdasarkan karakteristik litologi, analisis struktur sedimen,
dan kandungan fosil bentonik. Bulletin of Scientific Contribution:
GEOLOGY, 12(3).
Pettijohn, F.J.1975. Sedimentary Rocks. Harper and Row Limited: New York
Wentworth, C.K., 1922, A Scale of Grade and Class Terms for Clastic Sediments.
Journal of Geology, Vol. XXX, p. 377-392
Sarasin , 1901 Statigrafi malawa dan daerah sekitarnya. Geologi regional Sulawesi
selatan