Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KRISTALOGRAFI BAB II - IV ANAK TOBA

haloo saudara ku yang terhebat.. salam damai dan sukses lagi yaa :)

nah.. kali ini geologist muda mau melampirkan tugas nih.. barang kali berguna bila
suatu saat saudara hendak membuat laporan mengenai kristalografi.. yang geologist muda
harapkan saudara terhebat sekalian dapat menguasai materi dari laporan mengenai
kristalografi ini yaa.. karna seperti yang kita tahu kristalografi ini adalah dasar dari ilmu
geologi sebelum kita melangkah ke tahap mineralogi, petrologi dan petrografi dan
seterusnya.. jadi kita harus menguasai dasarnya dulu ya saudara..
nah.. pendek cerita langsung aja nih geologist muda tunjukin.. let's see.... :)

BAB II
TATA CARA PENDESKRIPSIAN

2.1. Jumlah Unsur Simetri


Jumlah unsur simetri adalah notasi-notasi yang digunakan untuk menjelaskan nilai-
nilai yang ada dalam sebuah kristal, nilai sumbu-sumbunya, jumlah bidang simetrinya, serta
titik pusat dari kristal tersebut. Dengan menentukan nilai jumlah unsur simetri, kita akan
dapat mengetahui dimensi-dimensi yang ada dalam kristal tersebut, yang selanjutnya akan
menjadi patokan dalam penggambarannya.

Unsur simetri yang diamati adalah sumbu, bidang, dan pusat simetri. Cara
penentuannya adalah sebagai berikut:
1. Pada posisi kristal dengan salah satu sumbu utamanya, lakukan pengamatan terhadap nilai
sumbu simetri yang ada. Pengamatan dapat dilakukan dengan cara memutar kristal dengan
poros pada sumbu utamanya.
2. Perhatikan keterdapatan sumbu simetri tambahan, jika ada tentukan jumlah serta nilainya.
Menentukan nilainya sama dengan pada sumbu utama.
3. Amati keterdapatan bidang simetri pada setiap pasangan sumbu simetri yang ada pada kristal.
4. Amati bentuk kristal terhadap susunan persilangan sumbunya, kemudian tentukan ada
tidaknya titik pusat kristal.
5. Jumlahkan semua sumbu dan bidang simetri (yang bernilai sama) yang ada.
2.1.1. Bidang Simetri
Bidang simetri merupakan suatu bidang khayal yang menembus dan membagi
Kristal menjadi dua bagian yang sama besar dengan salah satu sisi / bagian merupakan suatu
pencerminan dari bidang yang lain. Bidang simetri dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Bidang Simetri Aksial, merupakan suatu bidang simetri yang melewati 2 sumbu Kristal. Jika
bidang tersebut terbentuk tegak lurus dengan sumbu c, maka disebut dengan bidang simetri
horizontal dan Jika bidang tersebut terbentuk sejajar dengan sumbu c, maka disebut
dengan bidang simetri vertikal.

2. Bidang Simetri Intermediet, apabila bidang simetri tersebut hanya melewati 1 sumbu saja
(Bidang Simetri Diagonal)
2.1.2. Sumbu Simetri
2.1.2. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila
kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan
beberapa kali kenampakan yang sama.
2.1.2.1 Sumbu Simetri Gyre
Gyre atau sumbu simetri biasa,cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan
memutar Kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan
yang sama dinamakan digire, bila tiga trigire (3), dst.
2.1.2.2. Sumbu Simetri Gyre Polair
Simetri Gyre Polair adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal.
2.1.2.3 Sumbu Cermin Putar
Sumbu cermin putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan
nilai simetrinya dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu. Bila tiga tribar (3),
empat tetrabar (4), dst.
2.1.3 Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila dalam kristal tersebutdapat
dibuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap
pusat kristal pada garis bayangan tersebut Semua Kristal memiliki pusat Kristal, namun
belum tentu memiliki sumbu simetri.

2.2. Herman-Mauguin
Dalam pembagian Sistem kristal, ada 2 simbolisasi yang sering digunakan. Yaitu
Herman-Mauguin dan Schoenflish. Simbolisasi tersebut adalah simbolisasi yang dikenal
secara umum (simbol Internasional).
Simbol Herman-Mauguin adalah simbol yang menerangkan ada atau tidaknya bidang
simetri dalam suatu kristal yang tegak lurus terhadap sumbu-sumbu utama dalam kristal
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati sumbu dan bidang yang ada pada kristal
tersebut. Pemberian simbol Herman-Mauguin ini akan berbeda pada masing-masing kristal.
Dan cara penentuannya pun berbeda pada tiap Sistem Kristal.
1. Sistem Isometrik
• Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu utama, mungkin bernilai 2, 4, atau 4.
• Bagian 2 : Menerangkan Sumbu tambahan pada arah 111, apakah bernilai 3 atau 3.
• Bagian 3 : Menerangkan sumbu tambahan bernilai 2 atau tidak bernilai yang memiliki arah 110
atau arah lainnya yang terletak tepat diantara dua buah sumbu utama.
2. Sistem Tetragonal
• Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin mungkin bernilai 4 atau 4.
• Bagian 2 : Menerangkan nilai sumbu utama horizontal.
• Bagian 3 : Menerangkan nilai sumbu tambahan yang terletak tepat diantara dua sumbu utama
lateral.
3. Sistem Hexagonal dan Trigonal
• Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 6 atau 3.
• Bagian 2 : Menerangkan nilai sumbu utama horizontal.
• Bagian 3 : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu tambahan yang terletak tepat diantara dua
sumbu utama horizontal, berarah 1010.
4. Sistem Orthorhombik
Terdiri atas tiga bagian, yaitu dengan menerangkan nilai sumbu-sumbu utama dimulai
dari sumbu a, b, dan kemudian c.
5. Sistem Monoklin
Pada sistem ini hanya terdiri dari satu bagian, yaitu hanya menerangkan nilai sumbu
b.
6. Sistem Triklin
Untuk sistem ini hanya mempunyai dua kelas simetri yang menerangkan keterdapatan
pusat simetri kristal.
Keseluruhan bagian tersebut diatas harus diselidiki ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus terhadap sumbu yang dianalisa. Jika ada, maka penulisan nilai sumbu diikuti
dengan huruf “m” (bidang simetri) dibawahnya. Kecuali untuk sumbu yang bernilai satu
ditulis dengan “m” saja.
Berikut ini adalah beberapa contoh penulisan simbol Herman-Mauguin dalam
pendeskripsian kristal :
1. 6/m : Sumbu simetri bernilai 6 dan terhadapnya terdapat bidang simetri yang
tegak lurus.
2. 6 : Sumbu simetri bernilai 3, namun tidak ada bidang simetri yang tegak lurus
terhadapnya.
3. m : Sumbu simetri bernilai 1 atau tidak bernilai dan terhadapnya terdapat
bidang simetri yang tegak lurus.
2.3. Schoenflish
Simbolisasi Scoenflish digunakan untuk menandai atau memberi simbol pada unsur-
unsur simetri suatu kristal. Seperti sumbu-sumbu dan bidang-bidang simetri. Simbolisasi
Schoenflish akan menerangkan unsur-unsur tersebut dengan menggunakan huruf-huruf dan
angka yang masing-masing akan berbeda pada setiap kristal.

Berbeda dengan Herman-Mauguin yang pemberian simbolnya berbeda-beda pada


masing-masing sistemnya, pada Schoenflish yang berbeda hanya pada sistem Isometrik.
Sedangkan system-sistem yang lainnya sama cara penentuan simbolnya.

1. Sistem Isometrik
Pada sistem ini, simbolisasi yang dilakukan hanya terdiri dari 2 bagian, yaitu :
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, apakah bernilai 2 atau 4.
1. Bila bernilai 4, maka dinotasikan dengan huruf O (Octaheder)
2. Bila bernilai 2, maka dinotasikan dengan huruf T (Tetraheder)
Bagian 2 : Menerangkan keterdapatan bidang simetri.
a. Jika mempunyai bidang simetri horizontal, vertikal dan diagonal. Maka diberi notasi huruf h.
b. Jika mempunyai bidang simetri horizontal dan vertikal. Maka diberi notasi huruf h.
c. Jika mempunyai bidang simetri vertikal dan diagonal. Maka diberi notasi huruf v.
d. Jika hanya mempunyai bidang simetri diagonal. Maka diberi notasi huruf d.

2. Sistem Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Rombhik, Monoklin dan Triklin


Pada sistem-sistem ini, simbolisasi Schoenflish yang dilakukan terdiri dari 3 bagian,
yaitu :
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu lateral atau sumbu tambahan, ada 2 kemungkinan :
1. Kalau bernilai 2, maka dinotasikan dengan huruf D (Diedrish)
2. Kalau tidak bernilai, maka dinotasikan dengan huruf C (Cyklich)
Bagian 2 : Menerangkan nilai dari sumbu c. penulisan dilakukan dengan menuliskan nilai
angka nilai sumbu c tersebut didepan huruf D atau C (dari bagian 1) dan ditulis agak
kebawah.
Bagian 3 : Menerangkan keterdapatan bidang simetri. Penulisan dilakukan dengan
menuliskan huruf yang sesuai sejajar dengan huruf dari bagian 1.
1. Jika mempunyai bidang simetri horizontal, vertikal dan diagonal, maka dinotasikan dengan
huruf h.
2. Jika mempunyai bidang simetri horizontal dan vertikal, maka dinotasikan dengan huruf h.
3. Jika mempunyai bidang simetri vertikal dan diagonal. Maka dinotasikan dengan huruf v.
4. Jika hanya mempunyai bidang simetri diagonal saja. Maka dinotasikan dengan huruf d.
Tabel 2.1 Contoh Simbolisasi Schoenflish
No Kelas Simetri Notasi (Simbolisasi)
1 Hexotahedral Oh
2 Ditetragonal Bipyramidal D4h
3 Hexagonal Pyramidal D6h
4 Trigonal Pyramidal C3v
5 Rhombik Pyramidal C2v
6 Rhombik Dipyramidal C2h
7 Rhombik Disphenoidal C2
8 Domatic Cv
9 Pinacoidal C
10 Pedial C

2.3.1. Notasi Schoenfish


Dalam notasi Schoenfish, grup titik ditandai dengan suatu simbol huruf yang mempunyai indeks.
Arti dari simbol-simbol tersebut adalah :
 Huruf O (untuk oktahedral) menandakan grup tersebut mempunyai simetri dari sebuah
oktahedral (atau kubus), dengan (Oh) atau tanpa (O) operasi tidak pantas (yang mengubah
ulinan).
 Huruf T (untuk tetrahedral) menandakan bahwa grup tersebut mempunyai simetri dari sebuah
tetrahedral. Td memasukan operasi tidak pantas, sedangkan T tidak, dan Th adalah T dengan
penambahan suatu invers.
 C (untuk cyclic) menandakan bahwa grup tersebut mempunyai n-kali sumbu rotasi. Cnh
adalah Cn dengan penambahan bidang cermin yang tegak lurus terhadap sumbu rotasi. Cnv
adalah Cndengan penambahan bidang cermin yang paralel dengan sumbu rotasi.
 Sn (untuk Spiegel, bahasa Jerman dari cermin) menandakan sebuah grup yang hanya
mempunyai sebuah n-kali sumbu rotasi-pencerminan.
 Dn (untuk dihedral, atau dua sisi) menandakan grup tersebut mempunyai n-kali sumbu rotasi
ditambah dua sumbu yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Dnh mempunyai, sebagai
tambahan, sebuah bidang cermin yang tegak lurus terhadap sumbu n-kali. Dnv mempunyai,
sebagai tambahan dari elemen Dn, bidang cermin yang paralel dengan sumbu sumbu n-kali.

2.4. Indeks Miller-Weiss


Indeks Miller dan Weiss adalah salah satu indeks yang sangat penting, karena indeks ini
digunakan pada ancer semua ilmu matematika dan struktur kristalografi. Indeks Miller dan
Weiss pada kristalografi menunjukkan adanya perpotongan sumbu-sumbu utama oleh
bidang-bidang atau sisi-sisi sebuah kristal. Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan
dengan menentukan salah satu bidang atau sisi kristal dan memperhatikan apakah sisi atau
bidang tersebut memotong sumbu-sumbu utama (a, b dan c) pada kristal tersebut. Selanjutnya
setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang harus dilakukan selanjutnya
adalah menentukan nilai dari indeks Miller dan Weiss itu sendiri. Penilaian dilakukan dengan
mengamati berapa nilai dari perpotongan sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang tersebut.
Tergantung dari titik dimana sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu kristal. Pada
dasarnya, indeks Miller dan Weiss tidak jauh berbeda. Karena apa yang dijelaskan dan cara
penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau bidang dengan sumbu simetri kristal.
Yang berbeda hanyalah pada penentuan nilai indeks. Bila pada Miller nilai perpotongan yang
telah didapat sebelumnya dijadikan penyebut, dengan dengan nilai pembilang sama dengan
satu. Maka pada Weiss nilai perpotongan tersebut menjadi pembilang dengan nilai penyebut
sama dengan satu. Untuk indeks Weiss, memungkinkan untuk mendapat nilai indeks tidak
terbatas, yaitu jika sisi atau bidang tidak memotong sumbu (nilai perpotongan sumbu sama
dengan nol). Dalam praktikum laboratorium Kristalografi dan Mineralogi jurusan Teknik
Geologi, ITM, disepakati bahwa nilai tidak terbatas ( ~ ) tersebut digantikan dengan atau
disamakan dengan tidak mempunyai nilai (0). Indeks Miller-Weiss ini juga disebut sebagai
sistim bentuk. Hal ini adalah karena indeks ini juga akan mencerminkan bagaimana bentuk
sisi-sisi dan bidang-bidang yang ada pada kristal terhadap sumbu-sumbu utama kristalnya
dan mempermudah dalam mengetahui perpotongan antar sumbu.

BAB III
SISTEM KRISTAL DAN DESKRIPSI

3.1. Sistem Isometrik

Gambar 3.1 Sistem Isometrik


mineral copper

Sistem ini juga disebut regular, atau bahkan sering dikenal sebagai kubus atau kubik. Jumlah
sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan
perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya. Pada kondisi sebenarnya,
sistem Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya
( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Pada penggambaran dengan menggunakan
proyeksi orthogonal, sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3.
Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Isometrik ini
adalah gold, copper, pyrope, platinum, halite dan spinel.

3.2. Sistem Tetragonal.


Gambar 3.2. sistem tetragonal

mineral apatite

Sama dengan sistem Isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing
saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada
kondisi sebenarnya, sistim Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan
juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Pada penggambaran dengan
menggunakan proyeksi orthogonal, Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 :
3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan
nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Beberapa contoh mineral dengan kristal Tetragonal ini
adalah zircon, beryl, apatite, erionite dan nepheline.

3.3. Sistem Hexagonal


Gambar 3.3 Sistem Hexagonal

mineral quarsa

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga
sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama
lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih
panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistim
Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c.
Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistim ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ. Pada
penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Hexagonal memiliki perbandingan
sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b
ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Beberapa contoh mineral sistim kristal Hexagonal
ini : quarsa.

3.4. Sistem Trigonal.

Gambar 3.4. Sistem Trigonal

mineral gypsum

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga
sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama
lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih
panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistim
Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c.
Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistim ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ. Pada
penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Hexagonal memiliki perbandingan
sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b
ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Beberapa contoh mineral sistim kristal Hexagonal
ini : gypsum.

3.5. Sistem Orthorhombik.

Gambar 3.5 Sistem Orthorhombik

mineral aragonite

Sistem ini disebut juga Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang
berbeda.Pada kondisi sebenarnya, Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda
satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti ketiga
sudutnya saling tegak lurus (90˚). Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak
ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistim ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Orthorhombik ini
adalah brite, celestite, aragonite, cerussite, dan witherite

5. Sistem Orthorhombik

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang
berbeda.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).

Gambar 5 Sistem Orthorhombik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Orthorhombik


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan
menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya
a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu
bˉ.

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

 Bisfenoid

 Piramid

 Bipiramid

Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)

3.6. Sistem Monoklin


Gambar 3.6. sistem monoklin

mineral malachite

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n, n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. Pada
kondisi sebenarnya, Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang
artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain.
Juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti sudut α dan β saling tegak
lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). Pada penggambaran dengan
menggunakan proyeksi orthogonal, Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-
sumbunya pada ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.Beberapa contoh mineral dengan
sistim kristal Monoklin ini adalah azurite, kernite, malachite, colemanite dan ferberite.

3.7. Sistem Triklin

b
Gambar 3.7. Sistem Triklin

mineral albite

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling
tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Pada kondisi
sebenarnya, Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Juga
memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ
tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Pada penggambaran dengan menggunakan
proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+. Beberapa
contoh mineral Triklin ini adalah turquoise, kyanite, albite, microklin dan anorthite.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dengan mempelajari dan melakukan praktikum tentang Kristalografi yang menjadi bagian
dari praktikum Kristalografi dan Mineralogi. Dapat saya ambil kesimpulan bahwa betapa
pentingnya untuk dapat mengenal, mengetahui dan menguasai ilmu tentang kristal dalam
studi Geologi. Karena kristal sendiri adalah merupakan salah satu dasar yang paling penting
dalam ilmu Geologi itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan oleh kristal menjadi salah satu dasar
untuk mempelajari ilmu tentang mineral yang akan dipelajari pada tahap selanjutnya. Jika
tidak menguasai dan mengenal tentang kristal, akan sangat sulit untuk selanjutnya
memmahami Mineralogi, dan mineral itu sendiri adalah pembentuk batuan, sedangkan batuan
itu adalah inti dari Geologi. Hal ini juga menyebabkan Kristalografi dan Mineralogi menjadi
syarat untuk dapat melanjutkan studi pada mata kuliah dan praktikum Petrologi yang akan
dipelajari selanjutnya. Selama melakukan praktikum Kristalografi, praktikan diharapkan
mampu mengenal, mengklasifikasi, mendeskripsi serta menggambar sketsa dari masing-
masing sistim kristal yang ada, yaitu, Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal,
Orthorhombik, Monoklin serta Triklin. Dan tentu saja praktikan diharapkan mampu untuk
mengetahui defenisi dari kristal itu sendiri, proses-proses pembentukkannya, dan juga
mengetahui unsur yang ada pada kristal itu sendiri. Seperti sumbu simetri, sudut simetri, dan
juga bidang simetri. Selain itu praktikan juga harus mengetahui aplikasi dari Kristalografi itu
sendiri, khususnya dibidang Geologi. Dalam praktikum Kristalografi yang dilakukan
dilaboratorium Kristalografi dan Mineralogi pada jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi
Medan. Digunakan proyeksi Orthogonal dalam melakukan penggambaran atau sketsa kristal.
Metode penggambaran ini dilakukan dengan menggunakan persilangan sumbu yang akan
menghasilkan sketsa tiga dimensi dari kristal. Penggambaran kristal dilakukan sesuai dengan
hasil deskripsi kristal yang telah dilakukan. Pendeskripsian dilakukan dengan langkah-
langkah menentukan jumlah ancer-unsur simetri, kelas simetri, simbolisasi Herman-Mauguin,
simbolisasi Schoenflish, indeks Miller-Weiss serta menentukan nama bentuk kristal dan
contoh-contoh mineralnya. Setelah mempelajari dan melakukan praktikum Kristalografi,
diharapkan untuk kedepannya dalam mempelajari Mineralogi akan dapat lebih mudah dengan
memiliki dasar-dasar yang telah didapat pada Kristalografi.

4.2. Saran
Selama mempelajari dan melakukan praktikum Kristalografi, telah banyak yang dapat kita
pelajari. Baik dalam hal ilmu tentang kristal itu sendiri pada khususnya serta tentang aplikasi
dan manfaatnya dalam bidang Geologi dan juga dikehidupan sehari-hari. Dalam melakukan
praktikum Kristalografi, dapat kita sadari bersama ada beberapa kekurangan yang cukup
menghambat berjalannya proses praktikum. Salah satu yang paling dapat dirasakan adalah
kurangnya jumlah sampel kristal yang ada dilaboratorium Kristalografi dan Mineralogi.
Maka diharapkan agar kedepannya kekurangan tersebut dapat ditutupi sehingga proses
praktikum yang dilakukan dapat berjalan . Dan satu hal lagi yang juga perlu diperhatikan
adalah waktu praktikum yang kadang tidak tepat pada waktunya. Diharapkan agar untuk
kedepannya kita dapat sama-sama untuk menjaga hal tersebut agar tidak terulang atau paling
tidak dikurangi. Dengan begitu diharapkan praktikum yang dilakukan dapat lebih baik lagi.
Namun pada dasarnya, diluar kekurangan-kekurangan yang ada. Praktikum yang dilakukan
sudah cukup baik. Dan tentu saja kita semua berharap agar dapat terus lebih baik lagi dimasa
depan.

1. Sistem Kubus

Sistem kubus ini adalah sistem kristal yang paling simetri Sistem Kubus tersusun
atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang dan sama sudut potong
satu sama lain. Sistem ini berbeda dengan sistem lain.

Sistem ini sering juga disebut dengan sistem isometric. Kata isometric berarti
berukuran sama, terlihat pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri.Sering
dinamakan sistem kubus karena bentuk umum dari kristalnya berstruktur seperti
kubik.

Contoh Mineral Sistem Kubic : Spalerit

Nama Mineral : Spalerit


Rumus kimia : ZnS
Berat Jenis (BD) : 3,9-4,1
Sistim Kristal : kubik
Belahan : sempurna
Warna : merah jingga sampai mendekati hitam
Goresan : coklat sampai kuning
Kekerasan : 3,5-4

2. Sistem Hexagonal

Sistem hexagonal merupakan sistem yang berdasarkan pada satu sumbu utama,
dalam. Sistem hexagonal sekilas nampak seperti tetragonal. Sistem heksagonal
memuat kelas yang merupakan pencerminan dari sistem tetragonal,

Ketiga sumbunya memotong tegak lurus terhadap sumbu utama kristal yang
membujur vertical dan disebut a1, a2, dan a3. Perpotongannya simetri
membentuk sudut 120o.

Contoh Mineral Sistem Hexagonal : Grafit

Nama Mineral : Grafit


Rumus kimia : G
Berat Jenis (BD) : 2,2
Sistim Kristal : heksagonal
Belahan :
Warna : tanah sampai logam
Goresan : hitam
Kekerasan : 1-2

3. Sistem Trigonal

Sistem trigonal mempunyai tiga sisi perputaran sumbu. Meskipun hanya memiliki
tiga sisi putar sumbu,kelas trigonal mengikuti jenis kelas orthorombik dan
menyerupai kubah,dan memiliki sudut 120o,sumbu yang lain bisa lebih
pendek/panjang.

Contoh Mineral Sistem Trigonal : Bismut

Nama Mineral : Bismut


Rumus kimia : Bi
Berat Jenis (BD) : 9,8
Sistim Kristal : Trigonal
Belahan : sempurna, baik
Warna : putih timah dengan warna merah mudah pucat
Goresan : putih
Kekerasan : 2-2,5

4. Sistem Tetragonal

Sistem tetragonal Hampir sama dengan sistem isometric/Kubic. Perbedaanya,


salah satu sumbunya lebih panjang dari pada dua sumbu yang lain. Sumbu yang
berbeda ini menjadi sumbu utama, yang disebut juga sumbu c. Sedangkan dua
sumbu yang lain sama panjanga dan b.

Dalam sistem isometri bentuk kristal dapat dikatakan seperti kubus, namun
dalam tetragonal sistem kristal berbentuk umum persegi.

Contoh Mineral Sistem Tetragonal : Bornit

Nama Mineral : Bornit


Rumus kimia : Cu5FeS4
Berat Jenis (BD) : 5,0
Sistim Kristal :tetragonal
Belahan : dalam jejak
Warna : merah tembaga atau perunggu
Goresan : hitam keabu-abuan yang terang
Kekerasan : 3

5. Sistem Ortorombik

Pada sistem ortorombik, sumbu kristalnya berjumlah tiga buah yang


kesemuanya tidak sama panjang dan ketiganya saling berpotongan tegak lurus.
Satu sumbu memanjang vertical, yang disebut sumbu c. Sumbu satunya lebih
panjang disebut sumbu a.Sumbu ketiganya melintang dari kanan ke kiri yang
disebut sumbu b.

Contoh Mineral Sistem Ortorombik : Topaz

Nama Mineral : Topas


Rumus kimia : Al2(SiO4)(F2OH)2
Berat Jenis (BD) : 19,3
Sistim Kristal : ortorombik
Belahan : sempurna
Warna : bening,kuning, merah mudakebiruan, kehijauan
Goresan : -
Kekerasan : 8

SIFAT FISIK MINERAL DAN PROSES TERBENTUKNYA

1. Klorit
Klorit merupakan salah satu mineral silikat termasuk subclasss phyllosilicates. Klorit

memiliki rumus kimia Klorit ini merupakan mineral yang

sering ditemukan pada batuan metamorf, klorit ini merupakan grup mineral yang terdiri dari
10 mineral, namun dengan istilah klorit dapat menggambarkan kelompok ini secara umum.
Klorit ini memiliki ciri khas yang sangat umum yaitu warnanya yang hijau. Klorit pun
dikenal sebagai inklusi untuk mineral yang umum lainnya seperti kuarsa, kalsit atau lainnya.
Selain itu sifat fisik dari klorit diantaranya :
 Warna : Biasanya hijau, tapi juga bisa menjadi putih, kuning, merah, lavender, dan
hitam.
 Kilap/Luster : Vitreous, kusam atau mutiara.
 Transparansi : Kristal bening transparan.
 Sistem Crystal : Monoklinik, 2 / m.
 Pembelahan : Sempurna dalam satu arah
 Fraktur/Pecahan : Pipih.
 Kekerasan : 2 – 3 Skala Mohs
 Berat Jenis : Variabel 2,6-3,4 (rata-rata sedikit di atas rata-rata)
 Cerat/Streak : Hijau ke abu-abu atau coklat.
 Sifat Dalam : Serpih Pembelahan fleksibel tetapi tidak elastis.
 Mineral Asosiasi : Garnet, biotit, kuarsa, magnetit, talk, serpentin, dan burite, topaz dan
kalsit.
Klorit ini hanya terdapat pada batuan metamorf sehingga klorit ini merupakan mineral
indeks pada batuan metamorf. Klorit ini termasuk dalam fasies greenschist yang terbentuk
oleh pengaruh tekanan yang sangat besar. Klorit ini termasuk dalam mineral stress yang dapat
bertahan terhadap deformasi batuan yang kuat. Selain itu terbentuk pada suhu 200o-300o C,
pada lingkungan yang pHnya mendekati netral serta di daerah yang memiliki permeabilitas
yang randah. Klorit termasuk mineral yang memiliki derajat metamorfosa yang tinggi.

2. Mika
Mika adalah sebuah grup mineral yang penting. Mika ini tergolong mineral silikat
yang termasuk subclass phyllosillicaes. Mika dapat terbentuk di ketiga batuan yaitu batuan
beku, batuan sedimen atupun batuan metamorf. Dengan karakteristik yang tipis dan umunya
fleksibel atau rapuh mineral ini dapat bertahan dalam proses metamorfik yang dipengaruhi
suhu dan tekanan. Mineral mika yang umum dikenal yaitu muskovit, biotit, dan lepidolite,
meskipun sebenarnya mika terdiri dari 30 jenis mineral. Mineral mika ini memiliki sifat fisik
diantaranya :
 Warna : putih, perak, kuning, hijau dan coklat.
 Kilap/Luster : kaca.
 Transparansi kristal : transparan.
 Sistem kristal : monoklinik, 2 / m
 Belahan : sempurna dalam satu arah memproduksi lembaran tipis atau serpih.
 Pecahan/Fraktur : tidak mudah diamati karena belahan tapi tidak merata.
 Kekerasan : 2 - 2,5.
 Berat Jenis : sekitar 2,8 (rata-rata)
 Streak : putih.
 Mineral Asosiasi : kuarsa, feldspars, beryl dan tourmalines.
 Karakteristik lain : lembaran belahan yang fleksibel dan elastis, yang berarti mereka
dapat menjadi bengkok dan akan melenturkan kembali ke bentuk asli
Mineral mika ini terbentuk dari pembekuan magma yang mengalami kristalisasi pada
suhu yang intermediet atau 1000o C sehingga tebentuk pada batuan beku, ketika tekumpul
atau terakumulasi setelah menjadi materi sedimen akan berada pada batuan sedimen, dan
pada batuan metamorf dapat ditemukan karena mineral ini tahan terhadap proses
metamorfosanya sehingga dapat ditemukan di batuan metamorf.

3. Staurolit
Staurolit ini merupakan salah satu mineral silikat dan termasuk subclass

nesosillicates.Straurolit memiliki rumus kimia . Mineral Staurolit ini

merupakan mineral yang sering dijumpai pada batuan metamorf. Staurolit ini sering
digunakan sebagai indicator menentukan derajat metamorfosa bagi para ahli geologi.
Staurolit memiliki ciri khas yaitu bentuknya yang menyerupai salib. Mineral Staurolit ini
memiliki sifat fisik diantaranya :
 Warna : Coklat kemerahan, coklat, dan hitam.
 Kilap/Luster : Vitreous ke resin untuk kusam.
 Transparansi : Kristal yang tembus ke buram.
 Sistem kristal : Monoklinik, 2 / m
 Pembelahan : Satu arah
 Pecahan/Fraktur : tidak merata untuk conchoidal
 Kekerasan : 7-7,5
 Berat Jenis : 3,7-3,8
 Streak : Putih
 Mineral Assosiasi : Almandine, micas, kyanite dan mineral metamorf lainnya.
Staurolit ini sering ditemukan pada batuan metamorf, Staurolit ini terbentuk oleh
pengaruh dominan dari tekanan yang sangat besar, dan biasa ditemukan pada batuan yang
mengalami deformasi yang kuat atau termasuk dalam mineral stress. Staurolit ini termasuk
mineral yang memiliki derajat meramorfosa yang tinggi sehingga Staurolit ini dijadikan
sebagai indicator derajat metamorfosa suatu batuan. Staurolit ini memiliki kegunaan sebagai
indicator derajat metamorfosa dan specimen mineral.

4. Serpentin
Serpentin ini termasuk mineral silikat yang termasuk subclass phyllosilicates.

Serpentin memiliki rumus kimia . Serpentine sebenarnya adalah nama

yang umum diterapkan pada beberapa anggota kelompok polimorfik. Mineral ini memiliki
dasarnya kimia yang sama tetapi struktur yang berbeda. Serpentin ini memiliki sifat fisik
diantaranya :
 Warna : Hijau zaitun, kuning atau keemasan, coklat, atau hitam.
 Kilap/Luster : Mutiara
 Transparansi kristal : Tembus dan massa yang buram.
 Sistem kristal : Umumnya monoklinik.
 Pembelahan : varietas crysotile tidak memilikinya, dalam lizardite dan antigorite itu
baik dalam satu arah.
 Pecahan/Fraktur : conchoidal di antigorite dan lizardite dan splintery di crysotiles.
 Kekerasan : 3-4,5
 Berat Jenis : 2,2-2,6
 Streak : Putih
 Mineral Asosoasi : Kromit, olivin, garnet, kalsit, biotit dan bedak.
 Karakteristik lain : halus saat disentuh dan serat sangat fleksibel.
Serpentin ini biasa ditemukan pada batuan metamorf seperti gneiss ataupun sekis.
Serpentin ini merupakan salah satu mineral indeks dari batuan metamorf. Serpentin ini
terbentuk karena proses metamorfik yang dipengaruhi oleh faktor suhu dan tekanan.
Serpentin ini memiliki kegunaan sebagai aplikasi industri, termasuk pelapis rem dan kain
tahan api dan sebagai batu hias.

5. Garnet
Garnet merupakan kelompok mineral silikat yang memiliki rumus kimia Al3B2(SiO4)3.
Mineral garnet ini bukan mineral tunggal tetapi mineral kelompok. Garnet bukan mineral
tunggal, tetapi kelompok berisi terkait erat, mineral isomorf yang membentuk serangkaian
satu sama lain. Para anggota Garnet membentuk mineral perantara antara setiap anggota, dan
bahkan mungkin intergrow dalam kristal tunggal. Mineral garnet berbeda sedikit dalam sifat
fisik, dan beberapa anggota mungkin sangat mirip bahwa mereka bisa dibedakan dari satu
sama lain tanpa x-ray analisis.
The garnet umum dapat dibagi menjadi dua sub kelompok:
Kelompok 1: garnet mengandung aluminium (Al) sebagai elemen kedua mereka. Ini
termasuk Pyrope, Almandine, dan Spessartine. ("Pyralspite")
Kelompok 2: garnet mengandung kalsium (Ca) sebagai elemen pertama mereka. Ini
termasuk Uvarovite, Grossular, dan Andradite. ("Ugrandite"). Mineral garnet ini memiliki
sifat fisik yang dapat membantu mengidentifikasi diantaranya :
 Warna : Hijau, merah, ungu
 Kilap/Luster : Kaca
 Transparansi kristal : Transparan menjadi buram Transparansi
 Sistem kristal : Isometrik tetapi bervariasi dalam komposisi kimia dan sifat-sifat fisiknya.
 Berat Jenis : Pembelahan Mungkin menunjukkan perpisahan.
 Pembelahan : Tidak ada
 Pecahan/Fraktur : Fraktur Conchoidal untuk tidak merata
 Kekerasan : 6,5-7,5
 Berat Jenis : 3,5-4,3
 Streak : Putih
 Karakteristik lain : Rapuh
Mineral garnet ini dapat ditemukan pada jenis batuan metamorf. Kelompok mineral
garnet ini biasa ditemukan pada batuan metamorf khususnya pada gneiss dan sekis.
Kelompok mineral garnet ini terbentuk secara malihan (metamorfik) yang pembentukkannya
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Garnet terbentuk pada suhu yang tinggi sekitar 400 o-
1000o C dan tekanan yang sangat tinggi (1,2 GPa) sehingga bisa digolongkan sebagai mineral
yang memiliki derajat metamorfisme yang sangat tinggi. memiliki kegunaan sebagai
perhiasan karena bentuk dan warna yang unik sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

6. Silimanit
Silimanit memiliki rumus kimia , merupakan mineral silikat yang termasuk

subclass nesosillicates. Silimanit merupakan polymorph dari andalusit dan kyanit. Silimanit
merupakan mineral resmi negara Delaware. Silimanit memiliki sifat fisik diantaranya :
 Warna : Putih, coklat dan hijau.
 Luster : Halus ketika berserat atau vitreous sebaliknya.
 Transparansi kristal : Transparan.
 Sistem kristal : Ortorombik; 2/m2/m2/m
 Pembelahan : Baik dalam satu arah memanjang.
 Fraktur : Splintery.
 Kekerasan : 7,5
 Berat Jenis : Sekitar 3,2 + (di atas rata-rata)
 Streak : Putih.
 Mineral Asosiasi : Garnet, biotit, feldspars, kuarsa, kyanite dan andalusite.
 Karakteristik lain : serat yang rapuh membedakan mereka dari mineral asbes.
Silimanit merupakan salah satu mineral yang sering ditemukan pada batuan metamorf
karena silimanit ini salah satu indeks pada batuan metamorf. Silimanit ini memiliki derajat
metamorfosa yang tergolong tinggi karena terbentuk pada tekanan yang tinggi. Silimanit juga
dapat bertahan terhadap deformasi yang kuat atau termasuk stress mineral.

7. Andalusit
Andalusit adalah mineral yang ditemukan di Negara Spanyol tepatnya di daerah
Andalusia, jadi nama mineral ini pun disesuaikan dengan tempat dimana ia ditemukan.

Andalusit memiliki rumus kimia , Andalusit ini merupakan mineral silikat yang

termasuk kelas nesosillicates. Andalusit ini memiliki sifat fisik diantaranya :


 Warna : Putih, merah, coklat, oranye dan hijau.
 Luster : Vitreous atau seperti serabut.
 Transparansi kristal : Transparan.
 Sistem kristal : Ortorombik; 2/m2/m2/m
 Kebiasaan kristal : termasuk kristal prisma dengan penampang persegi diakhiri oleh
sebuah pinacoid. juga besar dan granular.
 Pembelahan : Dua arah.
 Fraktur : Splintery untuk subconchoidal.
 Kekerasan : 7,5
 Berat Jenis : sekitar 3,15 + (di atas rata-rata)
 Streak : Putih.
 Mineral Asosiasi : Kordierit, biotit, feldspars, kuarsa, kyanite dan sillimanite.
 Karakteristik lain : inklusi gelap menghasilkan bentuk salib dalam berbagai chiastolite.
Indeks bias adalah 1,632-1,638.
Andalusit ini merupakan salah satu dari mineral indeks pada batuan metamorf.
Andalusit ini terbentuk pada batuan yang tidak mengalami deformasi yang kuat atau terkena
tekanan yang besar, sering disebut sebagai jenis antistress. Terbentuknya mineral andalusit ini
dipengaruhi oleh faktor yang dominan yaitu tekanan.

8. Aktinolit
Aktinolit memiliki rumus kimia , tergolong mineral

silikat dan termasuk subclass Inosillicates. Aktinolit ini sendiri merupakan mineral yang
umum terdapat pada batuan metamorf. Aktinolit ini mineral yang sangat unik karena
memiliki kekhasan dalam penyusunnya berupa seart yang biasa disebut byssolite. Selain itu
kemiripan dengan mineral lain pun kadang membingungkan keberadaan mineral aktinolit,
seperti hampir sama dengan hornblend hanya dibedakan oleh transparansinya. Mineral
aktinolit memiliki sifat fisik diantaranya :
 Warna : Hijau.putih atau abu-abu.
 Luster : Vitreous atau berserat.
 Transparansi : Transparan.
 Sistem kristal : Monoklinik, 2 / m
 Kebiasaan kristal : termasuk kristal prismatik memanjang dan diratakan dengan
penghentian kubah seperti itu sebenarnya merupakan dua dari empat wajah prisma. Juga
sebagai massa berserat (asbes) dan sebagai massa berserat dan sangat kompak (giok
nephrite).
 Pembelahan : adalah sempurna dalam dua arah mendekati 60 - dan 120-derajat
sudut.
 Fraktur : Splintery untuk tidak merata.
 Kekerasan : 5,5 - 6.
 Berat Jenis : sekitar 2,9-3,3 (sangat sedikit di atas rata-rata untuk mineral tembus).
 Streak : Putih.
 Mineral terkait : Kuarsa, lawsaonite, epidot dan glaukofan.
 Lain Karakteristik : Nephrite kompak sangat sulit dan sebenarnya lebih kuat dari baja.
Aktinolit ini merupakan mineral index pada batuan metamorf. Aktinolit ini teerbentuk
pada fasies metamorfisme yaitu greenschist fasies yang merupakan fasies yang
pembentukannya dipengaruhi oleh tekanan. Aktinolit ini termasuk dalam derajat
metamorfisme yang menengah yang terbentuk pada tekanan yang tertentu saat proses
metamorfismenya. Aktinolit ini termasuk dalam jenis antistress, Aktinolit ini tidak ditemukan
pada batuan yang terdeformasi dengan kuat.

9. Kianit
Kianit merupakan salah satu mineral silikat yang termasuk dalam kelas nesosillicates.

Kianit memiliki rumus kimia . Kianit adalah sebuah polymorph dari silimanit dan

andalusit. Kianit memiliki sifat fisik yang khas untuk pengidentifikasian diantaranya :
 Warna : biru biasanya tapi juga bisa menjadi putih, abu-abu atau hijau. Warna ini
sering tidak konsisten sepanjang kristal dan dapat bernoda kotor atau coretan.
 Kilap/Luster : Vitreous ke hampir mutiara.
 Transparansi kristal : Transparan.
 Sistem kristal : Triklinik; bar 1
 Kebiasaan kristal : termasuk datar, pinacoid didominasi, kristal prismatik sering tertanam
dalam batuan metamorf dan urat kuarsa
 Pembelahan : yang baik dalam satu arah sejajar dengan wajah pinacoid datar
 Pecahan/Fraktur : Splintery.
 Kekerasan : Sekitar 4,5 ketika tergores sejajar dengan sumbu panjang kristal dan
sekitar 6,5 ketika tergores atau tegak lurus di sumbu panjang
 Berat Jenis : Sekitar 3,58 + (di atas rata-rata)
 Streak : Putih.
 Mineral Asosiasi : Biotit, staurolite, garnet, kuarsa, andalusite dan sillimanite.
Kianit ini memiliki keunikan pada kekerasannya yang bisa berbeda antar
spesimennya. Hal inilah yang dapat dijadikan sebagai salah satu aspek dalam
pengidentifikasiannya di lapangan. Kianit ini sering ditemukan pada batuan metamorf, kianit
ini terbentuk oleh pengaruh dominan dari tekanan yang asngat besar, dan biasa ditemukan
pada batuan yang mengalami deformasi yang kuat. Kianit ini termasuk mineral yang
memiliki derajat meramorfosa yang tinggi.

10. Kordierit
Kordierit memiliki rumus kimia , tergolong mineral silikat yang

termasuk subclass Cyclosillicates. Kordierit memiliki sifat fisik diantaranya :


 Warna : biasanya biru, ungu, abu-abu, coklat atau berwarna
 Luster : vitreous.
 Transparansi kristal : transparan.
 Sistem kristal : ortorombik, 2 / m 2 / m 2 / m
 Kebiasaan kristal : termasuk kristal prismatik langka tapi biasanya besar, atau dalam biji-
bijian kompak tertanam dalam sekis malihan dan gneisses. Juga ditemukan sebagai kerikil
dan biji-bijian dalam deposito aluvial
 Pembelahan : satu arah.
 Fraktur : subconchoidal.
 Kekerasan : 7-7,5
 Berat Jenis : sekitar 2,3 (cahaya)
 Streak : putih.
 Karakteristik lain : sangat pleochroic (menampilkan berbagai warna dari biru-violet
untuk abu-abu atau berwarna), indeks bias adalah 1,52-1,57
 Mineral terkait : Almandine, korundum, andalusite, biotit dan feldspars
Kordierit ini merupakan salah satu dari mineral indeks pada batuan metamorf.
Kordierit ini terbentuk pada batuan yang tidak mengalami deformasi yang kuat atau terkena
tekanan yang besar, sering disebut sebagai jenis antistress. Terbentuknya mineral kordierit ini
dipengaruhi oleh faktor yang dominan yaitu tekanan. Korsierit memiliki derajat metamorfosa
yang tergolong tinggi.

11. Tremolit
Mineral Tremolit adalah salah satu mineral yang termasuk mineral silikat. Mineral

Tremolite ini memiliki rumus kimia adalah mineral yang relatif umum

ditemukan di beberapa batuan metamorf. Umumnya terdapat pada batuan sekis ataupun
batuan marmer. Mineral ini biasa dijumpai dengan warna putih ketika tidak terdapat unsur
besi (Fe) sedangkan hijau ketika terdapat unsur besi (Fe), semakin banyak unsur besi (Fe)
maka warnanya akan semakin gelap. Mineral tremolit ini memiliki sifat fisik yang membantu
dalam pengidentifikasiaannya diantaranya :
 Warna : Putih atau abu-abu tetapi dapat kehijauan, tidak berwarna, kuning dan
ungu.
 Luster/Kilap : Vitreous atau halus untuk kusam.
 Transparansi : Spesimen yang tembus ke transparan.
 Sistem Crystal : Monoklinik, 2 / m
 Belahan : Sempurna dalam dua arah mendekati 60 - dan 120-derajat sudut
(berbentuk berlian).
 Fraktur/Pecahan : Tidak merata.
 Kekerasan : 5 – 6 dalam skala Mohs
 Berat Jenis : Sekitar 2,9-3,1 (sangat sedikit di atas rata-rata untuk mineral tembus).
 Streak/Cerat : Putih
Mineral Tremolite ini biasa ditemukan dalam Batuan Metamorf terutama batuan sekis
dan marmer. Hal ini terjadi dari konversi dolomit, silika dan air ke tremolite, kalsit dan
karbon dioksida. Dengan rumus :
+ +

Tremolit ini merupakan mineral index pada batuan metamorf. Tremolit ini teerbentuk
pada fasies metamorfisme yaitu greenschist fasies yang merupakan fasies yang
pembentukannya dipengaruhi oleh tekanan. Tremolit ini termasuk dalam derajat
metamorfisme yang menengah yang terbentuk pada tekanan yang tertentu saat proses
metamorfismenya. Tremolit ini termasuk dalam jenis antistress, tremolit ini tidak ditemukan
pada batuan yang terdeformasi dengan kuat.

12. Epidot
Epidot adalah salah satu mineral silikat yang termasuk subclass sorosillicates. Epidot

memiliki rumus kimia . Epidot memiliki sifat fisik untuk

mengidentifikasinya diantaranya :
 Warna : kekuningan-hijau, hijau, coklat-hijau, hitam
 Lustre : Vitreous, Pearly
 Transparansi : Transparan, Buram
 Kristal Sistem: monoklinik 2 / m – prisma
 Pembelahan : Perfect
 Fraktur : tidak teratur / tidak rata
 Streak : tak berwarna
 Kekerasan (Mohs) : 6
 Sifat Dalam : Rapuh
Epidot ini juga adalah salah satu mineral index dari batuan metamorf. Mineral ini juga
sebagai indicator dari derajat metamorfisme. Mineral epidot ini terbentuk oleh faktor suhu
yang dominan atau metamorfosa kontak. Epidot ini terbentuk pada suhu yang ekstrem,
terbentuk karena aliran magma yang melewati diatas mineral tersebut yaitu sebesar 300 o-700o
C. Selain pengaruh suhu ada juga pengaruh senyawa kimia.

DAFTAR PUSTAKA

http://alfonsussimalango.blogspot.com/2009/11/makalah.html (diakses pada Minggu 15 April 2012,

pukul 14.16)

http://diajengsurendeng.blogspot.com/2012/01/facies-metamorfosis-dan-index-mineral.html (diakses

pada Minggu 15 April 2012, pukul 14.32)

http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/14/petrologi-batuan-metamorf/ (diakses pada Minggu 15

April 2012, pukul 14.20)

http://www.galleries.com/Actinolite (diakses pada Kamis 12 April 2012, pukul 23.16)

http://www.galleries.com/Andalusite (diakses pada Kamis 12 April 2012, pukul 23.20)

http://www.galleries.com/Chlorite (diakses pada Kamis 12 April 2012, pukul 23.28)

http://www.galleries.com/Cordierite (diakses pada Kamis 12 April 2012, pukul 23.36)

http://www.galleries.com/Kyanite (diakses pada Jum’at 13 April 2012, pukul 20.52)

http://www.galleries.com/Mica (diakses pada Minggu 12 April 2012, pukul 12.12)

http://www.galleries.com/Serpentine (diakses pada Kamis 12 April 2012, pukul 23.50)

http://www.galleries.com/Sillimanite (diakses pada Kamis 12 April 2012, pukul 00.09)


http://www.galleries.com/Staurolite (diakses pada Kamis 12 April 2012, pukul 23.12)

http://www.minerals.net/mineral/actinolite.aspx (diakses pada Jum’at 13 April 2012, pukul 20.16)

http://www.minerals.net/mineral/chlorite.aspx (diakses pada Jum’at 13 April 2012, pukul 20.20)

http://www.minerals.net/mineral/epidote.aspx (diakses pada Sabtu 14 April 2012, pukul 22.15)

www.mineralminers.com/html/garminfo.htm (diakses pada Sabtu 14 April 2012, pukul 22.56)

www.mineralzone.com/garnet.htm (diakses pada Sabtu 14 April 2012, pukul 22.148)

Anda mungkin juga menyukai