Mempelajari kristalografi berarti akan membahas tentang bagaimana serta dimana kristal diartikan
kristal diartikan bidang homogen bidang homogen yang memiliki bidang polyhedral tertentu.Bidang muka
yang licin dalam suatu kristal di dalam kristalografi dan mineralogi biasanya bersifat anisotrop dan
tembus air. Sedangkan di dalam mempelajari mineralogi berarti akan membahas mineral dimana
merupakan benda padat homogen yang ada di alam dengan alam dengan komposisi kimia
tertentu,mempunyai atom yang teratur dan biasanya terbentuk secara alami.
Kristal merupakan suatu padatan yang atom, molekul atau ion penyusunnya terkemas secara teratur
dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi atau Kristal juga bisa didefinisikan sebagai susunan
kimia antara dua atom akan berbentuk bila mana terjadi penurunan suatu energy potensial dari system
ion atau molekul yang akan dihasilkan dengan penyusunan ulang elektron pada tingkat yang lebih
rendah.
Tujuan
• Mengetahui macam-macam sistem
krista.
• Mengetahui kelas-kelas yang ada
pada sistem kristal.
• Mengetahui bentuk sistem kristal
dan simbol yang ada di dalamya.
• Mengetahui jumlah dan posisi
sumbu kristal serta bidang
kristalyang dimiliki oleh semua
bentuk kristal baik dalam
bentuk proyeksi orthogonal.
Metode
Penulisan ini disusun dengan cara
mengumpulkan bahan - bahan tulisan
dari berbagai pustaka, materi pelaran di
kelas, diktat-diktat, internet dan
deskripsi mineralogi di laboratorium.
Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu “Krustallos”,
terdiri atas “kruos” yang artinya beku dan “stellein” yang
artinya dingin. Jadi kristal mengacu pada kedua kata
tersebut berarti membeku karena proses pendinginan.
Kristal juga sering disebut sebagai hablur / balur, mengacu
pada sifat fisik yang menandainya, karena kristal bersifat
hablur.
—Pembahasan
Golongan sistem kristal
Gambar 4 Aeschynite
Trigonal
Trigonal memiliki 4 titik perpotongan sumbu, dengan 4 sumbu kristal, sumbu-sumbu yang
menghubungkan bidang-bidang vertikal disebut sebagai a1, a2 dan a3, terletak secara
horizonal; masing-masing memiliki panjang dan sudut yang sama. Sumbu panjangnya
bersusunan secara vertikal kita sebut sebagai sumbu c. Perpotongan simetri antara sumbu a1,
a2 dan a3 membentuk sudut 120o, sedangkan perpotongan antara sumbu horizontal dengan
sumbu vertikalnya membentuk sudut 90O tegak 40 lurus.
Gambar 5 Calsite
Hexagonal
Sistem hexagonal sekilas nampak seperti sistem kristal trigonal sehingga dalam
beberapa buku acuan yang lain dijadikan satu sistem kristal dengan trigonal. Sistem
kristal ini dibedakan dengan trigonal karena memiliki 6 bidang kristal secara vertikal,
sedangkan trigonal memiliki 3 bidang kristal. Dapat dideskripsikan juga, bahwa
sistem kristal heksagonal mencakup pula kelas-kelas yang mencerminkan kelas sistem
kristal trigonal, dengan enam sisi bidang kristal.
Gambar 7 Aegirine
Triklin
Sistem triklin mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus dan panjang masing-masing sumbu tidak sama (Gambar
3.11). Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c, sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚sudut α, β
dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.