Anda di halaman 1dari 46

BAB I

KRISTALOGRAFI

Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sistem

kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang

mempelajari mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk menentukan

susunan atom dalam zat padat. Kristal adalah bahan padat homogen yang

membentuk bagan polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh

komposisi kimia tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi

oleh bidang permukaan yang halus yang mengikuti hukum geometri tertentu.

Ada beberapa ketentuan agar dapat disebut sebagai kristal, diantaranya

adalah padat, tidak dapat teruraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan

proses fisika, memiliki stuktur bentuk, bidang serta sudut inklimasi pada setiap

kristal tertentu. Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat

kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada

sifat-sifat material tersebut. Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah

ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari

"kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu.

Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan dialam. Bentuk-bentuk kristal ini

bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan

strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Beberapa material

kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik

atau efek piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika

kristal. Dalam struktur radioelektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik

1
2

dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik. Kristalografi adalah

ilmu - ilmu yang mempelajari tentang:

 Sifat Geometri

Memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang

menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang

membatasinya.

 Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar

Disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada

situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal

dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi,

ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

 Struktur dalam

Membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung

parameter dan parameter rasio.

 Sifat fisis kristal

Hal ini sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar

kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh

bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non

kristalin.

Sumbu kristalografi ialah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.

Kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi.

Tetapi dalam penggambarannya dibuat dimensi sehingga digunakan proyeksi

orthogonal.
3

b+

a-

b- b+

a+
c-

Gambar 1.1 Sudut Kristalografi


Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu

kristalografi pada titik potong (pusat kristal).

 Sudut α ialah sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.

 Sudut β ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.

 Sudut γ ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.

Sistem Kristalografi berdasarkan letak sumbu kristalografi, jumlah

sumbunya, nilai sumbu c serta perbandingan panjang sumbu-sumbunya dibagi

menjadi 7 sistem, yakni:

 Sistem Isometrik

Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan

sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan

saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan

panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.

 Sistem Tetragonal

Sama dengan system isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu

kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b


4

mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat

lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.

 Sistem Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus

terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing

membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d

memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih

panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).

 Sistem Trigonal

Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama

lain yaitu rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini

kedalam sistem kristal hexagonal. Demikian pula cara

penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal

setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian

dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati

satu titik sudutnya.

 Sistem Orthorhombik

Sistem ini disebut juga sistem rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri

kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu

tersebut mempunyai panjang yang berbeda.

 Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga

sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n

tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap
5

sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,

umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.

 Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya

tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu

tidak sama.

1.2 Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal


6

Klas Simetri

Pengelompokan dalam klas simetri berdasarkan pada:

1. Sumbu Simetri

Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat

kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu

putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.

Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu: gire, giroide, dan

sumbu inversi putar.

 Sumbu simetri gyre berlaku bila kenampakkan (konfigurasi) satu

sama lain pada kedua belah pihak/ kedua ujung sumbu sama.

Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre) dituliskan pada

kanan atas atau kanan bawah. Misal L4 = L4 = g4 = g4.

Digyre ( L2 = I2 = g2 = g2 )

Apabila kristal diputar 360 º dengan sumbu

tersebut sebagai poros putarannya, akan

muncul dua kali kenampakan yang sama

Gambar 1.3 Digyre


7

Trigyre (L3 = L3 = g3 = g3 )

Apabila kristal diputar 360º dengan sumbu

tersebut sebagai poros putarannya, akan

muncul tiga kali kenampakan yang sama.

Gambar 1.4 Trigyre


Tetragyre (L4 = L4= g4= g4)
Apabila kristal diputar 360º dengan sumbu

tersebut sebagai poros putarannya, akan

muncul empat kali kenampakan yang sama.

Gambar 1.5 Tetragyre

 Sumbu simetri gyre polair berlaku bila kenampakkan satu sama lain

pada kedua belah pihak berbeda/ tidak sama. Jika pada salah satu

sisinya berupa sudut maka pada sisi lainnya berupa bidang.

Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre). Misal L2 = g2.


8

Gambar 1.6 Simetri Gyre Polair

Keterangan gambar:

(i) Digyre Polair (L2 = g2).

(ii) Trigyre Polair (L3= g3).

(iii)Tetragyre Polair (L4 = g4).

(iv) Hexagyre Polair (L6 = g6).

 Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasi suatu perputaran

dimana sumbu tersebut sebagai porosnya dengan pencerminan ke

arah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu

tersebut. Dinotasikan dengan huruf “S” (spilegel Axepy). Misal S2.


9

Sumbu cermin putar bernilai 2, besar

perputarannya 180º, 1 putaran sebesar

180º menuju 1´, dilanjutkan dengan

pencerminan tegak lurus bidang

cermin putaran menempati 22. 2

diputar 180º menuju 2´ kemudian


Gambar 1.7 Sumbu Cermin Bernilai 2
dicerminkan menempati 1

kembali.Dari 1-1´ menempati 2 & 2-

2´ menempati 1.

Sumbu cermin putar bernilai 3, besar


perputarannya 120º. Dalam penentuan dan
cara mendapatkan sumbu bernilai tiga
caranya sma dengan digyroide. Cermin
putaran menempati.
Dari 1 lewat 1´ menempati 2.

Dari 2 lewat 2´ menempati 3.

Dari 3 lewat 3´ menempati 4.

Dari 4 lewat 4´ menempati 5.

Dari 5 lewat 5´ menempati 6.


Gambar 1.8 Sumbu Cermin
Dari 6 lewat 6´ menempati 1. bernilai 3 bernilai 3
10

 Sumbu inversi putar merupakan hasil perputaran dengan sumbu

tersebut sebagai poros putarannya, dilanjutkan dengan

menginversikan (membalik) melalui titik pusat simetri pada sumbu

tersebut. Misal L4i, L6i dan sebagainya.

Gambar 1.9 Sumbu Inversi Putar

Keterangan gambar :

(i) Sumbu inversi putar bernilai 2.

(ii) Sumbu inversi putar bernilai 3.

(iii)Sumbu inversi putar bernilai 4.

(iv) Sumbu inversi putar bernilai 6.

2. Sudut Simetri

Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam

sebuah kristal. Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik

persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal yang akan sangat

berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.


11

3. Bidang Simetri

Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal

menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan

pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya. Bidang simetri ini

dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri

menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal

melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Dinotasikan dengan P

(plane) atau M (mirror). Bidang simetri dikelompokkan menjadi 2,

yaitu:

Bidang simetri utama ialah merupakan bidang yang dibuat melalui 2

buah sumbu simetri utama kristal dan membagi bagian yang sama

besar.

Bidang simetri utama terbagi atas:

 Bidang utama horizontal yang dinotasikan dengan h.

 Bidang simetri utama vertikal yang dinotasikan dengan v.

Gambar 1.10 Bidang Simetri Utama


12

Gambar 1.11 Bidang Simetri Diagonal


Bidang simetri diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat

hanya melalui sumbu simetri utama kristal serta dinotasikan dengan (d).

1. Titik Simetri atau Pusat Simetri (Centrum = C)

Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat

dibuat garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan

sisi yang lain dengan jarak yang sama, dijumpai kenampakkan yang

sama (tepi, sudut, bidang). Pusat simetri selalu berimpit dengan pusat

kristal, tetapi pusat kristal belum tentu merupakan pusat simetri.

2. Penentuan Klas Simetri

Penentuan klas simetri berdasarkan pada kandungan unsur-unsur

simetri yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal.

Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan

untuk mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat

diaplikasikan hamper pada semua penggambaran yang berdasarkan

hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik,

arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara

penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat

persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a,b,c dan


13

seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau

perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk gambar tiga

dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang

muka kristal.

Pada bidang geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting.

Karena untuk mempelajari ilmu geologi, kita tentunya juga harus

mengetahui komposisi dasar dari bumi ini, yaitu batuan. Dan batuan

sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk oleh

proses alam. Dan pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang

pengertian mineral yang dibentuk kristal-kristal.

Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui

berbagai macam bahan-bahan dasar pembentuk bumi ini, dari yang ada

disekitar kita hingga jauh didasar bumi. Ilmu kristalografi juga dapat

digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang

paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai

perhiasan karena nilai estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu

sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi digunakan sebagai dasar

untuk mempelajari ilmu geologi itu sendiri. Dengan alasan utama kristal

adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.


14

Gambar 1.13 Kristal Biru

Gambar 1.12 Kristal Ungu

Gambar 1.13 Kristal Biru

Gambar 1.14 Kristal Hijau


15

1.1 Sistem Kristal Reguler

Sistem ini juga disebut sistem kristal sistem isometrik, atau dikenal

pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3

dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan

panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal reguler memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan

sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α

= β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β

dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 1.15 Penggambaran Sistem Kristal Reguler


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,

sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya,

pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis

dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan

patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal
16

ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu

bˉ.

Gambar 1.16 Sistem Kristal Reguler Hexahedron

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

 Tetaoidal

 Gyroida

 Diploida

 Hextetrahedral

 Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold,

pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

Penentuan klas simetri sistem kristal reguler menurut herman mauguin

Bagian pertama : Menerangkan nilai sb a (SB a, b, c),

mungkinbernilai 4 atau 2 dan ada

tidaknya bidang simetri yang tegak lurus

sumbu a tersebut.
4 2
Bagian ini dinotasikan dengan : 𝑚 , 4 , 4̅ , 𝑚 , 2
17

Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf ‘,’ menunjukan adanya bidang

simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.

Bagian kedua : Menerangkan sumbu simetri bernilai 3.

Apakah sumbu simetri yang bernilai itu,

juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.

Maka bagian kedua selalu ditulis : 3 atau 3̅

Bagian ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu

simetri intermediet / diagonal bernilai 2

dan tidaknya bidang simetri diagonal

yang tegak lurus terhadap sumbu

diagonal tersebut.
2
Bagian ketiga dinotasikan dengan , 2, m atau tidak ada.
𝑚

Contoh :
4 2 4 2
 Klas Hexotahedral ...................................... 𝑚 3̅ 𝑚 −−→ 3̅ 𝑚
𝑚

 Klas Pentagonal Icositetrahedral 4 3 ......... −−→ 4 3 2

 Klas Hextetrahedral 4̅ 3 m ......................... −−→ ̅4 3 m

2 2
 Klas Dyakisdodecahedral 𝑚 3̅ .................... −−→ 3̅ -
𝑚

 Klas Tetratohedris 2 3 ................................ −−→ 23 -

Penentuan klas simetri sistem kristal reguler menurut schoenflish

Bagian pertama : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan

yaitu sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.


18

- Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasukan dengan

huruf O (Octaeder), karena contoh bentuk kristal

yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 4

adalah Octahedron.

- Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan

huruf T (Tetraeder), karena contoh bentuk kristal

yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 2 adalah

bentuk Tetrahedron.

Bagian kedua : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila

kristal tersebut mempunyai:

- Bidang simetri horizontal (h)

- Bidang simetri vertikal (v) |→dinotasikan h

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri horizontal (h)|→ dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri vertikal(v) |→ dinotasikan v

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri diagonal (d) |→ dinotasikan d

Contoh :
19

1. Klas Hexoctahedral ........................................... Oh

2. Klas Pentagonal icositetrahedral ....................... O

3. Klas Hextetrahedral ........................................... Td

4. Klas Dykisdodecahedral .................................... Th

5. Klas Tetrahedral pentagonal dodecahedral ....... T

Tabel1.1 Sistem Kristal Reguler


AXES Herman-

Planes

Center
System (1) Class Name (2) 2- 3-Fold 4- 6- Maugin

Fold Fold Fold Symbols (3)

Tetartoidal 3 4 - - - - 23

Diploidal 3 4 - - 3 yes 2/m 3


Isometric

Hextetrahedral 3 4 - - 6 - 4 3m

Gyroidal 6 4 3 - - - 432

Hexocahedral 6 4 3 - 9 Yes 4/m 3 2/m


20

1.2. Sistem Kristal Tetragonal

Sama dengan sistem Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu

kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai

satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang

atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.

Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama

dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut

kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut

kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 1.17 Penggambaran Sistem Tetragonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,

sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.

Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik

garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan

patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal

ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu


21

Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

 Piramid

 Bipiramid

 Bisfenoid

 Trapezohedral

 Skalenohedral

 Ditetragonal Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,

autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

Penentuan klas simetri sistem kristal tetragonal menurut herman mauguin

Bagian Pertama : Menerangkan nilai sumbu c,

mungkinbernilai 4 atau tidak bernilai

dan ada tidaknya bidang simetri yang

tegak lurus sumbu c.


4
Bagian ini dinotasikan dengan : , 4 , 4̅
𝑚

Bagian kedua : Menerangkan ada tidaknya nilai

sumbu lateral dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus terhadap sumbu

lateral tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan dengan : , 2 , m atau tidak ada
𝑚

Bagian Ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu simtri

imtermediet dan ada tidaknya bidang


22

simetri yang tegak lurus terhadap sumbu

intermediet tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan : 2, 2, m atau tidak ada.

Contoh :
4 2 2 4 2 2
1. Klas Ditetragonal bipyramidal , , → , ,
𝑚 𝑚 𝑚 𝑚 𝑚 𝑚

2. Klas Tetragonal trapexohedral 4 2 2 → 4 4 2

3. Klas Ditetragonal pryramidal 4 m m → 4 m m

4. Klas Tetragonal sclenohedral 4̅ 2 m → 4̅ 2 m

5. Klas Tetragonal bipyramidal 4 → 4 - -

6. Klas Tetragonal pramdal 4 → 4 - -

7. Klas Tetragonal bisphenoidal 4̅ → 4̅ - -

Penentuan klas simetri kristal tetragonal menurut schoenflish

Bagian pertama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c,

yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu

intermediet, ada 2 kemungkinan:

- Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan

dengan D dari kata Diedrish.

- Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan

dengan c dari kata Cyklich.

Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini

dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d

atau c.

Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetri


23

- Bidang simetri horizontal (h)

- Bidang simetri vertikal (v)|→ dinotasikan h

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri horizontal (h)|→ dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan v

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri diagonal (d) |→ dinotasikan d

Contoh :

1. Klas Ditetragonal pyramidal ......................................... C4v

2. Klas Ditetragonal bipyramidal ...................................... D4h

3. Klas Tetragonal scalenohedral ...................................... D2d

4. Klas Tetragonal trapezohedral ...................................... D

5. Klas Tetragonal bipyramidal ......................................... C4h

6. Klas Tetragonal pyramidal ............................................ C4

7. Klas Tetragonal bispenoidal .......................................... S4

8. Klas Dihexagonal pyramidal ......................................... C6

9. Klas Dihexagonal bipyramidal ...................................... D6h

10. Klas Hexagonal trapezohedral ...................................... D6

11. Klas Hexagonal bipyramidal ......................................... C6h


24

12. Klas Hexagonal pyramidal ............................................ C6

13. Klas Trigonal bipyramidal ............................................ C3h

14. Klas Trigonal trapezohedral .......................................... D3

15. Klas Trigonal rhombohedral ......................................... C3i

16. Klas Trigonal pyramidal................................................ C3

17. Klas Ditrigonal scalenohedral ....................................... D3d

18. Klas Ditrigonal bipyramidal .......................................... D3h

19. Klas Ditrigonal pyramidal ............................................. C3v

20. Klas Orthorombic pyramidal ......................................... C2v

21. Klas Orthorombic bisphenoidal .................................... D2

22. Klas Orthorombic bipyramidal...................................... D2h

23. Klas Prismatik ............................................................... C2h

24. Klas Spenoidal............................................................... C2

25. Klas Domatic ................................................................. C1h

26. Klas Pinacoidal .............................................................. Ci


25

Gambar 1.18 Sistem Kristal Tetragonal Prisma Orde I

Tabel 1.2 Sistem Kristal Tetragonal


AXES Herman-

Planes

Center
System (1) Class Name (2) 2- 3-Fold 4- 6- Maugin

Fold Fold Fold Symbols (3)

Dispheoidal 1 - - - - - 4

Pyramidal - - 1 - - - 4

Dipyramidal - - 1 - 1 yes 4/m

Scalenohedral 3 - - - 2 - 4 2m
Tetragonal

Ditetragonal
- - - - 4 - 4mm
pyramidal

Trapezohedral 4 - 1 - - - 422

Ditetragonal-
4 - 1 - 5 yes 4/m 2/m 2/m
Dipyramidal
26

1.3 Sistem Kristal Monoklin

Sistem monoklin merupakan sistem simetri terbesar dengan hampir

satu banding tiga dari seluruh mineral termasuk kedalam salah satu kelas

sistem ini. Sistem ini terdiri dari dua sumbu tak sama panjang (a dan b) yang

saling berpotongan tegak lurus dan sebuah sumbu c yang condong terhadap

sumbu a. Sumbu a dan c melintang pada satu bidan. Keduanya tidak saling

tegak lurus.

(Oblique = Monosymetric = Clonorhombic = Hemiprismatik

Monoclonihedral)

Gambar 1.19 Penggambaran Sistem Kristal Monoklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,

sistem kristal monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang.

Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-

sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini

menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:


27

 Sfenoid

 Doma

 Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,

malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

Penentuan klas simetri sistem kristal monoklin menurut herman mauguin

Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya

bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.

Contoh :
2
1. Klas prismatic ..................................... 𝑚

2. Klas Sphenoidal ................................. 2

3. Klas domatik ...................................... m

Penentuan klas simetri kristal monoklin menurut schoenflish

Bagian pertama : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c,

yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu

inter\mediet, ada 2 kemungkinan:

- Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D

dari kata Diedrish.

- Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan

dengan c dari kata Cyklich.

Bagian kedua : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan

di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.

Bagian ketiga : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


28

- Bidang simetri horizontal (h)

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan h

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri horizontal (h) |→ dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan v

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri diagonal (d) |→ dinotasikan d

Contoh :

1. Klas Ditetragonal pyramidal ......................................... C4v

2. Klas Ditetragonal bipyramidal ...................................... D4h

3. Klas Tetragonal scalenohedral ...................................... D2d

4. Klas Tetragonal trapezohedral ...................................... D

5. Klas Tetragonal bipyramidal ......................................... C4h

6. Klas Tetragonal pyramidal ............................................ C4

7. Klas Tetragonal bispenoidal .......................................... S4

8. Klas Dihexagonal pyramidal ......................................... C6

9. Klas Dihexagonal bipyramidal ...................................... D6h

10. Klas Hexagonal trapezohedral ...................................... D6

11. Klas Hexagonal bipyramidal ......................................... C6h


29

12. Klas Hexagonal pyramidal ............................................ C6

13. Klas Trigonal bipyramidal ............................................ C3h

14. Klas Trigonal trapezohedral .......................................... D3

15. Klas Trigonal rhombohedral ......................................... C3i

16. Klas Trigonal pyramidal ............................................... C3

17. Klas Ditrigonal scalenohedral ....................................... D3d

18. Klas Ditrigonal bipyramidal .......................................... D3h

19. Klas Ditrigonal pyramidal ............................................. C3v

20. Klas Orthorombic pyramidal......................................... C2v

21. Klas Orthorombic bisphenoidal .................................... D2

22. Klas Orthorombic bipyramidal...................................... D2h

23. Klas Prismatik ............................................................... C2h

24. Klas Spenoidal............................................................... C2

25. Klas Domatic ................................................................. C1h

26. Klas Pinacoidal .............................................................. Ci

27. Klas Asymetric .............................................................. C1


30

Tabel 1.3 Sistem Kristal Monoklin


AXES Herman-
Class Name Maugin

Planes

Center
System (1)
(2) 2- 3-Fold 4- 6-
Symbols (3)
Fold Fold Fold

Domatic - - - - 1 - m
Monoclinic

Sphenoidal 1 - - - - - 2

Prismatic 1 - - - 1 yes 2/m


31

1.4 Sistem Kristal Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya

tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak

sama.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya

tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga

memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini,

sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Sb a

disebut Brachy, sb disebut sb Macro, dan sb c disebut Basal/vertikal.

Gambar 1.20 Penggambaran Sistem Kristal Triklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,

Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak

ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada

sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini

menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ

dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.


32

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

 Pedial

 Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,

anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris.

1992)

Penentuan klas simetri sistem kristal triklin menurut herman mauguin

Sistem ini hanya mempunyai dua klas simetri, yaitu :

1. Memunyai titik simetri ............... Klas pinacoidal 1̅

2. Tidak Meempunyai unsur simetri Klas asymmetric 1

Penentuan klas simetri sistem kristal triklin menurut schoenflish

Bagian pertama : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c,

yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu

inter\mediet, ada 2 kemungkinan:

- Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan

dengan D dari kata Diedrish.

- Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan

dengan c dari kata Cyklich.

Bagian kedua : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini

dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d

atau c.

Bagian ketiga : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

- Bidang simetri horizontal (h)


33

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan h

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri horizontal (h) |→ dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan v

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri diagonal (d) |→ dinotasikan d

Contoh :

1. Klas Ditetragonal pyramidal ......................................... C4v

2. Klas Ditetragonal bipyramidal ...................................... D4h

3. Klas Tetragonal scalenohedral ...................................... D2d

4. Klas Tetragonal trapezohedral ...................................... D

5. Klas Tetragonal bipyramidal ......................................... C4h

6. Klas Tetragonal pyramidal ............................................ C4

7. Klas Tetragonal bispenoidal .......................................... S4

8. Klas Dihexagonal pyramidal ......................................... C6

9. Klas Dihexagonal bipyramidal ...................................... D6h

10. Klas Hexagonal trapezohedral ...................................... D6

11. Klas Hexagonal bipyramidal ......................................... C6h


34

12. Klas Hexagonal pyramidal ............................................ C6

13. Klas Trigonal bipyramidal ............................................ C3h

14. Klas Trigonal trapezohedral .......................................... D3

15. Klas Trigonal rhombohedral ......................................... C3i

16. Klas Trigonal pyramidal................................................ C3

17. Klas Ditrigonal scalenohedral ....................................... D3d

18. Klas Ditrigonal bipyramidal .......................................... D3h

19. Klas Ditrigonal pyramidal ............................................. C3v

20. Klas Orthorombic pyramidal ......................................... C2v

21. Klas Orthorombic bisphenoidal .................................... D2

22. Klas Orthorombic bipyramidal...................................... D2h

23. Klas Prismatik ............................................................... C2h

24. Klas Spenoidal............................................................... C2

25. Klas Domatic ................................................................. C1h

26. Klas Pinacoidal .............................................................. Ci

27. Klas Asymetric .............................................................. C1

Tabel 1.4 Sistem Kristal Triklin


AXES Herman-
Planes

Center

System (1) Class Name (2) 2- 3-Fold 4- 6- Maugin

Fold Fold Fold Symbols (3)

Pedial - - - - - - 1
Triclinic
Pinacoidal - - - - - yes 1
35

1.5 Sistem Kristal Orthorhombic

Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem ortorombik memiliki 3 sumbu,

dimana ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 900 atau saling tegak lurus

dengan lainnya. Sumbu a adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah sumbu

menengah, dan sumbu c adalah sumbu terpanjang. Penamaan dari kristal

juga di tentukan oleh bentuk melintang dari sumbu-sumbu tersebut, dan di

letakan sebagai awalan seperti makro atau brachi sebagai contoh makro

pinacoid.

Gambar 1.21 Penggambaran Sistem Kristal Orthorhombic

Pada penggambarannya dengan menggunakan pyoyeksi orthogonal,

sistem orthorhombic memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang.

Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-

sumbunya pada sistem ini dan sudut antar sumbunya a+ ̂ b - = 300. Hal ini

menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 300 terhadap sumbu b-

(Prismatic = Rhombic = Trimetric)

Sistem Othorhombic dibagi menjadi 3 kelas:

 Bipyramidal
36

 Bisphenoidal

 Pyramidal

Penentuan klas simetri sistem kristal orthorhombic menurut herman

mauguin

Bagian I : Menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang

yang tegak lurus terhadap sumbu a tersebut

2
Dinotasikan : ,2,m
m

Bagian II : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada

tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap

sumbu b tersebut.

2
Di notasikan : , 2, m
m

Bagian III : Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut.

2
Di notasikan: , 2, m
m

Penentuan klas simetri sistem kristal orthorhombic menurut schoenflish

Bagian pertama : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c,

yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu

inter\mediet, ada 2 kemungkinan:

- Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan

dengan D dari kata Diedrish.


37

- Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan

dengan c dari kata Cyklich.

Bagian kedua : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini

dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d

atau c.

Bagian ketiga : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

- Bidang simetri horizontal (h)

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan h

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri horizontal (h) |→

dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan v

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri diagonal (d) |→

dinotasikan d

Contoh :

1. Klas Ditetragonal pyramidal ......................................... C4v

2. Klas Ditetragonal bipyramidal ...................................... D4h

3. Klas Tetragonal scalenohedral ...................................... D2d


38

4. Klas Tetragonal trapezohedral ...................................... D

5. Klas Tetragonal bipyramidal ......................................... C4h

6. Klas Tetragonal pyramidal ............................................ C4

7. Klas Tetragonal bispenoidal .......................................... S4

8. Klas Dihexagonal pyramidal ......................................... C6

9. Klas Dihexagonal bipyramidal ...................................... D6h

10. Klas Hexagonal trapezohedral ...................................... D6

11. Klas Hexagonal bipyramidal ......................................... C6h

12. Klas Hexagonal pyramidal ............................................ C6

13. Klas Trigonal bipyramidal ............................................ C3h

14. Klas Trigonal trapezohedral .......................................... D3

15. Klas Trigonal rhombohedral ......................................... C3i

16. Klas Trigonal pyramidal................................................ C3

17. Klas Ditrigonal scalenohedral ....................................... D3d

18. Klas Ditrigonal bipyramidal .......................................... D3h

19. Klas Ditrigonal pyramidal ............................................. C3v

20. Klas Orthorombic pyramidal ......................................... C2v

21. Klas Orthorombic bisphenoidal .................................... D2

22. Klas Orthorombic bipyramidal...................................... D2h

23. Klas Prismatik ............................................................... C2h

24. Klas Spenoidal............................................................... C2

25. Klas Domatic ................................................................. C1h

26. Klas Pinacoidal .............................................................. Ci


39

1.6 Sistem Kristal Hexagonal

Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu

horisontal yang di beri nama a1, a2, a3. sudut yang di bentuk dari positif

sampai ke positif adalah 1200 dan memiliki sudut yang sama besar. Sumbu

vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal.

sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama

panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal

dan membentuk 60° Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari

sumbu a.

Gambar 1.22 Penggambaran Sistem Kristal Hexagonal

Penggambarannya: a+ / b- = 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan

sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang Sb a dibuat

dengan memperhatikan Sb b dan Sb d.

Contoh mineral : Apatite, Calcite.

Penentuan klas simetri sistem kristal hexagonal menurut herman maugin


40

Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c (mungkin

6
, 6, 6, 3, 3) dan ada tidaknya bidang
m

simetri horisontal yang tegak lurus

sumbu c tersebut.

6
Bagian ini di notasikan : , 6, 6, 3, 3
m

Bagian II : Menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b,

d) dan ada tidaknya bidang simetri

vertikal yang tegak lurus.

2
Bagian ini di notasikan : , 2 , m atau tidak ada.
m

Bagian III : Menerangkan ada tiaknya sumbu simetri

intermediet dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus terhadap sumbu

intermediet tersebut.

2
Bagian ini di notasikan : , 2, m atau tidak ada.
m

Penentuan klas simetri hexagonal menurut schoenflish

Bagian pertama : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c,

yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu

inter\mediet, ada 2 kemungkinan:

- Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan

dengan D dari kata Diedrish.


41

- Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan

dengan c dari kata Cyklich.

Bagian kedua : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini

dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d

atau c.

Bagian ketiga : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

- Bidang simetri horizontal (h)

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan h

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri horizontal (h) |→ dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan v

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri diagonal (d) |→ dinotasikan d

Contoh :

1. Klas Ditetragonal pyramidal ......................................... C4v

2. Klas Ditetragonal bipyramidal ...................................... D4h

3. Klas Tetragonal scalenohedral ...................................... D2d

4. Klas Tetragonal trapezohedral ...................................... D

5. Klas Tetragonal bipyramidal ......................................... C4h


42

6. Klas Tetragonal pyramidal ............................................ C4

7. Klas Tetragonal bispenoidal .......................................... S4

8. Klas Dihexagonal pyramidal ......................................... C6

9. Klas Dihexagonal bipyramidal ...................................... D6h

10. Klas Hexagonal trapezohedral ...................................... D6

11. Klas Hexagonal bipyramidal ......................................... C6h

12. Klas Hexagonal pyramidal ............................................ C6

13. Klas Trigonal bipyramidal ............................................ C3h

14. Klas Trigonal trapezohedral .......................................... D3

15. Klas Trigonal rhombohedral ......................................... C3i

16. Klas Trigonal pyramidal................................................ C3

17. Klas Ditrigonal scalenohedral ....................................... D3d

18. Klas Ditrigonal bipyramidal .......................................... D3h

19. Klas Ditrigonal pyramidal ............................................. C3v

20. Klas Orthorombic pyramidal ......................................... C2v

21. Klas Orthorombic bisphenoidal .................................... D2

22. Klas Orthorombic bipyramidal...................................... D2h

23. Klas Prismatik ............................................................... C2h

24. Klas Spenoidal............................................................... C2

25. Klas Domatic ................................................................. C1h

26. Klas Pinacoidal .............................................................. Ci

27. Klas Asymetric .............................................................. C1


43

1.7 Sistem Kristal Trigonal

Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu

horisontal yang sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak

lurus atau 900. sebuah sumbu tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda

panjangnya.

Sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o;

Gambar 1.23 Penggambaran Sistem Kristal Trigonal


Pada penggambarannya ketentuan dan cara melukis sama dengan

heksagonal, perbedaannya pada sistem heksagonal sumbu c bernilai 6,

sedangkan pada sistem trigonal sumbu c bernilai 3. Penarikan Sb a sama

dengan sistem hexagonal. Contoh mineral : Corundum (Al2O3), Calcite

(CaCO3).

Penentuan klas simetri sistem kristal trigonal menurut herman maugin

Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c (mungkin

6
, 6, 6, 3, 3) dan ada tidaknya bidang
m
44

simetri horisontal yang tegak lurus

sumbu c tersebut.

6
Bagian ini di notasikan : , 6, 6, 3, 3
m

Bagian II : Menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b,

d) dan ada tidaknya bidang simetri

vertikal yang tegak lurus.

2
Bagian ini di notasikan : , 2 , m atau tidak ada.
m

Bagian III : Menerangkan ada tiaknya sumbu simetri

intermediet dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus terhadap sumbu

intermediet tersebut.

2
Bagian ini di notasikan : , 2, m atau tidak ada.
m

Penentuan klas simetri kristal trigonal menurut schoenflish

Bagian pertama : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c,

yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu

inter\mediet, ada 2 kemungkinan:

- Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan

dengan D dari kata Diedrish.

- Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan

dengan c dari kata Cyklich.


45

Bagian kedua : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini

dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d

atau c.

Bagian ketiga : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

- Bidang simetri horizontal (h)

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan h

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri horizontal (h) |→ dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri vertikal (v) |→ dinotasikan v

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri diagonal (d) |→ dinotasikan d

1. Klas Ditetragonal pyramidal ......................................... C4v

2. Klas Ditetragonal bipyramidal ...................................... D4h

3. Klas Tetragonal scalenohedral ...................................... D2d

4. Klas Tetragonal trapezohedral ...................................... D

5. Klas Tetragonal bipyramidal ......................................... C4h

6. Klas Tetragonal pyramidal ............................................ C4

7. Klas Tetragonal bispenoidal .......................................... S4

8. Klas Dihexagonal pyramidal ......................................... C6


46

9. Klas Dihexagonal bipyramidal ...................................... D6h

10. Klas Hexagonal trapezohedral ...................................... D6

11. Klas Hexagonal bipyramidal ......................................... C6h

12. Klas Hexagonal pyramidal ............................................ C6

13. Klas Trigonal bipyramidal ............................................ C3h

14. Klas Trigonal trapezohedral .......................................... D3

15. Klas Trigonal rhombohedral ......................................... C3i

16. Klas Trigonal pyramidal................................................ C3

17. Klas Ditrigonal scalenohedral ....................................... D3d

18. Klas Ditrigonal bipyramidal .......................................... D3h

19. Klas Ditrigonal pyramidal ............................................. C3v

20. Klas Orthorombic pyramidal ......................................... C2v

21. Klas Orthorombic bisphenoidal .................................... D2

22. Klas Orthorombic bipyramidal...................................... D2h

23. Klas Prismatik ............................................................... C2h

24. Klas Spenoidal............................................................... C2

25. Klas Domatic ................................................................. C1h

26. Klas Pinacoidal .............................................................. Ci

27. Klas Asymetric .............................................................. C1

Anda mungkin juga menyukai