Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

KARAKTERISTIK BAHAN PELEDAK

Bahan peledak komersial, umumnya adalah terdiri dari kelas bahan peledak
kimia. Dalam hal ini detonator, sumbu ledak dan sumbu api serta NONEL harus
diklasifikasikan sebagai bahan peledak. Pabrik bahan peledak selalu
memberikan katalog dan keterangan mengenai spesifikasi bahan peledak yang
dihasilkan.

Untuk memenuhi tuntutan persyaratan dalam penggunaan bahan peledak saat


ini, bahan peledak harus memiliki ciri-ciri khusus (karakter) sebagai berikut.
1. Merupakan substansi atau campuran substansi yang tidak terlalu peka
agar cukup aman dalam penanganan dan penyimpanan, tetepi cukup
peka untuk dinyalakan apabila diperlukan.
2. Setelah dinyalakan, dekomposisi kimianya harus berlangsung sangat
cepat, mengahasilkan gas yang volumenya pada tekanan normal dan
temperatur tinggi yang dihasilkanya dari reaksi eksothermis, adalah
sangat besar dibandingkan dengan substansi aslinya.
3. Reaksinya harus eksothermis agar dicapai peningkatan tekanan yang
sangat besar.
4. Komposisi bahan harus sederhana dan tidak mahal biaya pembuatannya
serta bahan bakunya mudah diperoleh
5. Bahan peledak hendaknya:
 Tenaga atau kekuatannya sesuai dengan keperluannya
 Kecepatan detonasinya tinggi (kecuali tidak dikehendaki efek
penghancuran yang berlebihan)
 Memiliki bobot isi (density) sesuai dengan penggunaannya di
lapangan
 Ketahanan terhadap air cukup baik
 Karakteristik gas beracun yang dihasilkan (fume characteristics)
cukup baik
 Pada temperatur kerja, tidak memiliki kecenderungan untuk
membeku atau disosiasi
 Keadaan fisiknya mudah menyesuaikan dengan kemiringan lubang
bor sehingga mudah untuk diisikan
 Tidak mengalami perubahan kualitas selama penyimpanan di dalam
gudang.

Bahan peledak mempunyai bermacam-macam sifat. Untuk jenis bahan


peledak tertentu sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari pabrik yang
membuatnya. Sifat-sifat yang akan dibahas disini adalah sifat-sifat yang
berguna sebagai petunjuk untuk memilih BP. Sifat-sifat tersebut adalah sifat
fisik dan sifat detonasi.

IV-1
Sifat fisik terdiri dari:
1. Bobot isi
2. Sensitivitas
3. Ketahanan air
4. Stabilitas kimia
5. Karakteristik gas peledakan
6. Karaketristik keselamatan

Sedangkan sifat detonasi terdiri dari:


1. Kecepatan detonasi (VOD)
2. Tekanan detonasi
3. Tekanan lubang tembak
4. Energi atau kekuatan

4.1. SIFAT-SIFAT FISIK

4.1.1. Bobot Isi (Density)

Secara umum, kerapatan adalah berat persatuan volume. Bobot isi BP


merupakan salah satu parameter penting dalam pemilihan BP yang cocok
untuk suatu kegiatan peledakan batuan. Bobot isi berhubungan dengan massa
BP yang menempati ruangan lubang tembak. Energi peledakan yang disuplai
oleh BP merupakan fungsi dari jumlah massanya, semakin tinggi bobot isi BP
senakin besar energi peledakannya (menghasilkan kecepatan detonasi dan
tekanan yang tinggi). Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengatur distribusi
energi peledakan pada kondisi geometri peledakan dimana polanya tidak
beraturan. Sebagai contoh lihat gambar 4.1. dimana konsentarasi BP atau
loading density di toe dan material keras harus lebih tinggi dari material
lainnya.

Kolom ANFO

BP dg Bobot isi tinggi Material keras


Kolom ANFO

Kolom ANFO

BP dg Bobot isi tinggi pada toe

Gambar 4.1. Contoh aplikasi bobot isi bahan peledak

Bobot isi BP bisa dinyatakan dalam tiga cara:


a. Berat jenis/kekuatan dodol ledak, dimana berat jenis adalah nisbah
bobot isi BP terhadap bobot isi air pada kondisi baku (standard).
b. Berat bahan peledak per unit panjang dari isian, lb/ ft
c. “Cratridge count” atau “stick count” adalah sama dengan 140 dibagi
berat jenis BP atau dinyatakan dalam jumlah dodol ledak 1,25 x 8
inchi didalam kotak seberat 50 lb.

IV-2
Hubungan antara bobot isi atau berat jenis, “cartridge count” dan “loading
density”, adalah seperti persamaan di bawah.

dl= 0.34De2 ………………………………………………………………….(4.1)


SG=140/SC atau 141/SC…………………………………………………(4.2)
dl= 48 De2/SC………………………………………………………………….(4.3)
Keterangan:
dl = loading density, lb/ft
De = diameter lubang tembak, in
 bobot isi, gr/cc
SG = specific gravity
SC = stick count

4.1.2. Kepekaan (Sensitivity)

Kepekaan adalah ukuran mudah atau tidaknya suatu reaksi peledakan dari
bahan peledak akan terjadi dan relatif mudah atau tidaknya reaksi peledakan
dirambatkan ke seluruh muatan.

Ada beberapa macam kepekaan yaitu :


a. Sensitivity to shock adalah kepekaan bahan peledak terhadap
benturan.
b. Sensitivity to friction adalah kepekaan suatu bahan peledak
terhadap gesekan.
c. Sesitivity to heat adalah kepekaan bahan peledak terhadap panas.
d. Sesitivity to cap adalah kepekaan bahan peledak terhadap
gelombang ledakan dari bahan peledak lain yang letaknya berjauhan
dari bahan peledak tersebut.

4.1.3. Ketahanan Terhadap Air (Water Resistance)

Ketahanan terhadap air adalah kemampuan dari suatu bahan peledak untuk
menahan perembesan air. Ketahanan air suatu bahan peledak ditentukan
dalam jam lamanya suatu bahan peledak dicelupkan dalam air, dimana masih
dapat diledakkan dengan baik. Apabila terdapat air dalam lubang tembak dan
waktu antara memuat dan meledakkan agak singkat, BP dengan nilai
ketahanan air baik sudah memenuhi. Jika waktu BP berada dalam lubang
tembak agak lama perlu dipakai BP dengan nilai ketahahan air yang sangat
baik atau memuaskan (excellent).

BP watergel dan emulsion memberikan tekanan terhadap kondidi


basah/berair, yang walaupun demikian akan mengubah sifat-sifat lainnya.
Pada dasarnya tidak ada BP komersial yang 100% tahan air. Tetapi semua BP
yang dikatakan tahan air dapat dipakai secara efektif bila BP dimuatkan ke
dalam lubang tembak dengan hati-hati untuk memindahkan air dan lumpur
dari dasar lubang dan segera dinyalakan. Produsen BP mengkategorikan
ketahanan air ke dalam, tidak tahan air, buruk, sedang, baik, dan sangat baik.
Indikator terbaik untuk menunjukkan ketahanan air BP adalah rekomendasi

IV-3
waktu tidur (sleep time). Beberapa BP tidak bisa dibiarkan tidur untuk waktu
yang lama antara pemuatan dan penyalaan.

Uji standard ketahanan air dimaksudkan untuk BP dinamit (12,5 ” x 8”) dengan
melubanginya dengan ukuran 0,25 inchi sebanyak 16 lubang. Lalu uji
kemampuan ledaknya oleh detonator no.6 dengan sebelumnya dicelupkan
dalam air. Standard waktu ketahanan airnya diberikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Waktu tidur berbagai kelas bahan peledak

Kelas Waktu Tidur (jam) Kelas Waktu Tidur (jam)


1. ~ 5 4-7
2. 32-71 6 1.3
3. 16-31 7 <1
4. 8-15

Umumnya Gelatin mempunyai ketahanan air paling baik, dinamit berbobot isi
tinggi mempunyai ketahanan air sedang sampai baik, dan dinamit berbobot isi
rendah mempunyai ketahanan air rendah sampai nol.

4.1.4. Stabilitas Kimia

Semua BP selalu disimpan dalam gudang dalam waktu yang sangat bervariasi.
Gudang harus memiliki alat pendingin atau pemanas sehingga BP diperlakukan
dengan kondisi–kondisi ekstrim yang ada diberbagai tempat di dunia. Selama
penyimpanan perlu diperhatikan bahwa faktor keamanan dan sifat-sifatnya BP
tidak akan berubah. Kestabilan kimia BP dapat diperkirakan melalui pengujian
yang disebut Abel Heat Test. Uji ini menggunakan sejumlah kecil BP yang
dipanaskan hingga temperatur mencapai 70 0 C selama 10 menit dan
didasarkan atas standard warna gas yang dikeluarkan BP pada kertas Starch-
Iodide. Perubahan warna pada kertas uji ini menunjukkan dekomposisi awal
dari BP.

Secara kimia, bahan peledak tidak berubah bila dijaga pada kondisi
penyimpanan tertentu, namun demikian dapat dikatakan bahwa stabilitas
kimia akan berubah akibat beberapa hal. Berikut ini adalah beberapa faktor
yang mempengaruhi umur BP.
 Formula (susunan campuran)
 Kelembaban dan temperatur ekstrim
 Kualitas bahan mentah
 Kontaminasi
 Fasilitas pergudangan

Untuk memudahkan identifiksi kerusakan BP secara visual adalah sebagai


berikut :
 Kristalisasi
 Perubahan warna
 Kinerja lapangan buruk

IV-4
 Terjadi segregasi (khusus ANFO)

4.1.5. Karakteristik Gas Peledakan

Diharapkan dari detonasi suatu BP komersial menghasilkan uap air (H 2O),


karbondioksida (CO2) dan nitrogen (N2), walaupun kadang-kadang terdapat
juga hasil tambahan yang tidak diharapkan yaitu gas-gas beracun seperti
karbon monoksida (CO akibat dari negatif neraca oksigen) dan nitrogen oksida
(NO2 akibat dari positif neraca oksigen). Gas-gas beracun ini terbentuk karena
hasil suatu proses peledakan yang tidak “zero oxygen balance”.

Gas-gas beracun ini disebut “fumes” dan “fumes class” dari suatu BP
menyatakan sifat dan jumlah dari gas-gas beracun yang terbentuk didalam
proses peledakan. Untuk kegiatan peledakan ditambang terbuka faktor gas
beracun tidak terlalu menjadi suatu persoalan. Di dalam pekerjaan tambang
bawah tanah atau pekerjaan dalam ruang tertutup atau terkurung, nilai gas
beracun dari suatu BP yang dipakai merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan. Kehadiran gas-gas beracun ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut :
 Buruknya kontrol kualitas
 Kerusakan pada BP
 Pengepakan Bocor
 Diameter muatan BP kurang atau
 Waktu tidur yang terlalu lama

Nilai gas beracun dari suatu BP didasarkan pada anggapan bahwa BP


diledakkan dalam bentuk dodol ledak. Pengupasan pembungkus dodol ledak
suatu BP akan mengganggu neraca oksigen dan akan bepengaruh kurang baik
terhadap gas-gas beracun yang dihasilkan dan efesiensi peledakan. Air dalam
lubang tembak dapat juga memepunyai pengaruh yang merugikan pada gas-
gas beracun yang dihasilkan dalam proses peledakan, disebabkan oleh
kerusakan BP atau penyerapan panas dari proses peledakan.

Setiap pekerjaan peledakan yang telah ditentukan selalu ada BP atau


“Blasting Agent” yang cocok dan akan memberikan hasil yang terbaik.

Untuk memilih BP yang sesuai, juru ledak harus mengetahui kondisi fisik
batuan (kekerasan, density, struktur geologi, dan sebagainya) dan kondisi
tempat kerja (keadaan air, ventilasi yang tersedia) dan tujuan dari pekerjaan
peledakan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat dipilih BP yang
mempunyai sifat-sifat yang sesuai.

4.1.6. Karakteristik Keselamatan

BP komersial dalam penggunaannya harus memiliki sifat-sifat yang dapat


menjamin keselamatan kerja. Oleh karena itu sebelum BP dapat dipakai
secara komersial beberapa uji perlu dilakukan seperti :
 Jatuh Impak

IV-5
 Batang luncur
 Projektil
 Analisa panas differensial
 Bakar dan
 Elektrik statik (lihat Explosive and Rock Blasting, Atlas Bowder
Company,1987)

4.2. SIFAT-SIFAT DETONASI

4.2.1. Kecepatan Detonasi (VOD)

Sifat BP yang sangat penting adalah kecepatan detonasi yang dapat diukur
atau dinyatakan dalam angka terkurung (confined) atau harga tidak terkurung
dengan satuan meter per detik (mps). Kecepatan detonasi terkurung (confined
detonation velocity), adalah ukuran dari kecepatan gelombang detonasi
(detonation wave) yang merambat melalui kolom BP di dalam lubang tembak
atau ruang terkurung lainnya. Sedangkan kecepatan detonasi tidak terkurung
(unconfined detonatioan velocity) menunjukkan kecepatan detonasi BP
apabila Bp diledakkan dalam keadaan terbuka atau tidak terkurung. Karena BP
umumnya dipergunakan dalam keadaan tingkat pengurungan tertentu , harga
kecepatan detonasi dalam keadaan terbuka atau tidak terkurung lebih berarti.

Sebagian pabrik mengukur kecepatan detonasi di dalam kolom BP berdiameter


1,25 inchi yang tidak terkurung, walaupun beberapa pengukuran dilakukan
dalam pengurungan dengan pipa besi dengan diameter berbeda-beda.
Kecepatan detonasi dari suatu BP tergantung pada density, bahan-bahan
(ingredients) yang terdapat dalam BP, ukuran partikel dari bahan-bahan,
diameter muatan (charge) dan derajat pengurungan. Pengurangan ukuran
butir, penambahan diameter muatan dan penambahan derajat pengurungan
semuanya cenderung menambah kecepatan detonasi. Memilih BP yang
didasarkan atas kecepatan detonasi perlu mengetahui apakah kecepatan
tersebut terkurung atau tidak terkurung.

Kecepatan detonasi tidak terkurung umumnya antara 70-80% kecepatan


detonasi terkurung, sedangkan kecepatan detonasi BP komersial bervariasi
antara 1667-8333 mps. Untuk peledakan pada batuan keras dipakai BP yang
mempunyai kecepatan detonasi yang tinggi (sifat shattering effect) dan
peledakan pada batuan lemah dipakai BP yang kecepatan detonasinya rendah
(sifat haeaving action).

Beberapa BP dan umunya “blasting agent” sangat peka terhadap perubahan


diameter muatan. Apabila diameter dikurangi sampai batas tertentu akan
terjadi misfire, dimeter ini disebut diameter kritis dimana perambatan tidak
dapat berlangsung/terhenti (lihat tabel 4.2).

IV-6
Tabel 4.2. Zone reaksi dan diameter kritis

Bahan Peledak Zona Reaksi Dkrit (mm)


PETN 0,2 1-5
TNT 0,3 5
Dynamite 5 15-20
ANFO 20-25 30-60
Emulite - 15-20
Emulite 1200 - 40-50
Emultan 7000 - 50-75

4.2.2. Tekanan Detonasi (Detonation Pressure)

Tekanan detonasi adalah fungsi dari kecepatan detonasi dan density suatu BP,
dan merupakan ukuran tekanan di dalam gelombang detonasi (detonation
wave). Walaupun hubungan kecepatan detonasi dan bobot isi dengan tekanan
detonasi adalah kompleks dan tergantung pada bahan-bahan yang terkandung
dalam suatu BP, namun dapat dibuat pendekatan seperti pada persamaan
sebagai berikut:
Pd=2.325x10-7xVOD2x

dimana,
Pd = tekanan detonasi, kbar (1 kbar=14.504 psi)
VOD = kecepatan detonasi, fps
 = density, gr/cc

4.2.3. Tekanan Lubang Tembak

Tekanan lubang tembak yang dipublikasi oleh produsen BP seringnya


didasarkan pada:
 pengukuran VOD dengan muatan BP terkurung
 perhitungan-perhitungan bobot isi BP
 termodinamik.

Dalam melakukan peledakan ANFO, besaran-besaran tekanan lubang tembak


sangat berguna karena ANFO adalah BP yang kurang sensitif oleh karenanya
tekanan detonasi tinggi sangat diharapkan. Tekanan yang berada dibelakang
muka detonasi menghasilkan tekanan lubang tembak sekitar 50% tekanan
detonasi dan ini adalah hasil ekspansi gas-gas. Tekanan lubang tembak
menunjukkan bahwa energi gas dari BP dan nilainya tergantung kepada :
 Pengukungan
 Jumlah gas yang dibangkikan
 Temperatur produk reaksi kimia BP

Tekanan lubang tembak (Pb) diakibatkan dari ekspansi gas-gas reaksi kimia
BP, oleh karenanya tidak mungkin diukur karena tekanan kejutnya sangat
besar di muka detonasi yang dapat merusakkan semua peralatana ukur.

IV-7
4.2.4. Kekuatan/Energi (Strenght)

“Strenght” atau kekuatan adalah ukuran untuk mengukur energi yang


terkandung dalam BP dan kerja yang dapat dilakukan suatu BP. Biasanya
dinyatakan dengan (%) prosen. Tes yang dipakai untuk mengukur adalah
“balistic mortar test”. Istilah “strenght” pertama kali dipakai untuk dinamit
dengan campuran nitrogliserin dan kieselguhr (inert filter). 60% dinamit
mengandung 60% berat nitrogliserin dan kekuatannya 3 kali kekuatan 20%
dinamit.

Sekarang inert “filter” dari “straight dynamite” disubtitusi dengan bahan-


bahan aktif (active ingredient) seperti “sodium nitrat” dan “carbonaceous
fuel” yang akan menambah energi dalam BP. Akibatnya “60% staright
dynamite” yang mengandung 60% nitrogliserin hanya kurang lebih 1 ½ kali
kekuatan dari “20% straight dynamite”, karena energi yang diberikan adalah
oleh tambahan “sodium nitrat” dan “carbonaceous material” dalam “20%
straight dynamite”.

Dua macam ukuran strenght yang dipakai untuk menilai BP komersial yaitu :
 Weight Strenght, membandingkan kekuatan BP dengan berat yang sama
 Dodol ledak atau “Bulk strenght”, membandingkan kekuatan BP dengan
volume yang sama.

Secara tradisional strenght dinyatakan dalam persen dengan “straigth


nitrogliserin dynamite” dipakai sebagai standard. “Weight strenght” dan
kekuatan dodol ledak dari suatu BP adalah sama apabila “specific gravity”
dari BP adalah 1,4.

4.2.4.1. Weight Strenght

Akan tetapi menurut versi baru (Scott, 1996) strenght atau energi yang
dilepaskan oleh suatu BP dapat dibandingkan dengan energi yang diberikan
oleh ekivalen berat BP ANFO. Weight strenght berguna untuk membandingkan
potensi kinerja suatu BP dengan basis faktor energi. Weight strenght biasanya
didefinisikan sebagai berikut,

Energi tersedia dari suatu BP


Weight Strenght = X 100% ......(4.5)
Energi tersedia ANFO

Beberapa BP kekuatannya dinyatakan dalam ‘weight strenght” dan sebagian


lagi dinyatakan dalam kekuatana dodol ledak. Oleh karena itu penting bagi
pemakai BP mengetahui kekuatan yang mana yang dipakai untuk menyatakan
kekuatan BP yang akan dipakai.

IV-8
Secara umum kekuatan dinamit dinyatakan dengan dasar “weight strenght”
dan gelatin dinyatakan dengan dasar kekuatan dodol ledak, walupun hal ini
tidak selalu benar.
4.2.4.2. Bulk Strenght

Bulk strenght suatu BP dinyatakan sebagai perbandingan energi suatu BP


terhadap energi yang diberikan oleh volume ekivalen BP ANFO. Bulk strenght
berguna untuk membandingkan potensi kinerja suatu BP dengan basis volume
ekivalen lubang tembak, atau panjang muatan untuk diameter lubang yang
sama.

Weight StrenghtxBobot Isi


Bulk Strenght = X 100%…… ..............(4.6)
Bobot Isi ANFO

Energi tersedia tidak memberikan indikasi laju pelepasan energi (Energy


release rate= ERR) atau proporsi suatu BP untuk bekerja secara efektif dalam
pembongkaran dan pemindahan batuan. Weight dan Bulk strenght tidak
memberikan data energi tersedia secara langsung melainkan hanya perkiraan
kerja efektif yang dapat dilakukan oleh suatu BP. Oleh karena itu timbul suatu
istilah baru yang disebut Energi Efektif.

4.2.4.3. Energi Efektif

Berdasarkan pengamatan high speed film camera, pergerakan burden (gambar


4.2.), pada akhirnya menyebabkan gas ledakan BP keluar dari lubang tembak
dan merekahkan massa batuan. Gas ini mengandung sejumlah besar energi.
Energi BP sesungguhnya terdiri dari energi aktivasi dan pelepasan energi dan
dalam bentuk energi kejut dan energi gelombang.

Energi efektif (EF) adalah energi yang berguna dalam proses detonasi atau
energi yang dilepaskan oleh BP begitu tekanan gas ledakan menurun dan
berhenti dimana tekanan gas keluar dari massa batuan dan oleh karena itu
berhenti melakukan kerja efektif. Energi tersedia dapat diplot dalam bentuk
energi kumulatif dengan menurunnya tekanan gas. Energi efektif adalah
kumulatif pelepasan energi hingga terhenti, yaitu pada terkanan sekitar
100.000 kPa atau 1000 Bar.

IV-9
Gambar 4.2. Pembongkaran dan perpindahan massa batuan menurut
flexural rupture
Pengukuran dan perhitungan energi sulit untuk dilakukan, namun metode
eksperimen telah banyak dilakukan, antara lain:
 Ballistic mortar
 Trautzl lead block test
 Underwater detonation test
 Crater test
 Langefors weight sterngth

Secara teoritik energi juga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-


persamaan termodinamik. Energi yang dihitung dengan hukum-hukum
thermodinamik akan lebih besar daripada hasil pengamatan eksperimentasi.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya kehilangan energi saat bahan peledak
diledakkan.

4.3. PEMILIHAN BAHAN PELEDAK

Dalam setiap rencana operasi peledakan, pemilihan bahan peledak hendaknya


dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal agar dalam pelaksanannya
diperoleh hasil yang sebaik-baiknya.

Secara garis besar, parameter dalam pemilihan bahan peledak adalah meliputi
beberapa hal, antara lain:
 Parameter bahan peledak
 Parameter pengisian bahan peledak (charge loading)
 Parameter batuan

Untuk memahami tiga parameter tersebut, terlebih dahulu perlu pengetahuan


yang mendalam mengenai beberapa aspek tentang bahan peledak dan
aplikasinya, yaitu mencangkup :
a. Karakteristik bahan peledak
b. Macam-macam bahan peledak yang ada dan yang umum digunakan
c. Peraturan-peraturan dan klasifikasi bahan peledak yang dikeluarkan oleh
pemerintah
d. Pemahaman kondisi tempat kerja

IV-10
e. Spesifikasi pekerjaan (maksud dan tujuan peledakan)

Mengenai karakteristik bahan peledak yang diuraikan dibagian depan, yang


sangat penting dan berkaitan langsung dengan operasi terutama adalah
kekuatan, kerapatan, kepekaan, kecepatan detonasi, ketahanan terhadap air,
dan fumes

Jenis bahan peledak kimia adalah bahan peledak yang paling luas
penggunaannya. Bahan peledak komersial jenis ini diproduksi oleh berbagai
pabrik dengan berbagai spesifikasi, komposisi, dan merk dagang. Masing-
masing mempunyai keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri. Oleh karena
itu, pemilihannya harus betul-betul cermat.

Segala hal yang berkaitan dengan bahan peledak, mulai dari pengadaan
(pembelian), pengangkutan, penyimpanan sampai pada penggunaannya harus
mengikuti dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Biasanya hal tersebut diatur oleh pemerintah, misalnya mengenai
peraturan import bahan peledak, syarat-syarat penyimpanan dan
pengangkutan apabila melewati tempat umum, dan sebagainya.

Untuk memahami kondisi tempat kerja, pertama-tama ialah mengenai


keadaan dan sifat batuan yang akan diledakkan. Misalnya tentang
kekerasannya, struktur, kerapatan SG dan kandungan air.

Kedaan disekitar tempat kerja juga perlu diperhatikan, misalnya mengenai


luas front kerja, bangunan-bangunan yang ada disekitarnya dan keadaan
lingkungan umumnya.

Mengenai spesifikasi pekerjaan juga harus jelas tentang maksud dan tujuan
peledakkan. Apakah peledakan akan dilakukan di bawah tanah, di tambang
terbuka atau dibawah air. Tujuan peledakkan apakah untuk maksud
penggalian biasa, pembongkaran “overburden”, pembongkaran bijih, atau
untuk quarry. Juga harus diketahui produksi yang dikehendaki, fragmentasi
(ukuran) dan jangka waktu operasinya.

Semua hal tersebut di atas diperlukan sebagai titik tolak pemilihan bahan
peledak agar sesuai dengan kebutuhan, agar tercapai hasil yang sebaik-
baiknya.

4.4. PENYIMPANAN BAHAN PELEDAK

Cara penyimpanan bahan peledak terutama dipengaruhi oleh:


 Macam bahan peledak
 Jumlah bahan peledak yang disimpan

Peraturan tentang tatacara penyimpanan bahan peledak pada tiap negara


atau daerah kadang berbeda-beda.

IV-11
Lokasi penyimpanan bahan bahan peledak

Lokasi untuk penyimpanan bahan peledak harus memenuhi persyaratan


tertentu yaitu:
a. Lokasi gudang bahan peledak harus mudah dicapai, aman terhadap
daerah lingkungan, dan memperhatikan jarak keselamatan terhadap
situasi sekelilingnya.
b. Jika memungkinkan, lokasi tersebut dipilih pada daerah berbukit yang
dapat memberikan perlindungan terhadap gedung-gedung, jalan raya,
dan instalasi-instalasi kepentingan umum yang lainnya.
c. Tempat penyimpanan bahan peledak sesuai dengan fungsinya dapat
dibagi dua yaitu:
- tempat penyimpanan induk (main storage)
- tempat penyimpanan sementara di lapangan

Tempat penyimpanan sementara umumnya hanya untuk menyimpan bahan


peledak untuk kegiatan peledakan selama kurang lebih satu bulan.

Persyaratan tempat/gudang penyimpanan bahan peledak:


1. memiliki konsturksi yang cukup kuat, tahan peluru, tahan api, dengan
lantai tidak lembab. Atap terbuat dari bahan yang ringan. Pintu-pintu
dilengkapi dengan kunci yang baik.
2. Terdiri dari du bangunan/bagian yang terpisah:
- bangunan pertama khusus untuk menyimpan bahan peledak
(explosive)
- bangunan kedua khusus untuk menyimpan detonator
3. dilengkapi dengan penangkal petir yang harus diperiksa selama enam
bulan sekali

Tatacara penyimpanan bahan peledak adalah :


1. Bahan peledak disimpan dan disusun menurut sistem rak dengan tumpukan
yang serendah-rendahnya 30 cm diatas lantai
2. Susunan bahan peledak tidak boleh melebihi tinggi 1.8 m dan sirkulasi
udara harus diperhatikan
3. di dalam gudang bahan peledak tidak boleh disimpan barang selain bahan
peledak
4. dilarang sama sekali membuka peti bahan peledak pada jarak kurang dari
15 meter dari gudang bahan peledak
5. Suhu dalam gudang dijaga tidak boleh lebih dari 35o C

Di Indonesia, tata cara penyimpanan bahan peledak diatur dengan :


- Ordonansi bahan peledak LN 1893 No.234
- Peraturan bahan peledak LN 1930 No. 39
- Mijn Politie Reglement LN 1930 No. 341 ps. 109-116

4.5. PERATURAN-PERATURAN TENTANG BAHAN PELEDAK

IV-12
Agar bahan peledak tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab, pemerintah telah memberlakukan peraturan-peraturan
yang menyangkut pengadaan (pembuatan dan pembelian), pengangkutan,
penyimpanan dan penggunaan bahan peledak.

Peraturan-peratuaran yang berkaitan dengan keselamatan penanganan bahan


peledak khususnya di bidang pertambangan ialah Mijn Politie Reglement LN
tahun 1930 No.341 pada bab VI pasal 102-122. Yaitu terdiri dari peraturan-
peraturan umum, penimbunan dan pengeluaran dan penembakan.

Untuk pengamanan bahan peledak, beberapa peraturan yang berlaku:


1. Keppres No.27 tahun 1982 yaitu tentang Pengadaan Bahan Peledak
2. KepMenHanKam No.Kep/01/M/I/1984 yaitu tentang pengawasan dan
pengendalian bahan peledak sebagai pelaksanaan keppres No.27 tahun 1982
3. SkepMenHanKam No.Skep/198/M/III/1984 yaitu tentang Perincian Bahan
Peledak
4. SkepMenHanKam No.Skep/199M/III/1984 yaitu tentang Penunjukkan
pelabuhan –pelabuhan bagi pemasukan pengeluaran dan pengangkutan
antar pulau untuk bahan peledak
5. Juklak Kapolri No.Juklak/06b/XI/1979
6. Instruksi presiden RI No.9 tahun 1979 yaitu tentang pengawasan dan
pengendalian senjata api

Di bidang pertambangan umum, perizinan mengenai bahan peledak di tangani


oleh Direktorat Pertambangan Umum.

IV-13

Anda mungkin juga menyukai