Anda di halaman 1dari 64

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................4
BAB II ISI PENGUJIAN.........................................................................................................................5
A. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus................................................................5
B. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar..............................................................10
C. Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus..............................................................16
D. PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES...........27
E. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH DENGAN METODE D.............................................31
F. PENGUJIAN BATAS CAIR DAN BATAS PLASTIS.............................................................31
G. PENGUJIAN TEST CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO)..............................................37
H. PENGUJIAN TEST DCP (DYNAMIC CONE PENETROMETER)..................................37
I. PENGUJIAN SANDCONE.........................................................................................................37
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................65
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................65
3.2 Saran............................................................................................................................................65

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya lah kami dapat melaksanakan Praktikum Blok Uji Tanah II serta dapat
menyelesaikan laporan kelompok ini dengan baik.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktikum Uji Tanah II selama Praktikum Blok
berlangsung. Praktikum ini diprioritaskan sebagai pemantapan teori-teori yang didapat
selama perkuliahan. Laporan ini dapat selesai berkat arahan dan bimbingan dari
Bpk.Surat,ST.,MT selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Uji Tanah II dan Ibu
Agustina Ariyani,ST selaku Pendamping Teknisi selama Praktikum berlangsung.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Laporan ini masih
memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar lebih baik di masa yang akan datang.

Banjarmasin, Desember 2022

Kelompok 2

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkerasan jalan adalah bagian dari jalur lalu lintas yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi darat dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak
terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan mempunyai kapasitas dukung dan keawetan
yang memadai dan ekonomis, maka perkerasan jalan dibuat berlapis-lapis agar dapat
mendukung berbagai macam beban yang disebabkan oleh pergerakan lalu-lintas.
Dalam proses perancangan perkerasan jalan, bahan atau material perkerasan jalan
merupakan bagian yang diutamakan dalam pertimbangan analisis parameter perancangan,
itulah sebabnya perkerasan jalan yang memiliki kualitas yang baik sangat dibutuhkan.
Kualitas jalan yang dimaksud adalah kekuatan tiap lapis perkerasan, komponen lapisan
terdiri dari berbagai macam bahan granuler yang memberikan sokongan penting dari
kapasitas struktur sistem perkerasan. Komponen material yang berkualitas tinggi diletakkan
di bagian atas, semakin ke bawah kualitas material semakin berkurang. Hal ini karena
tegangan akibat beban roda lalu lintas disebarkan semakin ke bawah semakin mengecil.
Agregat merupakan bahan utama struktur perkerasan jalan yang terdiri dari
sekumpulan butiran batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya, yang berupa material
alam maupun buatan. Sistem perkerasan jalan umumnya mengandung 90- 95% agregat
berdasarkan persen berat atau 70-75% berdasarkan persen volume. Dalam perkerasan,
agregat batuan digunakan sebagai material pembentuk lapis permukaan, lapis pondasi atas
dan lapis pondasi bawah. Material tersebut harus mempunyai gradasi tertentu agar
memenuhi syarat keawetan, kestabilan dan kekuatan (Sukirman, 1999).

3
BAB II
ISI PENGUJIAN

A. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

1. DASAR TEORI
Berat jenis kering (bulk specific grafity) adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
tertentu.
Berat jenis kering permukaan kering (SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dengan berat air suling yang beratnya sama dengan berat
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Penyerapan adalah presentase berat air yang dapat diserap pori-pori terhadap berat
agregat kering. Besar penyerapan terganmtung porositas yaitu berupa volume pori-pori
yang dapat menyerap air.
2. PERALATAN DAN BAHAN
 peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram, kapasitas lebih dari 2000 gram.
2. Piknometer / gelas ukur, kapasitas 500 ml.
3. Kerucut terpancung untuk menentukan keadaan SSD, diameter atas (40 ±

3)mm, diameter bawah(90 ± 3)mm, dan tinggi(753)mm, terbuat dari


logamdengan tebal minimum 0,8 mm.
4. Penumbuk dengan penampang rata, berat (34015) gram, diameterpermukaan
penumbuk (253)mm.
5. Saringan No. 4, (saringan standart).
6. Oven (pengering),dapat diatur suhu konstan (1105)C.
7. Thermometer.
8. Cawan.
9. Hotplane.
10. Alat pembagi contoh,riffle sampler
 Bahan
1. Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 yang diperoleh dari alat
pembagi contoh atau sistem perempat (quartering)sebanyak 1000 gram.
2. Benda uji terlebih dahulu dibuat dalam keadaan jenuh kering permukaan (SSD).

4
3. LANGKAH PENGUJIAN
 Penentuan SSD agregat halus
1. Masukkan benda uji ke dalam kerucut terpancung dalam 3(tiga) lapisan, yang
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8(delapan)kali, ditambah satu kali
penumbukan untuk bagian atasnya (seluruhnya 25 kali tumbukan).
2. Angkat cetakan kerucut terpancung perlahan lahan.
Perhatikan !
 Sebelum diangkat, cetakan kerucut terpancung harus dibersihkan dari butiran
agregat yang berada diluar cetakan.
 Pengangkatan cetakan harus benar-benaar vertikal
3. Periksa bentuk agregat hasil kerucut terpancung diangkat, bentuk umumnya ada
(tiga), yang masing-=masing menyatakan keadaan kandungan air daari agregat
tersebut, yaitukeadaan kering, keadaan basah, dan keadaan SSD.
Perhatikan !
 Jika keadaan agregat kering, maka agregat perlu ditambah air.
 Jika agregat dalam keadaan basah, maka agregat perlu dikeringkan terlebih dahulu di
udara.
 Pernentuan berat jenis dan penyerapan agregat halus.
1. Timbang agregat dalam keadaan SSD tersebut pada (1) seberat 500 gram dan
masukkan ke dalam piknometer atau gelas ukur.
2. Masukkan air pembersih mencapai 90% isi piknometer, putar sambil diguncang
sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.
Proses untuk menghilangkan gelembung dalam piknometer dapat dipercepat
dengan menggunakan pompa hampa udara atau dengan merebus piknometer.
3. Tambahkan air pembersih mencapai tanda batas.
4. Timbang piknometer berisi air dan benda uji (B1).
5. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (1105)oC, Sampai
berat tetap, kemudian dinginkan (B2).
6. Isi kembali piknometer dengan air sampai tanda batas, lalu timbang beratnya
(B3).

5
4. PERHITUNGAN
1. Berat jenis kering (bulk dry specific grafity).
Bk
= (B+Bj-Bt)

2. Berat jenis jenuh kering permukaan (SSD).


Bj
.= (B+Bj-Bt)

3. Berat jenis jenuh kering permukaan (SSD).


Bk
.= (B+Bk-Bt)

4. Penyerapan.
Bj-Bk
.= x 100%
Bk
dengan,
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram).
Bk = berat benda uji dalam keadaan kering oven (gram).
B = berat piknometer berisi air (gram).
Bj = berat benda uji dalam keadaan SSD (gram).

6
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
(SNI 03-1969-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Abu Batu
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tanggal :

A Sampel B
No Uraian
1 Mengukur Berat Benda Uji Kering Permukaa Jenuh 500 500
2 Mengukur Benda Uji Kering Oven (BK) 488,6 489,3
3 Mengukur Berat Piknometer diisi air (B) 1246,4 1246,8
4 Mengukur Berat Piknometer + Benda Uji + Air (Bt) 1553,1 1554
5 Berat Piknometer 252,8 252,8

Sampel Rata-Rata
No Perhitungan
A B ( A+ B ) / 2

1 Berat Jenis Bulk 2,528 2,538 2,533

Berat Jenis Permukaan Jenuh


2 2,587 2,593 2,590

Berat Jenis Semu


3 2,686 2,687 2,687

4 Penyerapan 2,333 2,187 2,260

7
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
(SNI 03-1969-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Bottom Ash
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tanggal :

A Sampel B
No Uraian
1 Mengukur Berat Benda Uji Kering Permukaa Jenuh 500 500
2 Mengukur Benda Uji Kering Oven (BK) 470,5 470
3 Mengukur Berat Piknometer diisi air (B) 1254,6 1247,3
4 Mengukur Berat Piknometer + Benda Uji + Air (Bt) 1549,1 1541,6
5 Berat Piknometer 251,4 251,4

Sampel Rata-Rata
No Perhitungan
A B ( A+ B ) / 2

1 Berat Jenis Bulk 2,290 2,285 2,287

Berat Jenis Permukaan Jenuh


2 2,433 2,431 2,432

Berat Jenis Semu 2,673 2,675 2,674


3

4 Penyerapan
6,270 6,383 6,326

Kesimpulan :
Pengujian yang dilakukan di laboratorium diperoleh:
Abu Batu
Bottom Ash
 Berat Jenis bulk = 2,533
 Berat Jenis bulk = 2,287
 Penyerapan = 2,260 %
 Penyerapan = 6,326 %
maka hasil dari berat jenis agregat halus kelompok 2 sesuai dengan ketentuan standar yang
ditentukan yaitu SNI 1970:2008

8
B. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

1. DASAR TEORI
Berat jenis kering (bulk specific grafity) adalah berat jenis agregat dan volumenya
adalah volume luar/lateral/volume dimensional agregat kasar (kerikil). Digunakan untuk
menentukan berat isi agrtegat agar supaya dapat direncanakan suatu campuran beton.
Berat jenis jenuh permukaan kering (SSD)yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dengan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Penyerapan adalah kemampuan agregat menyerap air sampai keadaan jenuh. Besar
penyerapan terganmtung porositas yaitu berupa volume pori-pori yang dapat menyerap
air.

2. PERALATAN ALAT DAN BAHAN


 Peralatan
1. Timbang dengan ketelitian 0,01 gram, kapasitas lebih dari 5000 gram
2. Oven pengering, dapat diatur suhu konstan(110 ± 5)
3. Penjepit.
4. Alat pembagi contoh (riffle sampler).
5. Desikator.
6. Bejana gelas.
7. Kain penyerap.
 Bahan
Agregat kasar diperoleh dengan menggunakan riffle sampler atau sistem perempat
(quartering) sebanyak kira-kira 500 gram.

3. LANGKAH PENGUJIAN
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
permukaan agregat.
2. Keringkan benda uji pada oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai beratnya tetap.
3. Dinginkan dalam desikator atau diamkan di udara terbuka, kemudian timbang
beratnya (Bk).
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 jam.

9
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan agregat hilang (agregat ini dinyatakan dalam kondisi jenuh permukasan
kering atau SSD ).
Untuk butiran yang besar, pengeringan lap harus satu persatu.
6. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh permukaan lurus kering (Bj).
7. Masukkan benda uji ke dalam bejana gelas dan tambahkan air hingga benda uji
terendam, dan permukaan air pada tanda batas (pada bejana gelas diberi tanda batas).
8. Timbang berat bejana yang berisi benda uji + air (W1).
9. Bersihkan bejana dari benda uji dan masukkan lagi sampai permukaannya ada tanda
batas (seperti pada no 7).
10. Timbang beratnya (W2).
11. Lakukan perhitungan seperti dasar teori.

4. PERHITUNGAN
1. Berat jenis kering (bulk dry specific grafity).
Bk
= (Bj-Ba)

2. Berat jenis jenuh kering permukaan (SSD).


Bj
.= (Bj-Ba)

3. Berat jenis semu (apperent)


Bk
.= (Bk-Ba)

4. Penyerapan.
Bj-Bk
.= x 100%
Bk
dengan,
Bk = berat benda uji dalam keadaan kering oven (gram).
Bj = berat benda uji dalam keadaan SSD (gram).
Ba = berat benda uji dalam air ( gram ).
Catatan :
1. Karena harga berat jenis yang tidak tetap walaupun dilakukan dengan sangat hati-
hati, dalam hal ini diperlukan pemeriksaan berulang-ulang minimal 2 (dua) kali
pemeriksaan. Kemudian diambil harga rata-ratanya.

10
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SNI 03-1969-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas


B Material : Batu 1-1
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas
B Tanggal : 22 - 11 - 2022

N Sampel Rata-Rata
Uraian
o A B ( A+B )/2
1 Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 1285,3 1269,5 1277,4
2 Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 1331,1 1310,1 1320,6
3 Berat Benda Uji dalam Air (Ba) 810,8 803 806,9

4 Berat Jenis Bulk 2,470 2,503 2,487

Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh


5 2,558 2,584 2,571

Berat Jenis Semu (Apparent)


6 2,709 2,721 2,715

Penyerapan (Absorpsi)
7 3,563 3,198 3,381

Kesimpulan

maka hasil dari berat jenis agregat kasar kelompok 2 sesuai dengan ketentuan standar yang
ditentukan yaitu SNI 1969:2008

11
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SNI 03-1969-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas


B Material : Batu 1-2
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas
B Tanggal : 22 - 11 - 2022

N Sampel Rata-Rata
Uraian
o A B ( A+B )/2
1907,
Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 1871,2 1889,25
3
1
1939,
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 1902,7 1921,25
8
2
1234,
Berat Benda Uji dalam Air (Ba) 1215,3 1224,95
6
3

4 2,722 2,705 2,713


Berat Jenis Bulk
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh 2,768 2,751 2,759
5

Berat Jenis Semu (Apparent)


6 2,853 2,835 2,844

Penyerapan (Absorpsi)
7 1,683 1,704 1,694

Kesimpulan

maka hasil dari berat jenis agregat kasar kelompok 2 sesuai dengan ketentuan standar yang
ditentukan yaitu SNI 1969:2008

12
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SNI 03-1969-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas


B Material : Batu 2 – 3
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas
B Tanggal : 22 - 11 - 2022

Rata-
N Sampel Rata
Uraian
o ( A+B )/
A B 2
2320,
Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 2360 7 2340,4
1
2377,
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 2417,7 6 2397,65
2
1513,
Berat Benda Uji dalam Air (Ba) 1539,7 4 1526,6
3

4 2,688 2,685 2,687


Berat Jenis Bulk
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh 2,754 2,751 2,752
5

Berat Jenis Semu (Apparent)


6 2,877 2,875 2,876

Penyerapan (Absorpsi)
7 2,445 2,452 2,448

Kesimpulan

maka hasil dari berat jenis agregat kasar kelompok 2 sesuai dengan ketentuan standar yang
ditentukan yaitu SNI 1969:2008

13
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SNI 03-1969-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas


B Material : Batu 3 – 5
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas
B Tanggal : 23 - 11 - 2022

Rata-
N Sampel Rata
Uraian
o ( A+B )/
A B 2
2489,
Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 2501,1 0 2495,1
1
2510,
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 2518,7 7 2514,7
2
1614,
Berat Benda Uji dalam Air (Ba) 1625,6 1 1619,9
3

4 2,800 2,776 2,788


Berat Jenis Bulk
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh 2,820 2,800 2,810
5

Berat Jenis Semu (Apparent)


6 2,857 2,845 2,851

Penyerapan (Absorpsi)
7 0,704 0,872 0,788

Kesimpulan

maka hasil dari berat jenis agregat kasar kelompok 2 sesuai dengan ketentuan standar yang
ditentukan yaitu SNI 1969:2008

14
C. Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus

1. DASAR TEORI

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melakukan pembagian butiran (gradasi) Agregat


halus dan kasar dengan mengunakan saringan atau ayakan

2. PERALATAN DAN BAHAN

 Peralatan

1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.

2. Satu set saringan dengan 37,5 mm 19,1 mm (3/4”); 9,5 mm (3/8”); No. 4, 8, 16,
30, 50, 100 (standar ASTM).

3. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110+)0 c

4. Alat pemisah contoh.

5. Mesin pengguncang saringan.

6. Talam-talam.

7. Kuas, sikat kuning, sendok dan alat-alat lainnya.

 Bahan Benda Uji

Benda uji didapat dari pemisahan contoh atau cara perempat sebanyak :

a. Agregat halus

Ukuran maksimum no. 4 ; berat minimum 500 gram.

Ukuran maksimum no. 8 ; berat minimum 100 gram.

b. Agregat kasar

Ukuran maksimum 3,5 ; berat minimum 35 kg

Ukuran maksimum 30” ; berat minimum 30 kg

Ukuran maksimum 2,5” ; berat minimum 25 kg

Ukuran maksimum 2” ; berat minimum 20 kg

Ukuran maksimum 1,5” ; berat minimum 15 kg

Ukuran maksimum 1” ; Berat minimum 15 kg

15
Ukuran maksimum ¾” ; berat minimum 5 kg

Ukuran maksimum 3/2” ; berat minimum 2,5 kg

Ukuran maksimum 3/8” ; berat minimum 1 kg.

Bila agregat serupa campuran dari agregat halus dan kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan no. 4, selanjutnya agregat halus dan kasar
disediakan sebanyak sejumlah seperti tercantum di atas.

Benda dipisahkan sesuai dengan PB-0208-76 kecuali apabila butiran yang melalui
saringan no. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya, sah bila syarat ketelitian tidak
menghendaki pencucian.

3. LANGKAH PENGUJIAN

a. benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110+5)0c sampai beratnya tetap.

b. Benda uji disaring dengan ukuran saringan palinng besar ditempatkan paling atas,
saringan diguncang dengan tangan atau dengan penggentar selama 15 menit.

4. PERHITUNGAN

Hitunglah prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total benda uji.

5. PELAPORAN

Laporan meliputi:

a. Jumlah presentase melalui masing – masing saringan

b. Jumlah presentase diatas masing – masing saringan

c. Grafik akumulatif

16
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Tanah
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tanggal :

% Kumulatif
Ukuran Saringan Berat % Berat Batu Pecah
Batu Tertahan
Kelas B
Pecah Batu
Opening (gr) Pecah
ASTM Tertahan Lolos
(mm)
2" 50,0 0 0,000 0 100 100 - 100
1½" 37,5 0 0,000 0 100 88 - 95
1" 25,0 0 0,000 0 100 70 - 85
3/8" 9,5 66,7 9,639 9,64 90,36 30 - 65
No.4 4,75 88,5 12,789 22,43 77,57 25 - 55
No.10 2,0 110,1 15,910 38,34 61,66 15 - 40
No.40 0,425 121,4 17,543 55,88 44,12 8 - 20
No.200 0,075 42,1 6,084 61,97 38,03 2 - 8
Pan 263,2 38,035 100 0
Jumlah 365,6 692 100

KURVA DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN


Diameter (mm)

0.01 0.11 1.10 11.00 110.00


100
90
Jumlah Leawat Saringan

80
70
60
50
40
30
20
10
0

17
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Bottom Ash
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tanggal :

% Kumulatif Batu
Ukuran Saringan Berat % Berat Pecah
Batu Tertahan
Kelas B
Pecah Batu
Opening (gr) Pecah
ASTM Tertahan Lolos
(mm)
2" 50,0 0 0 0 100 100 - 100
1½" 37,5 0 0 0 100 88 - 95
1" 25,0 0 0,000 0,000 100,000 70 - 85
3/8" 9,5 0 0,000 0,000 100,000 30 - 65
No.4 4,75 4,9 0,921 0,921 99,079 25 - 55
No.10 2,0 22,6 4,246 5,166 94,834 15 - 40
No.40 0,425 182,5 34,285 39,451 60,549 8 - 20
No.200 0,075 299,7 56,303 95,754 4,246 2 - 8
Pan 22,6 4,246 100 0
Jumlah 365,6 532,3 100

KURVA DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN


Diameter (mm)
Jumlah Leawat Saringan

0.01 0.11 1.10 11.00 110.00


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

18
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Abu Batu
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tanggal :

% Kumulatif
Ukuran Saringan Berat % Berat Batu Pecah
Batu Tertahan
Kelas B
Pecah Batu
Opening (gr) Pecah
ASTM Tertahan Lolos
(mm)
0 0,000 0 100 - 100
2" 50,0 100
1½" 0 0,000 0 88 - 95
37,5 100
0 0,000 0,000 70 - 85
1" 25,0 100
49 14,028 14,028 30 - 65
3/8" 9,5 96,53
123,9 35,471 49,499 25 - 55
No.4 4,75 15,78
108 30,919 80,418 15 - 40
No.10 2,0 2,13
51,8 14,830 95,25 8 - 20
No.40 0,425 1,34
0,2 0,057 95,305 2 - 8
No.200 0,075 0,71
16,4 4,695 100
Pan 0
365,6 349,3 100
Jumlah

KURVA DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN


Diameter (mm)
Jumlah Leawat Saringan

0.01 0.11 1.10 11.00 110.00


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

19
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Batu 1 - 1
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tanggal :

% Kumulatif
Ukuran Saringan Berat % Berat Batu Pecah
Batu Tertahan
Kelas B
Pecah Batu
Opening (gr) Pecah
ASTM Tertahan Lolos
(mm)
2" 50,0 0 0 0 100 100 - 100
1½" 37,5 0 0 0 100 88 - 95
1" 25,0 0 0 0 100 70 - 85
3/8" 9,5 12,7 3,474 3,47 96,53 30 - 65
No.4 4,75 295,2 80,744 84,22 15,78 25 - 55
No.10 2,0 49,9 13,649 97,87 2,13 15 - 40
No.40 0,425 2,9 0,793 98,66 1,34 8 - 20
No.200 0,075 2,3 0,629 99,29 0,71 2 - 8
Pan 2,6 0,711 100 0
Jumlah 365,6 100

KURVA DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN


Diameter (mm)

0.01 0.11 1.10 11.00 110.00


100
Jumlah Leawat Saringan

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

20
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Batu 1 - 2
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tanggal :

% Kumulatif
Ukuran Saringan Berat % Berat Batu Pecah
Batu Tertahan
Kelas B
Pecah Batu
Opening (gr) Pecah
ASTM Tertahan Lolos
(mm)
0 0 0 100 100 - 100
2" 50,0
1½" 0 0 0 100 88 - 95
37,5
0 0 0 100 70 - 85
1" 25,0
897,7 85,446 85,446 14,554 30 - 65
3/8" 9,5
124,2 11,822 97,268 2,732 25 - 55
No.4 4,75
14,4 1,371 98,639 1,361 15 - 40
No.10 2,0
3,5 0,333 98,972 1,028 8 - 20
No.40 0,425
6,3 0,600 99,572 0,428 2 - 8
No.200 0,075
4,5 0,428 100 0
Pan
1050,6 100
Jumlah 365,6

KURVA DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN


Diameter (mm)

0.01 0.11 1.10 11.00 110.00


Jumlah Leawat Saringan

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

21
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Batu 2 – 3
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tanggal :

% Kumulatif Batu
Ukuran Saringan Berat % Berat Pecah
Batu Tertahan
Kelas B
Pecah Batu
Opening (gr) Pecah
ASTM Tertahan Lolos
(mm)
0 0 0 100 100 - 100
2" 50,0
1½" 0 0 0,000 100,000 88 - 95
37,5
284,4 23,475 23,475 76,525 70 - 85
1" 25,0
923 76,19 99,662 0,338 30 - 65
3/8" 9,5
1,1 0,091 99,752 0,248 25 - 55
No.4 4,75
2,3 0,190 99,942 0,058 15 - 40
No.10 2,0
0 0,000 99,942 0,058 8 - 20
No.40 0,425
0,3 0,025 100 0 2 - 8
No.200 0,075
0,4 0,033 100 0
Pan
1211,5 100,0
Jumlah 365,6

KURVA DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN


Diameter (mm)

0.01 0.11 1.10 11.00 110.00


Jumlah Leawat Saringan

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

22
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Batu 3 – 5
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tanggal :

% Kumulatif Batu
Ukuran Saringan Berat % Berat Pecah
Batu Tertahan
Kelas B
Pecah Batu
Opening (gr) Pecah
ASTM Tertahan Lolos
(mm)
0 0 0 100 100 - 100
2" 50,0
1½" 0 0,00 0,000 100 88 - 95
37,5
704,3 60 59,752 40,248 70 - 85
1" 25,0
471,4 40 99,745 0,255 30 - 65
3/8" 9,5
0,6 0,05 99,796 0,204 25 - 55
No.4 4,75
0,9 0,08 99,873 0,127 15 - 40
No.10 2,0
0,4 0,03 99,907 0,093 8 - 20
No.40 0,425
0,7 0,06 99,966 0,034 2 - 8
No.200 0,075
0,4 0,03 100,000 0,000
Pan
1178,7 100
Jumlah 365,6

KURVA DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN


Diameter (mm)
Jumlah Leawat Saringan

0.01 0.11 1.10 11.00 110.00


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

23
AGREGAT GABUNGAN

Kelompok / Kelas : 3A Teknik Bangunan Rawa Pemeriksaan : 22 - 11 - 2022


Material : Gabungan Fraksi selesai : 23 - 11 - 2022

% % % % %
% %
Kumulati Kumulati Kumulati Kumulati Kumulati
Kumulati Kumulati
f f f f f KOMBINASI
f f
Bottom Bt. Pecah Bt. Pecah Bt. Pecah Bt. Pecah
Ash 1-1 1-2 2-3 3-5 Tanah Abu Batu
100
Lolos Lolos Lolos Lolos Lolos Lolos Lolos 10% 10% 15% 15% 20% 20% 10% %
100,0
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 10,00 10,00 15,00 15,00 20,00 20,00 10,00 0
100,00 100,00 100,00 76,52 40,25 100,00 100,00 10,00 10,00 15,00 15,00 15,30 8,05 10,00 83,35
100,00 96,53 14,55 0,34 0,25 90,36 85,97 10,00 10,00 14,48 2,18 0,07 0,05 9,04 45,82
99,08 15,78 2,73 0,25 0,20 77,57 50,50 9,91 9,91 2,37 0,41 0,05 0,04 7,76 30,44
94,83 2,13 1,36 0,06 0,13 61,66 19,58 9,48 9,48 0,32 0,20 0,01 0,03 6,17 25,69
60,55 1,34 1,03 0,06 0,09 44,12 4,75 6,05 6,05 0,20 0,15 0,01 0,02 4,41 16,91
4,25 0,71 0,43 0,03 0,03 38,03 4,70 0,42 0,42 0,11 0,06 0,01 0,01 3,80 4,84
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Abu Bottom Bt. 1- Bt. Bt. Bt. 3
Tanah
batu Ash 1 1-2 2-3 -5
Kesimpulan :
gradasi agregat gabungan adalah hasil perhitungan gabungan setiap material gabungan fraksi untuk mendapatkan persentase campuran dengan
menggunakan metode trying error (coba-coba).
didapatkan hasil persentase campuran yaitu:

 Abu batu = 10 %  Bt 1-1 = 10 %


Dari hitungan tryingerorr (coba-coba) dan grafik kurva gradasi
 Tanah = 10 %  Bt 1- 2 = 10 %
gabungan semua saringan telah memenuhi ketentuan.
 Bottom Ash = 10 %  Bt 2- 3 = 10 %
 Bt 3- 5 = 10 % 25
GRADASI AGREGAT GABUNGAN
LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS B
100

90

80

70

60
Gabungan
50 BATAS ATAS
persen

40 BATAS BAWAH

30

20

10
0
0 0 1 10 100
ukuran saringan (mm)

26
D. PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT
DENGAN MESIN ABRASI LOS
ANGELES
(SNI 03-2417-1991)
1. Maksud dan Tujuan.
Maksud pengujian ini adalah untuk menentukan ketahanan aggregat kasar terhadap
keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Anggeles.

Tujuan pengujian ini untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang dinyatakan
dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 ( # 1.7 mm)
terhadap berat semula, dalam persen.

Ruang lingkup pengujian ini dapat digunakan untuk mengukur keausan aggregat
kasar. Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton.

2. Bahan / Benda Uji.


Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :

a. berat dan garadasi benda uji sesuai daftar (lampiran) ;


± 5
b. bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110 )°C sampai
berat tetap.
3. Cara Pengujian .
Pengujian dilaksanakan sebagai berikut sebagai berikut :

a. Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan


salah satu dari 7 (tujuh) cara berikut :
(a) Cara A : Gradasi A, bahan lolos # 37.5 mm, sampai tertahan 5 mm,
jumlah bola besi 12 buah dengan putaran 500.
(b) Cara B : Gradasi B, bahan lolos # 19 mm, sampai tertahan # 9.5
mm. Jumlah Bola 11 buah dengan 500 putaran.
(c) Cara C : Gradasi C, bahan lolos # 9.5 mm sampai tertahan # 4 .75
mm (no.4), Jumlah bola 8 buah dengan 500 putaran.
(d) Cara D : Gradasi D, bahan lolos # 4.75 mm (no.4) sampai tertahan #
2.36 mm (no.8), jumlah bola 6 buah dengan 500 putaran.
(e) Cara E : Gradasi E, bahan lolos # 75 mm samapai tertahan # 37.5
mm, jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.

2
(f) Cara F : Gradasi F, bahan lolos # 50 mm, sampai tertahan 25 mm,
jumlah bola 12 dengan 1000 putaran.
(g) Cara G : Gradasi G, bahan lolos # 37.5 mm samaai tertahan # 19 mm,
Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan gradasi
disesuaikan dengan contoh material yang merupakan wakil dari material
yang akan digunakan.

b. Benda uji dan bola baja dimasukan kedalam mesin abrasi Los Angeles;
c. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah putaran gradasi
A,B,C dan D = 500 Putaran dan untuk gradasi E,F dan G = 1000 putaran;
d. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengan saringan no. 12 (# 1.7 mm); butiran yang tertahan diatasnya dicuci
± 5
bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110 )°C sampai berat
tetap.
4. Peralatan .
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :

a. Mesin Abrasi Los Angeles (lihat Gambar);


Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711
mm (28”) panjang dalam 508 mm (20”); silinder bertumpu pada dua poros
pendek yang tidak menerus dan perputar pada poros mendatar; silinder berlubang
untuk memasukan benda uji; penutup lubang terpasang rapat sehingga
permukaan dalam silinder tidak terganggu; dibagian dalam silinder terdapat bilah
baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5”) ;

Mesin Los Angeles

2
b. Saringan No. 12 (1,7mm) dan saringan-saringan lainnya;
c. Timbangan dengan ketelitian 5 gram;
d. Bola bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8” ) dan berat masing-
masing antara 400 gram sampai 440 gram;
±
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5
)°C .

2
KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES
(SNI 03 – 2417 – 1991)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Batu 1 – 2, 2 – 3,3 – 5
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tanggal : 23 – 11 – 2022

Ukuran Saringan
Gradasi Dan Berat Benda Uji (Gram)
(mm)
Lolos Tertahan A B C D E F G
76,2 63,5
63,5 50,8
50,8 37,5
37,5 25,4 1250
25,4 19,0 1250
19,0 12,5 1250
12,5 9,5 1250
9,5 6,3
6,3 4,8
4,8 2,4
Total 5000

Berat Sebelum Berat Sesudah Keausan Agragat


(gram) (gram) (%)

5017 3673 26,79

Jumlah putaran alat Los Angeles


Jumlah Bola= 12 Buah = 500

KESIMPULAN
Sesuai SNI 03-6388-2000 mengenai Spesifikasi Agregat Lapis Pondasi Bawah, agregat
kasar maksimal memiliki tingkst keausan sebesar 50%

Sesuai dengan ASTM C 131 mengenai metode tes standar untuk ketahanan terhadap
degradasi agregat kasar oleh abrasi dan tumbukan mesin Los Angeles, aagregat kasar
maksimal memiliki tingkat keausan 30%

Dengan nilai yang di uji adalah 26,79% sehingga daya tahan yang cukup terhadap keausan

3
E. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH DENGAN METODE D
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan
dengan salah satu cara mekanis (menggilas / memukul / mengolah).
Tingkat pemadatan tanah di ukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan.
Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan
berfungsi sebagia unsur pembasah pada partikel-partikel tanah. Untuk usaha pemadatan
yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah meningkat.
Harap dicatat bahwa pada saat kadar air w = 0, berat volume basah dari tanah adalah sama
dengan berat volume keringnya.
Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang
sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat
secar bertahapmpula. Berat volume kering dari tanah pada kadar air dapat dinyatakan:
Setelah mencapai kadar air tertentu w = w2, adanya penambahan kadar air justru
cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air
tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat
ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana harga berat volume
kering maksimum tanah dicapai tersebut kadar air optimim.
Teknis pelaksanaan pekerjaan pemadatan tanah
A. Lingkup pekerjaan
Pekejaan ini meliputi persiapan lokasi pekerjaan, penghamparan, pemadatan, pengujian dan
perapihan hasil pekerjaan.
B. Pekerjaan persiapan
1. Pembuatan dan pengajuan shop drawing pekerjaan pemadatan tanah dengan stamper.
2. Persiapan lahan kerja.
3. Persiapan material kerja : tanah timnunan pilihan.
4. Persiapan alat kerja : alat pemadat (stemper kuda), cangkul, raskam, meteran, dll.

C. Pelaksanaan pekerjaan
1. Melakukan persiapan lokasi pekerjaan berupa : pengukuran dan pemasangan marking
pada area pekerjaan, pembersihan lokasi pekerjaan, dimana harus bebas dari material
organik dan anorganik.
2. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan terlebih
dahulu.
3. Memuat material timbunan pilihan dari hasil galian pada lokasi pekerjaan dengan dum
truk dan ditumpuk dengan jarak tertentu pada lokasi pekerjaan
4. Timbunan pilihan dihampar dengan menggunakan tenaga manusia (manual).

3
5. Hasil hamparan timbunan pilihan disiram air dengan menggunakan tamper lalu
dipadatkan dengan stamper sampai mencapai ketabalan dan kepadatan sesuai dengan
spesifikasi teknik
6. dipadatkan dengan stamper sampai mencapai ketabalan dan kepadatan sesuai dengan
spesifikasi teknik.
7. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
maksimum 30 cm dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90 % (modifield proctor)
dari kepadatan sampai kering maksimum seperti yang tertera dalam AASHTO T99.
8. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hujan, pemadatan
harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2%
kadar air optimum.
9. Melakukan pengujian timbunan, pengujian testpit dan cbr untuk menentukan ketebalan
dan kepadatan dari timbunan.
10.Perapihan hasil pekerjaan, setiap material sisa diangkut utuk dibuang pada area yang
telah ditentukan.

3
PERCOBAAN PEMADATAN BERAT METODE D
(SNI 03 - 1743 - 1989)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Abu batu (10%) ; Batu 1-1 (15%) ; Batu 1-2 (15%) ; Batu 2-3
(20%) ; Batu 3 - 5 (20% ); Bottom Ash (10%) ; Tanah (10%)
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B

Tertahan # No. 4 Pemadatan 3712 Gr Volume Mold 2129,4 cm³


Berat Jenis Gabungan 2,620 Berat Penumbuk 4,540 kg
Kepad atan Kering Maksimum 2,035 Gr/Cm³ Jumlah Tumbukan 56 Pukulan
Kadar Air Optimum 8,6 % Jumlah Lapisan 5 Lapis

Penambahan Air 3,0% 4,0% 5,0% 6,0% 7,0% 8,0%


Berat Mold + Tanah Basah Gr 8527 8515 8679 8769 8780 8770
Berat Mold Gr 4052 4052 4052 4052 4052 4052
Berat Tanah Basah Gr 4475 4463 4627 4717 4728 4718
2129, 2129,
Volume Mold Cm3 2129,4 2129,4 2129,4 2129,4
4 4
Gr/
Kepadatan 2,102 2,096 2,173 2,215 2,220 2,216
Cm3
Gr/
Kepadatan Kering 1,991 1,970 2,025 2,061 2,034 1,990
Cm3

Berat Cawan + Tanah Basah Gr 77,5 89,6 73,2 72,2 87,5 86,2
Berat Cawan + Tanah
Kering Gr 73,9 84,8 68,9 67,9 81 78,4
Berat Air Gr 3,6 4,8 4,3 4,3 6,5 7,8
Berat Cawan Gr 9,1 9,9 9,9 10,5 9,9 9,7
Berat Tanah Kering Gr 64,8 74,9 59 57,4 71,1 68,7
Kadar Air % 5,556 6,409 7,288 7,491 9,142 11,354

2.4
KURVA PEMADATAN
2.35
2.3
2.25
2.2
2.15
2.1
2.05 kepadatan kering masksimum 2,035 gr/cm^3
ZA V
Kepadatan Kering

2
1.95
1.9
1.85
1.8
kadar air optimum 8,6 %

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 133314
Kadar Air (%)
PENGUJIAN PEMDATAN :
Tujuan penguji ini untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah kering
dengan memadatkan didalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat
penumbuk 4 kg dan tinggi jatuh 45,7 cm atau 18.cara uji tersebut bagi lagi menjadi 4 cara,
kelompok kami menggunakan cara D, karena banyak material yang lolos saringa no.4 ,
awalnya pada pengujian pemadatan ini, kelompok 2 hanya menggunakan 5 sampel yaitu :
1%, 2%, 3%, 4%, 5%.
Tetapi pada saat perhitungan data, pada sampel tersebut grafiknya tidak bisa terbaca karena
kemungkinan ada kesalahan dalam pengujian sehingga dibuat lagi pengujian menggunakan
5 sampel yaitu : 3%, 4%, 5%, 6%, 7%.
Pada semua persen kadar air memenuhi standar pembuatan grafik. Maka hasil grafik berat
isi tanah terhadap kadar air dari hasil percobaan di laboratorium memenuhi standar yang
ditentukan. (SNI 1742 : 2008) dan (SNI 1743 : 2003).

3
F. Pengujian Batas Cair dan Batas Plastis
Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan
keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis. Batas plastis biasanya ditentukan dari uji
Casagrande. Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara
daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter
silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.
Indeks plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat
plastis. Karena itu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah. Jika tanah
mempunyai PI tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung. Jika PI rendah,
seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering.
BATAS CAIR
ALAT:
- Alat batas cair standard.
- 4 buah container.
- Timbangan atau neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
- Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai dengan suhu
(110 ±15)0C.
- Air suling.
- Spatula
- Pelat kaca
- Sendok dempul.
- Alat pembuat alur.
BAHAN:
- Sampel Tanah
LANGKAH KERJA:
- Diatas pelat kaca/keramik, aduk benda uji dengan menambahkan air sedikit demi
sedikit sampai homogen.
- Setelah merata, ambil sebagian benda uji dan letakkan diatas mangkok alat batas
cair, ratakan permukaannya sejajar dengan dasar alat, bagian paling tebal harus ± 1
cm.
- Buat alur dengan membagi dua benda uji di mangkok dengan alat pebuat alur, tegak
lurus permukaan mangkok.
- Putar Mangkok hingga naik/jatuh kecepatan 1 putaran per detik. Pemutaran
dilakukan hingga dasar alur benda uji bersinggungan dan catat jumlah ketukan
ketika bersinggungan.
- Ulangi langkah, kemudian masukan benda uji kedalam cawan dan periksa kadar
airnya.

3
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BATAS CAIR DAN BATAS PLASTIS
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh besaran batas platis tanah, yang selanjutnya
digunakan untuk menentukan jenis, sifat, dan klasifikasi tanah. Pengujian ini dilakukan
terhadap jenis tanah yang berhubungan dengan pembentukan badan jalan.
Pengujian yang dilakukan kelompok kami di labotarium dengan pekerja (LPB) iyalah
material kami non-plastis karena material banyak pasir halus
Setelah kami lihat di klasifikasi tanah pada AASHTO material tersebut Np = Non plastis A3

3
G. PENGUJIAN TEST CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO)
Pengujian CBR (California Bearing Ratio) merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk mengetahui kekuatan tanah, yaitu dengan membandingkan gaya
perlawanan penetrasi piston terhadap tanah dengan gaya perlawanan yang serupa pada
contoh standard berupa batu pecah di California dan umumnya digunakan untuk mendesain
tebal perkerasan jalan, nilai CBR dapat juga diperoleh melalui DCPT (Dynamic Cone
Penetrometer Test) dan menggunakan korelasi kedalaman penetrasi dengan nilai CBR.
Pengujian CBR dilakukan pada sampel tanah uji terkompaksi yang mana tanah pengujian
telah dipadatkan untuk mencapai kepadatan maksimum untuk menunjang daya dukung
tanah yang lebih tinggi.
CBR Laboratorium Secara garis besar, pengujian CBR Laboratorium hampir sama
dengan CBR Lapangan. Pengujian CBR Laboratorium dilakukan dengan mencampurkan
sampel tanah pada kadar air tertentu (yaitu pada kadar air optimum pada pengujian
pemadatan). Sampel tanah yang dicampurkan dipadatkan dengan menggunakan batang
penumbuk standar (proctor standard).
Langkah Pengujian
 Letakan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4,5 kg atau 10
lb atau sesuai dengan perkerasan.
 Untuk benda uji yang direndam, beban harus sama dengan beban yang dipergunakan
waktu perendaman. Pertama, letakan keping pemberat 2,27 kg atau 5 lb untuk
mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keping
pemberat. Pemberatan selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada
permukaan benda uji.
 Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban
menunjukan beban permulaan sebesar 4,5 kg atau 10 lb. Pembebanan permulaan ini
diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antara torak dengan
permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi
di-nol-kan.
 Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati
kecepatan 1,27 mm/menit atau 0,05”/menit. Catat pembacaan pembebanan pada
penetrasi 0,312 mm atau 0,0125”; 0,62 mm atau 0,025”; 1,25 mm atau 0,05”; 0,187
mm atau 0,075”; 2,5 mm atau 0,10”; 3,75 mm atau 0,15”; 5 mm atau 0,20”; 7,5 mm
atau 0,30”; 10 mm atau 0,40”; dan 12,5 mm atau 0,50”.
 Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi
sebelum penetrasi 12,5 mm atau 0,50”.
 Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan atas benda uji
setebal 25,4 mm atau 1”.
 Bila diperlukan kadar air rata-rata maka pengembalian benda uji untuk kadar air
dapat diambil dari seluruh kedalaman. Benda uji untuk pemeriksaan kadar air
sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus atau sekurang-kurangnya
500 gram untuk tanah berbutir kasar.

3
CBR 15 tumbukan
Jumlah Tumbukan 15 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8552 8674
Berat Mold (Gr) 4072 4072
Berat tanah basah (Gr) 4480 4602
Isi mold (Cm3) 2090,31 2090,31
Berat isi basah (Gr/Cm3 2,143 2,202
berat isi kering (Gr/Cm3 1,987 1,990

Penetrasi
Waktu Penurunan Pembacaan Beban (Lb)
(Menit) (inch) Atas Bawah Atas Bawah
0 0,0000 0,0 0,0
0,25 0,0125 2,0 60,8
0,5 0,0250 5,5 167,3
1 0,0500 15,0 456,2
1,5 0,0750 28,0 851,5
2 0,1000 37,5 1140,4
3 0,1500 56,2 1709,0
4 0,2000 69,5 2113,5
6 0,3000 97,0 2949,8
8 0,4000 118,0 3588,4
10 0,5000 140,5 4272,6

Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 67,50 73,80
Tanah Kering + Cawan 63,30 67,60
Berat Cawan 9,80 9,40
Air 4,20 6,20
Tanah Kering 53,50 58,20
Kadar air (%) 7,85 10,65

3
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"

Atas % ((…)/(3*1000))*100 ((…)/(3*1500))*100

(1140)/(3*1000))*100 (2114)/(3*1500))*100
Bawah %
38,00 46,98

5000
GRAFIKC.B.R.
4500

4000

3500

3000

2500

2000
BEBAN(L

1500

1000

500

0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
PENURUNAN (Inchi)

3
CBR 30 tumbukan
Jumlah Tumbukan 30 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8748 8870

Berat Mold (Gr) 4072 4072

Berat tanah basah (Gr) 4676 4798

Isi mold 2106,70 2106,70

Berat isi basah (Gr/Cm3 2,220 2,277

berat isi kering (Gr/Cm3 2,013 2,044

Penetrasi
Penurunan Pembacaan Beban (Lb)
Waktu (Menit)
(inch) Atas Bawah Atas Bawah
0 0,0000 0,0 0,0
0,25 0,0125 4,8 146,0
0,5 0,0250 11,5 349,7
1 0,0500 31,8 967,0
1,5 0,0750 53,5 1626,9
2 0,1000 71,0 2159,1
3 0,1500 97,0 2949,8
4 0,2000 118,0 3588,4
6 0,3000 162,0 4926,4
8 0,4000 180,0 5473,8
10 0,5000 0,0 0,0

Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 69,20 78,50
Tanah Kering + Cawan 63,70 71,40
Berat Cawan 10,00 9,10
Air 5,50 7,10
Tanah Kering 53,70 62,30
Kadar air (%) 10,24 11,40

4
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"

Atas % ((…)/(3*1000))*100 ((…)/(3*1500))*100

(2100)/(3*1000))*100 (3700)/(3*1500))*100
Bawah %
70,00 82,22

7200 GRAFIK C.B.R.


6800
6400
6000
5600
5200
4800
4400
4000
3600
BEBAN

3200
2800
2400
2000
1600
1200
800
4000.00.10.20.30.40.5
0 PENURUNAN (Inchi)

4
CBR 65 TUMBUKAN
Jumlah Tumbukan 30 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8760 8832
Berat Mold (Gr) 3925 3935
Berat tanah basah (Gr) 4835 4897
Isi mold 2141,30 2141,30
Berat isi basah (Gr/Cm3 2,258 2,287
berat isi kering (Gr/Cm3 2,053 2,060

Penetrasi
Penurunan Pembacaan Beban (Lb)
Waktu
Bawa
(Menit)
(inch) Atas h Atas Bawah
0 0,0000 0,0 0,0
0,25 0,0125 2,5 76,0
0,5 0,0250 8,2 249,4
1 0,0500 8,8 267,6
1,5 0,0750 113,0 3436,3
2 0,1000 142,0 4318,2
3 0,1500
4 0,2000
6 0,3000
8 0,4000
10 0,5000

Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 82,10 86,80
Tanah Kering + Cawan 75,60 79,10
Berat Cawan 10,50 9,10
Air 6,50 7,70
Tanah Kering 65,10 70,00

4
Kadar air (%) 9,98 11,00

C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"

Atas % ((…)/(3*1000))*100 ((…)/(3*1500))*100

(3500)/(3*1000))*100 (....)/(3*1500))*100
Bawah %
220,00 0,00

9000
8500 GRAFIK C.B.R.
8000
7500
7000
6500
6000
5500
5000
4500
4000
BEBAN

3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
00.0 0.1 0.2 0.3
PENURUNAN (Inchi)
4
PERCOBAAN PEMADATAN DAN C.B.R
Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Material : Abu batu (10%) ; Batu 1-1 (15%) ; Batu 1-2 (15%) ; Batu 2-3
(20%) ; Batu 3 - 5 (20% ); Bottom Ash (10%) ; Tanah (10%)
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B

2.300 2.300
2.260 2.260
2.220 2.220
2.180 2.180
2.140 2.140
2.100 2.100
2.060 2.060 C.B.R DESAIN = 83%
Kepadatan Kering

2.020 2.020
1.980 1.980
1.940 1.940
1.900 1.900
345 67 89101112 30507090 110130 150170190210230250
Kadar Air (%) C.B.R. (%)

44
PENGUJIAN CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)
Tujuan pengujian ini untuk menentukan CBR tanah dan camprann tanah agregat yang di
padatkan di labolatorium pada kadar air tertentu. CBR lab adalah perbandingan antara
beban penetrasi yang sama.
Pengujian yang dilakukan di lab diperoleh yaitu nilai perbandingan penetrasi suatu beban
dengan beban standar yang diperlukan untuk CBR desain. Hasil CBR desain pun berbeda-
beda, karena setiap proporsi campuran setiap kelompok berbeda.
Maka CBR desain utuk kelompok 2 yaitu 83%. Spesifikasi CBR untu lapisan pondasi
bawah (LPB) yaitu minimal 60%, maka dapat disimpulkan bahwa utuk CBR tidak
memenuhi syarat karena terjadi kesalahan pembacaan pada CBR 65 yang berdampak pada
perencanaan CBR Desain,
oleh karena itu dibuatlah Data simulasi.

45
DATA SIMULASI
PERCOBAAN PEMADATAN BERAT METODE D
(SNI 03 - 1743 - 1989)

Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B


Material : Abu batu (10%) ; Batu 1-1 (15%) ; Batu 1-2 (15%) ; Batu 2-3
(20%) ; Batu 3 - 5 (20% ); Bottom Ash (10%) ; Tanah (10%)
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Tertahan # No. 4 Pemadatan 3712 Gr Volume Mold 2129,4 cm³
Berat Jenis Gabungan 2,620 Berat Penumbuk 4,540 kg
Gr/
Kepad atan Kering Maksimum 2,035 Cm³ Jumlah Tumbukan 56 Pukulan
Kadar Air Optimum 8,6 % Jumlah Lapisan 5 Lapis

Penambahan Air 3,0% 4,0% 5,0% 6,0% 7,0% 8,0%


Berat Mold + Tanah Basah Gr 8527 8589 8679 8769 8780 8770
Berat Mold Gr 4052 4052 4052 4052 4052 4052
Berat Tanah Basah Gr 4475 4463 4627 4717 4728 4718
2129, 2129, 2129,
Volume Mold Cm3 4 4 2129,4 2129,4 2129,4 4
Gr/
Kepadatan 2,102 2,131 2,173 2,215 2,220 2,209
Cm3
Gr/
Kepadatan Kering 1,983 1,993 2,015 2,036 2,023 1,983
Cm3

Berat Cawan + Tanah Basah Gr 78 79,6 73,2 72,2 87,5 86,2


Berat Cawan + Tanah
Kering Gr 74,1 75,1 68,6 67,2 80,6 78,4
Berat Air Gr 3,9 4,5 4,6 5 6,9 7,8
Berat Cawan Gr 9,1 9,9 9,9 10,5 9,9 9,7
Berat Tanah Kering Gr 65 65,2 58,7 56,7 70,7 68,7
11,35
Kadar Air % 6,000 6,902 7,836 8,818 9,760 4

KURVA PEMADATAN
2.4
2.35
2.3
2.25
2.2
Kepadatan Kering

2.15
2.1
2.05 kepadatan kering maksi- mum
2,025 gr/cm^3 ZAV
2
1.95
1.9
1.85
1.8
kadar air optimum 8,45 %

4567891011121314
Kadar Air (%) 46
CBR 15 tumbukan
Jumlah Tumbukan 15 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8552 8674

(Gr) 4072 4072


Berat Mold
4480 4602
Berat tanah basah (Gr)
(Cm3) 2090,31 2090,31
Isi mold
2,143 2,202
Berat isi basah (Gr/Cm3
1,987 2,000
berat isi kering (Gr/Cm3

Penetrasi
Waktu Penurunan Pembacaan Beban (Lb)
(Menit) (inch) Atas Bawah Atas Bawah
0,0 0,0
0 0,0000
2,5 76,0
0,25 0,0125
5,5 167,3
0,5 0,0250
13,0 395,3
1 0,0500
18,0 547,4
1,5 0,0750
23,0 699,4
2 0,1000
37,0 1125,2
3 0,1500
48,0 1459,7
4 0,2000
62,0 1885,4
6 0,3000
85,0 2584,9
8 0,4000
138,0 4196,6
10 0,5000
Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 67,50 72,80
Tanah Kering + Cawan 63,30 67,00
Berat Cawan 9,80 9,40
Air 4,20 5,80
Tanah Kering 53,50 57,60
Kadar air (%) 7,85 10,07

4
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"

Atas % ((…)/(3*1000))*100 ((…)/(3*1500))*100

(750)/(3*1000))*100 (1400)/(3*1500))*100
Bawah %
25,00 31,11

5000
GRAFIKC.B.R.
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1400
1000
BEBAN

750500
0

0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5


PENURUNAN (Inchi)

4
CBR 30 tumbukan
Jumlah Tumbukan 30 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8748 8870

Berat Mold (Gr) 4072 4072

Berat tanah basah (Gr) 4676 4798

Isi mold 2106,70 2106,70

Berat isi basah (Gr/Cm3 2,220 2,277

berat isi kering (Gr/Cm3 2,013 2,020

Penetrasi
Penurunan Pembacaan Beban (Lb)
Waktu (Menit)
(inch) Atas Bawah Atas Bawah
0 0,0000 0,0 0,0
0,25 0,0125 4,8 146,0
0,5 0,0250 9,8 298,0
1 0,0500 23,0 699,4
1,5 0,0750 32,0 973,1
2 0,1000 43,0 1307,6
3 0,1500 60,0 1824,6
4 0,2000 78,0 2372,0
6 0,3000 101,0 3071,4
8 0,4000 144,0 4379,0
10 0,5000 0,0 0,0

Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 69,20 78,00
Tanah Kering + Cawan 63,70 70,20
Berat Cawan 10,00 9,10
Air 5,50 7,80
Tanah Kering 53,70 61,10
Kadar air (%) 10,24 12,77

4
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"

Atas % ((…)/(3*1000))*100 ((…)/(3*1500))*100

(1200)/(3*1000))*100 (2300)/(3*1500))*100
Bawah %
40,00 51,11

7500
7000 GRAFIK C.B.R.
6500
6000
5500
5000
4500
4000
3500
3000
2500
BEBAN

23002000
1500
12010000
500
0

0.00.10.20.30.40.5
PENURUNAN (Inchi)

5
CBR 65 TUMBUKAN
Jumlah Tumbukan 30 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8760 8832

Berat Mold (Gr) 3925 3935

Berat tanah basah (Gr) 4835 4897

Isi mold 2141,30 2141,30

Berat isi basah (Gr/Cm3 2,258 2,287

berat isi kering (Gr/Cm3 2,088 2,036

Penetrasi
Penurunan Pembacaan Beban (Lb)
Waktu
Bawa
(Menit)
(inch) Atas h Atas Bawah
0 0,0000 0,0 0,0
0,25 0,0125 9,0 273,7
0,5 0,0250 15,0 456,2
1 0,0500 30,0 912,3
1,5 0,0750 56,6 1721,2
2 0,1000 86,0 2615,3
3 0,1500 109,0 3314,7
4 0,2000 130,0 3953,3
6 0,3000 182,0 5534,6
8 0,4000

10 0,5000

Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 82,10 86,80
Tanah Kering + Cawan 75,60 79,10
Berat Cawan 10,50 9,10
Air 6,50 7,70
Tanah Kering 65,10 70,00
Kadar air (%) 9,98 11,00

5
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"

Atas % ((…)/(3*1000))*100 ((…)/(3*1500))*100

(2250)/(3*1000))*100 (4110)/(3*1500))*100
Bawah %
75,00 91,33

9000
8500 GRAFIK C.B.R.
8000
7500
7000
6500
6000
5500
5000
4500
41104000
BEBAN

3500
3000
2500
2250 2000
1500
1000
500
00.00.10.20.30.40.5
PENURUNAN (Inchi)

5
PERCOBAAN PEMADATAN DAN C.B.R
Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Material : Abu batu (10%) ; Batu 1-1 (15%) ; Batu 1-2 (15%) ; Batu 2-3
(20%) ; Batu 3 - 5 (20% ); Bottom Ash (10%) ; Tanah (10%)
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B

C.B.R DESAIN = 63 %

53
H. PENGUJIAN DCP (DYNAMIC CONE PENETROMETER)
Uji DCP (Dynamic Cone Penetrometer) merupakan suatu pengujian yang cepat
untuk mendapatkan nilai kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan. DCP terdiri dari
konus didasar dari batang vertikal. Sebuah palu diangkat dan dijatuhkan secara berulang–
ulang kedalam perangkai pada setengah tinggi batang untuk menghasilkan pukulan yang
standar, “blow” kepada konus yang menekan perkerasan. Skala vertical sepanjang batang
digunakan untuk mengukur kedalaman penetrasi dari konus. Penetrasi dan jumlah pukulan
dicatat pada lembar data uji. Nilai daya dukung tanah yang didapatkan dari pengujian ini
dikonversikan ke dalam nilai CBR.
Peralatan Yang Digunakan
1. Penumbuk seberat 9,07 kg (20 lb) yang dapat dijatuhkan bebas setinggi 50,8 cm (20
inch), melalui sebuah batang peluncur bergaris tengah 16 mm (5 /8 inch), yang
dilengkapi dengan landasan pemukul (anvil).
2. Batang penetrasi terdiri dari besi/baja bulat bergaris tengah 16 mm (5/8 inch)
sepanjang 90 cm, yang dilengkapi dengan kerucut pada ujungnya.
3. Kerucut (conus), yang terbuat dari baja keras dengan sudut puncak 30 serta
diameter terbesarnya adalah 2 cm (atau luasnya = 1,61 cm2).
4. Alat ukur berupa penggaris dan rol meter dengan panjang 100 cm, dan skala 0,50
cm.
Tata Cara Pengujian DCP
1. Gali permukaan tanah pada lokasi pengujian sampai pada kedalaman dimana
pengukuran awal nilai CBR akan dievaluasi. Jika pengujian dilakukan pada badan
jalan dengan perkerasan, singkirkan semua bahan perkerasan yang ada.
2. Letakkan alat DCP secara vertikal, berikan tumbukan awal secukupnya (seating
blows), untuk menanamkan ujung kerucut sampai garis tengahnya yang terbesar
terletak pada permukaan tanah yang akan diuji.
3. Pasang alat ukur dalam posisi vertikal, bersebelahan dengan batang penetrasi di
permukaan tanah. Gunakan batas landasan pemukul sebagai datum pengukuran.
4. Lakukan penumbukan dengan palu yang dijatuhkan bebas, ukur dan catat kedalaman
penetrasi untuk setiap tumbukan. Pekerjaan dilakukan oleh minimal dua orang.
5. Apabila jenis tanah yang diuji sangat keras (penetrasi kurang dari kira-kira 0,2
cm/tumbukan), berikan serangkaian tumbukan sebanyak 5 atau 10 kali, kemudian
ukur kedalaman penetrasi yang terjadi.
6. Percobaan dihentikan apabila telah tercapai keadaan seperti berikut ini:
a. Tidak terdapat penurunan berarti untuk 10 tumbukan terakhir berturut-turut.
b. Kedalaman penetrasi telah mencapai kedalaman/ketebalan lapisan yang hendak
dievaluasi.
c. Batang penetrometer telah masuk seluruhnya ke dalam tanah.
7. Keluarkan alat dari dalam tanah dengan jalan memukulkan palu dengan arah ke atas
pada baut pembatas tinggi jatuh (stop nut).
8. Akibat dari langkah pada point (7) yang dilakukan secara berulang-ulang, dapat
menyebabkan pemanjangan yang nyata dari batang peluncur, sehingga diperlukan
pengecekan setiap kali akan melakukan percobaan, dengan mengatur baut pembatas tinggi
jatuh pada posisi yang tepat.

5
Penyelidikan Nilai CBR
Dengan Dynamic Cone Penetrometer

Pekerjaan : Uji Tanah 2


Titik 1

DATA LAPANGAN
Kumulatif Tebal DCP Log CBR CBR
Kumulatif Penetrasi Lapisan (mm/tumbukan) CBR (%) Equivalen
Penetrasi
Tumbukan (mm)
(mm)
0 0 0
5 173 173 280 34,60 0,79 6,204
10 280 280 15,530
15 591 591
720 72,00 0,37 2,370
20 1000 1000

H1 x CBR1 ^1/3 H2 x CBR2 ^1/3 H TOTAL hasil hasil akhir

514,5 960,0 591,0 2,495 15,530

kumulatif tumbukan

0 5 10 15 20 25
0
kumulatif penetral

200

400

600

800

1000

1200

5
Pekerjaan : Uji Tanah 2
Titik 2

DATA LAPANGAN
Tebal
Kumulatif DCP Log CBR CBR
Kumpulan Penetrasi Lapisan
Penetrasi (mm/tumbukan) CBR (%) Equivalen
Tumbukan (mm) (mm)
(mm)
0 0 0
3 141 141
6 329 329
11 489 489 953 43,32 0,66 4,619 4,619
16 641 641
19 833 833
22 953 953

H1 x CBR1 ^1/3 h total hasil hasil akhir

1587,1 953 1,665 4,619

0 5 10 15 20 25
0
100
200
300
400
KUMULATIF PENETRAL

500
600
700
800
900
1000

KUMULATIF TUMBUKAN

5
Pekerjaan : Uji Tanah 2
Titik 3

DATA LAPANGAN
Kumulati Tebal DCP Log CBR
Kumpulan CBR
Penetras f Lapisa (mm/tumbukan CB Equivale
Tumbuka (%)
i (mm) Penetrasi n ) R n
n (mm)
0 0 0
291 97,00 0,20 1,603
3 291 291
6 390 390 10,78
159 22,71 1,03 2,885
10 450 450 2
13 765 765
450 75,00 0,35 2,247
16 900 900

H1 x CBR1 ^3 H2 x CBR2 ^3 H3 x CBR3 ^3 h total hasil hasil akhir

340,6 351,3 589,4 900 1,424 2,885

0 5 10 15 20
0
100
200
kumulatif penetral

300
400
500
600
700
800
900
1000

kumulatif tumbukan

5
Pekerjaan : Uji Tanah 2
Titik 4

DATA LAPANGAN
Tebal
Kumulatif DCP Log CBR CBR
Kumpulan Penetrasi Lapisan
Penetrasi (mm/tumbukan) CBR (%) Equivalen
Tumbukan (mm) (mm)
(mm)
0 0 0
316 105,33 0,16 1,438
3 316 316
1,981
7 452 452 136 34,00 0,80 6,348
10 769 769 317 105,67 0,16 1,432

H1 x CBR1 ^1/3 H2 x CBR2 ^1/3 H3 x CBR3 ^1/3 h total hasil hasil akhir

356,7 251,8 357,3 769 1,256 1,981

0 5 10
0
100
200
300
400
500
kumulatif penetral

600
700
800
900
1000

kumulatif tumbukan

5
Pekerjaan : Uji Tanah 2
Titik 5

DATA LAPANGAN
Tebal
Kumulatif DCP Log CBR CBR
Kumpulan Penetrasi Lapisan
Penetrasi (mm/tumbukan) CBR (%) Equivalen
Tumbukan (mm) (mm)
(mm)
0 0 0
3 254 254
7 389 389
10 650 650 1000 55,56 0,52 3,332 3,948
13 819 819
16 945 945
18 1000 1000

H1 x CBR1 ^1/3 h total hasil hasil akhir

1493,6 945 1,580 3,948

kumulatif tumbukan

0 5 10 15 20
0

200
kumulatif penetral

400

600

800

1000

1200

Kesimpulan :

dari pengujian yang dilakukan dilapangan, didapatkan nilai CBR dilapangan secara
langsung didapatkan hasil yaitu :
 Nilai CBR 1 = 15,530
 Nilai CBR 2 = 4,619
 Nilai CBR 3 = 2,885
 Nilai CBR 4 = 1,981
 Nilai CBR 5 = 3,948

5
I. PENGUJIAN SANDCONE
Sand cone adalah alat yang digunakan untuk tes pengujian dalam hal ini untuk
menentukan kepadatan lapisan tanah di lapangan dengan menggunaka pasir baik itu lapisan
tanah atau perkerasan lapisan tanah yang dipadatkan.
Percobaan kerucut pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan
dilapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli ataupun hasil suatu
pekerjaan pemadatan yang dilakukan baik pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif.
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh dari percobaan ini biasanya digunakan
untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di lapangan (degreed of compaction) yaitu
perbandingan antara yd (kerucut pasir) dengan yd hasil percobaan pemadatan
dilaboraturium.
Percobaan ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di
lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan (degree of compaction), yaitu
perbandingan antara yd lapangan (kerucut pasir) dengan yd maks. hasil percobaan
pemadatan di laboratorium dalam persentase lapangan.

Peralatan dan Bahan

SANDCONE LAPANGAN
Peralatan:
1) Kerucut yang dilengkapi dengan kran pengunci
2) Botol transparan dengan kapasitas 9 kg
3) Alat perata (Scraper)
4) Timbangan
5) Wadah
6) Oven
7) Palu
8) Sekop kecil
9) Paku
10)Kuas
Bahan
1) Pasir otawa
2) Tanah dilapangan

6
Langkah Kerja:
Alur langkah pengujian dan perhitungan, secara umum adalah sebagai berikut :
 penentuan volume/isi botol yang digunakan
 penentuan berat isi pasir yang digunakan
 penentuan berat isi tanah
Penentuan volume/isi botol yang digunakan :
Yang dimanfaatkan adalah air, yang sudah diketahui massa jenisnya adalah 1 kg/lt atau 1
kg/dm³ atau 1 g/cm³ atau 1 ton/m³
Untuk keperluan praktis dianggap berat isi air = massa jenis air, dengan mengabaikan faktor
percepatan gravitasi yang berbeda antar lokasi.
Untuk mendapatkan volume/isi botol yang digunakan, timbang berat :
 botol + corong (kosong)
 botol + corong + air
Penentuan berat isi pasir yang digunakan :

Untuk menentukan berat isi pasir, isilah botol dengan pasir, lalu ditimbang beratnya
Cara pengisian botol dengan pasir harus dengan hati-hati :
 tutup kran, isi corong dengan pasir sampai penuh
 buka kran dan dijaga supaya pasir pada corong minimal setengah corong
 isi sampai botol penuh dan tutup kran kembali
 bersihkan kelebihan pasir di atas kran

Pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji :

Pelaksanaan pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji adalah sebagai berikut :

 ratakan permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang diuji


 tempatkan plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan
lubang berdiameter 16,51 cm pada permukaan tanah
 kokohkan kedudukan plat dudukan corong dengan pasak atau paku pada keempat
sisinya
 gali lubang dengan kedalaman 10 cm - 15 cm pada lubang plat corong
 pastikan seluruh partikel lepas hasil penggalian tidak ada yang tertinggal dalam
lubang
 masukkan semua tanah atau bahan lapis dasar pondasi yang digali dalam
wadah/kaleng tertutup yang sudah diketahui beratnya, lalu ditimbang

Ambil contoh tanah atau material lapis dasar pondasi untuk dihitung kadar airnya

6
Pengukuran dengan pasir uji :

Pelaksanaan pengukuran dengan pasir uji yang sudah diketahui parameternya pada lubang
yang telah disiapkan di titik uji seperti di atas, adalah sebagai berikut :
 isi botol dengan pasir (boleh sampai penuh atau secukupnya melebihi isi lubang dan
corong)
 timbang botol dengan corong dan pasir
 tempatkan pada plat dudukan corong dengan lubang tepat pada corong menghadap
ke bawah dan botol di atas
 buka kran dan biarkan pasir mengalir mengisi lubang dan corong sampai penuh
 setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran dan timbang kembali botol + corong +
sisa pasir

Peta Lokasi SANDCONE

KESIMPULAN SANDCONE

Berdasakan data pada pengujian kepadatan lapangan sand cone test dilakukan pada 5 titik

Titik pengujian 1 yaitu 60,74%

Titik pengujian 2 yaitu 73,12%

Titik pengujian 3 yaitu 79,24%

Titik pengujian 4 yaitu 69,40 %

Titik pengujian 5 yaitu 50,82%

Dengan demikian dapat diartikan tanah yang di uji dalam keadaan tidak padat karena derajat
kepadatan yang diperoleh kecil dari derajat kepadatan standar yang disyaratkan SNI 2828 :
2011, yaitu 90% hal ini disebebkan karena tanah yang di uji tersebut tidak pernah
dipadatkan. Apabila tanah yag di uji telat dipadatkan, maka derjat kepadatan tanah (DR)
harus berkisar antara 90-100%,

6
PENGUJIAN SANDCONE LABORATORIUM

Berat Isi Pasir

Berat (gr)
Uraian
No Pasir
Berat Isi Agregat Lepas 1 2 3
A Berat Silinder kosong (gr) 2036 2036 2036
B Berat Silinder + Material(gr) 3742 3737 3734
C Berat Silinder + Air(gr) 3192 3192 3192
D Berat Material(gr) 1706 1701 1698
E Berat Air(gr) 1156 1156 1156
F Berat Isi Material(gr/cm3) 1,476 1,471 1,469
G Berat isi rata rata (gr/cm3) 1,472

Berat Pasir dalam corong

Sampel (gram)
No Uraian
1 2 3
A Berat Pasir + Botol + Corong 7020 7011 7010
B Berat Sisa Pasir + Botol + Corong 5305 5308 5310
C Berat Pasir Dalam Corong (A-B) 1715 1703 1700
Berat Pasir Dalam Corong Rata Rata (gr) 1706

6
PENGUJIAN SANDCONE LAPANGAN

Lokasi ( STA ) 1 2 3 4 5
6633,
A Berat Pasir + Gelas + Corong g 6624 6521 6359 5 6558
Berat Sisa Pasir + Gelas
B g 2058 2581 2631 2157 2053
+ Corong
Berat Pasir dalam Corong 4476,
C g 4566 3940 3728 5 4505
+ Lubang
D Berat Pasir dalam Corong g 1568 1568 1568 1568 1568
2908,
E Berat Pasir dalam Lubang g 2998 2372 2160 5 2937
g/
1,437 1,437 1,437 1,437 1,437
F Berat Isi Pasir cm³
2086,
G Volume Lubang Cm³ 3 1651 1503 2024 2044
2289, 2339,
H Berat Tanah Basah g 2305 2206 5 5 1803

(γwet g/
1,105 1,336 1,523 1,156 0,882
I Berat Isi Basah ) cm³
(γd g/cm³ 0,922 1,110 1,203 1,053 0,771
J Berat Isi Kering )
% 27,62 27,62 27,62 27,62 27,62
K Kadar air Optimum 0 0 0 0 0
g/ 1,518 1,518 1,518 1,518 1,518
L Kepadatan Kering Maksimum cm³ 0 0 0 0 0
g/
M Kepadatan Setelah di Koreksi cm³
N Tertahan # No.4 Gr 681 924 882 407 381
O Derajat Kepadatan di Lapangan % 60,74 73,12 79,24 69,40 50,82
P Persyaratan Spesifikasi % 90 90 90 90 90

KADAR AIR

Nomor Cawan 1 2 3 4 5
Berat Tanah Basah + Cawan Gr 52,4 64,2 66,2 53,1 55,0
Berat Tanah Kering + Cawan Gr 45,3 55,0 54,3 49,2 49,2
Berat Cawan Gr 9,5 9,9 9,6 9,1 8,8
Berat Air Gr 7,1 9,2 11,9 3,9 5,8
Berat Tanah Kering Gr 35,8 45,1 44,7 40,1 40,4
Kadar Air (ώ) % 19,8 20,4 26,6 9,7 14,4

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dari hasil pengujian yang kami laksanakan dan amati, kami menyimpulkan bahwa
percobaan yang kami uji tidak termasuk ke dalam kategori sebagai Lapisan Pondasi Bawah.
dikarenakan batas plastis dan batas cair yang kami lakukan tidak memenuhi standar
AASHTO dan tidak memenuhi sifat sebagai Lapisan Pondasi Bawah.
3.2 Saran
1. peralatan yang digunakan harus dalam keadaan baik, sehingga tidak menghambat
dan mempengaruhi pekerjaan.
2. lebih berhati – hati dalam melakukan pekerjaan terutama ketika menggunakan alat
yang terdapat benda tajam.
3. dalam pengerjaan sebaiknya dilakukan sesuai prosedur.
4. pada saat pengerjaan, komunikasi antar anggota kelompok lebih di tingkat agar
mengurangi kesalahan dalam pengujian.

Anda mungkin juga menyukai