Dosen Pengampu:
Surat, ST.,MT
Oleh:
Kelompok 2
KELAS : 3-A
PRODI : TEKNIK BANGUNAN RAWA
JURUSAN : TEKNIK SIPIL & KEBUMIAN
ANGGOTA:
Ahmad Noval Kurniawan (A040421002)
Alfina Dewi (A040421003)
Hasna Fadhila (A040421006)
Muhammad Ridwan Al-Farizi (A040421012)
Saddam Ardian (A040421018)
Shofia Ananda Putri (A040421020)
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya lah kami dapat melaksanakan Praktikum Blok Uji Tanah II serta dapat
menyelesaikan laporan kelompok ini dengan baik.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktikum Uji Tanah II selama Praktikum Blok
berlangsung. Praktikum ini diprioritaskan sebagai pemantapan teori-teori yang didapat
selama perkuliahan. Laporan ini dapat selesai berkat arahan dan bimbingan dari
Bpk.Surat,ST.,MT selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Uji Tanah II dan Ibu
Agustina Ariyani,ST selaku Pendamping Teknisi selama Praktikum berlangsung.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Laporan ini masih
memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar lebih baik di masa yang akan datang.
Kelompok 2
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkerasan jalan adalah bagian dari jalur lalu lintas yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi darat dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak
terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan mempunyai kapasitas dukung dan keawetan
yang memadai dan ekonomis, maka perkerasan jalan dibuat berlapis-lapis agar dapat
mendukung berbagai macam beban yang disebabkan oleh pergerakan lalu-lintas.
Dalam proses perancangan perkerasan jalan, bahan atau material perkerasan jalan
merupakan bagian yang diutamakan dalam pertimbangan analisis parameter perancangan,
itulah sebabnya perkerasan jalan yang memiliki kualitas yang baik sangat dibutuhkan.
Kualitas jalan yang dimaksud adalah kekuatan tiap lapis perkerasan, komponen lapisan
terdiri dari berbagai macam bahan granuler yang memberikan sokongan penting dari
kapasitas struktur sistem perkerasan. Komponen material yang berkualitas tinggi diletakkan
di bagian atas, semakin ke bawah kualitas material semakin berkurang. Hal ini karena
tegangan akibat beban roda lalu lintas disebarkan semakin ke bawah semakin mengecil.
Agregat merupakan bahan utama struktur perkerasan jalan yang terdiri dari
sekumpulan butiran batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya, yang berupa material
alam maupun buatan. Sistem perkerasan jalan umumnya mengandung 90- 95% agregat
berdasarkan persen berat atau 70-75% berdasarkan persen volume. Dalam perkerasan,
agregat batuan digunakan sebagai material pembentuk lapis permukaan, lapis pondasi atas
dan lapis pondasi bawah. Material tersebut harus mempunyai gradasi tertentu agar
memenuhi syarat keawetan, kestabilan dan kekuatan (Sukirman, 1999).
4
BAB II
ISI PENGUJIAN
1. DASAR TEORI
Berat jenis kering (bulk specific grafity) adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
tertentu.
Berat jenis kering permukaan kering (SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dengan berat air suling yang beratnya sama dengan berat
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Penyerapan adalah presentase berat air yang dapat diserap pori-pori terhadap berat
agregat kering. Besar penyerapan terganmtung porositas yaitu berupa volume pori-pori
yang dapat menyerap air.
2. PERALATAN DAN BAHAN
peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram, kapasitas lebih dari 2000 gram.
2. Piknometer / gelas ukur, kapasitas 500 ml.
3. Kerucut terpancung untuk menentukan keadaan SSD, diameter atas (40 ±
3)mm, diameter bawah(90 ± 3)mm, dan tinggi(753)mm, terbuat dari
logamdengan tebal minimum 0,8 mm.
4. Penumbuk dengan penampang rata, berat (34015) gram, diameterpermukaan
penumbuk (253)mm.
5. Saringan No. 4, (saringan standart).
6. Oven (pengering),dapat diatur suhu konstan (1105)C.
7. Thermometer.
8. Cawan.
9. Hotplane.
10. Alat pembagi contoh,riffle sampler
Bahan
1. Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 yang diperoleh dari alat
pembagi contoh atau sistem perempat (quartering)sebanyak 1000 gram.
2. Benda uji terlebih dahulu dibuat dalam keadaan jenuh kering permukaan (SSD).
5
3. LANGKAH PENGUJIAN
Penentuan SSD agregat halus
1. Masukkan benda uji ke dalam kerucut terpancung dalam 3(tiga) lapisan, yang
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8(delapan)kali, ditambah satu kali
penumbukan untuk bagian atasnya (seluruhnya 25 kali tumbukan).
2. Angkat cetakan kerucut terpancung perlahan lahan.
Perhatikan !
Sebelum diangkat, cetakan kerucut terpancung harus dibersihkan dari butiran
agregat yang berada diluar cetakan.
Pengangkatan cetakan harus benar-benaar vertikal
3. Periksa bentuk agregat hasil kerucut terpancung diangkat, bentuk umumnya ada
(tiga), yang masing-=masing menyatakan keadaan kandungan air daari agregat
tersebut, yaitukeadaan kering, keadaan basah, dan keadaan SSD.
Perhatikan !
Jika keadaan agregat kering, maka agregat perlu ditambah air.
Jika agregat dalam keadaan basah, maka agregat perlu dikeringkan terlebih dahulu di
udara.
Pernentuan berat jenis dan penyerapan agregat halus.
1. Timbang agregat dalam keadaan SSD tersebut pada (1) seberat 500 gram dan
masukkan ke dalam piknometer atau gelas ukur.
2. Masukkan air pembersih mencapai 90% isi piknometer, putar sambil diguncang
sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.
Proses untuk menghilangkan gelembung dalam piknometer dapat dipercepat
dengan menggunakan pompa hampa udara atau dengan merebus piknometer.
3. Tambahkan air pembersih mencapai tanda batas.
4. Timbang piknometer berisi air dan benda uji (B1).
5. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (1105) oC, Sampai
berat tetap, kemudian dinginkan (B2).
6. Isi kembali piknometer dengan air sampai tanda batas, lalu timbang beratnya
(B3).
6
4. PERHITUNGAN
1. Berat jenis kering (bulk dry specific grafity).
Bk
=
(B+Bj-Bt)
4. Penyerapan.
Bj-Bk
.= x 100%
Bk
dengan,
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram).
Bk = berat benda uji dalam keadaan kering oven (gram).
B = berat piknometer berisi air (gram).
Bj = berat benda uji dalam keadaan SSD (gram).
7
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
(SNI 03-1969-1990)
Sampel Rata-Rata
No Perhitungan
A B ( A+ B ) / 2
8
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
(SNI 03-1969-1990)
Sampel Rata-Rata
No Perhitungan
A B ( A+ B ) / 2
4 Penyerapan
6,270 6,383 6,326
Kesimpulan :
Pengujian yang dilakukan di laboratorium diperoleh:
Abu Batu Bottom Ash
maka hasil dari berat jenis agregat halus kelompok 2 sesuai dengan ketentuan standar yang
ditentukan yaitu SNI 1970:2008
9
B. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
1. DASAR TEORI
Berat jenis kering (bulk specific grafity) adalah berat jenis agregat dan volumenya
adalah volume luar/lateral/volume dimensional agregat kasar (kerikil). Digunakan untuk
menentukan berat isi agrtegat agar supaya dapat direncanakan suatu campuran beton.
Berat jenis jenuh permukaan kering (SSD)yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dengan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Penyerapan adalah kemampuan agregat menyerap air sampai keadaan jenuh. Besar
penyerapan terganmtung porositas yaitu berupa volume pori-pori yang dapat menyerap
air.
3. LANGKAH PENGUJIAN
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
permukaan agregat.
2. Keringkan benda uji pada oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai beratnya tetap.
3. Dinginkan dalam desikator atau diamkan di udara terbuka, kemudian timbang
beratnya (Bk).
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 jam.
10
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan agregat hilang (agregat ini dinyatakan dalam kondisi jenuh permukasan
kering atau SSD ).
Untuk butiran yang besar, pengeringan lap harus satu persatu.
6. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh permukaan lurus kering (Bj).
7. Masukkan benda uji ke dalam bejana gelas dan tambahkan air hingga benda uji
terendam, dan permukaan air pada tanda batas (pada bejana gelas diberi tanda batas).
8. Timbang berat bejana yang berisi benda uji + air (W1).
9. Bersihkan bejana dari benda uji dan masukkan lagi sampai permukaannya ada tanda
batas (seperti pada no 7).
10. Timbang beratnya (W2).
11. Lakukan perhitungan seperti dasar teori.
4. PERHITUNGAN
1. Berat jenis kering (bulk dry specific grafity).
Bk
=
(Bj-Ba)
4. Penyerapan.
Bj-Bk
.= x 100%
Bk
dengan,
Bk = berat benda uji dalam keadaan kering oven (gram).
Bj = berat benda uji dalam keadaan SSD (gram).
Ba = berat benda uji dalam air ( gram ).
Catatan :
1. Karena harga berat jenis yang tidak tetap walaupun dilakukan dengan sangat hati-
hati, dalam hal ini diperlukan pemeriksaan berulang-ulang minimal 2 (dua) kali
pemeriksaan. Kemudian diambil harga rata-ratanya.
11
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SNI 03-1969-1990)
N Sampel Rata-Rata
Uraian
o A B ( A+B )/2
1 Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 1285,3 1269,5 1277,4
2 Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 1331,1 1310,1 1320,6
3 Berat Benda Uji dalam Air (Ba) 810,8 803 806,9
Penyerapan (Absorpsi)
7 3,563 3,198 3,381
Kesimpulan
maka hasil dari berat jenis agregat kasar kelompok 2 sesuai dengan ketentuan standar yang
ditentukan yaitu SNI 1969:2008
12
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SNI 03-1969-1990)
N Sampel Rata-Rata
Uraian
o A B ( A+B )/2
1907,
Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 1871,2 1889,25
3
1
1939,
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 1902,7 1921,25
8
2
1234,
Berat Benda Uji dalam Air (Ba) 1215,3 1224,95
6
3
Penyerapan (Absorpsi)
7 1,683 1,704 1,694
Kesimpulan
maka hasil dari berat jenis agregat kasar kelompok 2 sesuai dengan ketentuan standar yang
ditentukan yaitu SNI 1969:2008
13
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SNI 03-1969-1990)
Rata-
N Sampel Rata
Uraian
o ( A+B )/
A B
2
2320,
Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 2360 7 2340,4
1
2377,
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 2417,7 6 2397,65
2
1513,
Berat Benda Uji dalam Air (Ba) 1539,7 4 1526,6
3
Penyerapan (Absorpsi)
7 2,445 2,452 2,448
Kesimpulan
maka hasil dari berat jenis agregat kasar kelompok 2 sesuai dengan ketentuan standar yang
ditentukan yaitu SNI 1969:2008
14
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SNI 03-1969-1990)
Rata-
N Sampel Rata
Uraian
o ( A+B )/
A B
2
2489,
Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 2501,1 0 2495,1
1
2510,
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 2518,7 7 2514,7
2
1614,
Berat Benda Uji dalam Air (Ba) 1625,6 1 1619,9
3
Penyerapan (Absorpsi)
7 0,704 0,872 0,788
Kesimpulan
maka hasil dari berat jenis agregat kasar kelompok 2 sesuai dengan ketentuan standar yang
ditentukan yaitu SNI 1969:2008
15
C. Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus
1. DASAR TEORI
Peralatan
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
2. Satu set saringan dengan 37,5 mm 19,1 mm (3/4”); 9,5 mm (3/8”); No. 4, 8, 16,
30, 50, 100 (standar ASTM).
6. Talam-talam.
Benda uji didapat dari pemisahan contoh atau cara perempat sebanyak :
a. Agregat halus
b. Agregat kasar
16
Ukuran maksimum ¾” ; berat minimum 5 kg
Bila agregat serupa campuran dari agregat halus dan kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan no. 4, selanjutnya agregat halus dan kasar
disediakan sebanyak sejumlah seperti tercantum di atas.
Benda dipisahkan sesuai dengan PB-0208-76 kecuali apabila butiran yang melalui
saringan no. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya, sah bila syarat ketelitian tidak
menghendaki pencucian.
3. LANGKAH PENGUJIAN
a. benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110+5)0c sampai beratnya tetap.
b. Benda uji disaring dengan ukuran saringan palinng besar ditempatkan paling atas,
saringan diguncang dengan tangan atau dengan penggentar selama 15 menit.
4. PERHITUNGAN
Hitunglah prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total benda uji.
5. PELAPORAN
Laporan meliputi:
c. Grafik akumulatif
17
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
18
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)
19
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)
20
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
21
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)
22
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)
23
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990)
24
AGREGAT GABUNGAN
% % % % %
% %
Kumulati Kumulati Kumulati Kumulati Kumulati
Kumulati Kumulati
f f f f f KOMBINASI
f f
Bottom Bt. Pecah Bt. Pecah Bt. Pecah Bt. Pecah
Tanah Abu Batu
Ash 1-1 1-2 2-3 3-5
100
Lolos Lolos Lolos Lolos Lolos Lolos Lolos 10% 10% 15% 15% 20% 20% 10%
%
100,0
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 10,00 10,00 15,00 15,00 20,00 20,00 10,00
0
100,00 100,00 100,00 76,52 40,25 100,00 100,00 10,00 10,00 15,00 15,00 15,30 8,05 10,00 83,35
100,00 96,53 14,55 0,34 0,25 90,36 85,97 10,00 10,00 14,48 2,18 0,07 0,05 9,04 45,82
99,08 15,78 2,73 0,25 0,20 77,57 50,50 9,91 9,91 2,37 0,41 0,05 0,04 7,76 30,44
94,83 2,13 1,36 0,06 0,13 61,66 19,58 9,48 9,48 0,32 0,20 0,01 0,03 6,17 25,69
60,55 1,34 1,03 0,06 0,09 44,12 4,75 6,05 6,05 0,20 0,15 0,01 0,02 4,41 16,91
4,25 0,71 0,43 0,03 0,03 38,03 4,70 0,42 0,42 0,11 0,06 0,01 0,01 3,80 4,84
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Abu Bottom Bt. 1- Bt. Bt. Bt. 3
Tanah
batu Ash 1 1-2 2-3 -5
Kesimpulan :
gradasi agregat gabungan adalah hasil perhitungan gabungan setiap material gabungan fraksi untuk mendapatkan persentase campuran dengan
menggunakan metode trying error (coba-coba).
didapatkan hasil persentase campuran yaitu:
Abu batu = 10 % Bt 1-1 = 10 %
Tanah = 10 % Bt 1- 2 = 10 % Dari hitungan tryingerorr (coba-coba) dan grafik kurva gradasi
gabungan semua saringan telah memenuhi ketentuan.
Bottom Ash = 10 % Bt 2- 3 = 10 %
Bt 3- 5 = 10 % 25
GRADASI AGREGAT GABUNGAN
LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS B
100
90
80
70
60
persen lolos
Gabungan
50 BATAS ATAS
40 BATAS BAWAH
30
20
10
0
0 0 1 10 100
26
D. PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN
MESIN ABRASI LOS ANGELES
(SNI 03-2417-1991)
1. Maksud dan Tujuan.
Maksud pengujian ini adalah untuk menentukan ketahanan aggregat kasar terhadap
keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Anggeles.
Tujuan pengujian ini untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang dinyatakan
dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 ( # 1.7 mm)
terhadap berat semula, dalam persen.
Ruang lingkup pengujian ini dapat digunakan untuk mengukur keausan aggregat
kasar. Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton.
27
(f) Cara F : Gradasi F, bahan lolos # 50 mm, sampai tertahan 25 mm,
jumlah bola 12 dengan 1000 putaran.
(g) Cara G : Gradasi G, bahan lolos # 37.5 mm samaai tertahan # 19 mm,
Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan gradasi
disesuaikan dengan contoh material yang merupakan wakil dari material
yang akan digunakan.
b. Benda uji dan bola baja dimasukan kedalam mesin abrasi Los Angeles;
c. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah putaran gradasi
A,B,C dan D = 500 Putaran dan untuk gradasi E,F dan G = 1000 putaran;
d. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengan saringan no. 12 (# 1.7 mm); butiran yang tertahan diatasnya dicuci
bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5
)°C sampai berat
tetap.
4. Peralatan .
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
28
b. Saringan No. 12 (1,7mm) dan saringan-saringan lainnya;
c. Timbangan dengan ketelitian 5 gram;
d. Bola bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8” ) dan berat masing-
masing antara 400 gram sampai 440 gram;
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±
5
)°C .
29
KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES
(SNI 03 – 2417 – 1991)
Ukuran Saringan
Gradasi Dan Berat Benda Uji (Gram)
(mm)
Lolos Tertahan A B C D E F G
76,2 63,5
63,5 50,8
50,8 37,5
37,5 25,4 1250
25,4 19,0 1250
19,0 12,5 1250
12,5 9,5 1250
9,5 6,3
6,3 4,8
4,8 2,4
Total 5000
KESIMPULAN
Sesuai SNI 03-6388-2000 mengenai Spesifikasi Agregat Lapis Pondasi Bawah, agregat
kasar maksimal memiliki tingkst keausan sebesar 50%
Sesuai dengan ASTM C 131 mengenai metode tes standar untuk ketahanan terhadap
degradasi agregat kasar oleh abrasi dan tumbukan mesin Los Angeles, aagregat kasar
maksimal memiliki tingkat keausan 30%
Dengan nilai yang di uji adalah 26,79% sehingga daya tahan yang cukup terhadap keausan
30
E. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH DENGAN METODE D
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan
dengan salah satu cara mekanis (menggilas / memukul / mengolah).
Tingkat pemadatan tanah di ukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan.
Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan
berfungsi sebagia unsur pembasah pada partikel-partikel tanah. Untuk usaha pemadatan
yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah meningkat.
Harap dicatat bahwa pada saat kadar air w = 0, berat volume basah dari tanah adalah sama
dengan berat volume keringnya.
Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang
sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat
secar bertahapmpula. Berat volume kering dari tanah pada kadar air dapat dinyatakan:
Setelah mencapai kadar air tertentu w = w2, adanya penambahan kadar air justru
cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air
tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat
ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana harga berat volume
kering maksimum tanah dicapai tersebut kadar air optimim.
Teknis pelaksanaan pekerjaan pemadatan tanah
A. Lingkup pekerjaan
Pekejaan ini meliputi persiapan lokasi pekerjaan, penghamparan, pemadatan, pengujian dan
perapihan hasil pekerjaan.
B. Pekerjaan persiapan
1. Pembuatan dan pengajuan shop drawing pekerjaan pemadatan tanah dengan stamper.
2. Persiapan lahan kerja.
3. Persiapan material kerja : tanah timnunan pilihan.
4. Persiapan alat kerja : alat pemadat (stemper kuda), cangkul, raskam, meteran, dll.
C. Pelaksanaan pekerjaan
1. Melakukan persiapan lokasi pekerjaan berupa : pengukuran dan pemasangan marking
pada area pekerjaan, pembersihan lokasi pekerjaan, dimana harus bebas dari material
organik dan anorganik.
2. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan terlebih
dahulu.
3. Memuat material timbunan pilihan dari hasil galian pada lokasi pekerjaan dengan dum
truk dan ditumpuk dengan jarak tertentu pada lokasi pekerjaan
4. Timbunan pilihan dihampar dengan menggunakan tenaga manusia (manual).
31
5. Hasil hamparan timbunan pilihan disiram air dengan menggunakan tamper lalu
dipadatkan dengan stamper sampai mencapai ketabalan dan kepadatan sesuai dengan
spesifikasi teknik
6. dipadatkan dengan stamper sampai mencapai ketabalan dan kepadatan sesuai dengan
spesifikasi teknik.
7. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
maksimum 30 cm dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90 % (modifield proctor)
dari kepadatan sampai kering maksimum seperti yang tertera dalam AASHTO T99.
8. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hujan, pemadatan
harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2%
kadar air optimum.
9. Melakukan pengujian timbunan, pengujian testpit dan cbr untuk menentukan ketebalan
dan kepadatan dari timbunan.
10.Perapihan hasil pekerjaan, setiap material sisa diangkut utuk dibuang pada area yang
telah ditentukan.
32
PERCOBAAN PEMADATAN BERAT METODE D
(SNI 03 - 1743 - 1989)
Berat Cawan + Tanah Basah Gr 77,5 89,6 73,2 72,2 87,5 86,2
Berat Cawan + Tanah
Kering Gr 73,9 84,8 68,9 67,9 81 78,4
Berat Air Gr 3,6 4,8 4,3 4,3 6,5 7,8
Berat Cawan Gr 9,1 9,9 9,9 10,5 9,9 9,7
Berat Tanah Kering Gr 64,8 74,9 59 57,4 71,1 68,7
Kadar Air % 5,556 6,409 7,288 7,491 9,142 11,354
2.4
KURVA PEMADATAN
2.35
2.3
2.25
Kepadatan Kering (gr/cm³)
2.2
2.15 kepadatan kering
masksimum ZA
2.1
2,035 gr/cm^3 V
2.05
2
1.95
1.9 kadar air
1.85 optimum 8,6 %
1.8
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1333 14
Kadar Air (%)
PENGUJIAN PEMDATAN :
Tujuan penguji ini untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah kering
dengan memadatkan didalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat
penumbuk 4 kg dan tinggi jatuh 45,7 cm atau 18.cara uji tersebut bagi lagi menjadi 4 cara,
kelompok kami menggunakan cara D, karena banyak material yang lolos saringa no.4 ,
awalnya pada pengujian pemadatan ini, kelompok 2 hanya menggunakan 5 sampel yaitu :
1%, 2%, 3%, 4%, 5%.
Tetapi pada saat perhitungan data, pada sampel tersebut grafiknya tidak bisa terbaca karena
kemungkinan ada kesalahan dalam pengujian sehingga dibuat lagi pengujian menggunakan
5 sampel yaitu : 3%, 4%, 5%, 6%, 7%.
Pada semua persen kadar air memenuhi standar pembuatan grafik. Maka hasil grafik berat
isi tanah terhadap kadar air dari hasil percobaan di laboratorium memenuhi standar yang
ditentukan. (SNI 1742 : 2008) dan (SNI 1743 : 2003).
34
F. Pengujian Batas Cair dan Batas Plastis
Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan
keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis. Batas plastis biasanya ditentukan dari uji
Casagrande. Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara
daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter
silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.
Indeks plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat
plastis. Karena itu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah. Jika tanah
mempunyai PI tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung. Jika PI rendah,
seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering.
BATAS CAIR
ALAT:
- Alat batas cair standard.
- 4 buah container.
- Timbangan atau neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
- Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai dengan suhu
(110 ±15)0C.
- Air suling.
- Spatula
- Pelat kaca
- Sendok dempul.
- Alat pembuat alur.
BAHAN:
- Sampel Tanah
LANGKAH KERJA:
- Diatas pelat kaca/keramik, aduk benda uji dengan menambahkan air sedikit demi
sedikit sampai homogen.
- Setelah merata, ambil sebagian benda uji dan letakkan diatas mangkok alat batas
cair, ratakan permukaannya sejajar dengan dasar alat, bagian paling tebal harus ± 1
cm.
- Buat alur dengan membagi dua benda uji di mangkok dengan alat pebuat alur, tegak
lurus permukaan mangkok.
- Putar Mangkok hingga naik/jatuh kecepatan 1 putaran per detik. Pemutaran
dilakukan hingga dasar alur benda uji bersinggungan dan catat jumlah ketukan
ketika bersinggungan.
- Ulangi langkah, kemudian masukan benda uji kedalam cawan dan periksa kadar
airnya.
35
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BATAS CAIR DAN BATAS PLASTIS
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh besaran batas platis tanah, yang selanjutnya
digunakan untuk menentukan jenis, sifat, dan klasifikasi tanah. Pengujian ini dilakukan
terhadap jenis tanah yang berhubungan dengan pembentukan badan jalan.
Pengujian yang dilakukan kelompok kami di labotarium dengan pekerja (LPB) iyalah
material kami non-plastis karena material banyak pasir halus
Setelah kami lihat di klasifikasi tanah pada AASHTO material tersebut Np = Non plastis A3
36
G. PENGUJIAN TEST CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO)
Pengujian CBR (California Bearing Ratio) merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk mengetahui kekuatan tanah, yaitu dengan membandingkan gaya
perlawanan penetrasi piston terhadap tanah dengan gaya perlawanan yang serupa pada
contoh standard berupa batu pecah di California dan umumnya digunakan untuk mendesain
tebal perkerasan jalan, nilai CBR dapat juga diperoleh melalui DCPT (Dynamic Cone
Penetrometer Test) dan menggunakan korelasi kedalaman penetrasi dengan nilai CBR.
Pengujian CBR dilakukan pada sampel tanah uji terkompaksi yang mana tanah pengujian
telah dipadatkan untuk mencapai kepadatan maksimum untuk menunjang daya dukung
tanah yang lebih tinggi.
CBR Laboratorium Secara garis besar, pengujian CBR Laboratorium hampir sama
dengan CBR Lapangan. Pengujian CBR Laboratorium dilakukan dengan mencampurkan
sampel tanah pada kadar air tertentu (yaitu pada kadar air optimum pada pengujian
pemadatan). Sampel tanah yang dicampurkan dipadatkan dengan menggunakan batang
penumbuk standar (proctor standard).
Langkah Pengujian
Letakan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4,5 kg atau 10
lb atau sesuai dengan perkerasan.
Untuk benda uji yang direndam, beban harus sama dengan beban yang dipergunakan
waktu perendaman. Pertama, letakan keping pemberat 2,27 kg atau 5 lb untuk
mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keping
pemberat. Pemberatan selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada
permukaan benda uji.
Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban
menunjukan beban permulaan sebesar 4,5 kg atau 10 lb. Pembebanan permulaan ini
diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antara torak dengan
permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi
di-nol-kan.
Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati
kecepatan 1,27 mm/menit atau 0,05”/menit. Catat pembacaan pembebanan pada
penetrasi 0,312 mm atau 0,0125”; 0,62 mm atau 0,025”; 1,25 mm atau 0,05”; 0,187
mm atau 0,075”; 2,5 mm atau 0,10”; 3,75 mm atau 0,15”; 5 mm atau 0,20”; 7,5 mm
atau 0,30”; 10 mm atau 0,40”; dan 12,5 mm atau 0,50”.
Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi
sebelum penetrasi 12,5 mm atau 0,50”.
Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan atas benda uji
setebal 25,4 mm atau 1”.
Bila diperlukan kadar air rata-rata maka pengembalian benda uji untuk kadar air
dapat diambil dari seluruh kedalaman. Benda uji untuk pemeriksaan kadar air
sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus atau sekurang-kurangnya
500 gram untuk tanah berbutir kasar.
37
CBR 15 tumbukan
Jumlah Tumbukan 15 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8552 8674
Berat Mold (Gr) 4072 4072
Berat tanah basah (Gr) 4480 4602
Isi mold (Cm3) 2090,31 2090,31
Berat isi basah (Gr/Cm3 2,143 2,202
berat isi kering (Gr/Cm3 1,987 1,990
Penetrasi
Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 67,50 73,80
Tanah Kering + Cawan 63,30 67,60
Berat Cawan 9,80 9,40
Air 4,20 6,20
Tanah Kering 53,50 58,20
Kadar air (%) 7,85 10,65
38
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"
(1140)/(3*1000))*100 (2114)/(3*1500))*100
Bawah %
38,00 46,98
5000
GRAFIK C.B.R.
4500
4000
3500
3000
2500
2000
BEBAN (Lb)
1500
1000
500
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
PENURUNAN (Inchi)
39
CBR 30 tumbukan
Jumlah Tumbukan 30 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8748 8870
Penetrasi
Penurunan Pembacaan Beban (Lb)
Waktu (Menit)
(inch) Atas Bawah Atas Bawah
0 0,0000 0,0 0,0
0,25 0,0125 4,8 146,0
0,5 0,0250 11,5 349,7
1 0,0500 31,8 967,0
1,5 0,0750 53,5 1626,9
2 0,1000 71,0 2159,1
3 0,1500 97,0 2949,8
4 0,2000 118,0 3588,4
6 0,3000 162,0 4926,4
8 0,4000 180,0 5473,8
10 0,5000 0,0 0,0
Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 69,20 78,50
40
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"
(2100)/(3*1000))*100 (3700)/(3*1500))*100
Bawah %
70,00 82,22
2800
2400
2000
1600
1200
800
400
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
PENURUNAN (Inchi)
41
CBR 65 TUMBUKAN
Jumlah Tumbukan 30 kali Sebelum Sesudah
Penetrasi
Penurunan Pembacaan Beban (Lb)
Waktu
Bawa
(Menit)
(inch) Atas h Atas Bawah
0 0,0000 0,0 0,0
0,25 0,0125 2,5 76,0
0,5 0,0250 8,2 249,4
1 0,0500 8,8 267,6
1,5 0,0750 113,0 3436,3
2 0,1000 142,0 4318,2
3 0,1500
4 0,2000
6 0,3000
8 0,4000
10 0,5000
Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 82,10 86,80
Tanah Kering + Cawan 75,60 79,10
Berat Cawan 10,50 9,10
Air 6,50 7,70
Tanah Kering 65,10 70,00
42
Kadar air (%) 9,98 11,00
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"
(3500)/(3*1000))*100 (....)/(3*1500))*100
Bawah %
220,00 0,00
9000
8500
GRAFIK C.B.R.
8000
7500
7000
6500
6000
5500
5000
4500
4000
BEBAN (Lb)
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0.0 0.1 0.2 0.3
PENURUNAN (Inchi)
43
PERCOBAAN PEMADATAN DAN C.B.R
Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Material : Abu batu (10%) ; Batu 1-1 (15%) ; Batu 1-2 (15%) ; Batu 2-3
(20%) ; Batu 3 - 5 (20% ); Bottom Ash (10%) ; Tanah (10%)
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
2.300 2.300
2.260 2.260
2.220 2.220
2.180 2.180
2.140 2.140
2.100 2.100
Kepadatan Kering (Gr/Cm³)
2.020 2.020
1.980 1.980
1.940 1.940
1.900 1.900
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250
Kadar Air (%) C.B.R. (%)
44
PENGUJIAN CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)
Tujuan pengujian ini untuk menentukan CBR tanah dan camprann tanah agregat yang di
padatkan di labolatorium pada kadar air tertentu. CBR lab adalah perbandingan antara
beban penetrasi yang sama.
Pengujian yang dilakukan di lab diperoleh yaitu nilai perbandingan penetrasi suatu beban
dengan beban standar yang diperlukan untuk CBR desain. Hasil CBR desain pun berbeda-
beda, karena setiap proporsi campuran setiap kelompok berbeda.
Maka CBR desain utuk kelompok 2 yaitu 83%. Spesifikasi CBR untu lapisan pondasi
bawah (LPB) yaitu minimal 60%, maka dapat disimpulkan bahwa utuk CBR tidak
memenuhi syarat karena terjadi kesalahan pembacaan pada CBR 65 yang berdampak pada
perencanaan CBR Desain,
oleh karena itu dibuatlah Data simulasi.
45
DATA SIMULASI
PERCOBAAN PEMADATAN BERAT METODE D
(SNI 03 - 1743 - 1989)
KURVA PEMADATAN
2.4
Kepadatan Kering (gr/cm³)
2.35
2.3
2.25
2.2
2.15 kepadatan kering maksi-
2.1 mum ZAV
2,025 gr/cm^3
2.05
2
1.95
1.9 kadar air optimum
8,45 %
1.85
1.8
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kadar Air (%) 46
CBR 15 tumbukan
Jumlah Tumbukan 15 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8552 8674
Penetrasi
47
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"
(750)/(3*1000))*100 (1400)/(3*1500))*100
Bawah %
25,00 31,11
5000
GRAFIK C.B.R.
4500
4000
3500
3000
2500
2000
BEBAN (Lb)
1500
1400
1000
750 500
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
PENURUNAN (Inchi)
48
CBR 30 tumbukan
Jumlah Tumbukan 30 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8748 8870
Penetrasi
Penurunan Pembacaan Beban (Lb)
Waktu (Menit)
(inch) Atas Bawah Atas Bawah
0 0,0000 0,0 0,0
Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 69,20 78,00
49
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"
(1200)/(3*1000))*100 (2300)/(3*1500))*100
Bawah %
40,00 51,11
7500
7000
GRAFIK C.B.R.
6500
6000
5500
5000
4500
4000
3500
BEBAN (Lb)
3000
2500
23002000
1500
12001000
500
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
PENURUNAN (Inchi)
50
CBR 65 TUMBUKAN
Jumlah Tumbukan 30 kali Sebelum Sesudah
Berat tanah + Mold (Gr) 8760 8832
Penetrasi
Penurunan Pembacaan Beban (Lb)
Waktu
Bawa
(Menit)
(inch) Atas h Atas Bawah
0 0,0000 0,0 0,0
8 0,4000
10 0,5000
Kadar Air
Sebelum Sesudah
Tanah basah + Cawan 82,10 86,80
Tanah Kering + Cawan 75,60 79,10
Berat Cawan 10,50 9,10
Air 6,50 7,70
Tanah Kering 65,10 70,00
Kadar air (%) 9,98 11,00
51
C.B.R
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"
(2250)/(3*1000))*100 (4110)/(3*1500))*100
Bawah %
75,00 91,33
9000
8500
GRAFIK C.B.R.
8000
7500
7000
6500
6000
5500
5000
4500
41104000
BEBAN (Lb)
3500
3000
2500
2250 2000
1500
1000
500
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
PENURUNAN (Inchi)
52
PERCOBAAN PEMADATAN DAN C.B.R
Pekerjaan : Perhitungan Campuran Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Material : Abu batu (10%) ; Batu 1-1 (15%) ; Batu 1-2 (15%) ; Batu 2-3
(20%) ; Batu 3 - 5 (20% ); Bottom Ash (10%) ; Tanah (10%)
Item Pekerjaan : Lapis Fondasi Agregat Kelas B
C.B.R DESAIN = 6 3 %
53
H. PENGUJIAN DCP (DYNAMIC CONE PENETROMETER)
Uji DCP (Dynamic Cone Penetrometer) merupakan suatu pengujian yang cepat
untuk mendapatkan nilai kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan. DCP terdiri dari
konus didasar dari batang vertikal. Sebuah palu diangkat dan dijatuhkan secara berulang–
ulang kedalam perangkai pada setengah tinggi batang untuk menghasilkan pukulan yang
standar, “blow” kepada konus yang menekan perkerasan. Skala vertical sepanjang batang
digunakan untuk mengukur kedalaman penetrasi dari konus. Penetrasi dan jumlah pukulan
dicatat pada lembar data uji. Nilai daya dukung tanah yang didapatkan dari pengujian ini
dikonversikan ke dalam nilai CBR.
Peralatan Yang Digunakan
1. Penumbuk seberat 9,07 kg (20 lb) yang dapat dijatuhkan bebas setinggi 50,8 cm (20
inch), melalui sebuah batang peluncur bergaris tengah 16 mm (5 /8 inch), yang
dilengkapi dengan landasan pemukul (anvil).
2. Batang penetrasi terdiri dari besi/baja bulat bergaris tengah 16 mm (5/8 inch)
sepanjang 90 cm, yang dilengkapi dengan kerucut pada ujungnya.
3. Kerucut (conus), yang terbuat dari baja keras dengan sudut puncak 30 serta
diameter terbesarnya adalah 2 cm (atau luasnya = 1,61 cm2).
4. Alat ukur berupa penggaris dan rol meter dengan panjang 100 cm, dan skala 0,50
cm.
Tata Cara Pengujian DCP
1. Gali permukaan tanah pada lokasi pengujian sampai pada kedalaman dimana
pengukuran awal nilai CBR akan dievaluasi. Jika pengujian dilakukan pada badan
jalan dengan perkerasan, singkirkan semua bahan perkerasan yang ada.
2. Letakkan alat DCP secara vertikal, berikan tumbukan awal secukupnya (seating
blows), untuk menanamkan ujung kerucut sampai garis tengahnya yang terbesar
terletak pada permukaan tanah yang akan diuji.
3. Pasang alat ukur dalam posisi vertikal, bersebelahan dengan batang penetrasi di
permukaan tanah. Gunakan batas landasan pemukul sebagai datum pengukuran.
4. Lakukan penumbukan dengan palu yang dijatuhkan bebas, ukur dan catat kedalaman
penetrasi untuk setiap tumbukan. Pekerjaan dilakukan oleh minimal dua orang.
5. Apabila jenis tanah yang diuji sangat keras (penetrasi kurang dari kira-kira 0,2
cm/tumbukan), berikan serangkaian tumbukan sebanyak 5 atau 10 kali, kemudian
ukur kedalaman penetrasi yang terjadi.
6. Percobaan dihentikan apabila telah tercapai keadaan seperti berikut ini:
a. Tidak terdapat penurunan berarti untuk 10 tumbukan terakhir berturut-turut.
b. Kedalaman penetrasi telah mencapai kedalaman/ketebalan lapisan yang hendak
dievaluasi.
c. Batang penetrometer telah masuk seluruhnya ke dalam tanah.
7. Keluarkan alat dari dalam tanah dengan jalan memukulkan palu dengan arah ke atas
pada baut pembatas tinggi jatuh (stop nut).
8. Akibat dari langkah pada point (7) yang dilakukan secara berulang-ulang, dapat
menyebabkan pemanjangan yang nyata dari batang peluncur, sehingga diperlukan
pengecekan setiap kali akan melakukan percobaan, dengan mengatur baut pembatas tinggi
jatuh pada posisi yang tepat.
54
Penyelidikan Nilai CBR
Dengan Dynamic Cone Penetrometer
DATA LAPANGAN
Kumulatif Tebal DCP Log CBR CBR
Kumulatif Penetrasi
Penetrasi Lapisan (mm/tumbukan) CBR (%) Equivalen
Tumbukan (mm)
(mm)
0 0 0
5 173 173 280 34,60 0,79 6,204
10 280 280 15,530
15 591 591
720 72,00 0,37 2,370
20 1000 1000
kumulatif tumbukan
0 5 10 15 20 25
kumulatif penetral (mm)
200
400
600
800
1000
1200
55
Pekerjaan : Uji Tanah 2
Titik :2
DATA LAPANGAN
Tebal
Kumulatif Lapisan DCP Log CBR CBR
Kumpulan Penetrasi (mm/tumbukan) CBR (%) Equivalen
Penetrasi (mm)
Tumbukan (mm)
(mm)
0 0 0
3 141 141
6 329 329
11 489 489 953 43,32 0,66 4,619 4,619
16 641 641
19 833 833
22 953 953
0 5 10 15 20 25
0
100
200
KUMULATIF PENETRAL (mm)
300
400
500
600
700
800
900
1000
KUMULATIF TUMBUKAN
56
Pekerjaan : Uji Tanah 2
Titik :3
DATA LAPANGAN
Kumulati Tebal DCP Log CBR
Kumpulan CBR
Penetras f Lapisa (mm/tumbukan CB Equivale
Tumbuka (%)
i (mm) Penetrasi n ) R n
n
(mm)
0 0 0
291 97,00 0,20 1,603
3 291 291
6 390 390 10,78
159 22,71 1,03 2,885
10 450 450 2
13 765 765
450 75,00 0,35 2,247
16 900 900
0 5 10 15 20
0
kumulatif penetral (mm)
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
kumulatif tumbukan
57
Pekerjaan : Uji Tanah 2
Titik :4
DATA LAPANGAN
Tebal
Kumulatif Lapisan DCP Log CBR CBR
Kumpulan Penetrasi
Penetrasi (mm/tumbukan) CBR (%) Equivalen
Tumbukan (mm) (mm)
(mm)
0 0 0
316 105,33 0,16 1,438
3 316 316
1,981
7 452 452 136 34,00 0,80 6,348
10 769 769 317 105,67 0,16 1,432
H1 x CBR1 ^1/3 H2 x CBR2 ^1/3 H3 x CBR3 ^1/3 h total hasil hasil akhir
0 5 10
0
100
200
kumulatif penetral (mm)
300
400
500
600
700
800
900
1000
kumulatif tumbukan
58
Pekerjaan : Uji Tanah 2
Titik :5
DATA LAPANGAN
Tebal
Kumulatif Lapisan DCP Log CBR CBR
Kumpulan Penetrasi
Penetrasi (mm/tumbukan) CBR (%) Equivalen
Tumbukan (mm) (mm)
(mm)
0 0 0
3 254 254
7 389 389
10 650 650 1000 55,56 0,52 3,332 3,948
13 819 819
16 945 945
18 1000 1000
kumulatif tumbukan
0 5 10 15 20
0
200
kumulatif penetral (mm)
400
600
800
1000
1200
Kesimpulan :
dari pengujian yang dilakukan dilapangan, didapatkan nilai CBR dilapangan secara
langsung didapatkan hasil yaitu :
Nilai CBR 1 = 15,530
Nilai CBR 2 = 4,619
Nilai CBR 3 = 2,885
Nilai CBR 4 = 1,981
Nilai CBR 5 = 3,948
59
I. PENGUJIAN SANDCONE
Sand cone adalah alat yang digunakan untuk tes pengujian dalam hal ini untuk
menentukan kepadatan lapisan tanah di lapangan dengan menggunaka pasir baik itu lapisan
tanah atau perkerasan lapisan tanah yang dipadatkan.
Percobaan kerucut pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan
dilapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli ataupun hasil suatu
pekerjaan pemadatan yang dilakukan baik pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif.
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh dari percobaan ini biasanya digunakan
untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di lapangan (degreed of compaction) yaitu
perbandingan antara yd (kerucut pasir) dengan yd hasil percobaan pemadatan
dilaboraturium.
Percobaan ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di
lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan (degree of compaction), yaitu
perbandingan antara yd lapangan (kerucut pasir) dengan yd maks. hasil percobaan
pemadatan di laboratorium dalam persentase lapangan.
SANDCONE LAPANGAN
Peralatan:
1) Kerucut yang dilengkapi dengan kran pengunci
2) Botol transparan dengan kapasitas 9 kg
3) Alat perata (Scraper)
4) Timbangan
5) Wadah
6) Oven
7) Palu
8) Sekop kecil
9) Paku
10)Kuas
Bahan
1) Pasir otawa
2) Tanah dilapangan
60
Langkah Kerja:
Alur langkah pengujian dan perhitungan, secara umum adalah sebagai berikut :
penentuan volume/isi botol yang digunakan
penentuan berat isi pasir yang digunakan
penentuan berat isi tanah
Penentuan volume/isi botol yang digunakan :
Yang dimanfaatkan adalah air, yang sudah diketahui massa jenisnya adalah 1 kg/lt atau 1
kg/dm³ atau 1 g/cm³ atau 1 ton/m³
Untuk keperluan praktis dianggap berat isi air = massa jenis air, dengan mengabaikan faktor
percepatan gravitasi yang berbeda antar lokasi.
Untuk mendapatkan volume/isi botol yang digunakan, timbang berat :
botol + corong (kosong)
botol + corong + air
Penentuan berat isi pasir yang digunakan :
Untuk menentukan berat isi pasir, isilah botol dengan pasir, lalu ditimbang beratnya
Cara pengisian botol dengan pasir harus dengan hati-hati :
tutup kran, isi corong dengan pasir sampai penuh
buka kran dan dijaga supaya pasir pada corong minimal setengah corong
isi sampai botol penuh dan tutup kran kembali
bersihkan kelebihan pasir di atas kran
Pelaksanaan pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji adalah sebagai berikut :
Ambil contoh tanah atau material lapis dasar pondasi untuk dihitung kadar airnya
61
Pengukuran dengan pasir uji :
Pelaksanaan pengukuran dengan pasir uji yang sudah diketahui parameternya pada lubang
yang telah disiapkan di titik uji seperti di atas, adalah sebagai berikut :
isi botol dengan pasir (boleh sampai penuh atau secukupnya melebihi isi lubang dan
corong)
timbang botol dengan corong dan pasir
tempatkan pada plat dudukan corong dengan lubang tepat pada corong menghadap
ke bawah dan botol di atas
buka kran dan biarkan pasir mengalir mengisi lubang dan corong sampai penuh
setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran dan timbang kembali botol + corong +
sisa pasir
KESIMPULAN SANDCONE
Berdasakan data pada pengujian kepadatan lapangan sand cone test dilakukan pada 5 titik
Dengan demikian dapat diartikan tanah yang di uji dalam keadaan tidak padat karena derajat
kepadatan yang diperoleh kecil dari derajat kepadatan standar yang disyaratkan, yaitu 90%
hal ini disebebkan karena tanah yang di uji tersebut tidak pernah dipadatkan. Apabila tanah
yag di uji telat dipadatkan, maka derjat kepadatan tanah (DR) harus berkisar antara 90-
100%, atau minimal 80%
62
PENGUJIAN SANDCONE LABORATORIUM
Berat (gr)
Uraian
No Pasir
Berat Isi Agregat Lepas 1 2 3
A Berat Silinder kosong (gr) 2036 2036 2036
B Berat Silinder + Material(gr) 3742 3737 3734
C Berat Silinder + Air(gr) 3192 3192 3192
D Berat Material(gr) 1706 1701 1698
E Berat Air(gr) 1156 1156 1156
F Berat Isi Material(gr/cm3) 1,476 1,471 1,469
G Berat isi rata rata (gr/cm3) 1,472
Sampel (gram)
No Uraian
1 2 3
A Berat Pasir + Botol + Corong 7020 7011 7010
B Berat Sisa Pasir + Botol + Corong 5305 5308 5310
C Berat Pasir Dalam Corong (A-B) 1715 1703 1700
Berat Pasir Dalam Corong Rata Rata (gr) 1706
63
PENGUJIAN SANDCONE LAPANGAN
Lokasi ( STA ) 1 2 3 4 5
6633,
g 6624 6521 6359 6558
A Berat Pasir + Gelas + Corong 5
Berat Sisa Pasir + Gelas +
g 2058 2581 2631 2157 2053
B Corong
Berat Pasir dalam Corong + 4476,
g 4566 3940 3728 4505
C Lubang 5
D Berat Pasir dalam Corong g 1568 1568 1568 1568 1568
2908,
g 2998 2372 2160 2937
E Berat Pasir dalam Lubang 5
g/
1,437 1,437 1,437 1,437 1,437
F Berat Isi Pasir cm³
2086,
Cm³ 1651 1503 2024 2044
G Volume Lubang 3
2289, 2339,
g 2305 2206 1803
H Berat Tanah Basah 5 5
(γwet g/
1,105 1,336 1,523 1,156 0,882
I Berat Isi Basah ) cm³
(γd g/cm³ 0,922 1,110 1,203 1,053 0,771
J Berat Isi Kering )
27,62 27,62 27,62 27,62 27,62
%
K Kadar air Optimum 0 0 0 0 0
g/ 1,518 1,518 1,518 1,518 1,518
L Kepadatan Kering Maksimum cm³ 0 0 0 0 0
g/
M Kepadatan Setelah di Koreksi cm³
N Tertahan # No.4 Gr 681 924 882 407 381
O Derajat Kepadatan di Lapangan % 60,74 73,12 79,24 69,40 50,82
P Persyaratan Spesifikasi % 90 90 90 90 90
KADAR AIR
Nomor Cawan 1 2 3 4 5
Berat Tanah Basah + Cawan Gr 52,4 64,2 66,2 53,1 55,0
Berat Tanah Kering + Cawan Gr 45,3 55,0 54,3 49,2 49,2
Berat Cawan Gr 9,5 9,9 9,6 9,1 8,8
Berat Air Gr 7,1 9,2 11,9 3,9 5,8
Berat Tanah Kering Gr 35,8 45,1 44,7 40,1 40,4
Kadar Air (ώ) % 19,8 20,4 26,6 9,7 14,4
64
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dari hasil pengujian yang kami laksanakan dan amati, kami menyimpulkan bahwa
percobaan yang kami uji tidak termasuk ke dalam kategori sebagai Lapisan Pondasi Bawah.
dikarenakan batas plastis dan batas cair yang kami lakukan tidak memenuhi standar
AASHTO dan tidak memenuhi sifat sebagai Lapisan Pondasi Bawah.
3.2 Saran
1. peralatan yang digunakan harus dalam keadaan baik, sehingga tidak menghambat
dan mempengaruhi pekerjaan.
2. lebih berhati – hati dalam melakukan pekerjaan terutama ketika menggunakan alat
yang terdapat benda tajam.
3. dalam pengerjaan sebaiknya dilakukan sesuai prosedur.
4. pada saat pengerjaan, komunikasi antar anggota kelompok lebih di tingkat agar
mengurangi kesalahan dalam pengujian.
65