S1-PTB
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan "PENGUJIAN BETON".
Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada Bapak Syahreza Alfan,
S.T.,M.Si.,IPM dan Bapak Muhammad Qarinur ,S.T.,M.Eng. selaku dosen mata kuliah
yang bersangkutan, dan semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas praktek pada mata kuliah ini.
Dalam penyusunan makalah, kami melakukan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami. Sebagai manusia Kami tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari
segi teknik penulisan maupun tata bahas. Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami
dalam pembuatan makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami
apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya akan
lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari kami, semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak dan
pembelajaran pembuatan beton dapat membuka wawasan ilmu serta akan menghasilkan
generasi yang lebih baik di masa yang akan datang.
penyusun,
2
DAFTAR ASISTENSI
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN DAN BETON
________________________________________________________________
Kelompok :5
Nama : Dinna olivia manalu ( 5221111001)
Prengki g.c situmorang ()
Samuel girsang (
Kelas : Pendidikan Teknik bangunan – b 2022
Mata Kuliah : Praktikum Pengujian bahan dan beton
NO TANGGAL KETERANGAN TANDA TANGAN
1 Pemeriksaan kadar lumpur dan pasir (ACC )
3
Analisa ayakan pasir ( ACC )
4
Analisa ayakan kerikil ( ACC )
5
Berat isi pasir dan kerikil ( ACC )
6
Berat jenis dan absorbsi pasir dan kerikil
( ACC )
Diketahui Oleh
Tim Dosen Pengampup
DAFTAR ISI
3
KATA PENGANTAR………………………………………………………………2
Daftar Isi …………………………………………………………………………….3
MODUL A………………………………………………………………………….. 4
JOB SHEET 1 PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL
PENDAHULUAN……………………………………………………………………..4
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………..4
BAB 2. ALAT DAN BAHAN………………………………………………………….5
BAB 3 PROSEDUR PENGUJIAN……………………………………………………
BAB 4.ANALISIS DATA………………………………………………………………..
BAB 5. DATA HASIL PERCOBAAN…………………………………………………..
BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………………………………………..
JOB SHEET 2 CLAY LUMP PASIR…………………………………………………14
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..
4
BAB 5. DATA HASIL PERCOBAAN…………………………………………………..
BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………………………………………..
MODUL B
JOB SHEET 6-7 BERAT ISI PASIR-KERIKIL……………………………………..48
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..
5
MODUL A
JOB SHEET 1
1. Untuk mengetahui alat dan bahan pengujian pemeriksaan kadar lumpur dalam
agregat.
2. Untuk mengetahui prosedur pengujian pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat.
3. Untuk mengetahui berapa persen atau jumlah pencampuran kadar lumpur pada
pasir dan kerikil.
BAB 2.
6
ALAT DAN BAHAN
I. Alat
OVEN
7
II. Bahan
Pasir kering
Kerikil
Air
BAB 3
8
PROSEDUR PENGUJIAN
I. Langkah Pengujian
Pasir
1. Timbanglah wadah yang akan digunakan (w1)
2. Sediakan 2(dua) sample pasir sebanyak masing-masing 500gr, dalam keadaan kering
(w2).
3. Hitunglah berat benda uji basah,w3 = w2 – w1
4. Tuang pasir kedalam ayakan no 200, lalu disimpan dalam wadah yang berisi
air.Kemudian dicuci hingga air pencuci jernih,yang menandakan benda uji telah bebas
dari lumpur
5. Pasir tersebut ditiriskan lalu dimasukkan kedalam oven selama 24 jam sampai
beratnya tetap.
6. Timbanglah berat wadah dan pasir tersebut setelah dioven selama 24 jam.(w4)
7. Hitunglah berat pasir tersebut setelah dioven, w5 = w4 – w1
Kerikil
1. Timbanglah berat wadah yang akan digunakan (w1), baik itu sampel 1 ataupun
sampel 2
2. Timbanglah berat benda uji (w2) masing-masing 1000gr
3. Hitunglah berat benda uji, w3 = w2 – w1
4. Benda uji kemudian dimasukkan kedalam sample spliter,lalu benda uji yang lolos
lewat dri sample spliter dimasukkan kewadah yang berisi air.Kemudian dicuci hingga
air pencuci jernih menandakan benda uji telah bebas dari lumpur.
5. Benda uji atau kerikil tersebut ditiriskan dan dimasukkan kedalam oven selama 24
jam
6. Timbanglah berat wadah dan bahan uji tersebut setelah dioven selama 24 jam (w4).
7. Hitunglah berat benda uji setelah dioven,w5 =w4 – w1
9
BAB 4.
ANALISIS DATA
Sampel 1
Dik : W1 = 500gr
W2 = w2 – ww = 564 - 146
= 418
kL = …………..?
kL = w1- w2 /w2 x 100%
KL = 500gr – 418gr / 418 gr x 100%
KL = 82gr /418gr x 100%
kL = 0,196gr x 100 %
KL = 19,6%
Sampel 2
Dik: W1 = 500gr
W2 = w2 - ww = 668 - 170
=498gr
KL = …….?
10
KL = w1- w2 /w2 x 100%
KL = 500gr -440gr /440x100%
KL = 60/440gr x 100%
KL = 0,136x 100%
KL = 13,6 %
Sampel 1
Dik:W1 = 1000 gr
W2 = w2 – ww = 1214 - 219gr
= 995 gr
Kl=………?
KL= 1000gr – 995gr /995gr x100%
KL= 5gr / 995gr x 100%
KL= 0,0050 x 100%
KL= 0,5%
11
Sampel 2
Dik:W1 =1000gr
W2= w2 – ww = 1222gr – 225gr
= 997gr
KL=……….?
KL = 1000gr – 997gr / 997gr x 100%
KL = 3gr / 997gr x 100%
KL= 0,0030 x 100%
KL= 0,3%
Data known :
Pasir yang telah dicuci dengan ayakan no 200,kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% berat
agrerat
Kadar lumpur yang terkandung dalam agrerat (kerikil) tidak boleh lebih dari 1% berat agrerat
BAB 5.
12
DATA HASIL PERCOBAAN
PASIR
KERIKIL
13
BAB 6.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN:
Data pengujian kadar lumpur yang dilakukan didapat hasil rata-rata dari kadar lumpur
sebesar 0,4% menurut PBI 71 kadar lumpur yang terkandung di dalam agregat kasar tidak
boleh lebih dari 1% berat agreat. Maka kerikil hasil praktek yang dilakukan layak digunakan
sebagai bahan bangunan.
REKOMENDASI:
Saat pencucian kerikil harus dipastikan benar-benar bersih agar data yang didapat
akurat atau sesuai dengan PBI 71 yakni kadar lumpur yang terkandung dalam agret kasar
tidak boleh lebih dari satu 1% berat agreat.
KESIMPULAN:
Dari pengujian kadar lumpur yang dilakukan didapat hasil rata-rata dari kadar lumpur
sebesar 16,6%. Menurut PBI 71 kadar lumpur yang terkandung dalam agreat halus tidak
boleh lebih dari 5% berat agreat. Maka pasir hasil praktek yang dilakukan tidak layak untuk
digunakan sebagai bahan bangunan.
REKOMENDASI:
Pasir yang digunakan kurang baik karena kandungan lumpurnya sangat banyak dan
sebaiknya melakukan pencucian lebih maksimal agar layak digunakan sebagai bahan
campuran beton
14
JOB SHEET 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pasir merupakan salah satu material pengisi yang digunakan dalam campuran beton. Pasir yang
digunakan sebagai material pengisi memiliki standar standar kelayakan yang harus dipenuhi sesuai
standar. Untuk mengetahui kualitas pasir perlu dilakukan percobaan sehingga dapat diketahui layak
tidaknya pasir tersebut sesuai standar yang digunakan.
Clay Lump test merupakan kelanjutan dari percobaan pencucian pasir di mana pasir yang sudah
dicuci pada percobaan terdahulu direndam lagi dalam aquades selama lebih kurang 24 jam.
Tujuannya adalah agar gumpalan-gumpalan liat yang melekat pada pasir (yang tidak lepas pada
pencucian pasir) menjadi lepas dan mengapung. Setelah itu dicuci lagi dengan ayakan no 200 di
bawah siraman air sehingga yang tertinggal hanyalah pasir yang bersih.
Untuk percobaan pencucian pasir ini, kandungan lumpur yang diperoleh harus lebih kecil atau sama
dengan 5% maka untuk kandungan gumpalan liat/ clay lump haruslah kurang dari atausama dengan
1%.
Dalam pekerjaan pencampuran beton, kadar liat yang ada harus seminimal mungkin agar mutu
beton yang didapat lebih baik. Semakin banyak liat yang dikandung agregat halus maka semakin
banyak pula permukaan yang harus ditutupi semen.
Namun demikian perlu diteliti lebih lanjut seberapa besar sebenarnya kandungan lumpur dalam
pasir yang menyebabkan kuat tekan beton mengalami penurunan secara signifikan. Penelitian ini
dilakukan untuk maksud tersebut, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk meninjau ulang kadar
maksimum lumpur yang disyaratkan dalam standar.
15
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mengetahui seberapa besar sebenarnya
kandungan lumpur dalam pasir yang menyebabkan kuat tekan beton mengalami penurunan
yang signifikan, dan mengetahui kadar liat yg harus di minimalkan agar mutu beton yg di
dapat baik.
16
BAB II.
ALAT DAN BAHAN
Nama
17
II. Aquades
III. Air
IV. Ayakan No.200
V. Oven
VI. Timbangan
BAB III.
PROSEDUR PENGUJIAN
18
Langkah pengujian:
1. Ambil pasir yg telah kering, Pasir sisa percobaan pencucian lumpur di sediakan
sebanyak 2 sampel dengan berat kering setelah pencucian lumpur sebagai berat awal
direndam dalam aquades selama lebih kurang 24 jam.
2. Setelah direndam selama lebih kurang 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar
jangan sampai ada pasir yang ikut terbuang.
3. Tuangkan pasir pada ayakan no. 200 dan dicuci di bawah siraman air sambil diremas
remas selama lebih kurang 5 menit.
4. Pasir yang telah di cuci hingga bersih dituang ke dalam pan dan dikeringkan dalam
oven bersuhu 110°C selama 24 jam.
5. Pasir kering hasil pengovenan kemudian ditimbang beratnya dan dicatat
6. Persentase selisih antara berat mula-mula sebelum pencucian dan berat kering sesudah
pencucian disebut sebagai kadar liat.
BAB IV
DATA HASIL PENELITIAN
19
Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut:
BAB V
ANALISIS DATA
20
Persyaratan untuk mencari kadar liat pasir:
Rumus:
Pan 1 = 236 gr
2 = 266 gr
Dimana:
A = Berat Pasir mula-mula (sisa penyucian lumpur) (gram)
B = Berat Pasir setelah di oven (gram)
Perhitungan sampel 1
Dik: A = 500
B = 698
Maka:
Kandungan liat = ........?
Kandungan liat = A-B x 100% / A
= 500-462 x 100% / 500
= 38 x 1 / 500
21
= 0,076%
=7,6
Perhitungan sampel 2
Dik: A = 500
B = 704
Maka:
Kandungan liat = ........?
Kandungan liat = A-B x 100% / A
= 500-438 x 100% / 500
= 62 x 1 / 500
= 0,124%
= 12,4
22
Kesimpulan:
Dari hasil pengujian diperoleh rata-rata kandungan liat sebesar 10%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Pasir yang digunakan tidak layak dipakai untuk bahan beton. Sesuai
dengan persyaratan PBI 71 kadar liat tidak boleh lebih dari 1%
Rekomendasi:
Pasir yang digunakan kurang baik karena berdasarkan prosedur pengujian, pasir yang
digunakan harus di rendam 24 jam dan sebaiknya melakukan pencucian untuk mengurangi
kandungan liat agar layak digunakan sebagai bahan campuran beton.
JOB SHEET 4
23
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Agrerat Halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi secara alami dari batuan
besar menjadi butiran batuan yang berukuran kecil.Keadaan gradasi suatu agregat sangat
mempengaruhi kekuatan dan kekeonomisan suatu beton . Agregat dengan gradasi yang
homogen dikatakan bergradasi jelek dan tidak bisa dipakai sebagai campuran beton. Karena
dengan perbutiran yang homogen akan banyak ruang-ruamg kosong atau celah di antara
agregat tersebut.
Jadi agregat yang baik untuk beton adalah agregat dengan butiran yang bervariasi,
karena ruang-ruang kosong antara partikel akan terisi oleh partikel lebih kecil dan semen
akan mengisi ruang yang tidak terisi oleh ruang yang lebih kecil, sehingga pemakaian semen
bisa lebih hemat dan lebih penting penguatan partakel oleh semen dapat berlangsung dengan
baik.
Agrerat kasar adalah kerikil atau batuan kecil yang butirannya lebih besar dari 5mm
atau agrerat yang semua butirannya dapat tertahan diayakan 4,75mm . Agrerat ini bisa
dihasilkan dari disintegrasi batuan-batuan berupa batuan pecah yang diperoleh dari
pemecahan manual atau mesin.
Agregat yang kita pakai sebagai campuran beton adakalanya memiliki distrribusi
butiran bervariasi ( heterogen ) maupun yang homogen. Agregat dengan gradasi heterogen
lebih baik dipakai sebagai campuran beton daripada agregat yang gradasinya homogeny. Hal
ini disebabkan karena agregat dengan gradasi homogen membentuk banyak ruang kosong
diantara partikel, semen nantinya akan mengisi ruang ini, otomatis biaya menjadi lebih
mahal.
Jadi agregat yang baik untuk campuran semen adalah agregat kasar dengan butiran
yang heterogen, karena ruang kosong antara partikel lebih sedikit dan pemakaian semenpun
akan menjadi lebih irit serta pengikatan butiran-butiran agregat dapat berlangsung dengan
baik.
24
Kerikil adalah agregat kasar yang berdiameter 38,1mm-4,76mm ( lolos saringan
berdiameter 38,1mm dan tertahan pada saringan 4,76 ).
BAB II
ALAT DAN BAHAN
25
III. ALAT
1) Timbangan digital
3) Wadah stainless
26
5) Sekop dan ember
I. BAHAN
Pasir kering
27
BAB III
PROSEDUR PENGUJIAN
28
BAB IV
DATA PERCOBAAN
I. DATA HASIL PERCOBAAN PASIR
Berikut adalah table data hasil percobaan pada analisa ayakan pasir.
AYAKAN SAMPEL 1 SAMPEL 2
16
30
50
29
100
200
Berikut adalah table data hasil percobaan dan rata-rata pada hasil percobaan.
BERAT FRAKSI TERTAHAN
4 2 0 1
8 32 32 32
16 48 50 49
30 92 90 91
50 98 96 97
200 50 56 53
PAN 22 22 22
30
BAB V
ANALISIS DATA
B= x 100 %
Dimana : B = % berat tertahan pada ayakan
P = Berat agregat pada ayakan
Q = Berat total pada sampel
• Ayakan 4 x 100%
= 0,2
• Ayakan 8 x 100%
= 6,42
• Ayakan 16 x 100%
= 9,84
• Ayakan 30 x 100%
= 18,27
• Ayakan 50 x 100%
= 19,5
• Pan x 100%
= 4,41
FM =
FM =
31
FM =
FM = 2,9276
32
Ayakan 200 = 100% - 95,59%
= 4,41%
Pan = 100% - 100%
= 0%
% %
KUMULATIF KUMULATIF
AYAKAN SAMPEL SAMPEL BERAT % BERAT
TERTAHAN LOLOS
1 2 TOTAL TERTAHAN
33
IV. PENENTUAN ZONA
ZONA 1
ZONA 1
100
90
80
70
60 GRADASI
50
BATAS BAWAH
40
30 BATAS ATAS
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ZONA 2
ZONA 2
100
90
80
70
60 GRADASI
50
BATAS BAWAH
40
30 BATAS ATAS
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
34
ZONA 3
ZONA 3
100
90
80
70
60 GRADASI
50
BATAS BAWAH
40
30 BATAS ATAS
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ZONA 4
ZONA 1
100
90
80
70
60 GRADASI
50
BATAS BAWAH
40
30 BATAS ATAS
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
35
BAB Vl
KESIMPULAN DAN SARAN
I. KESIMPULAN
Kesimpulan pengujian ini dapat dilihat dari angka kehalusan (FM) yaitu 2,9278 dan
terdapat pada zona 3 sehingga agregat halus tersebut termasuk kategori pasir kasar ,
pasir tersebut dapat digunakan dalam campuran beton sebagai pasir.
II. SARAN
Pasir yang digunakan sangat cocok untuk campuran beton pada saat pengayakan
harus menggunakan pasir yang kering supaya proses pengayakan berjalan cepat. Partikel
besar ( batu kerikil kecil ) jangan dimasukkan ketika proses pengayakan , perlu ditambahkan
beberapa kelengkapan alat seperti kuas , sekop kecil ,wadah dan ember didalam modul
36
JOB SHEET 5
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Agrerat kasar adalah kerikil atau batuan kecil yang butirannya lebih besar dari 5mm
atau agrerat yang semua butirannya dapat tertahan diayakan 4,75mm . Agrerat ini bisa
dihasilkan dari disintegrasi batuan-batuan berupa batuan pecah yang diperoleh dari
pemecahan manual atau mesin.
Agregat yang kita pakai sebagai campuran beton adakalanya memiliki distrribusi
butiran bervariasi ( heterogen ) maupun yang homogen. Agregat dengan gradasi heterogen
lebih baik dipakai sebagai campuran beton daripada agregat yang gradasinya homogeny. Hal
ini disebabkan karena agregat dengan gradasi homogen membentuk banyak ruang kosong
diantara partikel, semen nantinya akan mengisi ruang ini, otomatis biaya menjadi lebih
mahal.
Jadi agregat yang baik untuk campuran semen adalah agregat kasar dengan butiran
yang heterogen, karena ruang kosong antara partikel lebih sedikit dan pemakaian semenpun
akan menjadi lebih irit serta pengikatan butiran-butiran agregat dapat berlangsung dengan
baik.
37
BAB II
ALAT DAN BAHAN
I. ALAT
1) Timbangan digital
3) Wadah stainless
38
II. BAHAN
1) Kerikil
39
BAB lll
PROSEDUR PENGUJIAN
40
BAB IV
DATA PERCOBAAN
I. DATA HASIL PERCOBAAN KERIKIL
Berikut adalah table data hasil percobaan pada analisa ayakan kerikil.
37,5
19
3/8
10,4
PAN
Berikut adalah table data hasil percobaan dan rata-rata pada hasil percobaan.
41
BERAT FRAKSI TERTAHAN ( gram )
AYAKAN SAMPEL 1 SAMPEL 2 RATA-RATA
37,5 0 0 0
19 408 364 386
3/8 566 522 544
10/4 2 12 7
PAN 24 98 61
TOTAL 1000 996 99
42
BAB V
ANALISIS DATA
I. PERHITUNGAN DATA :
0
Ayakan 38.1 = B= x 100%
1996
= 0
772
Ayakan 19.1 = B= x 100%
1996
= 38,68
1088
Ayakan 9,52 = B= x 100 %
1996
= 54,50
14
Ayakan 4,76 = B= x 100%
1996
= 0,70
122
Pan =B= x 100%
1996
= 6,12
43
( % ) Kumulatif tertahan = % great tertahan + % great tertahan berikutnya
44
II. TABEL PERHITUNGAN AYAKAN KERIKIL
45
BAB VI
PENENTUAN GRADASI AGGREGAT
100
80
HASIL PENGUJIAN
60
BATAS MAKSIMUM
BATAS MINIMUM
40
20
0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
100
80
HASIL PENGUJIAN
60
BATAS MAKSIMUM
BATAS MINIMUM
40
20
0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
46
III. BATAS GRADASI KERIKIL ATAU KORAL UKURAN MAKSIMUM 40MM
120
100
80
HASIL PENGUJIAN
60
BATAS MAKSIMUM
BATAS MINIMUM
40
20
0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
47
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
I. KESIMPULAN
Dari data pengujian ini dapat ditentukan bahwa grafik batas gradasi kerikil atau koral
ukuran maksimum agregat kasar adalah 40 mm . Nilai FM yang didapat adalah 2,27 ,dapat
disimpulkan bahwa hasil pengujian tersebut tidak memenuhi syarat yang seharusnya
5,5≤FM≤7,5 dilarenakan saringan yang digunakan tidak lengkap.
II. SARAN
Dalam pelaksanaan praktek pengujian ini langkah-langkah yang dilakukan sudah
sesuai dengan modul, tetapi hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan persyaratan modul.
Dikarenakan peralatan dilaboratorium pengujian beton kurang lengkap ,sebaiknya peralatan
dilaboratorium pengujian beton dilengkapi.
48
MODUL B
JOB SHEET 6-7
BERAT ISI PASIR-KERIKIL
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Agrerat Halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi secara alami dari batuan
besar menjadi butiran batuan yang berukuran kecil.Keadaan gradasi suatu agregat sangat
mempengaruhi kekuatan dan kekeonomisan suatu beton . Agregat dengan gradasi yang
homogen dikatakan bergradasi jelek dan tidak bisa dipakai sebagai campuran beton. Karena
dengan perbutiran yang homogen akan banyak ruang-ruamg kosong atau celah di antara
agregat tersebut.
Jadi agregat yang baik untuk beton adalah agregat dengan butiran yang bervariasi,
karena ruang-ruang kosong antara partikel akan terisi oleh partikel lebih kecil dan semen
akan mengisi ruang yang tidak terisi oleh ruang yang lebih kecil, sehingga pemakaian semen
bisa lebih hemat dan lebih penting penguatan partakel oleh semen dapat berlangsung dengan
baik.
Pasir sebagai salah satu campuran beton,akan mempunyai nilai ekonomis dimana
apabila direncanakan dengan pencampuran volume yang tepat akan didapatkan suatu nilai
yang optimum.
Percobaan ini bertujuan untuk mencari berat isi suatu pasir ,agar dapat
dikoversikan pasir dari berat kevolume atau sebaliknya.Pengkonverisan ini dilakukan
agar pada pelaksanaan dilapangan tidak diperlukan waktu yang banyak untuk menentukan
komposisi pasir yang harus dicampur pada pembuatan beton denga perbandingan tertentu,
Pada umumnya perbndingan komposisi campuran beton yang digunaan adalah dalam
satuan berat.
49
v = volume / berat isi dari air pada suhu tertentu (m3)
Agrerat kasar adalah kerikil atau batuan kecil yang butirannya lebih besar dari 5mm
atau agrerat yang semua butirannya dapat tertahan diayakan 4,75mm . Agrerat ini bisa
dihasilkan dari disintegrasi batuan-batuan berupa batuan pecah yang diperoleh dari
pemecahan manual atau mesin.
Agregat yang kita pakai sebagai campuran beton ada kalanya memiliki distrribusi
butiran bervariasi ( heterogen ) maupun yang homogen. Agregat dengan gradasi heterogen
lebih baik dipakai sebagai campuran beton daripada agregat yang gradasinya homogeny. Hal
ini disebabkan karena agregat dengan gradasi homogen membentuk banyak ruang kosong
diantara partikel, semen nantinya akan mengisi ruang ini, otomatis biaya menjadi lebih
mahal.
Jadi agregat yang baik untuk campuran semen adalah agregat kasar dengan butiran
yang heterogen, karena ruang kosong antara partikel lebih sedikit dan pemakaian semenpun
akan menjadi lebih irit serta pengikatan butiran-butiran agregat dapat berlangsung dengan
baik.
Berat isi kerikil ikut menentukan kekuatan beton,maka perlu diatur unsur-unsur
yang membentuk beton untuk mencapai kekuatan beton yang optimum.Maka penakaran
berat diganti dengan penakaran volume yang diberikan dengan hubungan berikut :
M = Bk .V
B = berat isi
V = volume
50
II. TUJUAN / MANFAAT PRAKTIKUM
1. Percobaan berat isi pasir sebagaimana hasilnya pada percobaan berat isi kerikil ,
bertujuan untuk mencari berat isi dari suatu pasir dan kerikil. Berat isi pasir dan
kerikil ini perlu diketahui agar dapat dikonversikan pasir dan kerikil dari berat
kevolume dan sebaliknya.
2. Untuk mengetahui alat dan bahan pengujian analisa ayakan pasir dan kerikil.
51
BAB II
ALAT DAN BAHAN
I. ALAT
1) Timbangan digital
2) Wadah stainless
3) Thermometer
52
4) Sekop
5) Bejana
6) Perojok
BAHAN
Pasir kering
53
Kerikil
54
BAB III
PROSEDUR PENGUJIAN
I. LANGKAH PENGUJIAN
A. Pasir
Ambil pasir yang telah kering.
A. Cara Merojok
1) Bejana besi ditimbang kemudian diisi dengan pasir (sampel 1) sampai 1/3 bagian
tinggi bejana,lalu dirojok sebanyak 25 kali secara merata pada permukaanya.
2) Pasir ditambah lagi hingga mencapai 2/3 tinggi bejana dan dirijok 25 kali secara
merata pada permukaannya.
3) Pasir ditambah lagi sampai penuh dan dirojok sebanyak 25 kali, Dalam perojokan
setiap lapis tidak boleh menembus lapisan bawahnya.
4) Timbang sampel dan bejana.
5) Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,timbang berat
bejana + air dan ukur suhu air didalam bejana .
B. Cara Menyiram
1. Bejana besi ditimbang kemudian diisi dengan pasir dengan cara menyiram dengan
sekop setinggi kurang lebih 5 cm,sampai bejana tersebut penuh lalu ratakan
permukaanya.
2. Timbang bejana dan pasir tersebut
3. Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,timbang berat
bejana + air dan ukur suhu air didalam bejana
4.
55
B. Kerikil
Cara Merojok
1) Bejana besi ditimbang kemudian diisi dengan kerikil yang telah dioven kering, dan
isikan sampai 1/3 bagian tinggi bejana,lalu dirojok sebanyak 25 kali secara merata
pada permukaanya.
2) Kerikil ditambah lagi hingga mencapai 1/3 tinggi bejana dan dirijok 25 kali secara
merata pada permukaannya.
3) Kerikil ditambah lagi sampai penuh dan dirojok sebanyak 25 kali, Dalam perojokan
setiap lapis tidak boleh menembus lapisan bawahnya.
4) Timbang sampel dan bejana.
5) Kerikil dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,timbang berat
bejana + air dan ukur suhu air didalam bejana .
Cara Longgar
8. Bejana besi ditimbang kemudian diisi dengan kerikil dengan cara menyiram dengan
sekop setinggi kurang lebih 5 cm,sampai bejana tersebut penuh lalu ratakan
permukaanya.
9. Timbang bejana dan kerikil tersebut
10. Kerikil dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,timbang berat
bejana + air dan ukur suhu air didalam bejana
56
BAB IV
Analisis Data:
= 2,06
= 2,89
=1402
=0,995 kg/m³
= 1996 kg/m³
= 2,09
= 3,06
=1464
=0,995 kg/m³
57
= 1456 kg/m³
(kg/m³)
Kesimpulan:
Dari pengujian ini didapatkan hasil rata-rata berat isi pasir (agregat halus) dengan cara
longgar sebesar 1996 kg/m³ dan berat isi pasir dengan cara merojok sebesar 1456
kg/m³.Menurut ASTM C ( 29 M-91) syarat nilai agregat pasir adalah 1,25 - 1,59 kg/m ,maka
dapat disimpulkan bahwa syarat isi pasir dengan cara longgar dan merojok memenuhi syarat.
Saran:
Sebaiknya pada saat melakukan pengujian berat isi pasir menggunakan peralatan dan K3
yang lengkap agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan
II. KERIKIL
58
Berat isi =m/v
Analisis Data:
= 2,06
= 2,85
=1383
=0,995 kg/m³
= 1376 kg/m³
= 2,09
= 2,98
=1425
59
=0,995 kg/m³
= 1418 kg/m³
(kg/m³)
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengujian berat isi kerikil diperoleh rata-rata berat isi kerikil dengan cara
longgar sebesar 1376 kg/m³ dan berat isi keriki dengan cara merojok sebesar 1418 kg/m³ .
Menurut aturan SNI 03-4804-1998 nilai agregat kerikil antara 1,50 -1,80 gr/cm³,maka dapat
disimpulkan bahwa berat isi kerikil dengan cara merojok tidak memenuhi syarat.
Saran:
Sebaiknya pada saat melakukan praktikum berat isi kerikil menggunakan peralatan dan K3
yang lengkap agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan .
60
JOB SHEET 8-9
BERAT JENIS DAN ABSORBSI PASIR-KERIKIL
A. TUJUAN
- Untuk menentukan berat jenis kering, berat jenis semu, dan berat jenis SSD pasir
dan kerikil
- Untuk menentukan penyerapan (absorbs) pasir dan kerikil
C. TEORI
Berat jenis pasir dan kerikil perlu diketahui untuk menentukan banyaknya
agregat, ada 3 keadaan pasir dan kerikil yang digunakan pada percobaan ini, antara
lain: pasir dan kerikil kering dimana pori-pori pasir dan kerikil berisikan udara tanpa
air dengan kandungan air sama dengan 0%. Lalu dalam keadaan SSD (Saturated
Surface Dry) dimana permukaan pasir dan kerikil jenuh dengan uap air sedangkan
dalamnya kering pasir dan kerikil dalam keadaan inilah yang sering digunakan. Dan
terakhir dalam keadaan semu dimana pasir dan kerikil basah total dengan pori-pori
jenuh air. pasir dan kerikil ini masih dalam keadaan basah walaupun permukaan pasir
dan kerikil tidak ada air.
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat uji dalam keadaan SSD
dengan volume benda uji dalam keadaan SSD.
Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat benda uji yang
hilang terhadap berat benda uji kering dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD
sampai keadaan kering. Berat jenis pasir ini perlu diketahui tinggi Mould untuk
menentukan banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran beton.
61
Rumus :
1. Rumus pada pasir
A
Berat jenis kering =
B+ D−C
D
Berat jenis SSD =
B+ D−C
A
Berat jenis semu =
B+ A−C
D− A
Absorbsi = ×100%
A
Dimana :
A = berat pasir dalam keadaan kering (gr)
B = berat piknometer berisi air (gr)
C = berat piknometer (gr)
D = berat pasir dalam keadaan SSD
Dimana: Berat jenis kering < berat jenis < SSD < berat jenis semu
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1) Prosedur Percobaan pada pasir:
a. Sediakan pasir secukupnya.
b. Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan air selama 24 jam
c. Pasir tersebut dianginkan hingga mencapai kondisi kering permukaan.
62
1
d. Untuk menentukan pasir dalam kondisi SSD mould tinggi, lalu rojok 25 kali,
3
2
kemudian isi pasir hingga ketinggian tinggi, dirojok 25 kali. Demikian
3
seterusnya diisi hingga penuh dan dirojok 25 kali. Setelah itu mould diangkat
secara perlahan, dan apabila pasir runtuh pada bagian tepi atasnya (tidak
keseluruhan) berarti pasir dalam keadaan SSD.
e. Sediakan pasir yang telah mencapai kondisi SSD dalam dua bagian, masing-
masing seberat 500 gram. Bagian yang pertama dimasukkan kedalam piknometer
kemudian di isi dengan air kemudian diguncang berulang-ulang dengan tujuan
agar udara yang ada dalam pasir keluar, ini ditandai dengan keluarnya buih dalam
pasir. Buih yang keluar tersebut dibuang dengan cara mengisi piknometer dengan
air, sampai melimpah dari leher piknometer tersebut. Pengisian air dilakukan
secara perlahan-lahan. Setelah udara tidak lagi, atur agar air sampai hingga batas
air.
f. Timbang berat piknometer + pasir + air.
g. Buang isi piknometer lalu isi dengan air bersih hingga batas air max.
h. Timbang berat piknometer + air, dan catat hasilnya.
i. Untuk pasir yang telah di ovenkan, setelah kering dilakukan penimbangan.
j. Ulangi percobaan diatas untuk sampel kedua.
E. DATA
1.1 Tabel data hasil percobaan pada pasir
NO Keterangan Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata
1 Berat piknometer (gr) 176 176 176
2 Berat piknometer + air (gr) 694 694 694
3 Berat pasir kering oven (gr) 244 244 244
4 Berat pasir SSD (gr) 250 250 250
5 Berat pasir + piknometer + 846 860 853
air (gr)
63
6 Berat jenis pasir SSD 2,55 2,97 2,76
7 Berat jenis pasir kering 2,48 2,95 2,71
8 Berat jenis semu 2,65 3,2 2,83
9 Absorbsi (%) 2,45 0,8 1,62
Sampel 1
A 244
Berat jenis kering = = = 2,45
B+ D−C 694+250−846
D 250
Berat jenis SSD = = = 2,55
B+ D−C 692+ 250−846
A 694
Berat jenis semu = = = 2,65
B+ A−C 694+244−846
D− A 250−244
Absorbsi = ×100% = ×100 % = 2,45%
A 244
Sampel 2
A 248
Berat jenis kering = = = 2,95
B+ D−C 694+250−860
D 250
Berat jenis SSD = = = 2,97
B+ D−C 694+250−860
A 248
Berat jenis semu = = = 3,02
B+ A−C 694+248−860
D− A 250−248
Absorbsi = ×100% = ×100 % = 0,8%
A 248
64
Perhitungan sampel 1 dan sampel 2
A 996
Berat jenis kering = = = 2,38
B−C 1000−582
B 1000
Berat jenis SSD = = = 2,39
B−C 1000−582
A 996
Berat jenis semu = = = 2,40
A−C 996−582
B− A 1000−996
Absorbsi = ×100% = ×100% = 0,40%
A 996
F. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan pada berat jenis dan absorbsi pasir, didapatkan
Rata-rata berat jenis spesifik pasir SSD sebesar 2,76;
Rata-rata berat jenis spesifik pasir kering sebesar 2,71;
Rata-rata berat jenis spesifik pasir semu sebesar 2,83; dan
Rata-rata absorbsi sebesar 1,62 %.
2. Dari hasil percobaan pada berat jenis dan absorbsi kerikil, didapatkan
Rata-rata berat jenis spesifik kerikil SSD sebesar 2,39;
Rata-rata berat jenis spesifik kerikil kering sebesar 2,38;
Rata-rata berat jenis spesifik kerikil semu sebesar 2,40; dan
Rata-rata absorbsi sebesar 0,40 %.
3. Sesuai dengan ketentuan pada modul, berat jenis kering < berat jenis SSD < berat
jenis semu. Dari analisis data pada kedua benda uji, hasil yang didapatkan
memenuhi ketentuan pada modul.
G. Saran
Sebaiknya dalam langkah pencucian dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar benda
uji tidak terjatuh dan berat benda uji tidak berkurang, dan persamaan perhitungan pada
modul perlu diperbaiki.
65
DAFTAR PUSTAKA
66