Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN

PENGUJIAN AGREGAT HALUS

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Bahan
Bangunandi Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil
dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta

Mata Kuliah : BAHAN BANGUNAN

Dosen Pengampu :

Ir. Faqih Ma’arif, S.Pd.T.,M.Eng

Disusun Oleh :
FAJAR NUR UCHROWI (21540144050)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA 2022
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia dan kesempatan yang
telah diberikan kepada penulis, sehingga laporan Praktikum Bahan Bangunan dapat
diselesaikan dengan baik. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan
gambaran dan hasil mengenai pelaksanaan Praktikum Pengujian Agregat Halus yang
dilaksanakan pada hari Kamis, . Dengan terselesaikannya Laporan Praktikum ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ir. Faqih Ma’arif, S.Pd.T.,M.Eng. selaku dosen pengampu mata kuliah
BahanBangunan yang telah membimbing penulis.
2. Bapak Kimin Triyono, S.Pd. selaku teknisi di laboratorium Bahan Bangunan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan.
3. Kedua orangtua yang telah memberikan fasilitas untuk bisa mengerjakan Laporan
Praktikum ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Laporan Praktikum
Bahan Bangunan.
Laporan Praktikum ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dalam Praktikum Bahan
Bangunan selanjutnya. Pembuatan Laporan Bahan Bangunan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Yogyakarta,20 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB 1
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS

A. Pengujian

Beton merupakan campuran antara semen, agregat dan air. Berdasarkan


ukurannya,agregat dapat dibagi atas dua bagian yaitu agregat halus dan agregat kasar.
Yang dimaksud agregat halus yaitu pasir yang mempunyai gradasi butir berada di dalam
dua kurva pembatas seperti tergambar pada grafik-1.

Analisis saringan agregat adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk
menentukan presentase berat butiran agregat yang lolos dalam suatu set saringan, yang
angka persentase kumulait digambarkan pada grafik pembagian butir. Ukuran butir yang
maksimum dan agregat ditunjukan dengan saringan terkecil dimana agregat tersebut
masih bisa lolos 100%. Ukuran nominal maksimum agregat adalah ukuran saringan
maksimum agregat adalah ukuran saringan yang terbesar dimana diatas saringan tersebut
terdapat sebagian agregat yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan gradasi agregat
di kontrol oleh spesifikasi susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh dalam
perencanaan suatu perkerasan.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum:
1. Mengetahui besarnya MKB dari Pasir yang diuji berdasarkan SNI ASTM
C136: 2012.
2. Mahasiswa dapat membuat laporan hasil pengujian berdasarkan sistematika
yang telah ditetapkan oleh dosen pengajar.
Manfaatnya : MKB pasir digunakan untuk mencari tingkat gradasi pasir serta
digunakan untuk menentukan zone pasir sebagai data dalam merancang adukan beton.

C. Kajian Teori
Pemeriksaan modulus kehalusan butir (MKB) adalah cara untuk mengetahui nilai
kehalusan atau kekasaran suatu agregat. Kehalusan atau kekasaran agregat dapat
mempengaruhi kelecakan dari mortar beton, apabila agregat halus yang terdapat dalam
mortar terlalu banyak akan menyebabkan lapisan tipis dari agregat halus dan semen akan
naik ke atas.
MKB pasir dihitung dengan mencari persen tertinggal kumulatif dibagi dengan persen
tertinggal. Pada umumnya pasir dapat dikelompokkan menjadi 3 macam tingkat
kehalusan, yaitu :
Pasir halus : MKB 2,20 – 2,60
Pasir sedang : MKB 2,60 – 2,90
Pasir kasar : MKB 2,90 – 3,10
Modulus kehalusan butir selain untuk menjadi ukuran kehalusan butir juga dapat untuk
mencari nilai perbandingan berat antara pasir dan kerikil. Penggolongan gradasi
pasir dapat diperoleh dari grafik modulus kehalusan butiran pasir.
Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Karena
volume agregat pada beton ± 70% volume beton, agregat sangat berpengaruh terhadap
sifat-sifat mortar/beton, serta memberikan kekuatan pada beton, sehingga kualitas
agregat sangat mempengaruhi mutu beton yang akan dihasilkan.
Ukuran butir > 40 mm disebut batu, ukuran butir 4,80 – 40,00 mm disebut Agregat
Kasar/Kerikil/Split dan ukuran butir ≤ 4,80 mm Agregat Halus/Pasir. Agregat dengan
ukuran butir < 1,20 mm sering disebut Pasir Halus, sedang jika ukuran butir < 0,075
mm disebut Silt (lumpur), dan disebut Clay(lempung) bila ukuran butirnya < 0,002
mm. Agregat yang dipergunakan untuk mendapatkan beton dengan kualitas baik,
paling sedikit mempunyai dua kelompok ukuran, yaitu kelompok agregat halus
(ukuran butir
≤ 4,50 mm) dan kelompok agregat kasar (ukuran butir > 4,50 mm), serta ukuran
maksimum umumnya 40 mm.
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan
memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas
agregat sebagai material perkerasan jalan adalah:
1) gradasi,
2) kebersihan,
3) kekerasan,
4) ketahanan agregat
5) bentuk butir,
6) tekstur permukaan,
7) porositas,
8) kemampuan untuk menyerap air,
9) berat jenis,
10) daya kelekatan terhadap aspal.
Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya. Karakteristik bagian
luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang peranan
penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras. Menurut BS 812: Part 1:
1975, bentuk partikel agregat dapat dibedakan atas: 1) rounded, 2) irregular, 3) flaky,
4) angular, 5) elongated, dan 6) kombinasi flaky- elongated.
Berat agregat yang tertahan ditiap saringan dihitung beratnya dan persentase kumulatif
dari berat tanah yang melewati tiap saringan dihitung beratnya.Dengan mengetahui
pembagian besarnya butir dari suatu tanah, maka kita dapat menentukan klasifikasi
terhadap suatu macam tanah tertentu atau dengan kata lain dapat mengadakan
deskripsi tanah.

D. Alat dan Bahan


1. Alat:
a. Satu set ayakan 4.75 mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm dan
penampung.
b. Alat getar ayakan
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
d. Kuas pembersih ayakan
e. Oven
f. Cawan
2. Bahan :
Pasir seberat lebih kurang 1200 gram

E. Keselamatan Kerja

F. Langkah Kerja
1. Masukkan pasir yang diambil dari splitter ke dalam oven lebih kurang 1200
gram
2. Pasir dioven selama 24 jam dengan suhu 105 derajat Celcius
3. Ambil pasir dan dinginkan dalam desiccator
4. Timbang pasir sebanyak 1000 gram
5. Masukkan pasir ke dalam satu set ayakan pasir yang disusun dari bawah dari
ukuran yang kecil dengan urutan : penampung, 0,15 mm , 0,30 mm, 0,60 mm,
1,18 mm, 2,36 mm dan 4,75 mm
6. Getarkan ayakan lebih kurang 1 menit
7. Putar ayakan 90 derajat, kemudian getarkan ayakan selama 1 menit
8. Siapkan cawan sejumlah ayakan, dan diberi nomor ayakan
9. Tuangkan pasir ke dalam ke masing-masing cawan sampai bersih dengan
menggunakan sikat
10. Timbang pasir di masing-masing cawan .
11. Catat dalam tabel data serta hitung besarnya MKB
12. Lakukan plotting pada grafik zonasi pasir

G. Hasil Pengujian
Lubang Berat Persen Persen Persen
ayakan Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tembus
(mm) (gram) (%) Komulatif Komulatif
(%)
4,75 44,1 4,43 4,43 95,57
2,36 93,6 9,4 13,83 86,17
1,18 129,2 13 26,83 73,17
0,6 286,6 28,8 55,63 44,37
0,3 183,0 18,4 74,03 25,97
0,15 175,4 17,62 91,65 8,35
<0,15 83,1 8,35 - -
Jumlah 995 100 266,37 333,6

H. Pembahasan
I. Kesimpulan
J. Saran

K. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. (2012). SNI ASTM C136: 2012 tentang Metode uji untuk
analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT). Jakarta:
BSN

Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI 03-6861.1-2002: Spesifikasi bahan bangunan


bagian A (bahan bangunan bukan logam). Jakarta: BSN
L. Lampiran
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB 2
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN PASIR SSD

A. Pengujian :
Mahasiswa dapat melakukan pengujian pasir yang memenuhi ketentuan standar pengujian yang relevan
sebagai bahan adukan beton struktural.

B. Tujuan dan Manfaat :


Tujuan dari praktikum mahasiswa:
1. Mengetahui besarnya berat jenis dan penyerapan air pasir benda uji dalam keadaan SSD;
2. Mahasiswa dapat membuat laporan hasil pengujian berdasarkan sistematika yang telah
ditetapkanoleh dosen pengajar.
Manfaatnya : berat jenis pasir SSD dan penyerapan digunakan sebagai data dalam merancang adukan
beton

C. Kajian Teori :
Berat jenis pasir dalam keadaan SSD adalah perbandingan antara berat agregat dalam keadaan SSD
(jenuh kering muka) dengan berat air yang volumenya samadengan volume agregat dalam keadaan
jenuh kering muka.Dalam penggunaannya, berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya
digunakan dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran yang
mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang diproporsikan atau
dianalisis berdasarkan volume absolut. Berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi jenuh kering
permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu pada kondisi penyerapannya sudah
terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi kering oven digunakan untuk
menghitung ketika agregat dalam keadaan kering atau diasumsikan kering
S
Berat Jenis Pasir SSD (BJ) = gr/ml
(B+S- C)

Di mana :
B : Berat picnometer berisi air sampai batas bacaan (gram) S :
Berat pasir SSD dalam gram
C : Berat picnometer berisi air dan pasir SSD sampai batas bacaan (gram)1 gram

air = 1 ml

Penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering,

dinyatakan dalam persen.

Penyerapan = (𝑆−𝐴) × 100%


𝐴

Dimana : A = Berat Pasir Kering Oven (gram)

S = Berat pasir SSD (gram) ,1 gram air = 1 ml


D. Alat dan Bahan :

1. Alat:
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram;
b. Piknometer dengan kapasitas 500 ml;
c. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(105±5)°C;
d. Bejana tempat air
e. Desikator
f. Pipet plastic
g. Sendok makan
h. Corong plastic
i. Piring kecil

2. Bahan:
a. Pasir dalam keadaan SSD secukupnya
b. Air secukupnya

E. Keselamatan Kerja
1. Dalam melihat volume air harus posisi horisontal
2. Harus teliti dalam melakukan penimbangan

F. Langkah Kerja
1. Timbang pasir SSD seberat 500 gram sebanyak 2x, selanjutnya kita sebut (S)gram
2. Masukkan pasir SSD 500 gram ke dalam piknometer
3. Masukkan air ke dalam piknometer kurang lebih mencapai 90% dari batasbacaan
piknometer
4. Putar/goyang-goyangkan piknometer sampai tidak ada gelembung udara
5. Tambahkan air kedalam picnometer sampai mencapai volume batas bacaan
6. Timbang piknometer berisi air dan benda uji pasir SSD kita sebut (C) gram
7. Keluarkan pasir yang ada didalam picnometer kemudian keringkan dalam oven dengan
suhu 105o Celcius sampai berat tetap (lebih kurang 24 jam), kemudian dinginkan benda uji
dalam desiccator kurang lebih 5 menit.
8. Setelah benda uji dingin, kemudian timbanglah sebut (A) gram
9. Timbanglah berat piknometer berisi air sampai batas bacaan kita sebut (B) gram
10. Hitunglah berat jenis dan penyerapan pasir SSD tersebut
G. Penyajian dan Analisis Data

Berat Jenis Pasir SSD

Berat S
Berat BJ =
Berat Pasir Piknomete r
Pengujia piknometer+ai r ( B + S – C)
SSD +Air+Pasir SSD
n ( B) gram
(S) gram (C) gram

1 500 973,8 670 2,54 gr/ml


2 500 958,9 670 2,36 gr ml
Rata-rata 500 966,35 670 2,45 gr/ml
Penyerapan Air

Berat Pasir Berat Pasir Penyerapan =(𝑆−𝐴) × 100%


Pengujian SSD (S) keringOven (A) �

gram gram
1 500 484,4 3,22%
2 500 483,5 3,41%
Rata-rata 500 483,95 3,32%
H. Pembahasan
I. Kesimpulan
J. Saran
K. Daftar Pustaka
Umum, D. P., & al SPM, B. K. (1970). Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus. Riyadi, M., &
Sari, T. W. (2021). ANALISIS SIFAT FISIS AGREGAT HALUS PASIR DAN
LIMBAH PLASTIK. Construction and Material Journal, 3(2), 97-103.
Toruan, A. L., Kaseke, O. H., Kereh, L. F., & Sendow, T. K. (2013). Pengaruh porositas agregat terhadap
berat jenis maksimum campuran. Jurnal Sipil Statik, 1(3).
L. Lampiran
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB 3
BOBOT ISI PASIR

A. Pengujian
Pengujian bobot isi atau berat satuan agregat digunakan untuk menghitung Berat
agregat yang dikonversikan kedalam satuan bejana.

B. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui besarnya bobot isi gembur dari pasir yang diuji
2. Kita dapat membuat laporan praktikum dari hasil pengujian
Manfaat pengujian bobot isi pasir adalah untuk merubah satuan berat menjadi satuan
volume, yang berguna untuk mencampur adukan beton.

C. Kajian Teori

D. Alat dan Bahan


Alat :
a. Bejana 15 lt/1 lt
b. Timbangan
c. Cetok
Bahan :
a. Pasir

E. Keselamatan Kerja
1. Hati-hati saat mengangkat pasir dalam bejana
2. Lakukan pembacaan timbangan dengan teliti

F. Langkah Kerja
1. Pengujian Bobot Isi Gembur
a) Timbang bejana volume 1 liter atau ±15 liter
b) Masukkan pasir ke dalam bejana dengan sekop/cethok/sendok
tanpadipadatkan (bejana tidak perlu diputar-putar)
c) Ratakan permukaan dengan batang perata
d) Timbang bejana yang berisi pasir
e) Dilakukan dua kali pengujian
f) Hitung bobot isi pasir
2. Pengujian Bobot Isi Padat
a) Timbang bejana volume 1 liter atau ±15 liter
b) Masukkan pasir ke dalam bejana dengan sekop/cethok/sendok
c) Isi penakar sepertiga dari volume penuh dan ratakan dengan batang perata
d) Tusuk lapisan agregat dengan 25x tusukan batang penusuk atau ketuk
5xdi atas lantai
e) Isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian ratakan
dan tusuk atau ketuk seperti langkah diatas
f) Isi penakar sampai berlebih dan tusuk lagi
g) Ratakan permukaan agregat dengan batang perata
h) Timbang bejana yang berisi pasir
i) Dilakukan dua kali pengujian
j) Hitung bobot isi pasir.
G. Analisis Data

Berat Berat pasir


Berat pasir dan Berat pasir
No. bejana Bobot isi =
bejana B (kg) =(B ̶ A) kg
A (kg) Volume bejana
1. 10,55 32,75 22,2 1,48 kg/lt
2. 10,40 34,95 24,4 1,63 kg/lt
Rata-
rata
10,475 33,8 23,3 1,555 kg/lt
H. Pembahasan

I. Kesimpulan
Maka dari hasil praktikum yang telah diuji disimpulkan bahwa hasil nilai bobot isi pasir rata
– rata adalah 1,555 kg/lt. sedangkan dari pengujian pasir A 1,48 kg/lt dan pengujian pasir B
1,63 kg/lt

J. Saran
Saran saya untuk praktikum pengujian bobot isi agregat halus ini yaitu lebih
memperharhatikan alat dan bahan yang dipakai untuk praktek. Karna diketahui sering
terjadinya kehilangan alat dan bahan atau tertukar alat dan bahan antar penguji
dilaboratorium

K. Daftar Pustaka
UNY, P. t. (2020). Hasil dan pembahasan pengujian bahan agregat halus. yogyakarta:
eprints.uny.ac.id.

L. Lampiran
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB 4
KADAR AIR PASIR ALAMI

A. Pengujian
Mahasiswa dapat melakukan pengujian pasir yang memenuhi ketentuan standar
pengujian yang relevan sebagai bahan adukan beton struktural.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui besarnya kadar air yang ada di pasir alami sebagai sampel uji
2. Mahasiswa dapat membuat laporan hasil pengujian berdasarkan sistematika yang
telah ditetapkan oleh dosen pengajar.
C. Kajian Teori
Pasir merupakan salah satu material untuk membuat beton, dalam merancang
adukan beton pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka atau Saturated
surface and dry (SSD). Pasir SSD merupakan pasir yang dalam dalamnya
jenuh air, tapi mukanya kering. Pada pelaksanaan di lapangan untuk membuat
jumlah adukan yang banyak, pasir tidak mungkin dibuat dalam keadaan SSD,
sehingga harus diketahui kadar air pasir alami dan kadar air SSD. Bilamana
kadar air pasir SSD lebih besar dari pasir alami, maka dalam adukan beton
jumlah air harus ditambah dan sebaliknya. Pasir alami adalah pasir yang
belum dilakukan pengendalian masih apa adanya seperti di alam. Salah satu
faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah Faktor Air Semen (FAS),
semakin besar FAS maka kekuatan beton semakin kecil dan sebaliknya.
Faktor air semen merupakan perbandingan dari jumlah air dan semen. Jadi
jika beton susah diaduk, tidak dijinkan hanya ditambah air, tetapi harus
ditambah dengan semen dengan perbandingan sesuai dengan FAS nya. Jadi
jumlah air dalam pasir harus dikendalikan, yaitu dengan mencari kadar air
pasir alam.
D. Alat dan Bahan
1. Alat:
a. Ayakan pasir 4,8 mm
b. Splitter
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 %
d. Nampan/panci
e. Oven
f. Sarung tangan
g. Desiccator
h. Cetok
E. Keselamatan Kerja
1. Gunakan sarung tangan saat mengambil pasir dalam oven
2. Hati-hati saat menuangkan air agar pasir tidak tumpah.
F. Langkah Kerja
1. Tuangkan pasir dalam splitter, ambil pasir pada salah satu tempat di splitter 2.
Ayak pasir dengan ayakan 4,8 mm
2. Timbang pasir lebih kurang 200 gr sebanyak dua kali (dua kali pengujian)
3. Masukkan pasir dalam oven, selama 24 jam dengan suhu 105 derajat celcius 5.
Dinginkan pasir dalam desiccator beberapa saat (lebih kurang 5 menit)

4. Timbang pasir (misalnya B gram)


5. Hitung kadar air pasir alam.
G. Penyajian dan Analisis data
Berat Berat Pasir Kadar Air =
Pengujian Ke : Pasir kering A- B
X 100 %
Sebelum Oven B
dioven A (gram) B
(gram )
1 200 197,7 1,2%
gr
2 200 196,8 1,6%
gr
Rata-rata 200 197,1 1,4%

H. Pembahasan

I. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. (1990). SNI No. 03-1971-1990: Pengujian kadar air
agregat. Jakarta: BSN

Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI 03-6861.1-2002: Spesifikasi bahan


bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam). Jakarta: BSN
J. Lampiran
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB 5
KADAR LUMPUR PASIR

A. Pengujian
Beton adalah campuran bahan yang tersusun dari agregat halus, agregat kasar, air dan
semen yang membentuk pasta semen sebagai bahan pengikat. Pasta semen yang
mengeras akan mengikat agregat halus dan agregat kasar melalui proses fisika yaitu
lekatan antara permukaan agregat dengan pasta semen. Pasta semen akan mengikat
agregat halus membentuk mortar yang melekat pada permukaan agregat kasar.
Jika pada permukaan agregat halus mengandung lumpur maka lumpur ini akan
menghalangi lekatan antara pasta semen dengan permukaan agregat halus, yang
berakibat kekuatan mortar berkurang, dan akhirnya kuat tekan beton juga akan ikut
berkurang. Mengingat mekanisme mortar pada agregat kasar yang tertekan adalah
mekanisme bertumpu maka adanya lumpur pada agregat kasar tidak besar
pengaruhnya dibandingkan dengan adanya lumpur pada agregat halus karena
mekanisme agregat halus dengan pasta semen adalah mekanisme lekatan. Semakin
banyak kandungan lumpur pada agregat halus maka kekuatan beton akan semakin
berkurang.
Keberadaan lumpur pada agregat halus adalah tidak dapat dihindarkan karena agregat
halus diperoleh dari sumber daya alam yang terdapat didalam tanah atau di sungai
sehingga tidak bebas dari kandungan lumpur. Karena keberadaan pasir tidak bebas
dari kandungan lumpur maka yang dilakukan adalah membatasi kandungan lumpur ini
agar kekuatan beton tidak berkurang secara ekstrim.
Kandungan lumpur dalam pasir dibatasi yaitu tidak boleh lebih dari 5% menurut SNI.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum ini:
1. Untuk mengetahui kualitas pasir yang diuji berdasarkan kadar lumpurnya;
2. Mahasiswa dapat membuat laporan hasil pengujian berdasarkan sistematika
yang telah ditetapkan oleh dosen pengajar.
Manfaat pengujian bobot isi gembur adalah mahasiswa akan mengetahui kandungan
lumpur dalam pasir, sehingga akan diketahui pasir tersebut memenuhi persyaratan atau
tidak untuk digunakan sebagai bahan adukan campuran beton struktural.

C. Kajian Teori
Pasir sebagai salah satu material untuk membuat beton memiliki persyaratan mutu
material untuk menjaga kualitas beton yang dibuat. Salah satu persyaratan yang
diterapkan pada material pasir adalah kadar lumpur minimal yang ditentukan melalui
pengujian laboratorium. Pasir yang bopleh diogunakan untuk adukan beton,
kandungan lumpurnya tidak boleh melebihi 5 % dari berat keseluruhan. Kandungan
kadar lumpur yang melebihi 5 % maka akan mengganggu pengikatan semen, sehingga
hal ini akan berakibat kekuatan beton akan turun.
D. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain :
Alat :
1. Ayakan pasir No. 200
Ayakan pasir 4,8 mm
2. Splitter
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 %
4. Nampan/panci
5. Oven
6. Sarung tangan
7. Desiccator
8. Cetok
Bahan :
1. Pasir kering oven sebanyak 1200 gram
2. Air secukupnya

E. Keselamatan Kerja
1. Menggunakan sarung tangan saat mengambil pasir dalam oven.
2. Hati-hati saat menuangkan air agar pasir tidak tumpah
F. Langka Kerja
1. Menuangkan pasir dalam splitter.
2. Menimbang pasir lebih kurang 500 gr.
3. Memasukkan pasir dalam oven, selama 24 jam dengan suhu 105 derajat celcius.
4. Mendinginkan pasir dalam desiccator beberapa saat (lebih kurang 5 menit).
5. Menimbang pasir 200 gram sebanyak dua kali taruh dalam 2 panci yang
berbeda, sisa pasir dibuang.
6. Memasukkan pasir pertama ke dalam panci dan masukkan air.
7. Mencuci pasir tersebut, kemudian air dituang dalam ayakan No. 200 (jika ada
pasir yang tertinggal dalam ayakan 200, maka dikembalikan lagi ke panci).
8. Melakukan pencucian pasir berulang-ulang sampai pasir dalam keadaan bersih
(sudah tidak mengandung lumpur).
9. Melakukan hal sama untuk pasir yang kedua.
10. Memasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105 derajat celcius.
11. Mendinginkan pasir dalam desiccator beberapa saat (lebih kurang 5 menit).
12. Menimbang pasir (misalnya B gram).

G. Hasil Pengujian
Pengujian Berat Pasir Berat Pasir
Sebelum Dicuci kering Oven Kadar Lumpur = A−B × 100%
A(gram) dan sudah B

dicuci B (gram)

1 200 gram 194,6 0,028


2 200 gram 193,8 0,032
Rata-rata 200 gram 194,2 0,03

Nilai rata-rata bobot isi pasir dapat dihitung melalui rumus berikut :
Lumpur 1+Lumpur 2 0,028+0,032
Rerata Kadar Lumpur = = = 0,03
2 2
H. Pembahasan
I. Kesimpilan
J. Saran
K. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. (1998) . SNI 03-4804-1998: Metode pengujian berat isi
dan rongga udara dalam agregat . Jakarta: BSN
Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI 03-6861.1-2002: Spesifikasi bahan
bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam). Jakarta: BSN
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman. (1982). Persyaratan umum bahan
bangunan Indonesia (PUBI). Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan.

L. Lampiran
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB 6
KADAR ZAT ORGANIK

A. Pengujian
Mahasiswa dapat melakukan pengujian pasir yang memenuhi ketentuan standarpengujian yang relevan
sebagai bahan adukan beton struktural.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum:
1. Untuk mengetahui batas kandungan zat organik dalam pasir yang diuji.
2. Mahasiswa dapat membuat laporan hasil pengujian berdasarkan sistematika yang telaH
ditetapkan oleh dosen pengajar.
Manfaat dari pengujian ini mengetahui kualitas pasir dilihat dari kandungan zat organiknya.
C. Kajian Teori
Pasir merupakan salah satu material untuk membuat beton, Untuk membuat beton yang memenuhi
baik, material yang digunakan harus memenuhi persyaratan, salah satunya pasir tidak boleh banyak
mengandung kadar zat organik. Zat organik adalah zat yang berasal dari mahkluk hidup yang ada
dalam pasir, seperti daun, rumput, binatang, kotoran hewan dan sebagainya. Pasir yang terlalu banyak
mengandung zat organik maka akan mengurangi ikatan dengan semen yang akan berakibat kekuatan beton
akan turun.
Pengujian zat organik dilakukan dengan cara mencampur dengan larutan NaOH (soda api) 3
%.Persyaratan warna larutan NaOH dan pasir warnanya tidak melebihi warna standar No.3, jika melebihi,
maka pasir tersebut banyak mengandung zat organic.
D. Alat dan Bahan
1. Alat:
a. Ayakan pasir 4,8 mm
b. Splitter
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 %
d. Botol susu Kapasitas 300 ml
e. Sendok
f.Gelas ukur
g. Warna standar

2. Bahan:
a. NaOH (soda api)
b. Pasir 2x 130 ml
c. Air

E. Keselamatan Kerja
1. Gunakan sendok untuk mengambil soda api
2. Tutup dengan rapat botol yang berisi larutan soda api dan pasir.
F. Langkah Kerja
1. Tuangkan pasir yang sudah diayak dengan diameter 4,8 mm ke dalam splitter
2. Tuangkan pasir ke dalam botol susu sebanyak 130 ml (sejumlah 2 botol
atau dua kali pengujian)
3. Siapkan larutan NaOH 3 % (dengan campuran 300 ml air dan 9 gram NaOH
terus diaduk sampai larut)
4. Masukkan larutan NaOH ke dalam botol yang berisi pasir sampai
volumenya mencapai 200 ml
5. Diamkan sebentar sampai tidak ada gelembung udara
6. Kocoklah botol tersebut selama 10 menit
7. Diamkan selama lebih kurang 2 hari
8. Lihat warna larutan yang ada dalam botol.
9. Bandingkan dengan warna standar, jika warna dalam botol tidak lebih tua dari
warna standar No. 3 berarti pasir tersebut tidak banyak mengandung banyak zat
organic

G. Hasil Pengujian
Pengujian No. Warna
(1/2/3/4/5)
1 2
2 2
Rata-rata 2

H. Pembahasan
I. Kesimpulan
Pada pengujian pertama dan ke-dua dengan melihat perbandingan dengan warna standar,pasir yang di uji
ternyata memiliki no warna 2 yang berarti pasir tersebut tidak banyak mengandung zat organik.
J. Saran
K. Daftar Pustaka
L. Lampiran
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB 7
MEMBUAT DAN MENGUJI KADAR AIR PASIR SSD

A. Pengujian
Pada praktikum Bahan Bangunan kali ini praktikum yang dilakukan yaitu
praktikum pengujian kadar air pasir SSD yang dilakukan di Laboratorium Bahan
Bangunan.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini: (l) Mahasiswa mengetahui kadar air SSD dari pasiryang
diuji; (2) Mahasiswa dapat membuat laporan hasil pengujian berdasarkan
sistematika yang telah ditetapkan oleh dosen pengajar. Manfaat pengujian ini
adalah mahasiswa akan mengetahui kadar air pasir dalam keadaan SSD sebagai
data untuk membuat rancangan adukan beton.
C. Kajian Teori
Pasir SSD (Saturated Surface and Dry) merupakan pasir dalam keadaan jenuh
kering muka, artinya pasir tersebut dalamnya jenuh air, tetapi mukanya kering,
sehingga pasir ini jika ditambah air, maka tidak akan diserap karena sudah jenuh
air. Dalam merancang adukan beton di laboratorium, pasir harus dalam keadaan
SSD. Halini dikarenakan kadar air pasir SSD relatif stabil (pasir tidak akan
menyerap air), sehingga jumlah air dalam rancangan beton benar-benar digunakan
untuk mencampursemen sebagai bahan pengikat. Setelah pasir sudah dalam
keadaan SSD dilanjutkan dengan uji kadar air dan berat jenis pasir.
D. Alat dan Bahan :
a. Alat:
1. Ayakan pasir 4,8 mm
2. Splitter
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1%
4. Nampan/panci
5. Oven
6. Sarung tangan
7. Desiccator
8. Cetok
b. Bahan :
a. Pasir 1 kg
b. Air secukupnya

E. Keselamatan Kerja
1. Gunakan sarung tangan saat mengambil pasir dalam oven.
2. Hati-hati saat menuangkan air agar pasir tidak tumpah.
F. Langkah Kerja
1. Menuangkan pasir dalam splitter, ambil pasir pada salah satu tempat di splitter
2. Mengayak pasir dengan ayakan 4,8 mm
3. Menimbang pasir lebih kurang 2000 gram
4. Merendam ke dalam air sampai jenuh air yang ditandai dengan tidak ada gelembung
air, akan lebih baik jika dalam merendamnya selama 24 jam.
5. Meniriskan air dari tempat pasir, kemudian pasir diangin-anginkan sampai pasir,
jika genggam pakai tangan dan dilepaskan, bentuk pasir bentuknya berubah
sedikit.
6. Memasukkan pasir ke dalam kerucut Abram sepertiga volume, jatuhkan
penumbuknya 8 kali.
7. Menambahkan pasir dua pertiga volume kerucut, jatuhkan penumbuknya 8 kali.
8. Menambahkan sampai penuh, jatuhkan penumbuknya 8 kali.
9. Menambahkan pasir sampai melebihi kerucut Abram, jatuhkan penumbuk satukali.
10. Pasir diratakan dengan penumbuknya dan kerucut dibuka pelan-pelan.
11. Jika bentuk pasir tidak berubah seperti bentuk kerucut, maka pasir masih basah.
12. Pasir diangin-anginkan lagi dan diuji lagi pakai kerucut Abram dengan cara seperti
di atas.
13. Setelah pasir sudah dalam keadaan SSD, maka dilanjutkan dengan melakukanuji
kadar air pasir.
14. Langkah kerja pengujian kadar air SSD sama dengan pengujian kadar air
pasir alam, yaitu jumlah pasir beratnya 2 x 200 gram.

G.

Anda mungkin juga menyukai