Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR

KELOMPOK R1

Aulia Fikri 1806202626


Erditya Fajri 1806202790
Fakhri Muhammad Zuhdi 1806202891
Karina 1806203156
Novatama Artha Putra 1806202613
Rafid Firmansyah 1806149961

Tanggal Praktikum : 2 Oktober 2019


Asisten Praktikum : Neysa Nuvisa
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat kasar dengan menggunakan saringan.

B. TEORI DASAR
Analisa saringan adalah pengelompokan besar butir analisa agregat kasar dan
agregat halus menjadi komposisi gabungan yang ditinjau berdasarkan saringan.
Adapun tujuan dari analisa saringan yaitu :
a. Untuk mendapatkan beton yang mudah dikerjakan ( diaduk, dialirkan, dan
didapatkan) yang mempunyai tingkat workability yang tinggi.
b. Untuk mendapatkan harga beton yang ekonomis, kekuatan tinggi.
c. Untuk mendapatkan baton yang betul – betul padat.
d. Untuk mendapatkan batas gradasi dari agregat.
e. Untuk mendapatkan komposisi campuran ( gabungkan ) analisa agregat
kasar dan agregat halus dalam bentuk ideal.

Pada dasarnya agregat kasar yang bergradasi baik sekalipun dirasakan tidak
dapat menunjang diperolehnya kekuatan beton yang lebih besar. Agregat yang
lebih kecil dijadikan alternatif penambahan kekuatan beton membentuk beton
berkinerja tinggi Beton dengan kinerja yang tinggi adalah dengan pembuatan
beton ekstra padat yang menggunakan pengisi berupa partikel yang berukuran
mikro. Gradasi agregat pun memegang peranan penting untuk menentukan
mutu beton kinerja tinggi grade 80 ini. Apabila agregat mempunyai ukuran
butiran yang lebih halus dan dengan ukuran yang bervariasi, maka volume pori
beton menjadi kecil.

Fineness Modulus atau Tetapan Kehalusan


Modulus kehalusan pasir (agregat halus) adalah angka indeks yang mewakili
ukuran rata-rata partikel dalam pasir. Itu dihitung dengan melakukan analisis
saringan dengan saringan standar. Persentase kumulatif yang tertahan pada
setiap segmen saringan ditambahkan dan dikurangi dengan 100 memberikan
nilai modulus kehalusan.
C. TEORI TAMBAHAN
Agregat berperan penting dalam pembentukan lapis perkerasan, dimana
daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik
agregat. Gradasi merupakan salah satu sifat agregat yang berpengaruh
terhadap kualitas campuran aspal. Setiap jenis campuran aspal untuk lapisan
perkerasan jalan mempunyai gradasi agregat tertentu. Gradasi agregat
dinyatakan dalam persentase lolos, atau persentase tertahan, yang dihitung
berdasarkan berat agregat dengan menggunakan satu set saringan agregat.

Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam


menentukan besarnya. Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras
yang bentuknya mendekati bulat dengan ukuran butiran antara 0,063 mm —
150 mm. Agregat menurut asalnya dapat dibagi dua yaitu agregat alami yang
diperoleh dari sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari batu pecah.
Dalam hal ini, agregat yang digunakan adalah agregat alami yang berupa
coarse agregat (kerikil ), coarse sand ( pasir kasar ), dan fine sand ( pasir
halus ). Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat
(strengter) dan pengisi (filler), dan menempati 60% — 75% dari volume total
beton.

Keutamaan agregat dalam peranannya di dalam beton :

 Menghemat penggunaan semen Portland

 Menghasilkan kekuatan besar pada beton

 Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton

 Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat

1. Agregat Kasar

Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
industri pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150
mm.. Ketentuan agregat kasar antara lain:

 Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Aggregat
kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir
pipihnya tidak melampaui 20% berat agregat seluruhnya.

 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat
keringnya. Bila melampaui harus dicuci.

 Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti
zat yang relatif alkali.

 Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.

 Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff
dengan beban uji 20 ton.

 Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%.

 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate antara 6–7,5.

Jenis agregat kasar yang umum adalah:

1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang
digali.

2. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.

3. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan
untuk beton berbobot ringan.
4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang
diklasifikasi disini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limonit.

2. Agregat Halus

Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat
pemecah batu. Agregat ini berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi
pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Untuk beton penahan
radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat
halus. Menurut PBI, agregat halus memenuhi syarat:

 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal
artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur, seperti terik
matahari hujan, dan lain-lain.

 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering,
apabila kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci bila
ingin dipakai untuk campuran beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi
kekuatan beton berkurang 5 %.

 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup) terlalu
banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-
HARDER dengan larutan NaOH 3%.

 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Fine Sand antara 2,2–3,2.

 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Sand antara 3,2–4,5.

 Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam besarnya.


D. PERALATAN
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
2. Satu set saringan: 76,2 mm [3”]; 63,5 mm [2½”]; 50,8 mm [2”]; 37,5 mm
[1½”]; 25 mm [1”]; 19,1 mm [¾”] ‘ 12,5 mm [½”]; 9,5 mm [¼”]; No. 4;
No.8; No. 16; No. 30; No. 50; No 100; No. 200 [Standar ASTM].
3. Oven, yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai
[110 ± 5] oC.
4. Alat pemisah contoh [sample splitter].
5. Mesing penggetar saringan.
6. Talam-talam.
7. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.

E. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker

F. BENDA UJI
Agregat kasar yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya ialah:

1. Ukuran maksimum 3,5” ; berat minimum 35 kg


2. Ukuran maksimum 3” ; berat minimum 30 kg
3. Ukuran maksimum 2,5” ; berat minimum 25 kg
4. Ukuran maksimum 2” ; berat minimum 20 kg
5. Ukuran maksimum 1,5” ; berat minimum 15 kg
6. Ukuran maksimum 1” ; berat minimum 10 kg
7. Ukuran maksimum ¾” ; berat minimum 5 kg
8. Ukuran maksimum ½” ; berat minimum 2,5 kg
9. Ukuran maksimum ¼” ; berat minimum 1 kg
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No.4. Selanjutnya
agregat halus dan kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum di
atas.
Benda uji disiapkan sesuai dengan prosedur, kecuali apabila butiran yang
melalui saringan No.200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-
syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.

G. PROSEDUR
1. Mengeringkan benda uji di dalam oven dengan suhu [110 ± 5] oC,
sampai berat tetap.
2. Menyaring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran paling
besar ditempatkan paling atas. Menyalakan mesin penggetar selama 15
menit.
3. Menimbang berat dari agregat kasar yang tertahan pada setiap saringan

H. DATA PENGAMATAN
Berdasarkan hasil praktikum kemarin, didapatkan data berupa berat material
pada setiap saringan.

Berat Jumlah Berat


Nama Saringan Jumlah Persen
Tertahan Tertahan
(mm) (inch) (gr) (gr) Tertahan (%) Lewat (%)
25 1 300 300 6 94
19,1 ¾ 1371 1671 33,42 66,58
12,5 ½ 2391 4062 81,24 18,76
10 ⅜ 560 4622 92,44 7,56
5 No. 4 345 4967 99,34 0,66
2,36 No. 8 - - - -
Pan 33 5000 100 0

Tabel 1. Berat material di setiap saringan pada sampel 1

Kemudian dilakukan kembali analisis saringan pada sampel kedua.

Berat Jumlah Berat


Nama Saringan Jumlah Persen
Tertahan Tertahan
(mm) (inch) (gr) (gr) Tertahan (%) Lewat (%)
25 1 380 380 7,60 92,40
19,1 ¾ 1271 1651 33,04 66,96
12,5 ½ 2410 4061 81,27 18,73
10 ⅜ 545 4606 92,18 7,82
5 No. 4 358 4964 99,34 0,66
2,36 No. 8 - - - -
Pan 33 4997 100 0

Tabel 2. Berat material di setiap saringan pada sampel 2

I. PENGOLAHAN DATA
Fineness Modulus

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ % 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓


𝑭𝑴 =
100
Nama
Sampel 1 Sampel 1 Rata Rata
Saringan
Berat Berat Berat Berat Berat Berat
Berat Berat
Tertahan Tertahan Tertahan Tertahan Tertahan Tertahan
(mm) (inch) Tertahan
Individual Kumulatif
Tertahan
Individual Kumulatif Individual Kumulatif
(gr) (gr)
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
25 1 300 6 6 380 7,6 7,6 6,8 6,8
19,
¾ 1371 27,42 33,42 1271 25,42 33,02 26,42 33,22
1
12,
½ 2391 47,82 81,24 2410 48,2 81,22 48,01 81,23
5
10 ⅜ 560 11,2 92,44 545 10,9 92,12 11,05 92,28
No.
5 345 6,9 99,34 358 7,16 99,28 7,03 99,31
4
2,3 No.
- - - - - - - -
6 8
Pan 33 0,66 100 36 0,72 100 0,69 100
FM 3,1244 3,1324 3,1284

Tabel 3. Berat material rata-rata kedua saringan

Grafik Kumulatif Agregat Kasar


Gradasi Sampel 1
120

100

80

60

40

20

0
1" 3/4" 1/2" 3/8" No. 4 No. 8 Pan

Sampel 1

Tabel 1. Gradasi sampel 1

Gradasi Sampel 2
120

100

80

60

40

20

0
1" 3/4" 1/2" 3/8" No. 4 No. 8 Pan

Sampel 2

Grafik 1. Gradasi sampel 2


Gradasi Sampel Rata-rata
120

100

80

60

40

20

0
1" 3/4" 1/2" 3/8" No. 4 No. 8 Pan

Sampel Rata-rata

Tabel 3. Grafik gradasi sampel rata-rata

J. ANALISIS
Analisis Percobaan
Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum analisis saringan agregat
kasar dengan tujuan untuk menentukan gradasi (distribusi butir) dari suatu
agregat kasar. Sebelum memulai praktikum, terlebih dahulu praktikan
menyiapkan material-material yang akan digunakan. Setelah itu, material yang
akan diuji dimasukkan kedalam oven selam 24 jam. Hal ini dilakukan agar
benda uji berada dalam kondisi oven dry, yaitu kondisi dimana berat material
adalah berat aslinya, bebas dari kandungan air di dalamnya.
Setelah selesai dioven, benda uji dikeluarkan dan didiamkan selama
seharian penuh hingga suhunya turun. Saringan yang dipakai adalah dengan
ukuran 25 mm (1”), 19.1 mm (¾”), 12.5 mm (½”), 9.5 mm (⅜”), 5 mm (No.4),
2,36 mm (No.8). Penyusunan saringan dilakukan dengan menempatkan
saringan dengan ukuran yang paling besar berada di paling atas, dan semakin
ke bawah semakin kecil ukuran saringannya. Kemudian benda uji kasar yang
telah disiapkan dimasukkan kedalam susunan saringan. Susunan saringan
tersebut diletakkan diatas mesin pengguncang selama 15 menit. Hal tersebut
dilakukan agar material agregat yang tercampur dapat terpisah berdasarkan
ukuran butirannya. Setelah 15 menit, benda uji yang tertahan pada setiap
saringan dikeluarkan dan ditimbang beratnya. Pastikan agar butiran pada setiap
saringan tidak tumpah karena dapat mempengaruhi hasil percobaan.

Analisis Data/Hasil
Berdasarkan data yang didapat dari praktikum, didapatkan berat dari
setiap saringan. Suatu percobaan saringan dikatakan benar apabila berat
kumulatif yang terdapat pada pan berjumlah 100%. Hal itu berarti bahwa total
berat agregat sebelum dan sesudah disaring sama sebesar 5000 gram.

Pada saringan urutan pertama hingga keenam dapat dilihat bahwa pada
saringan No.8 semua agregat lolos dan tidak ada yang tertahan di saringan.
Hal itu berarti bahwa ukuran material yang ada pada Pan berdiameter di
bawah 2,36 mm.

Dari hasil percobaan juga didapatkan grafik Antara persen agregat yang
lolos pada nomor saringan tertentu terhadap ukuran saringan dalam
millimeter. Grafik dibuat dengan skala logaritma agar dapat terlihat bentuk
sebaran ukuran agregat pada masing-masing jenis untuk kemudian dianalisa,
apakah agregat tersebut bergradasi baik atau tidak.

Analisis Kesalahan
Praktikan beranggapan bahwa terdapat beberapa kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan saat praktikum. Diantaranya adalah sebagai berikut

 Jatuhnya agregat pada setiap saringan ke lantai ketika akan ditimbang


sehingga dapat mengurangi berat agregat tiap saringan
 Kurang telitinya praktikan dalam menimbang berat agregat dari setiap
saringan
 Masih tertinggalnya sebagian agregat pada saringan dan pada wadah
tempat menimbang.
Aplikasi

Penerapan praktikum modul III.4 Analisa Saringan Halus dan Kasar ini
dapat diaplikasikan untuk menentukan material yang cocok dalam pembuatan
beton atau aspal. Dalam hal ini gradasi dan modulus kehalusan dapat
digunakan sebagai acuan untuk cocok atau tidaknya agregat digunakan dalam
campuran atau mix design.

K. KESIMPULAN
Dari praktikum analisa saringan agregat kasar dan halus dapat
ditarik kesimpulan,

 Dengan analisa saringan dapat diketahui distribusi butiran pada


masing-masing jenis agregat.
 Berdasarkan hasil gradasi agregat di atas, didapatkan modulus
kehalusan sebesar 3,1284. Hal tersebut membuktikan bahwa agregat
yang sedang diuji termasuk ke dalam golongan fine sand (FM = 2,2
– 3,2)

L. REFERENSI
- Pedoman Praktikum. “Pemerikasaan Bahan Beton dan Mutu Beton”,
Laboratorium Struktur dan Material Departemen Teknik Sipil Universitas
Indonesia
- Anonim. Gradasi. Dikutip 8 Oktober 2019 dari Lauw Tjun Ji:
https://lauwtjunnji.weebly.com/gradasi--overview.html
- Hizrian (2017, 28 November). Pengertian Agregat dan
Klasifikasinya. Dikutip 8 Oktober 2019 dari Medium.com:
https://medium.com/@hizrian/pengertian-agregat-dan-klasifikasinya-
342a92049a98

Anda mungkin juga menyukai