Oleh
Email:sugianto@unsyiah.ac.id
Abstrak
Teknologi geospasil telah berkembang pesat dan banyak digunakan untuk berbagai keperluan
pembngnan yang berhubungan dengan lokasi geografis. Artikel ini menyajikan rangkuman hasil penelitian
yang terkait dengan pemanfatan teknologi geospasial untuk pengelolaan sumberdaya air dan kontruksi.
Sejumlah kajian dikemukakan terkait dengan pemanfaatan data geospasial untuk pengelolaan sumberdaya
air dan konstruksi. Teknologi geospasial mampu memberikan informasi spasial wilayah melalui pendekatan
yang dapat diuraikan ke dalam bentuk beberapa layer atau coverage data geospasial. Tantangan yang
dihadapi adalah kesiapan aparatur dan pemangku kepentingan dalam memanfatakan teknologi geospasial
untuk percepatan pembangunan infrastruktur sumberdaya air dan konstruksi.
I. Pendahuluan
Delapan puluh percent infrormasi yang didapatkan saat ini berhubungan dengan spatial atau
komponen geografi. Artinya semua informasi terkait dengan lokasi atau tempat tidak terlepas dari
posisi geografis atau data spasial. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan data spatial atau juga
saat ini dikenal sebagi geospatial saat ini memasuki era yang sangat pesat perkembangnnya, tidak
hanya terbatas pada pemanfaatan untuk bidang geografi, namun bidang-bidang lain terutama pada
bidang-bidang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan kewilayahan. Bidang pekerjaan
umum salah satu bidang yang yang memanfaatkan data geospasial. Kita ketahui bahwa secara
operasional kegiatan bidang pekerjaan umum dibawah kementrian pekerjaan umum dan perumahan
rakyat berada dalam suatu wilayah geografi atau lokasi geografis yang mempunyai dimensi luas dan
lokasi. Bidang Ini merupakan consumer data geospasial. Permasalahan sering timbul terkait dengan
updating spatial attribute yang cepat meskipun tersedia data namun akses dan pemanfatannya
belum maksimal untuk percepatan pembangunan.
Perlu disadari bahwa kemudahan mengakses informasi data geospasial akan memudahkan
dalam perencanaan pembangunan insfrastruktur sumberdaya air maupun konstruksi. Hal ini
dibuktikan bahwa saat ini dituntut penggunaan titik geografis terhadap posisi lokasi pembangunan
yang sedang berjalan pada pekerjaan-pekerjaan ke-pu-an baik didaerah maupun pusat. Tanpa
disadari hal ini telah memanfatakan teknologi geospasial. Keuntungan lain bahwa data geospasial
dapat diupdate secara real-time terhadap progress pekerjaan yang dilakukan meskipun jauh dari
keterjangkauan secara fisik dengan pemanfaatan data penginderaan jauh dan sistem informasi
geografis.
Penggunaan data penginderaan jauh dikombinasikan dengan sistem informasi geografis
dalam mengekstraksi informasi mengenai keruangan dan kewilayahan dapat digunakan secara
cepat dan dapat diupdate secara temporal merupakan salah pemanfatan teknologi geospasial yang
saat ini banyak dimanfatakan. Teknologi geospasial secara umum dapat dikategorikan sebagai
teknologi yang terkait dengan teknologi penggambaranatau visualisasi keruangan bumi. Data
penginderaan jauh adalah salah satu sumber data teknologi geospasial yang dapat mengatasi
keterbatasan-keterbatasan dalam mengakses informasi wiayah yang sukar dijangkau maupun
pemutahiran dan kesukarannya dalam melakukan pengamatan in situ.
Integrasi data penginderan jauh dan sistem infromasi geografis (SIG) yang merupan
komponen utama dalam teknologi geospasial memiliki kemampuan yang sangat baik dalam
memvisualisasikan data geospasial berikut atribut-atributnya. Unsur-unsur yang terdapat
dipermukaan bumi dapat diuraikan ke dalam bentuk beberapa layer atau coverage data geospasial.
Dengan layer ini permukaan bumi dapat direkonstruksi kembali atau dimodelkan dalam bentuk nyata
(real world tiga dimensi (Raharjo, 2010).
Jika dikaitkan dengan rencana pembangunan jangka panjang tahun 2015-2025 terdapat
beberapa strategi terkait dengan upaya pembangunan Nasional. Salah satu misi yang diemban
adalah terkait dengan Sumberdaya air, yaitu pada misi ke 2 dalam upaya mewujudkan bangsa
yang berdaya saing diantaranya adalah upaya pengendalian daya rusak air mengutamakan
pendekatan nonkonstruksi melalui konservasi sumber daya air dan keterpaduan pengelolaan daerah
aliran sungai. Poin ini menjadi penting manakala teknologi yang menyajikan informasi secara spasial
terkait pengelolaan maupun pembangunan infrastruktur Sumberdaya air (SDA) dalam rangka
menuju kemandirian bangsa dalam pembangunan. Makalah ini mencoba menyajikan pemanfaatan
teknologi geospasial dalam upaya percepatan pembangunan infrstruktur SDA di Indonesia.
Gambar 1. Cakupan Technologi Geospasial dan Geoweb memabntu dalam kajian wilayah
Sumber: https://www.geospatialworld.net/wp-content/uploads/2017/02/jyostnas-blog.jpg.
https://www.geospatialworld.net/wp-
content/uploads/admincms/filemanager/connectors/ashx/images/GeoWeb-in-crime-
mapping.JPG
Dari gambar dan ilustrasi diatas dapat dipahami bagaimana tekhologi geospsatial dapat merupakan
hasil integrasi berbagai bidang keilmuan yang dikemas dalam informasi yang menampilkan dimensi visualisasi
bumi. Dalam pemanfaatannya dapat meningkatkan ketepatan dan akurasi perhitungan situasi dan atau
membuat modeling secara spasial virtual dalam pembangunan infrastruktur SDA dan kontruksi.
Berbagai jenis teknologi geospasial yang dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan infrastruktur
SDA dan Konstruksi meliputi:
1) Data penginderaan Jauh- data citra yang dikumpulkan dari platform kamera atau sensor ruang angkasa
atau udara. Beberapa penyedia citra satelit komersial menawarkan gambar beresolusi tinggi bahkan
hingga kurang dari satu meter yang dapat digunakn untuk memantau kawasan lebih detail.
2). Sistem Informasi Geografis (SIG): rangkaian perangkat lunak untuk pemetaan dan analisis data yang
georeferensi di permukaan bumi, atau dikenal sebagai data geospasial dan lain-lain.
3). Global Positioning System (GPS): jaringan satelit yang dapat memberikan lokasi koordinat yang tepat
kepada pengguna sipil dan militer dengan peralatan penerima yang tepat.
4). Internet Mapping Technologies: program perangkat lunak seperti Google Earth dan fitur web seperti
Microsoft Virtual Earth mengubah cara data geospasial dilihat dan dibagi.
Pengelolaan SDA, khususnya wilayah sungai menjadi prioritas dalam menjaga kelestarian,
pemanfatan dan pengendalian SDA di Indonesia. Pemanfatan teknologi geospaspasial dalam menyajikan
informasi terkait dengan biofisik wilayah dapat disajikan dalam bentuk peta-peta maupun modeling yang
dapat membuat skanario-skenario perencanaan dalam upaya pembanguanan infrstruktur SDA didaerah.
Secara cepat pengambil keputusan dapat merekomnedasikan setelah mendapatkan informasi spasil yang
detail. Berikut contoh-contoh pemnafatan teknologi spasial terkait dengan pemanfatana untuk SDA dan
konstruksi.
Pemetaan erosi dan kekritisan lahan di wilayah sungai sangat penting dalam upaya konservasi
sumber sumberdaya air, pemanfatan dan penggunanan sumberdaya air. Akibat dari erosi menyebabkan
hilangnya lapisan atas tanah yang subur sehingga tidak mampu lagi menumbuhkan tanaman dengan baik,
dan berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Sebagai konsekuensi adlah
berkurangnya cadangan air diwilayah tersebut. Tanah yang diangkut ini akan diendapkan di tempat lain,
sehingga di tempat terjadinya endapan ini juga terjadi kerusakan, seperti pendangkalan waduk, sungai, dan
merusak bangunan irigasi. Hal ini akan mempercepat kerusakan bangunan infrastruktur SDA.
Selain itu, pemanfaatan dan pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan serta tanpa
mengindahkan prinsip-prinsip konservasi lahan, semakin marak terjadi di sepanjang aliran sungai di wilayah
sungai. Hal ini semakin menguatkan terjadinya lahan kritais. Untuk mengetahui tingkat bahasa erosi dan
kekritisan lahan dapat dimanfatkan teknologi spasial.
b. Monitoring Cuaca
Monitoring cuaca adalah sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai.
Informasi tentang tutupan awan, curah hujan, suhu dan unsur-unsur lain terkait dengan cuaca dengan cepat
dapat akses melalui pengolahan data satelit. Pengamatan yang dilakukan Adiningsih, Parwati Sofan dan
Prasasti, 2016), menunjukkan bahwa teknologi geospasial dapat digunakan untuk memonitor kekeringan di
Indoensia, bahkan dapat dilakukan monitoring harian dan mingguannya. Informasi ini penting dalam wilayah-
wilayah dimana perubahan cuaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan pertanian maupun kegiatan
lainnya.
Gambar 3. Peta tutupan awan dan curah hujan minguan di Indonesia periode 23 April - 30 April 2016
(Pusfatja-LAPAN 2016)
Kajian Herlambang (2009) memberikan gambaran bahwa kerusakan daerah aliran sungai (DAS) terus
meningkat dengan cepat. Jika pada tahun 1984 terdapat kerusakan 22 DAS kritis dan super kritis, tahun 1992
meningkat menjadi 29 DAS, 1994 menjadi 39 DAS, 1998 menjadi 42 DAS, 2000 menjadi 58 DAS dan tahun
2003 menjadi 62 DAS yang rusak super kritis dan kritis. Diperkirakan 13% dari 458 DAS di Indonesia dalam
kondisi kritis saat ini. Dalam hal ini peran data geosppasial secara cepat dapat mengkalkulasikan sebaran
DAS rusak dengan menggunakan data-data satelit dipadukan dengan analisis SIG. Informasi ini pernting bagi
pengambil keputusan dalam penangan DAS. Dalam kajiannya Herlambang (2009) menjelaskan bahwa analisis
citra satelit Landsat tahun 2000 saja luas lahan kritis dan kerusakan hutan di Indonesia mencapai 54,65 juta
hektar.
Selain kajian diatas, teknologi geospasial juga dimanfatkan untuk kajian untuk manajemen tata air
tanah di kabupaten Banyumas (Jumadi &Wiadi, 2009). Kajian ini memberikan gambaran bahwa SIG sangat
bermanfaat untuk melaksanakan manajemen air tanah. Banyak fungsi manajerial dan pengambilan
keputusan yang dapat dibantu menggunakan sistem yang dikembangakan mereka, misalnya penerbitan
rekomendasi maupun perijinan yang memungkinkan tersedianya informasi kewilayahan secara cepat
menyangkut variable-variabel penting yang digunakan dalam upaya menjaga kelestarian air tanah.
Tantangan yang dihadapi terkait pemanfatan teknologi geospasial saat ini adalah kesiapan
sumberdaya manusia dan teknologi yang dapat mendorong percepatan pembanguanan infrstruktur SDA dan
konstruksi sesuai dengan tuntutan pembanguann nasional yang tertera dalam misi pembanguan jangka
panjang 2015-2025. Ada beberapa poin yang dapat dikemukakan dalam pemanfatan data geospasial untuk
perecepatan pembangunan infrastruktur spasial anatara lain: perencanaan Geospasial terkait dengan SDA,
pemnafaatan Data Geospasil dalam SDA dan pemantuan dan evaluasi SDA dan Kontruksi berbasis data
geospasial. Untuk memenuhi tantangan diatas, diperlukan penelitian-penelitain yang terkait dengan
pemanfatan teknologi geospasial. Pertanyaan yang sederhana terkait dengan ini adlah sipakah para karya
siswa dalam memanfatkan teknologi ini.
VI. Kesimpulan
Dari uraian yang singkat diatas dapat dsarikan beberapa poin terkait dengan pemanfatan teknologi
geospasil dalam pengelolaan dan percepatan pembanguan infrstruktur SDA dan konstruksi.
1. Kajian telah banyak dilakukan terkait dengan pemanfatan teknologi geospasial dalam pengelolaan
SDA maupun konstruksi, namun masih dalam sekala lokal.
2. Tersedianya data geospasial yang dimiliki oleh Indonesia belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam
percepatan akses data untuk pembangunan infrastruktur.
3. Terdapat tantangan dalam percepatan pembangunan infrstruktur SDA maupun Konstruksi yaiutu
kesiapan sumberdaya manusia dilingkunan PUPR dalam memanfatakan teknologi geospasial dalam
pembangunan infrastruktur SDA.
Referensi
Adiningsih, E. S, Sofan, P. dan Prasasti. 2016 . Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh untuk Monitoring
Kejadian Iklim Ekstrem di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 10 No. 2, hal 67-78
Herlambang. A. 2009. Peran Teknologi Dalam Penentuan Kebijakan pengelolaan Sumberdaya Air Nasional .
JAI Vol 5. No. 2 hal.179-189
Jumadi dan Widiadi, S. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Berbasis Web Untuk
Manajemen Pemanfaatan Air Tanah Menggunakan PHP, Java Dan Mysql Spatial (Studi Kasus Di
Kabupaten Banyumas). Forum Geografi, Vol. 23, No. 2, 2009: Hal. 123 - 138
Pramesti, N.P. 2013. Sistem Informasi Monitoring Kemajuan Pekerjaan Proyek Pembangunan Sabo
Dam Gunung Merapi. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (Konteks 7) Universitas Sebelas
Maret (Uns) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Raharjo, P. D, 2010 Teknik Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis.Untuk Identifikasi
Potensi Kekeringan, Makara, Teknologi, Vol. 14, No. 2, hal 97-105
Syahrizal, 2011, Penggunaan Citra SPOT dan SIG Untuk Menentukan Lahan Kritis di DAS Krueng
Tripa Bagian Hulu Kabupaten Gayo Lues, Program Studi Magister Konservasi
Sumberdaya Lahan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.