Anda di halaman 1dari 9

Metode Magnetik untuk Menentukan Zona Mineralisasi

Emas “Studi Kasus Lapangan Tambang Emas Pobaya”

Oleh:
Muhammad Ishaidir Siregar 1706975034

Program Studi S1 Geofisika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia secara geologis merupakan negara yang berada di titik pertemuan
tiga lempeng litosfer yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Hal
ini menyebabkan Indonesia memiliki aktifitas tektonik yang tinggi ditandai
dengan pembentukan gunung, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan
benua. Pembentukan pegunungan, aktivitas magma pada gunung api dan proses
sedimentasi dalam periode yang lama menyebabkan terbentuknya endapan
mineral sehingga Indonesia memiliki sumber daya mineral dan hasil tambang
yang melimpah, salah satunya adalah emas. Berdasarkan data Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tahun 2013 Indonesia berada pada
urutan ke sembilan sebagai negara produsen emas terbesar dunia dengan
cadangan emas sebesar 3.000 ton dan sumber daya yang mencapai 6.000 ton.
Potensi yang besar tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal
dikarenakan proses prospeksi dan eksplorasi yang masih minim.
Emas adalah mineral logam mulia yang merupakan salah satu komoditas
pertambangan yang utama. Pembentukannya berhubungan dengan naiknya
larutan sisa magma ke atas permukaan yang dikenal dengan istilah larutan
hidrotermal. Pergerakan larutan hidrotermal dikontrol oleh zona lemah yang
membentuk rongga sehingga memungkinkan larutan hidrotermal tersebut
bermigrasi dan kemudian terakumulasi membentuk suatu endapan yang terletak
di bawah permukaan. Dalam eksplorasi mineral emas hampir tidaklah mungkin
mendapatkan respon geofisika secara langsung dari emas karena kandungan
emas sangat kecil dalam lingkungan pengendapannya (sekitar 2–30 gram/ton).
Namun secara tidak langsung, pendeteksian secara geofisika dapat mendeteksi
keberadaan endapan emas yang berhubungan dengan batuan dasarnya yang
telah teralterasi, struktur, dan mineral yang biasanya menjadi petunjuk penting
keberadaan endapan emas. Metode yang biasanya digunakan untuk eksplorasi
emas adalah metode magnetik.
Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang ditafsirkan
dalam bentuk distribusi bahan magnetik yang didasarkan pada pengukuran
variasi intensitas medan magnetik dipermukaan bumi. Variasi intensitas
magnetic disebabkan oleh adanya distribusi batuan dan magnetisasi dibawah
permukaan bumi yang bisa disebabkan oleh adanya perubahan struktur geologi
dibawah permukaan bumi.Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari
susseptibilitas magnetic masing-masing batuan. Batuan dengan kandungan
mineral-mineral tertentu dapat dikenal dengan baik dalam eksplorasi
geomagnet,yang dimunculkan sebagai anomali.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana metode magnetik itu sendiri?
1.2.2 Bagaimana metode magnetik dapat mendeteksi mineralisasi emas?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui metode magnetik dalam eksplorasi geofisika
1.3.2 Mengetahui cara atau metode magnetik dalam mendeteksi
mineralisasi emas
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Mineralisasi Emas
Emas adalah unsure kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au
(bahasa Latin: aurum) dengan nomor atom 79. Beberapa karakteristik yang umum
mengenai emas bahwa emas bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
antara 2.5 – 3 (skala mohs), berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan
logam lain yang berpadu dengannya, titik lebur emas pada suhu sekitar 1000 C.
Mineral pembawa emas biasanya berpadu dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar,
dan sejumlah kecil mineral nonlogam. Mineral pembawa emas juga berpadu dengan
endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas
nativ, elektrum, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang.
2.2 Metode Magnetik
Metode magnetic didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu
batuan yang di induksi oleh medan magnet bumi.Hal ini terjadi sebagai akibat
adanya sifat kemagnetan suatu material.Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung dari suseptibilitas magnet masing-masing batuan.Batuan dengan
kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenal dengan baik dalam eksplorasi
geomagnet,yang dimunculkan sebagai anomali.
Anomali yang diperoleh dari survey merupakan hasil gabungan medan magnetik
remanen dan induksi, bila arah medan magnetik remanen sama dengan arah
medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula
sebaliknya, dalam survei magnetik efek medan remanen akan diabaikan apabila
anomali medan magnetik kurang dari 25% medan magnet utama bumi. Dengan
demikian anomaly magnetik yang diamati (Telford, 1976), dengan persamaan :

ΔT = Tobs – TIGRF ± TVH


Keterangan:
Δ𝑇 = Anomali Magnetik
𝑇𝑜𝑏𝑠 = Medan magnet total yang terukur
𝑇𝐼𝐺𝑅𝐹= Medan magnet teoritis berdasarkan IGRF
𝑇𝑉𝐻 = Koreksi medan magnet variasi harian

2.3 Suseptibilitas Magnetik

Suseptibilitas magnetik batuan merupakan harga magnet suatu batuan


terhadap pengaruh magnet yang erat kaitannya dengan kandungan mineral dan
oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit didalam batuan, semakin
besar harga suseptibilitasnya. Beberapa nilai suseptibilitas batuan/mineral dapat
lihat pada Tabel 2.1 Semua material bumi, baik berupa unsur ataupun senyawa dan
sebagainya, ditinjau dari sifat-sifat kemagnetannya.

Tabel 2.1 Nilai Suseptibilitas setiap bahan


2.4 Induksi Magnetik

Adanya medan magnetik regional yang berasal dari bumi dapat


menyebabkan terjadinya induksi magnetik pada batuan yang mempunyai
suseptibilitas baik. Total medan magnetik yang dihasilkan pada batuan ini
dinyatakan sebagai induksi magnetik. Medan magnetik yang terukur oleh
magnetometer adalah medan magnet induksi termasuk efek magnetisasi yang
diberikan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus Lokasi Tambang Emas Pobaya
Lokasi pengukuran menggunakan metode magnetik terletak Kelurahan Poboya,
Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Propinsi Sulawesi Tengah. Data yang
diperoleh dari hasil pengukuran adalah posisi titik pengukuran (lintang dan bujur),
waktu dan medan magnet di titik pengukuran sehingga didapatkan nilai anomaly
medan magnet (ΔT).

Gambar 3.1 Peta Kontur Anomali Total


Peta diatas menunjukkan adanya kontras kontur medan magnet di titik pengukuran.
Titik pengukuran yang kontras kontur medan magnetnya menunjukkan adanya
sebaran anomali di lokasi penelitian di beberapa tempat yang mengandung anomali
yang tinggi (high intensity) bernilai positif dan anomali yang rendah (low intensity)
bernilai negatif. Peta kontur anomali medan magnet total (ΔTtotal) yang diperoleh
dari hasil koreksi adalah gabungan dari anomaly medan magnet regional dan
anomali medan magnet residual.

Gambar 3.2 Peta Kontur Anomali Residual


Data anomaly magnetik diatas menghasilkan Wilayah Poboya dan sekitarnya,
didominasi oleh batuan kuarsa sebagai pembawa mineral emas yang terdapat dalam
urat kuarsa. Batuan kuarsa adalah jenis batuan utama yang membentuk struktur
patahan, serta menjadi faktor penting terbentuknya emas.
Berdasarkan hasil penelitian tentang studi zona mineralisasi emas menggunakan
metode magnetik di Lokasi Tambang Emas Poboya untuk mengetahui sebaran
mineralisasi emas, disimpulkan bahwa zona mineralisasi emas yang berada dilokasi
penelitian berasosiasi dengan mineral lain seperti Pirit (FeS2) dengan nilai
suseptibilitas 0,000035 SI – 0,005 SI, Kalkopirit (CuFeS2) dengan nilai
suseptibilitas 0,000023 SI – 0,0004 SI, Troilite dengan nilai suseptibilitas 0,00061
SI – 0,0017 SI, Pyrrhotites dengan nilai suseptibilitas 0,00046 SI – 1,4 SI, Porpiri
dengan nilai suseptibilitas 0,00025 SI – 0,21 SI, dan Siderite dengan nilai
suseptibilitas 0,0013 SI – 0,011 SI, yang berasosiasi dengan batuan beku, iron
sulfides dan mineral magnetik.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
 Metode magnetik dapat digunakan untuk mendeteksi mineralisasi emas,
dikarenakan emas memiliki nilai suseptibilitas
 Zona mineralisasi emas yang berada dilokasi penelitian berasosiasi dengan
mineral lain seperti Pirit (FeS2) dengan nilai suseptibilitas 0,000035 SI –
0,005 SI, Kalkopirit (CuFeS2) dengan nilai suseptibilitas 0,000023 SI –
0,0004 SI.
4.2 Saran
 Diperlukannya integrasi data-data geofisika lain untuk memperakurat hasil
interpretasi
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, Fikri, et.al.(2019). Pendugaan Mineralisasi Emas
Menggunakan Metode Magnetik di Nagari Lubuk Gadang
Kecamatan Sangir, Solok Selatan, Sumatera Barat. UNAND:
Padang
Junaedy, Mohamad, et.al.(2016). Studi Zona Mineralisasi Emas
Menggunakan Metode Magnetik Di Lokasi Tambang Emas
Poboya. Tadulako: Palu
Melda.(2015). PENERAPAN METODE MAGNETIK DALAM
MENENTUKAN JENIS BATUAN DAN MINERAL. JURIKOM:
Medan
Briyantara, et.al.(2015). APLIKASI METODE MAGNETIK UNTUK
MELOKALISASI TARGET ZONA MINERALISASI EMAS DI DAERAH
“X”.UNDIP: Semarang

Anda mungkin juga menyukai