PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH :
VIKRAM NOVRIAL
R1C1 15 095
A. Latar Belakang
kandungan nikel yang melimpah. Salah satu daerah yang memiliki kandungan
nikel yang cukup melimpah yaitu Kabupaten Konawe Utara. Salah satu daerah
dengan kandungan nikel yang cukup melimpah berada pada Desa Tapunggaya,
tersusun atas batuan ofiolit, yang terdiri dari batuan ultrabasa (ultramafik) seperti
setempat batuan basa (mafik) termasuk gabro dan basalt. Batuan - batuan ini
nikel laterit.
Bijih nikel laterit merupakan salah satu sumber daya mineral yang melimpah
yang dihasilkan dari proses pelapukan batuan ultrabasa yang kaya akan mineral
olivine. Pada batuan ultrabasa memiliki kandungan nikel sebesar 0,2% - 0,4%
(Golightly, 1981 dalam Elias, 1998). Masalah dalam penelitian ini yaitu
bagaimana protolith endapan nikel laterit daerah penelitian dan seberapa besar
kandungan nikel dan unsur lainnya terhadap profil endapan nikel laterit. Tidak
hanya unsur nikel (Ni) saja yang dianalisis, namun unsur - unsur yang lain pula
yang terdapat pada bahan galian tersebut. Unsur – unsur lain tersebut dapat berupa
silicon (Si), besi (Fe), magnesium (Mg), aluminium (Al), kobalt (Co) dan lain
sebagainya. Metode yang digunakan dalam mengetahui profil endapan nikel
penyususn nikel, terdapat beberapa metode yang biasa digunakan antara lain
adalah metode gravimetri, metode Teknik Laser Induced Plasma (LIP), ekstraksi,
metode XRF (X-Ray Fluorescence). Dari beberapa metode yang telah disebutkan
menganalisis kandungan unsur bahan tertentu dalam hal ini yaitu nikel. Peneliti
menggunakan metode XRF karena alat tersebut tersedia, cukup mudah digunakan,
murah dan analisisnya lebih cepat dibanding analisis dengan alat yang lain. XRF
untuk mengetahui bagaimana kandungan unsur nikel dan unsur lainnya di tiap
3. Berapa besar kandungan unsur nikel dan unsur lainnya pada profil endapan
C. Tujuan Penelitian
3. Mengetahui kandungan unsur nikel dan unsur lainnya pada profil endapan
nikel laterit.
D. Manfaat Penelitian
pihak-pihak berikut :
a) Bagi Peneliti
A. Geologi Regional
geologi regionalnya Pulau Sulawesi dan sekitarnya dapat dibagi menjadi beberapa
mandala geologi yakni salah satunya adalah mandala geologi Sulawesi Timur.
Mandala ini meliputi lengan Tenggara Sulawesi, bagian Timur Sulawesi Tengah
dan Lengan Timur Sulawesi. Lengan Timur dan Lengan Tenggara Sulawesi
tersusun atas batuan malihan, batuan sedimen penutupnya dan ofiolit yang terjadi
arah utara, lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat dan lempeng Eurasia
yang bergerak ke arah Selatan-Tenggara serta lempeng yang lebih kecil yaitu
lempeng Filipina.
dan pencirinya, geologi lembar Lasusua - Kendari dapat dibedakan dalam dua
lajur, yaitu lajur Tinodo dan lajur Hialu. Lajur Tinodo dicirikan oleh batuan
endapan paparan benua dan Lajur Hialu oleh endapan kerak samudra atau ofiolit
(Rusmana, dkk., 1985). Secara garis besar kedua mandala ini dibatasi oleh Sesar
Lasolo.
1. Geomorfologi regional
bagian : ujung utara, bagian tengah, dan ujung selatan. Kabupaten Konawe
Utara memanjang dari Utara Barat dengan topografi yang sangat kontras
2. Stratigrafi regional
dapat dibagi dalam delapan formasi batuan sebagai berikut (Penjelasan dari
serpentinit.
adalah terdiri dari batupasir, kuarsit, serpih hitam, serpih merah, filit,
konglomerat.
3. Struktur geologi
(regional dan local) meliputi penunjaman dan zona tumbukan, sesar naik,
Sulawesi Trench ). Sistem Sesar Palu-Koro, Sesar naik Batui, Sesar naik
oleh sesar berarah barat laut-tenggara, yang utama terdiri atas Sesar Matano,
Lasolo.
bahkan masih aktif hingga saatini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya
dengan Sesar Sorong yang aktif kembali pada kala Oligosen (Simandjuntak,
dkk., 1983). Sesar naik ditemukan di daerah Wawo sebelah barat Tampakura
Matano.
B. Nikel Laterit
Nikel laterit diartikan sebagai suatu endapan bijih nikel yang terbentuk dari
proses laterisasi pada batuan ultramafic (peridotite, dunit dan serpentinit) yang
mengandung Ni dengan kadar yang tinggi, yang pada umumnya terbentuk pada
1. Proses terbentuknya
Endapan nikel yang ada di daerah penelitian adalah jenis nikel laterit,
induk. Batuan induk ini akan berubah menjadi serpentin akibat pengaruh
serpentin dan peridotit lapuk. Adanya proses kimia dan fisika dari udara, air,
mengandung unsur-unsur Ca, Mg, Si, Cr, Mn, Ni, dan Co akan mengalami
dekomposisi.
Air tanah yang mengandung CO2 dari udara meresap ke bawah sampai ke
permukaan air tanah sambil melindi mineral primer yang tidak stabil seperti
olivin, serpentin, dan piroksen. Air tanah meresap secara perlahan dari atas
ke bawah sampai ke batas antara zone limonit dan zone saprolit, kemudian
yang larut disusul dengan Si yang cenderung membentuk koloid dari partikel-
pelarutan ini terbawa turun ke bagian bawah mengisi celah-celah dan pori-
pori batuan.
sampai batas pelapukan dan diendapkan sebagai Dolomit dan Magnesit yang
urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan
zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering).
batuan asal di zone saprolit, sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang
lebih dalam. Dalam hal ini, zone saprolit akan bertambah ke dalam, demikian
dengan aliran air tanah, sehingga sedikit demi sedikit zone saprolit atas akan
bahan yang sukar atau tidak mudah larut akan tinggal pada tempatnya dan
sebagian turun ke bawah bersama larutan sebagai larutan koloid. Bahan-
bahan seperti Fe, Ni, dan Co akan membentuk konsentrasi residu dan
konsentrasi celah pada zona yang disebut dengan zona saprolit, berwarna
coklat kuning kemerahan. Batuan asal ultramafik pada zone ini selanjutnya
dalam Serpentin atau juga mengendap pada rekahan bersama dengan larutan
Hematit yang dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta
unsur Co dalam jumlah kecil. Semakin ke bawah, menuju bed rock maka Fe
Ni yang berupa larutan pada kondisi oksidasi dan berupa padatan pada
kondisi silika.
laterit, dimana proses ini memiliki penyebaran unsur-unsur yang tidak merata
dan menghasilkan konsentrasi bijih yang sangat bergantung pada migrasi air
tanah.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya endapan
membentuk sifat profil yang beragam antara satu tempat ke tempat lain,
dalam komposisi kimia dan mineral, dan dalam perkembangan relatif tiap
zona profil. Faktor yang mempengaruhi efisiensi dan tingkat pelapukan kimia
a. Iklim
tropis dan sub tropis, di mana curah hujan dan sinar matahari memegang
terdapat pada batuan asal. Sinar matahari yang intensif dan curah hujan
hujan juga penting. Suhu tanah (suhu permukaan udara) yang lebih tinggi
dan sirkulasi air serta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik
hujan yang jatuh ke permukaan lebih banyak yang mengalir (run-off) dari
endapan nikel laterit. Batuan asalnya adalah jenis batuan ultrabasa dengan
mudah lapuk atau tidak stabil (seperti Olivin dan Piroksen), mempunyai
d. Struktur
adalah rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan
proses pelapukan terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan
Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana kondisi hutan yang lebat
pada lingkungan yang baik akan membentuk endapan nikel yang lebih
tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi juga dapat
f. Waktu
maka terbentuk endapan yang tipis. Waktu yang cukup lama akan
nikel cukup tinggi. Banyak dari faktor tersebut yang saling berhubungan
kimia di dasar profil dan pemindahan fisik ujung profil karena erosi. Tingkat
dengan jumlah air yang melalui profil, dan 2 – 3 kali lebih cepat dalam
batuan ultrabasa daripada batuan asam. Disamping jenis batuan asal,
Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan tanah
penutup atau top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock.
lagi.
b. Lapisan Limonit
sampai pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih
limonit hampir seluruh unsur yang mudah larut hilang terlindi, kadar
MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat dan kadar SiO2 berkisar 2 – 5%
berat. Sebaliknya kadar Fe2O3 menjadi sekitar 60 – 80% berat dan kadar
Aluminium.
c. Lapisan saprolit
Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zone
saprolit yang terletak di atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan Nikel
kehijauan, terdiri dari bongkah – bongkah batuan dasar dengan ukuran >
X-Ray Fluorescence adalah alat yang dapat dipakai untuk mendeteksi unsur
dimana suatu benda dapat memancarkan cahaya beberapa selang waktu kemudian
setelah benda itu menerima cahaya dari luar atau menerima tembakan dari aliran
partikel.
Unsur atom yang tereksitasi pada sampel akibat penembakan sinar-X dari
karateristik dari unsur yang terksitasi, maka pengukuran panjang gelombang ini
sinar-X karateristik yang terjadi dari peristiwa efek fotolistrik saat electron dalam
atom target terkena sinar berenergi tinggi. Bila energi sinar tersebut lebih tinggi
dari pada energy ikat electron dalam orbit K, L atau M pada atom target, maka
electron atom target akan keluar dari orbitnya. Dengan demikian, atom target akan
mengalami kekosongan electron yang selanjutnya akan diisi eloh electron dari
cahaya (foton) dengan energy yang cukup. Energy foton harus lebih besar dari
pada energy electron yang berada pada inti atom. Apabila electron terdalamnya
menumbuk atom, electron dari tingkat orbital yang mempunyai energy yang lebih
yang lebih rendah. Karena transisi tersebut, foton memungkinkan untuk dapat
teremisi dari atom. Sinar fluoresensi ini terjadi akibat beda energy antara dua
orbital yang terbentuk dari transisi electron. Karena beda energy antara dua kulit
orbital khusus pada elemen selalu sama foton yang teremisi pada saat perpindahan
antara dua tingkatan energy tersebut akan selalu mempunyai energy yang sama.
Apabila terjadi eksitasi sinar-X primer yang berasal dari tabung X ray
dengan mentransfer energinya pada elektron yang terdapat pada kulit yang
lebih dalam disebut efek fotolistrik. Selama proses ini, bila sinar-X primer
yang tidak stabil. Apabila atom kembali pada keadaan stabil, elektron dari
kulit luar pindah ke kulit yang lebih dalam dan proses ini menghasilkan
energi sinar-X yang tertentu dan berbeda antara dua energi ikatan pada kulit
(Viklund,2008).
Berikut gambar yang menjelaskan nomenclature yang terdapat pada
XRF (Stephenon,2009) :
(Gosseau,2009.)
2. Jenis XRF
menggunakan analyzer yang berupa cristal yang berperan sebagai grid. Kisi
diprogram.
d. Sensitivitas yang sangat tinggi dan limit deteksi yang sangat rendah
segala arah. Radiasi dengan dengan arah yang spesifik yang dapat
gelombang yang diradiasikan sesuai dengan sudut θ dan sudut 2θ dari kisi
kristal. Maka hanya panjang gelombang yang sesuai akan terukur oleh
dari impuls elektrik tersebut bersesuaian dengan energi dari foton – foton
yang dianalisa. Pada XRF jenis ini, membutuhkan biaya yang relatif
elemen)
d. Dapat digunakan untuk analisa elemen mayor (Si, Ti, Al, Fe, Mn, Mg,
Ca, Na, K, P) maupun tace elemen (>1 ppm; Ba, Ce, Co, Cr, Cu, Ga,
besar
B. Jenis Penelitian
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang peneliti peroleh langsung dari lapangan
2. Data Sekunder
Untuk data sekunder diperoleh dari jurnal, artikel dan sumber informasi
lainnnya yang mengarah pada nikel laterit dan metode yang digunakan.
D. Instrumen Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel
berikut.
Sebagai
perangkat
2. Laptop untuk
mengolah
data.
Sebagai alat
untuk
3. Kamera mengambil
gambar atau
dokumentasi.
Untuk
menentukan
5. GPS
titik
koordinat.
Untuk
Kompas
6. menentukan
Geologi
arah.
Untuk
7. Palu Geologi
menyampling.
Untuk
Kantung
8. menyimpan
sampel
sampel.
Untuk
mengukur
9. Roll Meter
dimensi suatu
profil laterit
Untuk
Spectrometer
10. menganalisis
/XRF
unsur.
Sebagai objek
11. Sampel
poengamatan
E. Prosedur Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel profil laterit
yang berasal dari daerah penelitian.Sampel profil laterit laterit ini meliputi
tanah penutup, limonit, saprolit, dan batuan induk atau bedrock yang diambil
kedalamannya.
sebagai berikut :
a. Penggerusan sampel
sangat halus karena sampel yang dipakai dalam analisis XRF harus
b. Penyaringan
berikut:
telah berbentuk press powder diletakkan didalam holder. Setelah sampel siap
Pengukuran XRF untuk sampel dilakukan pada kondisi yang sama yaitu
akan terekam dalam CPU yang telah diset bersamaan dengan proses
pengambilan data. Data yang terekam berupa identitas (I) dan energy unsure
(E).Data ini langsung dikonversi oleh alat dalam bentuk angka sehingga
masing-masing zona.
F. Jadwal Penelitian
Bulan
No. Kegiatan
I II III IV I II III VI
Pengurusan
1.
Kelengkapan
2. Studi Literatur
3. Studi Lapangan
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan Data
Penyusunan
6.
Laporan
7. Persentase Hasil
DAFTAR PUSTAKA
E.H. Sujiono, M. Diantoro, Samnur. 2014. Karakteristik Sifat Fisis Batuan Nikel
Semarang.
Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D. Haryanto & Simandjuntak T. O., 1993, Peta
Viklund, A., 2018, Teknik Pemeriksaan Material Menggunakan XRF, XRD dan
Agustus 2018.