Anda di halaman 1dari 31

TUGAS

MAKALA TEKNIK EKSPLORASI NIKEL

Oleh :

Evelyn S.Aronggear 2019061044109


Germanus W Chambu 2019061044127
Pranis S.Pongdatu 2019061044037
Insheren Yarangga 2019061044004
Vicky Wenda 2019061044
Yahya E N Ibo 2019061044077
Marfin Doga 201706110440
Samuel S. Pardamean 20170611044030

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2020
DAFRTAR ISI
DAFRTAR ISI............................................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii

1 BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................2

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN.........................................................................................2

2 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 EKSPLORASI NIKEL................................................................................................3

2.1.1 Eksplorasi Pendahuluan.......................................................................................3

2.1.2 Eksplorasi Detail..................................................................................................4

2.1.3 Proses Pengambilan Sampel Pada Eksplorasi......................................................5

2.2 Proses Pembentukan Nikel sulfida dan Nikel Laterit..................................................6

2.2.1 Nikel Laterit.........................................................................................................6

2.2.2 Nikel Sulfida........................................................................................................8

2.2.3 Proses Pembentukan Ofiolit.................................................................................9

2.3 Sebaran Bijih Nikel Di Indonesia Dan Di Papua......................................................12

2.3.1 Sebaran Mineral Logam Oleh Busur Magmatik................................................12

2.3.2 Sebaran Nikel Laterit Di Indonesia....................................................................14

2.3.3 Sebaran Nikel Di Papua.....................................................................................15

2.4 Metode Eksplorasi Nikel...........................................................................................18

3 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................22

3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................22

3.2 SARAN......................................................................................................................23

4 BAB IV DAFTAR PUSTAKA........................................................................................24

i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. hasil sampel nikel pemboran....................................................................................5
Gambar 2. perlapisan nikel laterit..............................................................................................6
Gambar 3. Pembentukan volcanic arc dalam kondisi konvergent dan divergent......................9
Gambar 4. sumbu utama magmatik arc dan blok crustal di indonesia.....................................12
Gambar 5. peta sebaran nikel di indonesia...............................................................................14
Gambar 6.peta lokasi keberadaan nikel kobal..........................................................................15
Gambar 7. Peta Lokasi Pt. Gag Nikel......................................................................................16
Gambar 8. Peta Indek Lokasi Penyelidikan.............................................................................21

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah teknik
eksplorasi nikel ini dengan baik. Makalah ini membahas mengenai Bagaimana cara
menemukan sebaran bijih nikel di indonesia dengan meliahat parameter dari jalur pergerakan
lempeng di indonesia yang menghasilkan jebakan mineral logam. Tersajinya makala kami ini
berkat adanya bantuan dari pihak lain, baik berupa nasehat, bimbingan, dan kritikan.
Sehingga dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu. Tidak lupa kami berterima kasih kepada Ibu Eandang Hartiningsih selaku
dosen mata kuliah Teknik Eksplorasi yang telah memberikan bimbingan dalam menyusun
makalah ini.

Dengan kesadaran dalam menyusun laporan ini, kami menyadari masih banyak
kekurangan dan ketidak sempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun demi menyempurnakan laporan ini sangat diharapkan.

Demikian pengantar laporan ini, kurang dan lebihnya kami mohon maaf, serta kami
juga berharap semoga laporan yang ditulis ini dapat bermanfaat.

iii
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
kepulauan Indonesia kaya akan sebaran minaral logam yang melimpah, yang
dipengaruhi oleh pertumbuhan tektonik lempeng yang saling bergerak diakibatkan
arus konveksi di dalam astenosphere. yaitu lempeng Eurasia, lempeng India-Australia
dan lempeng Pasifik. Dan terdapat dua jenis lempeng utama yaitu lempeng benua dan
lempeng samudra,

Pertumbuhan tektonik lempeng, diikuti oleh proses intrusi magmatik yang berkaitan
dengan pembentukan proses-proses mineralisasi di kerak bumi.

Salah satu mineralisasi yang terbentuk di busur magmatik adalah mineral logam yang
berasosiasi dengan mineralisasi yang terdiri dari batuan vulkanik, batuan intrusif,
batuan sediment dan komplek ophiolite. Proses yang lama dan berkesinambungan
hasil dari aktifitas tektonik di Indonesia menghasilkan sumber daya mineral yang
melimpah seperti timah, tembaga, emas, perak, nikel, bauksit, dan besi. (Carlile dan
Mitchell,1994).

Busur magmatik yang menghasilkan jebakan mineral logam tersebut yaitu busur
magmatik Aceh, busur magmatik Sunda-Banda, busur magmatik Kalimantan Tengah,
busur magmatik Sulawesi-Mandanau Timur, busur magmatik Halmahera Tengah, dan
busur magmatik Irian Jaya. (Siamanjuntak.1986), (Sikumbang.1990),
(Cameron.1980) dan (Trail.1980).

Dengan mengetahui jebakan mineral logam kita dapat mengetahui dan menemukan
mineral logam yang ingin kita temukan, diantaranya mineral logam yaitu bijih nikel.
Nikel merupakan salah satu komoditas tambang utama dari negara Indonesia. Pada
dasarnya sumber bahan galian nikel di alam dapat dijumpai dalam dua bentuk yaitu
nikel primer yang berasal dari pembekuan magma yang bersifat ultra basis dan nikel
sekunder yang dihasilkan oleh proses pengkayaan sekunder di bawah zona water
table. Di Indonesia sumber nikel hanya dijumpai dalam bentuk nikel sekunder atau
yang disebut juga sebagai nikel laterit.

1
Nikel laterit adalah batuan ultrabasa, umumnya dari jenis harzburgit (peridotit yang
kaya unsur ortopiroksen), dunite dan jenis peridotite yang lain. Oleh karena adanya
proses pelapukan menyebabkan terjadi proses pengkayaan sekunder yang
meningkatkan kadar Ni dalam batuan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan nikel laterit adalah batuan asal, iklim, reagen-reagen kimia, struktur,
topografi serta waktu.

Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni nikel bersifat lunak, tetapi
jika dipadukan (alloy) dengan besi, krom, dan logam lainnya dapat membentuk baja
tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat
(stainless steel) yang banyak diaterapkan \pada peralatan dapur (sendok, dan
peralatan memasak), ornamen - ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana cara menemukan sebaran bijih nikel dan eksplorasi nikel di indonesia
dengan meliahat parameter dari jalur pergerakan lempeng di indonesia yang
menghasilkan jebakan mineral logam?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


 Agar kami sebagai mahasiswa teknik pertambangan dapat mengetahui bagaimana
cara eksplorasi nikel dan metode yang digunakan untuk eksplorasi nikel?
 Agar kami sebagai mahasiswa teknik pertambangan dapat mengtahui sebaran
nikel di indonesia dan di papua?
 agar kami sebagai mahasiswa teknik pertambangan mengetahui proses
pembentukan nikel laterit?

2
2 BAB II PEMBAHASAN
2.1 EKSPLORASI NIKEL
Eksplorasi adalah kegiatan lanjutan dan prospeksi dengan tujuan untuk menentukan
secara akurat jumlah cadangan kadar, sifat fisik kimia, letak dan bentuk endapan
bahan galian (Suhala Supratna, 1998). Pemboran eksplorasi nikel laterit dilakukan
dengan pola persegi dan grid density (derajat kerapatan jarak interval antar titik bor)
yang terus bertambah pada tiap tahapan. Pemboran nikel laterit pada tahap awal
dimulai dengan interval 200m, dan akan semakin merapat pada tahapan eksplorasi
lebih lanjut yang menjadi 100m, 50m dan 25m. Hasil pemboran dengan spasi 25
meter inilah yang digunakan sebagai acuan untuk menghitung cadangan nikel.
Apabila diperlukan lagi maka dapat dilakukan inpit drilling (pemboran produksi)
yang digunakan sebagai petunjuk dalam membuat rencana penambangan dengan
mempersingkat jarak antar titik bor menjadi 12,5mEksplorasi dilakukan dengan
beberapa tahap yang dijelaskan pada sub bab berikut ini.

2.1.1 Eksplorasi Pendahuluan


Dalam eksplorasi pendahuluan ini, tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil
sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga mempunyai
skala yang relatif kecil. Sebelum memilih lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap
data dan peta yang sudah ada (dari survey terdahulu), catatan-catatan lama, laporan
temuan dan data pendukung lainnya, lalu dipilih daerah yang akan disurvey. Setelah
pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya merupakan studi mengenai faktor-
faktor geologi regional, dimana peta geologi regional sangat penting untuk memilih
daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan
tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, singkapan-singkapan
batuan pembawa bahan galian dan yang perlu juga diperhatikan adalah
perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (strike dan dip), orientasi
sesar dan tanda-tanda lainnya (Sunarto Notosiswoyo dkk, 2000).

3
2.1.2 Eksplorasi Detail
Setelah tahap eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada
mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan eksplorasi tahap detail.
Kegiatan utama dalam tahap ini ialah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat)
yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data-data
yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan, penyebaran
kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Secara umum hasil yang diharapkan
dari pemboran eksplorasi adalah :

 Identifikasi struktur geologi


 Sifat fisik batuan samping dan badan
bijih
 Mineralogi batuan samping dan badan
bijih
 Geometri endapan
 Keperluan sampling

4
2.1.3 Proses Pengambilan Sampel Pada Eksplorasi
Ditinjau secara umum proses pengambilan conto (sample) dimaksudkan
untuk mengambil sebagian kecil dari suatu massa yang besar, dimana diharapkan
sebagian kecil massa tersebut cukup representatif untuk mewakili keseluruhan
massa yang diwakilinya. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pemboran,
dari cara pemboran ini diharapkan dapat diidentifikasi lebih teliti penyebaran bijih
nikel secara vertikal sedangkan penyebaran secara horizontal dapat diperoleh
dengan menggabungkan beberapa titik. Sampel dari hasil kegiatan eksplorasi atau
kegiatan pemboran disusun dalam core box menurut kedalaman satu meter.
Setelah selesai pemboran sampel dibawa ke rumah sampel dan kemudian
dimasukan kedalam kantong sampel dan diberikan kode seperti lokasi tempat
pengeboran, kedalaman titik bor, nomor sampel, dan nomor titik bor. Selanjutnya
dikirim kebagian persiapan conto untuk kemudian dipreparasi guna keperluan
analisa kimia (Sunarto Notosiswoyo dkk, 2000).

Gambar 1. hasil sampel nikel pemboran

5
2.2 Proses Pembentukan Nikel sulfida dan Nikel Laterit
2.2.1 Nikel Laterit

Gambar 2. perlapisan nikel laterit

Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat
berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi dengan udara
(O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu,
bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk
kristal mineral baru. Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi
mineral dan ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan
berjalan cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah
kering atau sangat dingin. Curah hujan rata-rata dapat mencerminkan kecepatan
pelapukan, tetapi temperatur sulit dapat diukur. Namun secara umum, kecepatan
pelapukan kimia akan meningkat dua kali denganmeningkat temperatur setiap 10oC.
Mineral basa pada umumnya akan lebih cepat lapuk dari pada mineral asam. Itulah
sebabnya basal akan lebih cepat lapuk dari pada granit dalam ukuran yang sama besar.
Sedangkan pada batuan sedimen, kecepatan pelapukan tergantung dari komposisi
mineral dan bahan semennya.

Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara
dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil
(olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si
cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam
larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya

6
membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan.
Bersama mineral-mineral iniselaluikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya
bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya
kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan
hydrosilikat. Nikelyang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan
komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau
rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan
larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang
berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang
terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan
diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-
rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk
antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan
(root of weathering).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

a. Batuan asal.
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit,
macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa
tersebut: terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya mempunyai
mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin
mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan
pengendapan yang baik untuk nikel.
b. Iklim.
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan
dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses
pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan
membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam
batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.
c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi.
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-
senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang

7
mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia.
Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan.
Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi
akan mengakibatkan:
 penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar
pohon-pohonan
 akumulasi air hujan akan lebih banyak
 humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana
hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang
lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi
untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
d. Struktur.
Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah penelitian adalah struktur kekar
(joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku
mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air
sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan
masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
e. Topografi.
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-
reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan
sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam
melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya
terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini
menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah
yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada
air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.
f. Waktu.
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena
akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

2.2.2 Nikel Sulfida


seperti diketahui, endapan nikel sulfida terdapat pada badan batuan yang kadungan
besinya tinggi, mengandung magnesium dan silikon seperti batuan gabro yang dikenal
sebagai norit sampai peridotit. Endapan tersebut adalah batuan beku intrusi di

8
permukaan bumi yang berasal dari trobosan magma pijar. Intrusi ini membentuk
sekelompok massa, keadaan tertentu menyebar dengan membentuk lapisan-lapisan
yang tidak teratur.
Pada umumnya bijih nikel sulfida terbentuk dari batuan pijar dan berasosiasi
dengan tipe batuan gabro sebagai norit sampai peridotit.selanjutnya nikel bearing
sulfides terbentuk setelah periode pendinginan. Peristiwa pendinginan sulfida pada
larutan magma gabro atau norit, menurut para ahli geologi peleburan nikel-tembaga
akan didapatkan matte. Larutan panas yang mengandung besi, nikel tembaga dan
belerang, tidak tercampur dengan bara (slag) membentuk larutan silikat, tetapi
berpisah karena mempunyai berat lebih besar dari bara.
Nikel mempunyai ikatan atom yang kuat dalam bentuk mineral olifin oleh
karena itu nikel memiliki sifat tidak mau bercampur. Maka kemungkinan ultramafis-
mafis merupakan sumber dari nikel

Berdasarkan emungkinan suatu proses metalurgi ilmiah, secara selektif nikel


dibersikan dari batuan (solidified rock) yang kemudian dikonsentrasikan sebagai bijih
sulfida.

2.2.3 Proses Pembentukan Ofiolit

Gambar 3. Pembentukan volcanic arc dalam kondisi konvergent dan divergent

Ofiolit merupakan kompleks batuan dengan berbagai karakteristrik dari layer


ultramafik, dengan ketebalan dari beberapa ratus meter sampai beberapa kilometer

9
bersusun atau berlapis dengan batuan gabro dan dolerite, dan pada bagian atasnya
tersusun oleh pillow lava dan breksi, sering berasosiasi dengan batuan sediment
pelagic (Ringwood, 1975). Sedangkan menurut Hutchison (1983), ofiolit merupakan
kumpulan khusus dari batuan mafik-ultramafik dengan batun beku, sedikit kaya asam
sodium dan khas berasosiasi dengan batuan sediment laut dalam.
Ofiolit dikenal juga sebagai batu ular karena mirip dengan warna dan tekstur ular.
Sampai saat ini kebanyakan ahli geologi percaya bahwa batuan ofiolit merupakan
fragmen dari kerak samudra (mid-oceanic ridge) dan bermigrasi oleh zona bersibdusi
di dalam subuk lipatan batas benua oleh proses tumbukan dari lempeng litosfer
sehingga terbentuk secara alokton (alloctonous nature). Ofiolit tersingkap secara luas
di sepanjang jalur yang mengalami tektonisme kuat (Coleman, 1977). Pada umumnya
ofiolit muncul pada barisan pegunungan hasil tumbukan (collisional mountain range),
merupakan kumpulan dari endapan laut dalam, basalt, gabro dan batuan ultrabasa
yang terbentuk dari kerak samudra dan terangkat kedalam kerak benua oleh proses
yang dikenal sebagai subduksi. Menurut Monnier dkk (1999) runtuan ofiolit mulai
dari urutan bawah ke atas.

secara lithostratigrafi , ofiolit merupakan sekelompok batuan yang berkomposisi


mafik sampai ultramafik, komlek gabro berlapis dan gabro massif, komplek retas
berkomposisi mafik (diabas) dan batuan vulkanik berkomposisi mafik berstruktur
bantal/basalt (Penrose Field Conference, 1972).

10
Alas batuan milihan (metamorphic sole) terbentuk diatas milange dalam
runtuan ideal dikenal juga sebagai batuan milihan sub-ofiolit. Kumpulan batuan
milihan yang lengkap biasanya menunjukan pengurangan derajat metamorfisme yang
cenderungsemakin menurun tajam dari fasies granulit lezorlite) yang merupakan
magama dari selubung mantel
Satuan Tektonik ultrabasa ,terdiri batuan ultramafik
harzburgit,iherzolit,kromit dunit,dan piroksenit.sebaian besar ofiolit disusun oleh
batuan harzburgite yang miskin akan unsur aluminium.Namun pada beberapa
komplek ofiolit lainnya seperti Iherzolite merupakan tipe batuan peridotit yang
dominan. Donit pada umumnya hadir sebagai lensa didalam harzburgite atau
Iherzolite.Piroksenit terbentuk sebagai lapisan,lensa atau retas didalam harzborgite
atau Iherzolite yang terlipat dan arahnya sejajar dengan arah kelipatan.
Satuan kumulat ultrabasa dihasilkan proses kristalisasi praksional magma
basa. Dawali batuan dinit dan promitit yang diikuti diatas oleh inter layar wherlift,
olivin piroksenit dan piroksenit, berangsur menjadi batuan gabroit yang kaya dengan
mineral plagioplas. Bagian dasar pada umunya didominasi oleh pabric laminar dari
olivin berkaitan dengan pertubuhan dan penghedapan kristal kumulat. Satuan ini juga
merupakan batas petrologi Moho,sementara batas seismik Moho berada pada batas
atas.
Satuan Gabro sampai Gabrodiorit,merupakan bagian atas dari seksi kumulat
ultra basa,biasanta ditempati oleh sekuen batuan masif sampai leukokratik.Karakter
tekstur unit ini dindikasikan oleh mineral amvibol dan plagioplas yang sangat karas
sampai halus.
Satuan lava bantal, keatas dari komplek itu terbentuk sekuen reguler
horizontal dari lava masif, lava bantal, breksit dan tuff.
Satuan sedimen laut,yaitu suatu sekuen sedimen yang menunjukkan
lingkungan antara habisal sampai batial diindikasikan oleh tipe endapan sedimenter
merupakan rijang sampai radio laria,batu gamping pelagik merah , endapan
mengandung logam besi (metaliferios)merah sampai kuning dan beriksi vulkanik.
Mineralisasi mineral logam dan mineral bukan logam dalam urutan diatas,
terdiri dari mineral logam kromit, dan mineral sulfida seperti nikel,tembanga dan
seng. Minerlasasi logam dalam lingkungan gunung api dan daerah pemekaran kerak
samudra. Lama kelamaan kedua lempeng samudra yang saling mendekati itu, salah
satunya akan mengalami peleburan.Hal ini menyebabkan salah satu dari lempeng itu
11
akan habis,dan lempeng lainnya akan terangkat ke lempeng benua. Bagian dari
lempeng samudra yang terangkat ke lempeng benua itulah yang dinamakan ofiolit.

1.

12
2.3 Sebaran Bijih Nikel Di Indonesia Dan Di Papua
2.3.1 Sebaran Mineral Logam Oleh Busur Magmatik

Gambar 4. sumbu utama magmatik arc dan blok crustal di indonesia

Busur kepulauan Indonesia yang juga bisa didefinisikan sebagai Cenozoic volcano
magmatic arc memiliki bentangan sepanjang 9000 km dan 80 % bentangan
tersebut memiliki potensi sumberdaya mineral. Volcano magmatic arc atau
umumnya disebut busur magmatik yang merupakan produk dari proses tektonik,
memiliki kaitan yang erat dengan pembentukan proses-proses mineralisasi di
kerak bumi. Mineral logam pada umumnya terbentuk di Busur magmatik tersebut.
Batuan – batuan yang terbentuk pada Busur magmatik khususnya yang berasosiasi
dengan mineralisasi terdiri dari batuan vulkanik, batuan intrusif, batuan sediment
dan sebagian kecil complex ophiolite. Proses yang lama dan berkesinambungan
hasil dari aktifitas tektonik di Indonesia menghasilkan Indonesia memilki sumber
daya alam khususnya sumberdaya mineral yang berlimpah seperti timah, tembaga,
emas, perak, nikel, bauksit, besi dan lain-lain. (Carlile dan Mitchell.1994),

13
berdasarkan data-data mutakhir Simanjuntak (1986), Sikumbang (1990), Cameron
(1980), Adimangga dan Trail (1980), memaparkan busur-busur magmatik seluruh
Indonesia sebagai dasar eksplorasi mineral. Teridentifikasikan 15 busur
magmatik, 7 diantaranya membawa jebakan emas dan tembaga, dan 8 lainnya
belum diketahui.

Busur yang menghasilkan jebakan mineral logam tersebut adalah :

 Busur magmatik Aceh,

 Busur magmatik Sumatera-Meratus,

 Busur magmatik Sunda-Banda,

 Busur magmatik Kalimantan Tengah,

 Busur magmatik Sulawesi-Mindanau Timur,

 Busur magmatik Halmahera Tengah,

 Busur magmatik Irian Jaya.

14
2.3.2 Sebaran Nikel Laterit Di Indonesia

Gambar 5. peta sebaran nikel di indonesia

 Morowali-Sulawesi Tengah
Pertambangan nikel di Morowali ada di daerah Petasia Timur,
Bahadopi,Bungku pesisir, kepulauan Menui dan Bungku timur.
 Sorowako-Sulawesi Selatan
 Halmahera-Maluku Utara
 Pulau GAG-Papua Barat.
 Kolaka-Sulawesi Tenggara
Bisa dijumpai di Latambaga dan pomala
 Luwu timur-Provinsi Sulawesi Selatan
Di Luwu Timur, tambang nikel bisa ditemukan di daerah Malili dan Nuha.

15
2.3.3 Sebaran Nikel Di Papua
2.3.3.1 Sebaran Nikel Di PT. Mutiara Iriana Mineral Kabupaten Sarmi

Gambar 6.peta lokasi keberadaan nikel kobal

Lokasi Keterdapatan Endapan nikel-kobal dijumpai di Pegunungan Siduarsi pada sisi


sebelah selatan Pegunungan itu, yaitu kurang lebih 200 km di sebelah barat kota
Jayapura, menempati daerah pedalaman dengan jarak kurang lebih 25 km dari pantai di
sebelah utaranya (Takar). Pegunungan Siduarsi memanjang dengan arah timur-barat,
panjangnya ± 40 km dan lebarnya ± 15km dengan ketinggian tertinggi 850 m. Endapan
di daerah ini terdapat dalam laterisasi batuan ultramafik dengan penyebaran lebih dari
30 km (timur-barat) dan 2-7 km (utara-selatan) yang terdapat pada batuan ultramafik
terserpentinisasikan dari Satuan Batuan ultramafik (um). Sumberdaya endapan nikel-
kobal di Siduarsi pertama kali dikenali oleh PT. Mutiara Iriana Minerals pada tahun
1994. Mineralisasi nikel dan kobal sepenuhnya terjadi pada penampang tegak endapan
laterite, terdiri dari horizon limonite dan saprolite yang sangat jelas terletak diatas
batuan ultramafik yang terserpentinisasikan. Eksplorasi sejak 1994 meliputi 367 hand
dan machine auger, 24 cored drillhole dan 4 test pits.Sumberdaya tereka (inferred
resources) dilaporkan sebesar 130 Mt (million ton) dengan kadar 1,12% nikel dan
0,07% kobal (cutoff : 0,6% nikel), sumberdaya ini diperkirakan dari luas area sebesar
21,8 km2.

16
2.3.3.2 Sebaran Endapan Nikel Laterit Di Lokasi Kontrak Karya PT Gag Nikel Secara
Administratif Berada Di Desa Gambir Pulau Gag, Kecamatan Waigeo Barat
Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Secara Geografis Lokasi
Kontrak Karya PT Gag Nikel.

Gambar 7. Peta Lokasi Pt. Gag Nikel

Lokasi Kontrak Karya PT Gag Nikel secara administratif berada di Desa Gambir
Pulau Gag, Kecamatan Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi
Papua Barat. Secara geografis lokasi Kontrak Karya PT Gag Nikel dibatasi oleh 12
titik koordinat dan terletak antara 0º 24’00”LS - 0º 30’30”LS dan 129º 50’30”BT -
129º 55’00”BT. Luas wilayah Kontrak Karya ini semula adalah 7.727 hektar, namun
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No.
753.K/20.01/DJP/1998 tanggal 31 Desember 1998 tentang Perluasan I Wilayah
Kontrak Karya PT Gag Nikel, maka luas wilayah Kontrak Karya tersebut berubah
menjadi 13.136 hektar yang berlaku hingga saat ini. Pada umumnya bentang alam
Pulau Gag berbukit-bukit dengan puncak tertinggi ± 345 m di atas permukaan air
laut dengan kondisi pantai umumnya berbatu dan sebagian berpasir terutama pada
bagian Utara dan Barat. Wilayah Kontrak Karya PT Gag Nikel terletak di Desa
Gambir, Kecamatan Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi
Papua Barat. Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh melalui jalur udara dari Jakarta
menuju Sorong dengan jarak tempuh kurang lebih 2.910 km dengan waktu tempuh
berkisar antara 5-6 jam, sedangkan lokasi operasional lapangan tepat berada di Pulau

17
Gag yang berjarak 160 km dari Kota Sorong dan dapat ditempuh dengan speed boat
perusahaan selama ± 4-5 jam, atau dengan pesawat sewa kurang lebih 35 menit.
Untuk membantu kelancaran logistik dan transportasi PT Gag Nikel, maka dibuat
kantor penghubung yang berlokasi di Kota Sorong sedangkan di lapangan telah
tersedia fasilitas perkantoran, akomodasi, komunikasi, serta sarana penunjang
lainnya seperti klinik kesehatan, pembangkit listrik, bengkel, penyimpanan inti bor,
gudang, pengadaan air bersih, dermaga dan landasan helikopter (helipad).
Sedangkan fasilitas di luar area camp tersedia tempat penyimpanan bahan bakar
minyak (BBM) serta landasan pesawat terbang perintis (airstrip).

18
2.4 Metode Eksplorasi Nikel
Geolistrik adalah metode geofisika aktif yang menggunakan arus untuk menyelidiki
material di bawah permukaan bumi. Tujuanya adalah untuk memperkirakan sifat
kelistrikan medium atau formasi batuan bawah permukaan terutama kemampuannya
untuk menghantarkan atau menghambat listrik (konduktivitas atau resistivitas).

Metode ini menggunakan asumsi bahwa bumi bersifat homogen isotropis. Dengan
asumsi ini tahanan jenis yang terukur sebenarnya tidak bergantung pada spasi
elektroda. Pada kenyataannya, bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan ρ berbeda.
Sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut.
Oleh karena itu harga tahanan jenis yang diukur bukan merupakan nilai untuk satu
lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar. Harga tahanan jenis
yang terukur tersebut disebut nilai tahanan jenis semu (apparent resistivity). Tahanan
jenis semu dirumuskan sebagai (Keller, 1997)

∆V ∆V
ρa =K ; R= ……………(1)
I I

Dimana ρa adalah tahanan jenis semu, K adalah faktor geometri, ∆ V adalah beda
potensial antara kedua elektroda potensial dan I adalah kuat arus yang diinjeksikan.
Berdasarkan persamaan (1) dapat diketahui bahwa nilai tahanan jenis semu tergantung
pada geometri konfigurasi elektroda yang digunakan. Metode geolistrik tahanan jenis
memiliki beberapa konfigurasi yang dapat digunakan, dalam penelitian ini digunakan
konfigurasi Schlumberger (Gambar 1).

Untuk aturan elektroda Schlumberger, spasi elektroda arus jauh lebih lebar dari spasi
elektroda potensial seperti pada Gambar 1.

19
Dari persamaan (1) apabiala diturunkan maka diperoleh tahanan jenis untuk konfigurasi
Schlumberger sbb :

−1
1 1 1 1 ∆V
ρ=2 π
[( )(
− − −
r1 r3 r2 r 4 )] I

Dimana:

r1= jarak dari titik P1 ke sumber arus positif (L-I)

r2= jarak dari titik P1 ke sumber arus negative (L+I)

r3= jarak dari titik P2 ke sumber arus positif (L+I)

r4= jarak dari titik P2 ke sumber arus negative (L-I)

Hal ini menghasilkan faktor geometri (K) dan tahanan jenis umum untuk elektroda
Schlumberger adalah (Telford, 1990):

,……………(2)

dengan

Umunya metode Schlumberger ini dilakukan dengan jrak elektroda arus (C1 C2) dibuat
sepuluh kai atau lebih jarak elektroda potensial (P 1 P2). setiap konfigurasi mempunyai
penetrasi kedalaman yang tidak sama, sehingga dalam pengukuran penetrasi kedalaman
merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan konfigurasi
elektroda, faktor lain adalah jeni struktur, sensitivitas alat,tingkat nois yang ada.

Pelaksanaan Pengukuran tahanan jenis mengunakan peralatan Geolistrik dengan alat


utama Noniura NRD 328 HF. Dan beberapa alat penunjang yang digunakan adalah:

 Accu, sebagai sumber arus listrik yang di hubungkan ke alat Noniura NRD 328
HF.
 Elektroda terbuat dari tembaga, merupakan komponen yang menhubungkan
antara alat dengan permukaan tanah, terdiri atas dua elekroda potensial.
 Kabel penghubung antara alat dengan elektroda

20
 Global positioning System (GPS) alat yang di gunakan untuk menentukan
posisi setiap titik ukur.
 Palu dan meteran untuk proses pemindahan elektroda.
 Tabel harga tahanan jenis semu, HT, GPS, Payung

Dalam metode geolistrik tahanan jenis pengolahan data bertujuan untuk


memperoleh banyaknya lapisan, harga tahanan jenis, serta ketebalan masing-masing
lapisan. Dalam penelitian ini pengolahan data yang digunakan adalah IP12Win kriteria
cocok yang diberikan saftware ini adalah tingkat perbedaan antara data lapangan
dengan respon model masukan atau RMS Error.

Hasil pengolahan data diperole informasi tentang jumlah perlapisan, harga tahanan
jenis dan ketebalan selanjutnya dirifer pada hasil yang perna dilakukan atau dicocokan
dengan harga tahana jenis batuan untuk selanjutnya diintepretasi untuk mendapatkan
profil penyebaran nikel raterit Daerah Entrop, Kota Jayapura. Hasil intepretasi
terhadap titik amat kemudian dibuat profil yang mengambarkan penyebaran nikel laterit
secara vertical.

Tabel 1. Distribusi nilai tahanan jenis

Lapisan Kedalaman Ketebala Tahanan Dugaan


n
(m) (m) Jenis
( ohmm
)
1 1.85-3.51 1.85-3.51 14.6-796 Redlimonit

21
Gambar 8. PETA INDEK LOKASI PENYELIDIKAN

Hasil pengukuran metode geolistrik di lokasi penelitian seperti ditunjuk pada


Tabel 1.

2 3.27-2.71 1.42-2.71 39.9-5398 Yellow Limonit


3 7.65-7.89 4.38-7.89 1.12-34 Translat ion
4 22.4 14.7 199- Saprilite
5 >22.5 - 1465- Presh rock

22
3 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
1. bagaimana cara eksplorasi nikel dan metode yang digunakan untuk eksplorasi
nikel?
Cara eksplorasi nikel diantaranya :
 eksplorasi pendahuluan
 eksplorasi detail
 proses pengambilan sampel

Dan metode yang digunakan :

 metode geofisikan yaitu geolistrik


2. dapat mengtahui sebaran nikel di indonesia dan di papua?
a. Sebaran nikel di indonesiadiantaranya :
 Morowali-Sulawesi Tengah
Pertambangan nikel di Morowali ada di daerah Petasia Timur,
Bahadopi,Bungku pesisir, kepulauan Menui dan Bungku timur.
 Sorowako-Sulawesi Selatan
 Halmahera-Maluku Utara
 Pulau GAG-Papua Barat.
 Kolaka-Sulawesi Tenggara
Bisa dijumpai di Latambaga dan pomala
 Luwu timur-Provinsi Sulawesi Selatan
Di Luwu Timur, tambang nikel bisa ditemukan di daerah Malili dan
Nuha.
3. mengetahui proses pembentukan nikel laterit dan sulfida?
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:
a. Batuan asal.
b. Iklim
c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi.
d. Struktur
e. Topografi
f. Waktu

23
24
Pembentukan Nikel sulfida

Pada umumnya bijih nikel sulfida terbentuk dari batuan pijar dan berasosiasi
dengan tipe batuan gabro sebagai norit sampai peridotit.selanjutnya nikel bearing
sulfides terbentuk setelah periode pendinginan. Peristiwa pendinginan sulfida pada
larutan magma gabro atau norit, menurut para ahli geologi peleburan nikel-
tembaga akan didapatkan matte. Larutan panas yang mengandung besi, nikel
tembaga dan belerang, tidak tercampur dengan bara (slag) membentuk larutan
silikat, tetapi berpisah karena mempunyai berat lebih besar dari bara.

Nikel mempunyai ikatan atom yang kuat dalam bentuk mineral olifin oleh
karena itu nikel memiliki sifat tidak mau bercampur. Maka kemungkinan
ultramafis-mafis merupakan sumber dari nikel
Berdasarkan emungkinan suatu proses metalurgi ilmiah, secara selektif nikel
dibersikan dari batuan (solidified rock) yang kemudian dikonsentrasikan sebagai
bijih sulfida.

3.2 SARAN
 Dari hasil diskusi kami agar eksplorai di indonesia terus berlanjut agar mineral-
mineral logam baru di temukan dan diolah oleh masyarakat indonesia. Agar
meningkatkan sumber daya manusia dan perekonomian daerah penghasil sumber
daya.
 Menambah pengetahuan secara umum tentang pengolahan bahan galian tambang
untuk penerus generasi baru, untuk meningkatkan generasi yang mandiri dan
berkualitas.
 Membangun smelter untuk pengolahan mineral logam atau endapan bijih di
negara sendiri.

25
4 BAB IV DAFTAR PUSTAKA
1. ISJUDARTO.2013. PENGARUH MORFOLOGI LOKAL TERHADAP
PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT.
2. PUGUH PRASETYO.2016. SUMBER DAYA MINERAL DI INDONESIA
KHUSUSNYA BIJIH NIKEL LATERIT DAN MASALAH
PENGOLAHANNYASEHUBUNGAN DENGAN UU MINERBA 2009.
3. 2016_TA_TB_07311104_BAB-3 EKSPLORASI NIKEL.
4. PEMETAAN GEOLOGI BERBASIS PENAFSIRAN CITRA SRTM-90M DAERAH
KABUPATEN SARMI, PAPUA.2013.
5. VIRMAN, ENDANG HARTININGSI, RISAL PATIUNG, MUHAMMAD ALTIN
MASSINAL.2014.PENENTUAN PROFIL NIKEL LATERIT MENGGUNAKAN
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DAERAH ENTROP KOTA
JAYAPURA

26
27

Anda mungkin juga menyukai