Anda di halaman 1dari 9

ANALISA PETROKIMIA BATUAN GUNUNG API

ACARA I I

Dalam analisa petrokima batuan gunungapi ini dieprgunakan 6 (enam)


metoda, dimana tiap-tiap metoda mempunya cara dan dasar sendiri-sendiri yang
masing-masing berbeda satu dengan lainnya. Penggunaan beberapa metoda
sebagai perbandingan dalam menganalisa contoh batuan sangat dianjurkan sebab
akan memberikan hasil yang lebih konkrit dan mendekati kebenaran. Sedangkan
analisa kimia contoh batuan akan diberikan dalam akhir bab ini (sebagai
lampiran).

Metoda-metoda analisa petrokimia batuan gunungapi yang akan dipelajari


antara lain :
1. Metode Niggli
2. Metode Rittman (1952 dan 1953)
3. Metode Kuno I (1960)
4. Metode Peacock (1931)
5. Metode Kuno II (1966)
6. Metoda Withford (1975)

I. Metoda Niggli
Tujuan dari metode ini adalah menentukan jenis dan evolusi magma.
Perhitungan dan rumus-rumus nya sebagai berikut :
a) Penentuan Nomor Molekul (NM)
Dipergunakan rumus Niggli tentang Nomor Molekul yaitu :

% berat oksida
NM =
BM Oksida
Dalam praktikum, % berat oksida sudah diketahui, sedangkan BM Oksida dicari
terlebih dahulu dengan menjumlahkan berat atom unsur penyusun oksida-oksida
tersebut. BA unsur-unsur bisa dilihat dalam Tabel Sistem Periodik Unsur-unsur.
Khusus untuk menentukan NM Fe2O3 harus dicari terlebih dahulu FM
FeO, dimana :
% berat SiO2
NM SiO2=
BM SiO2
% berat Al2 O3
NM Al2 O3=
BM Al2 O3
% berat Fe2 O 3
NM Fe2 O 3= x 2+ NM FeO
BM Fe2 O3
% berat FeO
NM FeO=
BM FeO
% berat MnO
NM MnO=
BM MnO
% berat MgO
NM MgO=
BM MgO
% berat CaO
NM CaO=
BM CaO
% berat K 2 O
NM K 2 O=
BM K 2 O
% berat Na2 O
NM Na 2 O=
BM Na 2 O
% berat H 2 O
NM H 2 O=
BM H 2 O
% berat TiO2
NM TiO2 =
BM TiO2
% berat P2 O 5
NM P2 O5 =
BM P2 O5
b) Penentuan harga koefisien magma

Harga koefisien magma dari Si, Al, Fm, K, Alk, Mg, C, Ti dan P ditentukan

NM SiO2 x 100 NM K 2 O
dengan menggunakan rumus : Si= K=
Σ NM Oksida Σ NM Oksida

NM Al 2 O3 x 100 NM ( Na2 O+ K 2 O)
Al= Alk =
Σ NM Oksida Σ NM Oksida

NM Fe2 O 3 + MgO+ H 2 O NM MgO


Fm= Mg=
Σ NM Oksida Σ NM ¿ ¿
NM CaO
C=
Σ NM Oksida

NM TiO2 x 100
Ti=
Σ NM Oksida

NM P2 O 5 x 100
P=
Σ NM Oksida

c) Penentuan harga koefisien nilai kuarsa (qz) :


Syarat bila :
Alk < Al dipergunakan rumus qz = Si – (100 + 4 Alk)
Alk > Al dipergunakan rumus qz = Si – (100 + 3 Al + Alk)
Keterangan :
Bila qz > 0 maka ada kuarsa bebas
Bila qz < 0 maka tidak mengandung kuarsa bebas (magma basa)

d) Pembuatan diagram Binair dan Ternair


Baik dalam diagram Binair maupun Ternair merupakan plotting harga
koefisien magma diatas, dimana diagram Binair mempergunakan 2 sumbu (sumbu
y dan sumbu z), dengan ketentuan :
y = C + Al
z = C + Alk
Sedangkan diagram Ternair mempergunakan 3 sumbu (sumbu x, sumbu y,
dan sumbu z), dengan ketentuan :
x = C + Fm
y = C + Al
z = C + Alk
Skala dari diagram-diagram tersebut dibuat sama (sumbu tegak sama dengan
sumbu mendatar).

e) Pembuatan diagram Binair dan Ternair


Diagram segitiga Qs – Fs – Ls merupakan diagram segitiga sama sisi, dimana
Qs, Fs, dan Ls ditentukan dengan rumus :
Si−(100+ Alk )
Qs=
Si

100−2 Al
Fs=
Si

4 Alk−2 Al
Ls=
Si

Namun sebelum mempergunakan rumus diatas, harga-harga Al, Alk, dan Si harus
dikalikan dengan 3. Setelah didapatkan hasil-hasil Qs, Fs, dan Ls, maka nilai-nilai
tersebut diplot ke dalam diagram segitiga dalam bentuk prosen dan harus diingat
bahwa rumus-rumus diatas bisa dipergunakan bila persyaratan Al > Alk dan C >
Al – Alk terpenuhi.

Keterangan :
Qs : adalah bagian Si sisa sebagai kuarsa bebas
Fs : adalah Si yang dikombinasikan dengan jumlah normal unsur-unsur mafik
(diopside, hyperstene, augite, dan enstantite)
Ls : adalah bagian Si yang dikombinasikan dengan jumlah normal unsur-
unsur leukokrat (feldspar, leusit).
Contoh diagram segitiga Qs – Fs – Ls :
II. Metode Rittman (1952, 1953)
Tujuan adalah untuk menentukan jenis magma dan sifat magma dengan
memperhatikan nilai Suite Index (S) dan P serta hubungan perkembangan K dan
FM masing-masing contoh batuan dengan jenis magmanya. Metode ini khusus
dipergunakan untuk magma jenis Calc-Alkali (tipe Pacific).

a. Penentuan jenis magma


Untuk penentuan jenis magma dan sifat magma dengan memperhatikan
nilai Suite Index (S) dan P dipergunakan tabel yang disusun oleh Ritman (1953) :

Suite Index (S) P Jenis Magma

<1 > 70 Calc Alkali Ekstrim


1 – 1.8 65 – 70 Calc Alkali Kuat
1.8 – 3 60 – 65 Calc Alkali Menengah
3–4 55 – 60 Calc Alkali Lemah

Penentuan nilai Suite Index (S) dan P :


(Na 2 O + K 2 O )2
S=
SiO 2 − 43
P = SiO 2 ( An + 0,7 )

Dimana :
Al − AlK
An =
Al + AlK
Al = 0.9 x Al2O3

Alk = K2O + 1.5 Na2O

Kemudian dengan memasukkan nilai-nilai S dan P masing-masing contoh batuan


kedalam tabel diatas, maka jenis magma bisa ditentukan.

b. Penentuan sifat magma


Untuk menentukan sifat magma, diperhatikan perkembangan nilai-nilai K dan
Fm dari masing-masing contoh batuan, dimana besarnya nilai K dan Fm tersebut
ditentukan oleh rumus :
K2O
K=
Alk
Fm = Fe2O3 + 1,1 FeO + 2 MgO + (NaO sebagai FeO)

Hubungan nilai K dengan sifat magma :


Bila nilai K cenderung naik, maka magma akan bersifat asam, sebaliknya bila K
menurun akan bersifat basa.
Hubungan nilai Fm dengan sifat magma :
Bila nilai Fm cenderung naik, maka magma akan bersifat asam, sebaliknya bila
Fm menurun maka magma akan bersifat basa.
Naik dan turunnya nilai K dan Fm dalam contoh batuan harus selaras,
dalam arti bila nilai K cenderung turun, maka nilai Fm harus naik. Bila didalam
analisa ditemukan kasus penurunan atau naiknya nilai K dan Fm yang tidak
selaras, maka dalam penyelesaiannya dilakukan prosentase besarnya penurunan
nilai K dan Fm
Seperti contoh :
K sample nomor 1 = 0,286
K sample nomor 2 = 0,187
Selisih = 0,099
= (0,099 / 0,286) x 100 % = 34,429%

Fm sample nomor 1 = 18,804


Fm sample nomor 2 = 17,031
Selisih = 1,773
= (1,773 / 18,804) x 100 % = 9,429 %

Dari sini terlihat bahwa prosentase penurunan nilai K relatif lebih besar
daripada penurunan nilai Fm, sehingga :
- Karena prosentase penurunan nilai K besar, maka proses berat unsur K
semakin kecil sehingga magma bersifat basa.
- Karena prosentase penurunan nilai Fm relatif kecil maka prosen berat Fm
akan tetap besar sehingga magma bersifat basa.
III. Metode Kuno I
Tujuannya adalah menentukan sifat magma dengan didasarkan pada
interpretasi kenaikan atau penurunan nilai SdI (Solidification Index), yaitu
bilamana nilai SdI contoh-contoh batuan mengecil maka magma akan bersifat
asam, sebaliknya semakin besar nilai SdI maka magma akan bersifat basa.
Penentuan Solidifacion Index (Sdi) menggunakan rumus :
100 x MgO
SdI =
MgO + Fe 2 O3 + FeO +Na 2 O + K 2 O

IV. Metode Peacock


Tujuannya adalah menentukan jenis magma dan tipe suite-nya berdasarkan
nilai Alkali Lime Index. Dapat menggunakan cara dengan menggunakan diagram
salib sumbu, dimana sumbu X (absis) adalah harga-harga SiO2 sumbu Y (ordinat)
sebelah kiri untuk harga-harga (K2O + Na2O) dan sumbu Y sebelah kanan untuk
harga-harga CaO.
Harga-harga SiO2, Cao dan (K2O + Na2O) dari masing-masing contoh
batuan diplot kedalam diagram salib sumbu, dimana dari hasil ploting :
- Harga SiO2 terhadap (K2O + Na2O).
- Harga SiO2 terhadap CaO
Didapatkan titik-titik tertentu, kemudian dengan interpolasi ditarik garis (K2O
+ Na2O) dan garis CaO. Dari titik potong kedua garis tersebut, setelah
diproyeksikan ke sumbu X, akan terbaca harga Alkali Lime Index, yaitu nilai yang
ditunjukkan oleh nilai SiO2 dalam sumbu X. Kemudian untuk menentukan jenis
magma dan tipe suitenya dipergunakan tabel Peacock (1931) :
Jenis Magma Nilai Alkali Lime Index Tipe Suite
Alkalic < 51
Atlantic Suite
Alkalic-Calcic 51 – 56
Calc Alkali 56 – 61
Pacific Suite
Calcic > 61

V. Metode Kuno II
Tujuannya adalah untuk menentukan seri batuan dan sekaligus perkembangan
magmanya. Dalam metoda ini dipergunakan “Variation diagram of SiO2 versus
(K2O + Na2O)” dan “Classification of Series Rock”, dimana hasil ploting harga-
harga SiO2 dan (K2O + Na2O) pada diagram diatas akan menunjukkan seri
batuannya.
Kemudian dengan melihat perkembangan seri batuan dari masing-masing
contoh akan ditentukan pula perkembangan magmanya. Misal seri batuan yang
berkembang dalam high alumina series menjadi tholeiitic series akan menunjukan
perkembangan magmanya dari yang kurang basa ke sifat yang lebih basa.

VI. Metode Withford

Tujuan adalah untuk menentukan jenis batuan vulkanik, perkembangan serta


kedalaman jalur Benioff menurut konsep Tektonik Lempeng (Plate Tectonic).
Metoda ini mempergunakan diagram-diagram :
- Variation diagram of SiO2 versus K2O and classification of vulcanic rock.
Dimana setelah harga-harga SiO2 dan K2O masing-masing contoh batuan
diplot kedalam diagram akan didapat jenis-jenis batuan vulkaniknya serta
terlihat pula perkembangan batuan vulkanik tersebut.
- Figure to show relationship of depth of Benioff zone with volcanic suites
(Withford and Nichols, 1975). Dari gambar ini, setelah harga kedalaman
jalur benioff di plot, akan didapatkan kerabat batuan vulkaniknya yang
sesuai dengan kedalaman jalur penunjamannya. Penentuan jalur benioff
dapat menggunakan rumus :
d = 397 – (5.26 x SiO2) + (35.04 x % K2O)
Nilai persen berat SiO2 dan K2O yang dimaksud kedalam rumus diatas
adalah yang berasal dari contoh batuan yang paling basa, sehingga harus
didekati secara petrografi, yaitu mengenal mineral-mineral penyusun
contoh-contoh batuan tersebut.

LAMPIRAN GAMBAR
Fig 1. Grafik SiO2 vs K2O (Peccerillo – Taylor (1976))

Fig 2. K2O vs. SiO2 classification grids for arc rocks. 1: arc tholeiitic series; 2a:
calc-alkaline series; 2b: high-K calc-alkaline series; Field 3: shoshonitic series.
Modified from Peccerillo and Taylor (1976).

Anda mungkin juga menyukai