ACARA I I
I. Metoda Niggli
Tujuan dari metode ini adalah menentukan jenis dan evolusi magma.
Perhitungan dan rumus-rumus nya sebagai berikut :
a) Penentuan Nomor Molekul (NM)
Dipergunakan rumus Niggli tentang Nomor Molekul yaitu :
% berat oksida
NM =
BM Oksida
Dalam praktikum, % berat oksida sudah diketahui, sedangkan BM Oksida dicari
terlebih dahulu dengan menjumlahkan berat atom unsur penyusun oksida-oksida
tersebut. BA unsur-unsur bisa dilihat dalam Tabel Sistem Periodik Unsur-unsur.
Khusus untuk menentukan NM Fe2O3 harus dicari terlebih dahulu FM
FeO, dimana :
% berat SiO2
NM SiO2=
BM SiO2
% berat Al2 O3
NM Al2 O3=
BM Al2 O3
% berat Fe2 O 3
NM Fe2 O 3= x 2+ NM FeO
BM Fe2 O3
% berat FeO
NM FeO=
BM FeO
% berat MnO
NM MnO=
BM MnO
% berat MgO
NM MgO=
BM MgO
% berat CaO
NM CaO=
BM CaO
% berat K 2 O
NM K 2 O=
BM K 2 O
% berat Na2 O
NM Na 2 O=
BM Na 2 O
% berat H 2 O
NM H 2 O=
BM H 2 O
% berat TiO2
NM TiO2 =
BM TiO2
% berat P2 O 5
NM P2 O5 =
BM P2 O5
b) Penentuan harga koefisien magma
Harga koefisien magma dari Si, Al, Fm, K, Alk, Mg, C, Ti dan P ditentukan
NM SiO2 x 100 NM K 2 O
dengan menggunakan rumus : Si= K=
Σ NM Oksida Σ NM Oksida
NM Al 2 O3 x 100 NM ( Na2 O+ K 2 O)
Al= Alk =
Σ NM Oksida Σ NM Oksida
NM TiO2 x 100
Ti=
Σ NM Oksida
NM P2 O 5 x 100
P=
Σ NM Oksida
100−2 Al
Fs=
Si
4 Alk−2 Al
Ls=
Si
Namun sebelum mempergunakan rumus diatas, harga-harga Al, Alk, dan Si harus
dikalikan dengan 3. Setelah didapatkan hasil-hasil Qs, Fs, dan Ls, maka nilai-nilai
tersebut diplot ke dalam diagram segitiga dalam bentuk prosen dan harus diingat
bahwa rumus-rumus diatas bisa dipergunakan bila persyaratan Al > Alk dan C >
Al – Alk terpenuhi.
Keterangan :
Qs : adalah bagian Si sisa sebagai kuarsa bebas
Fs : adalah Si yang dikombinasikan dengan jumlah normal unsur-unsur mafik
(diopside, hyperstene, augite, dan enstantite)
Ls : adalah bagian Si yang dikombinasikan dengan jumlah normal unsur-
unsur leukokrat (feldspar, leusit).
Contoh diagram segitiga Qs – Fs – Ls :
II. Metode Rittman (1952, 1953)
Tujuan adalah untuk menentukan jenis magma dan sifat magma dengan
memperhatikan nilai Suite Index (S) dan P serta hubungan perkembangan K dan
FM masing-masing contoh batuan dengan jenis magmanya. Metode ini khusus
dipergunakan untuk magma jenis Calc-Alkali (tipe Pacific).
Dimana :
Al − AlK
An =
Al + AlK
Al = 0.9 x Al2O3
Dari sini terlihat bahwa prosentase penurunan nilai K relatif lebih besar
daripada penurunan nilai Fm, sehingga :
- Karena prosentase penurunan nilai K besar, maka proses berat unsur K
semakin kecil sehingga magma bersifat basa.
- Karena prosentase penurunan nilai Fm relatif kecil maka prosen berat Fm
akan tetap besar sehingga magma bersifat basa.
III. Metode Kuno I
Tujuannya adalah menentukan sifat magma dengan didasarkan pada
interpretasi kenaikan atau penurunan nilai SdI (Solidification Index), yaitu
bilamana nilai SdI contoh-contoh batuan mengecil maka magma akan bersifat
asam, sebaliknya semakin besar nilai SdI maka magma akan bersifat basa.
Penentuan Solidifacion Index (Sdi) menggunakan rumus :
100 x MgO
SdI =
MgO + Fe 2 O3 + FeO +Na 2 O + K 2 O
V. Metode Kuno II
Tujuannya adalah untuk menentukan seri batuan dan sekaligus perkembangan
magmanya. Dalam metoda ini dipergunakan “Variation diagram of SiO2 versus
(K2O + Na2O)” dan “Classification of Series Rock”, dimana hasil ploting harga-
harga SiO2 dan (K2O + Na2O) pada diagram diatas akan menunjukkan seri
batuannya.
Kemudian dengan melihat perkembangan seri batuan dari masing-masing
contoh akan ditentukan pula perkembangan magmanya. Misal seri batuan yang
berkembang dalam high alumina series menjadi tholeiitic series akan menunjukan
perkembangan magmanya dari yang kurang basa ke sifat yang lebih basa.
LAMPIRAN GAMBAR
Fig 1. Grafik SiO2 vs K2O (Peccerillo – Taylor (1976))
Fig 2. K2O vs. SiO2 classification grids for arc rocks. 1: arc tholeiitic series; 2a:
calc-alkaline series; 2b: high-K calc-alkaline series; Field 3: shoshonitic series.
Modified from Peccerillo and Taylor (1976).