Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

MORFOLOGI DAN GEOLOGI STRUKTUR

4.1. Morfologi Daerah Karangsambung

Morfologi di daerah ini adalah perbukitan struktural dan daerah ini juga
disebut sebagai kompleks melange. Gunung Tertingi yang berada di daerah
Karangsambung antara lain adalah Gunung Waturanda, Bukit Sipako, Gunung Paras,
Gunung Brujul, Bukit Jatibungkus, dan lain-lain. Penyajian Melange di lapangan
Karangsambung adalah dalam bentuk Blok dengan Skala ukuran dari puluhan meter
hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentuk sebuah
rangkaian pegunungan.

Gambar 4.1. Bentuk Morfologi Daerah Karangsambung

24
Morfologi daerah Karangsambung seperti perbukitan, pegunungan, lembah,
dataran, bisa dilihat dari kontur. Seperti kontur yang rapat memperlihatkan daerah
yang terjal (pegunungan), kontur yang landai di kelilingi kontur terjal (lembah) dan
terdapat perkebunan campuran serta sawah yang menyisir lembah-lembah.

Pada daerah penelitian kenampakan morfologi dapat dikategorikan menjadi


tiga satuan bentukan lahan, yang pertama yaitu bentukan lahan asal proses struktural
(endogen) yang meliputi daerah patahan dan daerah lipatan, bentukan lahan asal
denudasional yang meliputi daerah-daerah perbukitan sisa, bukit tersiolasi, daerah-
daerah longsor, serta adalah bentuk lahan asal fluvial yang meliputi daerah dataran
aluvial, gosong sungai, point bar, sungai-sungai mati dan danau tapal kuda (oxbow
lake).

Bentukan lahan asal struktural (endogen) pada kawasan ini meliputi 2 macam
yaitu berupa daerah lipatan dan daerah patahan. Daerah lipatan berupa suatu
antiklinal yang telah mengalami erosi dan berubah menjadi lembah antiklin yang
memiliki material berupa batuan sedimen yaitu batu pasir dan breksi. Daerah patahan
terdapat di sebelah utara yang merupakan daerah melange, material yang terdapat
pada daerah tersebut meliputi antara lain sekis, filit, serpentinit, diabas, batu gamping,
basalt.

Bentuk lahan denudasional merupakan suatu bentukan lahan dipermukaan


yang telah mengalami/terkena tenaga dari proses eksogen. Pelapukan yang terjadi
mengakibatkan proses gradasi dan agrasi permukaan. Pada kawasan ini proses erosi
sangat mudah terjadi walaupun dalam ruang lingkup yang kecil, seperti pada daerah
Waturanda perlapisan batuan sangat kentara dan tanah yang terjadi masih relatif tipis
berada diatas bidang batuan yang padu, ketika terjadi hujan maka longsoran-
longsoran tanah kerap terjadi. Pada daerah perbukitan terisolasi terjadi pula longsoran
tanah yang mengakibatkan wilayah disekitarnya tertimbun material longsoran.

25
Kebanyakan proses pelapukan ini merupakan pelapukan fisika dan menyebabkan
longsor akibat adanya tenaga grafitasi oleh beban air pada waktu hujan.

Bentuk lahan fluvial pada kawasan hanya sebagian kecil saja yaitu hanya
disekitar sungai. Bentuklahan fluvial dipengaruhi oleh adanya tenaga air yang
mengalir sehingga proses erosi, transportasi dan sedimentasi dari material-material
permukaan di proses pada zona ini. Bentuklahan fluvial di kawasan meliputi daerah
dataran aluvial yang secara material penyusun merupakan daerah yang subur akan
tetapi daerah yang sering terkena dampak banjir pada saat sungai meluap. Gosong
sungai adalah dasar dari sungai tersebut, sungai yang melewati kawasan
karangsambung ini merupakan sungai meander sehingga banyak ditemukan poin bar -
poin bar yang merupakan material yang terendapkan oleh transportasi air.

Pada Bukit Wagirsambeng tepatnya di puncak bukit Wagirsambeng desa


Wonotirto Kecamatan Karanggayam yang merupakan daerah kebun rakyat dengan
koordinat S 073243.44 & E 115 39 24.51dan arah pengambilan gambar
N110E, Dari atas bukit wagirsambeng kita dapat melihat hubungan geologi antara
gunung paras dengan bukit watu rondo, di mana terdapat kesamaan jenis batuan serta
menjelaskan teori yg dulunya daerah karangsambung ini adalah antiklin dan dapat di
gambarkan proses terjadinya lembah pada formasi karangsambung.

26
Gambar 4.2. Morfologi Perbukitan

Pada bukit totogan dengan koordinat S 073129.03 & E 1094029.46 dan arah
foto N60E. Disini kita dapat melihat perbedaan antara morfologi kompleks
mlange dan morfologi sedimen, dapat dilihat dari pembentukan gunung yang relatif
lancip dan landai.

27
Gambar 4.3. Morfologi Totogan kompleks mlange dan sedimen

4.2 Struktur Geologi

Struktur geologi secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu struktur
primer dan struktur sekunder:
Struktur Primer
Terbentuk oleh proses yang berhubungan dengan saat pembentukan daripada
batuan beku flow structure aliran collumnar joint, colling joint, vesikuler (lava &
bagian tepi batolith), pillow lava. Batuan Metamorf foliasi, non foliasi.

Struktur sekunder
Struktur yang terbentuk setelah proses pembentukan batuan akibat adanya
tegas an eksternal yang bekerja selama ataupun setelah pembentukan batuan.
Rekahan (kekar) / fracture / joint, Sesar(fault),Lipatan(fold) Struktur sekunder
berhubungan dengan dengan gaya (force) dimana menghasilkan deformasi
(perubahan bentuk).

28
Hubungan geologi struktur memang khusus hanya mempelajari struktur-
struktur sekunder saja pengetahuan yang cukup mengenai hal-hal dan sifat-sifat dari
batuan asal (mengetahui bentuk-bentuk struktur primer). Bagian terbesar dari geologi
struktur terutama mempelajari struktur sekunder ini.
Cara mempelajari
Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mempelajari dan menganalisa struktur:
Metode Deskriptif
- Mengenali jenis struktur batuan lipatan, rekahan, sesar
- Mengetahui bentuk struktur geologi dalam tiga dimensi data dua dimensi
- Pemerian bentuk dan ukuran contoh pada suatu lipatan, apakah simetris atau
simetris; lebar, panjang dan tinggi daripada singkapan ditentukan
Metode Deskriptif
- Kedudukan unsur struktur diukur dan dipetakan contoh arah poros lipatan,
besar penunjamanMelukis, sketsa, dokumentasi foto
- Interpretasi cara dan mekanisme pembentukan

4.2.1 Sesar

Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang memperlihatkan
peregeseran. Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau
terputar (rotasi). Sesar merupakan struktur bidang dimana kedudukannya dinyatakan
dalam jurus dan kemiringan.
Struktur Geologi Sesar kami dapatkan pada Lokasi Pengamatan II pada hari
selasa tanggal 4 November 2014 yaitu di kali mandala yang berlokasi pada S: 07
3226,85 E: 109 40 06,00 Elv: 56m DPL ditemukan pada Lava Basalt berupa
sesar t urun , yang dibuktikan dengan goresan pada lava basalt, yang di mana hanging
wall bergerak relatif turun terhadap foot wall.

29
Gambar 4.4 (a) Cermin Sesar pada batu lava bantal, (b) Gores garis
paada bidang sesar

4.2.2 Kekar

Kekar merupakan rekahan yang 30elative tanpa mengalami pergeseran pada


bidang rekahannya.Penyebab terjadinya kekar dapat di sebabkan oleh gejala tektonik
maupun non-tektonik .dalam analisa struktur geologi yang di perlukan adalah kekar
oleh gejala tektonik.Jadi di lapangan harus dapat membedakan dua jenis
kekar.klasifikasi kekar ada beberapa macam, tergantung dasar klasifikasi yang
digunakan, di antaranya :
a. Berdasarkan bentuknya
b. Berdasrkan ukurannya
c. Berdasarkan kerapatannya
d. Berdasarkan cara terjadinya (Genesa)

Macam-macam kekar :
a. Kekar Gerus
Kekar gerus (shera joint) adalah kekar pada batuan yang terjadi akibat
tekenan, kekar gerus terjadi karena akibat suatu tekanan di mana pada saat batuan itu

30
telah terbentuk, terkena suatu gaya dan tekanan maka akan mengakibatkan
terbentuknya kekar gerus.

b. Kekar tarik
Kekar tarik terbentuk oleh gaya tarik. Biasanya tidak berpasangan, tidak
memotong fragmen pada breksi, bidang kekar biasanya tidak lurus dan tidak rata.
Struktur Geologi Kekar, juga kami temukan pada Lokasi Pengamatan I pada
hari selasa, tanggal 4 November 2014 yaitu Columnar Joint / Kekar tiang, yang
dibuktikan dengan tersingkapnya Batuan Beku Diabas, yang mengalami intrusi
memotong searah perlapisan batuan / horizontal, Lokasi I ini terletak pada S: 07 32
26,77 E: 119 40 12,50 Elv: 85m DPL

Gambar 4.5 Intrusi Batuan Beku Diabas Yang Berstruktur Coloumnar Joint.

31
Tabel 4.1. Hasil pengukuran data kekar di lapangan

N0...E N0...E Notasi Jumlah %

0 10 180 190 IIII 4 0,001%

10 20 190 200 IIII I 5 0,015%

20 30 200 210 II 2 0,002%

30 40 210 220 I 1 0,0006%

40 50 220 230 II 2 0,002%

50 60 230 240 II 2 0,002%

60 - 70 240 - 250 I 1 0,0006%

70 - 80 250 - 260 IIII 4 0,001%

80 90 260 - 270 III 3 0,005%

90 - 100 270 280 I 1 0,0006%

100 - 110 280 290 IIII I 5 0,015%

110 120 290 - 300 II 2 0,002%

120 130 300 - 310 I 1 0,0006%

130 - 140 310 - 320 I 1 0,0006%

140 - 150 320 - 330 III 3 0,005%

150 160 330 - 340 II 2 0,002%

160 170 340 - 350 I 1 0,0006%

170 180 350 - 360 I 1 0,0006%

32
33

Anda mungkin juga menyukai