FIELDTRIP PETROLOGI
OLEH :
KELOMPOK VIII
KENDARI
2017
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
HALAMAN TUJUAN
FIELDTRIP PETROLOGI
Oleh
Kelompok VIII
KENDARI
2017
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
HALAMAN PENGESAHAN
FIELDTRIP PETROLOGI
Mengetahui
Dosen Pembimbing
mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. MUH. CHAERUL, ST, S.KM,
M.SC., selaku dosen mata kuliah Petrologi , serta asisten yang telah membimbing
kami dalam Fildtrip ini. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
orang tua kami yang telah memberikan motivasi serta nasehat yamg bermanfaat
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Halaman Tujuan
Halaman Pengesahan
Daftar Tabel.........................................................................................
Daftar Foto..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Geomorfolog Lokal.....................................................................
B. Stratigraf Lokal......................................................................
BAB V DISKUSI
5.1 Penyebab Terdapatnya Batuan Beku Ultrabasa (Perdotit) Di Permukaan……
BAB VI PENUTUP
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Tabel 1.4. Alat Dan Bahan Beserta Kegunaan
batuan beku.
tingkat rendah – medium dan tingkat tinggi (O’Dunn dan Sill, 1986).
Gambar 3.5.4. Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara umum
(Gillen, 1982)
PENDAHULUAN
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan
lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit
bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang
dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan
bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan
Petrologi yaitu ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang
mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-
beluk mengenai batuan ini. Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi.
Batuan didefenisikan sebagai kumpulan dari satu atau lebih mineral yang
terbentuk di alam secara alamiah yang merupakan bagian dari kerak bumi.
terdiri dari satu jenis mineral ( monominerallic ) atau lebih dan umumnya terdiri
Molawe Kab. Konawe Utara adalah sebagai salah satu syarat untuk lulus mata
kuliah Petrologi.
2017. Bertempat di desa Awila Puncak, Kec. Molawe Kab. Konawe Utara Provinsi
Sulawesi Tenggara. Perjalan ke lapangan di desa Awila Puncak, Kec. Molawe Kab.
Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara d mulai dari pelataran Jurusan Teknik
Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian pada pukul 14.30 WITA
menggunakan tiga unit bus. Untuk sampe pada posisi start di lapangan dan base
Alat dan bahan yang digunakan pada fieldtrip mata kuliah petrologi desa
Awila Puncak, Kec. Molawe Kab. Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara
karbonat
1. Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., Simandjuntak, T.O. 1993.
di lapangan.
Petrologi.
GEOLOGI REGIONAL
1. Satuan Pegunungan
antara kedua penyusun batuan itu. Pegunungan yangdisusun oleh batuan ofiolit
lebih rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara itu, pegunungan yang
ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan
4. Satuan Dataran
Penyebaran satuan dataran rendah ini tampak sangat dipengaruhi oleh sesar
geser mengiri (Sesar Kolaka dan Sistem Sesar Konaweha). Kedua sistem ini
diduga masih aktif, yang ditunjukkan oleh adanya torehan pada endapan
aluvial dalam kedua dataran tersebut (Surono dkk, 1997). Sehingga sangat
pemukiman dan pertanian di kedua dataran itu akan mengalami banjir yang
tua sampai kehitaman; padu dan pejal. Batuannya bertekstur afanitik dengan
olivin, piroksin, plagioklas, sedikit serpentin dan magnetit; berbutir halus sampai
mencirikan adanya gejala deformasi yang dialami oleh batuan ini. Di beberapa
tempat dunit terserpentinkan kuat yang ditunjukkan oleh struktur sisa seperti
rijang dan barik-barik mineral olivin dan piroksin, serpentin dan talkum sebagai
halus sampai kasar, terdiri atas olivin (60%) dan piroksin (40%). Di beberapa
(45%), piroksin (25%), dan sisanya epidot, yakut, klorit, dan bijih dengan
mineral berukuran halus sampai kasar. Satuan batuan ini diperkirakan berumur
Kapur.
lemah, batugamping mengandung fosil Halobia sp. dan Daonella sp. Umur dari
formasi ini adalah Trias Tengah sampai Jura. Formasi ini menindih tak selaras
padu, serta memilikiperlapisan yang baik, dengan kekar yang diisi urat
napal berwarna kelabu sampai kekbutua, memiliki perlapisan baik, tebal lapisan
dengan lingkungan pengendapan pada laut dangkal (neritik). Tebal formasi ini
Konaweha, sesar kolaka, dan banyak sesarlainnya serta liniasi. Sesar dan liniasi
menunjukkan sepasang arah utama tenggara-barat laut (3320), dan timur laut
barat daya (420). Arah tenggara barat laut merupakan arah umum dari sesar
tenggara yang memanjang sekitar 260 Km dari Utara Malili sampai tanjung
Toronipa. Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan sesar Matano,
memotong sesar naik Tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar Lawanopo
Kenampakan fisiografi sistem sesar Lawanopo tergambar jelas lebih dari pada 50
Km pada citra pengindraan jauh, termasuk citra langsat dan IFSAR. Citra
Didaerah ini juga dapat dilihat morfologi hasl perubahan denudasional dan
b. Stratigrafi Lokal
Puncak yaitu daerah ini terdapat tiga formasi yaitu Meluhu, Tokala dan Kompleks
muncul sebagai zona hancuran. Untuk kompleks Ofiolit dijumpai batuan Peridotit
daerah ini sangat mempengaruhi bentuk permukaan daerah ini. Struktur yang
dapat dijumpai dilapangan yaitu kekar, breksi sesar. Adanya struktur tersebut
sangat aktif.
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan
lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit
bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang
dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan
bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan
Petrologi yaitu ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang
mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-
beluk mengenai batuan ini. Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi.
Batuan didefenisikan sebagai kumpulan dari satu atau lebih mineral yang
terbentuk di alam secara alamiah yang merupakan bagian dari kerak bumi.
terdiri dari satu jenis mineral ( monominerallic ) atau lebih dan umumnya terdiri
Molawe Kab. Konawe Utara adalah sebagai salah satu syarat untuk lulus mata
kuliah Petrologi.
2017. Bertempat di desa Awila Puncak, Kec. Molawe Kab. Konawe Utara Provinsi
Sulawesi Tenggara. Perjalan ke lapangan di desa Awila Puncak, Kec. Molawe Kab.
Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara d mulai dari pelataran Jurusan Teknik
Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian pada pukul 14.30 WITA
menggunakan tiga unit bus. Untuk sampe pada posisi start di lapangan dan base
Alat dan bahan yang digunakan pada fieldtrip mata kuliah petrologi desa
Awila Puncak, Kec. Molawe Kab. Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara
karbonat
4. Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., Simandjuntak, T.O. 1993.
di lapangan.
Petrologi.
GEOLOGI REGIONAL
5. Satuan Pegunungan
antara kedua penyusun batuan itu. Pegunungan yangdisusun oleh batuan ofiolit
lebih rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara itu, pegunungan yang
ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan
8. Satuan Dataran
Penyebaran satuan dataran rendah ini tampak sangat dipengaruhi oleh sesar
geser mengiri (Sesar Kolaka dan Sistem Sesar Konaweha). Kedua sistem ini
diduga masih aktif, yang ditunjukkan oleh adanya torehan pada endapan
aluvial dalam kedua dataran tersebut (Surono dkk, 1997). Sehingga sangat
pemukiman dan pertanian di kedua dataran itu akan mengalami banjir yang
tua sampai kehitaman; padu dan pejal. Batuannya bertekstur afanitik dengan
olivin, piroksin, plagioklas, sedikit serpentin dan magnetit; berbutir halus sampai
mencirikan adanya gejala deformasi yang dialami oleh batuan ini. Di beberapa
tempat dunit terserpentinkan kuat yang ditunjukkan oleh struktur sisa seperti
rijang dan barik-barik mineral olivin dan piroksin, serpentin dan talkum sebagai
halus sampai kasar, terdiri atas olivin (60%) dan piroksin (40%). Di beberapa
(45%), piroksin (25%), dan sisanya epidot, yakut, klorit, dan bijih dengan
mineral berukuran halus sampai kasar. Satuan batuan ini diperkirakan berumur
Kapur.
lemah, batugamping mengandung fosil Halobia sp. dan Daonella sp. Umur dari
formasi ini adalah Trias Tengah sampai Jura. Formasi ini menindih tak selaras
padu, serta memilikiperlapisan yang baik, dengan kekar yang diisi urat
napal berwarna kelabu sampai kekbutua, memiliki perlapisan baik, tebal lapisan
dengan lingkungan pengendapan pada laut dangkal (neritik). Tebal formasi ini
Konaweha, sesar kolaka, dan banyak sesarlainnya serta liniasi. Sesar dan liniasi
menunjukkan sepasang arah utama tenggara-barat laut (3320), dan timur laut
barat daya (420). Arah tenggara barat laut merupakan arah umum dari sesar
tenggara yang memanjang sekitar 260 Km dari Utara Malili sampai tanjung
Toronipa. Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan sesar Matano,
memotong sesar naik Tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar Lawanopo
Kenampakan fisiografi sistem sesar Lawanopo tergambar jelas lebih dari pada 50
Km pada citra pengindraan jauh, termasuk citra langsat dan IFSAR. Citra
Didaerah ini juga dapat dilihat morfologi hasl perubahan denudasional dan
e. Stratigrafi Lokal
Puncak yaitu daerah ini terdapat tiga formasi yaitu Meluhu, Tokala dan Kompleks
muncul sebagai zona hancuran. Untuk kompleks Ofiolit dijumpai batuan Peridotit
daerah ini sangat mempengaruhi bentuk permukaan daerah ini. Struktur yang
dapat dijumpai dilapangan yaitu kekar, breksi sesar. Adanya struktur tersebut
sangat aktif.
BAB III
LANDASAN TEORI
Secara etimologis kata “petrologi” berasal dari bahasa yunani yang terdiri
dari dua kata yaitu”petra/petro” yang berarti batuan dan “logos” yang berarti
ilmu. Jadi petrologi merupakan ilmu yang mempelajari dan membahas tentang
batuan. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diketahui bahwa objek kajian
batuan merupakan suatu hal yang amat kompleks yang meliputi genesa atau
kumpulan dari mineral baik sejenis maupun tak sejenis dalam perbandingan
yang terdiri atas material organic atau anorganik yang mempunyai fisik dan kimia
tertentu.
hal-hal yang sangat spesifik utamanya berkaitan dengan sifat fisik dan kimia
batuan yang meliputi jenis batuan, warna, tekstur, komposisi mineral, struktur
geologi lain yang erat kaitannya dengan rekayasa teknik, geologi lingkungan,
eksplorasi minyak dan gas bumi, eksplorasi ore dan mineral, pertambangan,
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah
ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh
atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
(1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air,
mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan
batuan beku.
(Si) sehingga sering disebut bahan silikat alam. Mineral tersebut ada yang tidak
berbentuk (amorf) dan ada yang berbentuk kristal. Berdasarkan warna dan
komposisi kimia maka mineral/ kristal pembentuk batuan beku secara garis besar
DESKRIPSI BATUAN
yaitu terdiri dari batuan beku dalam dan batuan beku luar. Batuan beku dalam
tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam,
pada batuan di sekelilingnya, sering disebut juga dengan batuan beku intrusi
Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi
akibat keluarnya magma melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api
sebagai erupsi, batuan beku ini sering disebut batuan beku ekstrusi.
Warna Batuan
Warna segar batuan beku bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah.
Warna ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun batuan beku itu
abu-abu berbercak putih, atau putih berbercak hitam, tergantung warna mineral
mana yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada batuan beku tertentu
a) Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang
muskovit.
b) Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku
intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
c) Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku
disebut dengan batuan beku ultra basa dengan komposisi hampir seluruhnya
mafik.
Struktur Batuan
kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku
beku luar yang cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur
massif. Massif yaitu bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang
gas dan apabila pada batuan tidak menunjukan fragmen batuan lain yang
tertanam ditubuhnya.
b. Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bng bantal dimana ukuran bantal
c. Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan.
Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar. Namun pada
juga dijumpai. Bentuk lubang sangat beragam, ada yang berupa lingkaran
atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut, demikian pula ukuran
lubang tersebut.
membulat atau elip, rapat sekali sehingga berbentuk seperti rumah lebah.
masuk atau tertahan kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk akibat
Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan
seperti dike (retas), sill, volcanic neck, kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya
Tekstur Batuan
kristalisasi. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama,
untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak
berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan
1. Holokristalin
2. Hipokristalin
Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
3. Holohyalin
Holohyalin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,
Granularitas
beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
d. Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30
mm.
2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan
tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam
Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan mineral didalam suatu
batuan beku.
Bentuk butir
Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk butir, yaitu:
a. Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
b. Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
c. Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan antara kristal atau mineral
yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. hubungan antar kritak dapat
batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang
lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau
gelas.
c. Gelas (glassy), yaitu apa bila batuan semanya tersusun oleh gelas.
Komposisi Mineral
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi
4 yaitu:
Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral
atau pecahan magma yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan. Itulah
sebabnya dinamakan sebagai piroklastik, yang berasal dari kata pyro berarti api
(magma yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu membara, berpendar
Genesa
Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi empat tipe
utama, yaitu:
piroklastik setelah dilempar dari pusat vulkanik langsung jatuh ke darat melalui
medium udara.
Ciri yang nampak dari endapan ini adalah berlapis baik, dan pada lapisannya
yang pada strata sedimen, antara lain kenempakan gradasi normal pada pumis
Jika bahan – bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi yang berada
kondisi air yang tenang dan tidak mengalami reworking serta tidak tercampur
dengan bahan yang bukan piroklastik, maka jenis ini tidak didapatkan struktur
tempat. Endapan ini dihasilkan dari hasil gerakan material piroklastik kearah
lateral berupa aliran gas atau material setengah padat berkonsentrasi tinggi
topografi. Lembah dan depresi disekitar pusat erupsi akan terisi oleh endapan
tersebut. Ciri yang dijumpai antara lain sortasi yang jelek dan jika ada
pada pumis dijumpai gradasi yang berlawanan (reverse granding). Hal ini
disebabkan densitas yang lebih rendah daripada mediannya (aliran gas atau
padatan). Endapan ini meliputi :glowing avalanche, lava collapse, hot ash
avalanche. Aliran ini umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500 o –
600o C.
dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak
d. Lahar
oleh media berfase gas.Jika media pembawa berupa air bersuhu rendah
maka terbentuk semacam aliran lumpur yang disebut lahar. Istilah lahar
ini berasal dari bahasa Indonesia yang kini digunakan secara internasional.
dilembah, alur dan tempat lain yang bertopografi rendah. Panjang aliran
alirannya mencapai lebih dari 300 km dari sumbernya. Ciri – ciri umum
ada perlapisan, sering di jumpai adanya fragmen kayu, lebih padat atau
1) terbentuk langsung dari erupsi melalui danau kepundan atau disebut lahar
panas
sedimen klastik, juga dapat dibagi pula seperti struktur pada batuan beku,
Litologi
Aspek litologi dapat dipakai untuk batuan piroklastik. Dasar klasifikasi yang
a. Ukuran Butir
ini:
2 – 64 mm Lapili Batulapili
1 – 2 mm Abu gunungapi kasar (pasir Tuf kasar
kasar)
membeku secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi.Salah satu
struktur yang sangat khas adalah struktur kerak roti (bread crust
structure).Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini
encer magma yang dilontarkan, maka material itu juga terpengaruh efek
itu, karena adanya pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas
tersebut serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunungapi juga
umumnya berwarna putih terang atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah
letusan besar atau kuat suatu gunungapi dengan magma berkomposisi asam
gunungapi jenis ini warnanya merah, coklat sampai hitam, sifatnya lebih berat
berkomposisi basa serta relatif encer. Bom gunung api berwarna hitam,
struktur masif, sangat khas bertekstur gelasan, kilap kaca, permukaan halus,
merupakan pecahan daripada bom gunungapi, yang hancur pada saat jatuh
primer, material esensial atau juvenile). Blok juga dapat berasal dari pecahan
batuan dinding (batuan gunungapi yang telah terbentuk lebih dulu, sering
disebut bahan aksesori), atau fragmen non-gunungapi yang ikut terlontar pada
dapat dibagi menjadi tuff gelas, tuff kristal dan tuff litik, apabila komponen
Tuff juga dapat dibagi menjadi tuf basal, tuff andesit, tuff dasit dan tuff riolit,
batuapung atau skoria dapat juga disebut tuff batuapung atau tuff skoria.
masih panas, maka butiran – butiran itu seakan – akan tereleaskan atau
luar yang bertekstur klastika. Hanya saja pada proses pengendapa, batuan
sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air dan membentuk struktur-struktur
untuk menyatakan apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu
batuan yang terbentuk dari aktivitas kimia dan mekanik yaitu material
(1991), 70% batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen, tetapi batuan
itu hanya 2% dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen
seperti:
1. Pettijohn, 1995
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan
stone” of sediments and that sediments, in turn, are formed by the breakdown
of yet-older rocks.
They may also be created by the precipitation of CaCO3, silica, salts, and other
materials from solution. (Batuan sedimen adalah
lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran
gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat
terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material
lain).
Pelapukan (Weathering)
atau batuan (batuan beku maupun batuan metamorf). Pelapukan dapat juga
diartikan sebagai proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada
dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik,
kimia dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari
dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan
Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk, tetapi juga
dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama pelapukan serta proses jenis
batuan dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air
sebagian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu, bagian unsur
tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran butir dari batuan
atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin. Pelapukan
karena pada proses pelapukan selalu ada air. Contoh yang umum
jasad hidup) lebih banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi
lempung.
kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan secara
gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-akar tanaman yang
Transportasi (Transportation)
1. Akibat Air
mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada
transportasi partikel oleh air, partikel dan air akan bergerak secara bersama-
sama. Sifat fisik fluida yang berpengaruh terutama adalah densitas dan
material kasar di sepanjang dasarnya dan material yang lebih halus dalam
suspensi. Material dapat terbawa di dalam air sejauh ratusan atau ribuan
2. Akibat Udara
kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun. Kapasitas
berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka
Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin
umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin
atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas
3. Akibat Es
Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat
medianya. Yang termasuk dalam sistem sedimen gravity flow antara lain
adalah debris flow, grain flow dan arus turbid. Karena pengaruh gravitasi
bumi tersebut maka pecahan batuan yang ada bisa langsung jatuh
Sedimen yang di angkut oleh media di atas dapat diangkut dengan cara
sebagai berikut:
ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau
2.Bed load, terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti
pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang
dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran
melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-
Pengendapan (Deposition)
Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan
juga glasier akan meleleh. Akibatnya, pecahan batuan yang terbawa akan
berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru
pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat
di batuan sedimen saat ini. Deposisi sedimen oleh gravity flow akan menghasilkan
produk yang berbeda dengan deposisi sedimen oleh fluida flow karena pada
gravity flow transportasi dan deposisi terjadi sangat cepat sekali akibat gravitasi.
Litifikasi (Lithification)
batupasir.
Diagenesis
temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama proses
pelapukan, namun lebih rendah daripada proses metamorfisme. Proses
yang mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi. Proses diagenesis
sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen
dan kimia. Proses diagenesis dapat terjadi pada suhu 300oC dan tekanan
air.
terus menerus pada suatu cekungan, berat endapan yang berada di atas
sedimen akan semakin rapat, dan rongga antara butiran akan semakin
kecil. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-
lapisan batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang
yang menjadi semen diangkut sebagai larutan oleh air yang meresap
diketahui dengan larutan HCl. Silika merupakan semen yang sangat keras
besi dapat menjadikan batupasir menjadi bijih besi (iron ore). Sementasi
makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar
sedimen.
Secara genetik disimpulkan dua golongan batuan sedimen (Pettjohn, 1975 dan
Sedimen Klastik
Kata klastik berasal dari bahasa Yunani yaitu clatos yang artinya pecahan.
lithifikasi terjadi.
Sedimen Non-Klastik
hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang
Penggolongan Lain
tertentu, diantaranya:
golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan napal.
c. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae
rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu
d. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan
e. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan
f. Golongan Batubara
cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak
tersebut.
bertekstur non-klastika)
Warna
kuning atau abu-abu terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna
gelap, abu-abu gelap sampai hitam, serta merah dan coklat. Secara umum
warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
yang sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung
Tekstur
atau non klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak
dan telah terjadi rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu
pada batu gamping dan batuan sedimen kaya silika yang sangat kompak dan
keras.
2. Matrik
3. Semen
tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna coklat, Semen silika
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara
megaskopis. Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba
halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut
ditangan, tidak terasa ada gesekan butir seperti pada lanau, dan bila diberi
1. Jenis Pelapukan
2. Jenis Transportasi
3. Waktu atau jarak transport dan
4. Resistensi
energi dari media transportasinya. Kecepatan aliran air atau angin akan
berkurang, maka material yang diangkut semakin kecil. Seperti misalnya pada
yang berukuran kasar, sedang semakin ke arah hilir, material yang diendapkan
akumulasi material ini biasanya terdapat di danau, rawa atau di laut yang tenang.
Gambar 3.4.6 Hubungan Ukuran Butir Dengan Arus dan Energi
Bentuk Butir
jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987). Butiran dari mineral
yang resisten seperti kuarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar
dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti feldspar dan piroksin.
transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang
sama, makin jauh jarak transport butiran akan makin bundar. Pembagian
kebundaran:
2.Rounded (membundar)
5.Angular (menyudut)
Gambar 3.4.7 Kategori pemilahan batuan sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).
Pemilahan (Sorting)
tersebut seragam. Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan
kemas tertutup
2. Sortasi sedang : bila ukuran besar butir didalam batuan sedimen ada
tekanan tinggi dalam kerak bumi atau Batuan metamorf adalah batuan yang
berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen,
tekanan yang tinggi. Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa
mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931)
teksturnya.
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap
kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda
akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah
baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah
batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer
yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan
Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen
serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses
diagenesa dan di bawah titik lebur; 200o-350oC < T < 650o-800oC) dan tekanan
yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm) disebut batuan metamorf. Proses
itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh
atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda
dan diagenesa.
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,
batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai
kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri
muskovit. Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah.
temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C – 350°C yang tergantung pada
temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum
terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan,
temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi
tersebut. Batas atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari
kenampakan tekstur, beberapa darinya muncul menjadi batuan beku dan batuan
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,
batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
metamorfisme.
kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri
muskovit. Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah.
temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C – 350°C yang tergantung pada
temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum
terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan,
temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan
tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi
tersebut. Batas atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari
kenampakan tekstur, beberapa darinya muncul menjadi batuan beku dan batuan
tingkat rendah – medium dan tingkat tinggi (O’Dunn dan Sill, 1986).
batuan metamorf dibagi menjadi tiga yaitu (1) Metamorfisme kontak/ termal,
daerah luas. Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan
Metamorfisme dislokasi terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi
metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan lebih intensif
bilamana diikuti juga oleh orogenesa. penyebaran tubuh batuan metamorf ini
Panas (temperatur)
mineral-mineral dalam batuan yang telah ada dengan tidak melalui fase cair.
Takanan.
Tekanan atau pressure merupakan faktor pengontrol atau agen dari proses
rekristalisasi pada mineral dalam batuan yang telah ada sebelumnya. Pada
kembali mineral-mineral dan batuan yang telah ada dengan tidak melalui fase
cair. Pada kondisi ini temperatur sekitar 350oC – 1200oC dan tekanan 1 – 10000
Tipe Metamorfosa
terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang
a. Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
b. Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.
air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut
tersebut.
Metamorfosa Lokal
antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan
menjadi
a) Metamorfosa Kontak
batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas
dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan
massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan
temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik
atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
c) Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan
d) Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan
komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining
pressure.
e) Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran
f) Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan
tekstur dan struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan
pre-metamorfik (seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus
selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang tidak sama, khususnya jika
penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika planar disebut foliasi. Seandainya
melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur, misal: lapisan yang kaya
batuan ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan belahan batuan yang
Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain
yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk
tama dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran
mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral) (Tabel 3.12). Pada
yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi dapat dilakukan. Misal:
struktur skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk genis; slatycleavage untuk
slate/ sabak. Sedangkan non foliasi, misal: struktur hornfelsik nama batuannya
Gambar 3.5.4. Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara umum
(Gillen, 1982)
menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.
Struktur Foliasi
pipih.
halus.
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda
butiran dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast
diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat
disebut augen (German untuk “mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik
Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah
tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru.
seragam.
berbentuk euhedral.
Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan
porfiritik.
halus.
blastoporfiritik metabasal.
dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) mineral stress dan (2) mineral anti stress.
Mineral stress adalah mineral yang stabil dalam kondisi tekanan, dapat berbentuk
glaukopan, klorit, epidot, staurolit dan antolit. Sedang mineral anti stress adalah
tidak sistematik seperti pada batuan beku dan sedimen. Nama-nama batuan
nyata atau aspek penting dari tekstur (contoh gneis augen), satu atau lebih
mineral yang ada (contoh skis klorit), atau nama dari batuan beku yang
mempunyai komposisi sama (contoh gneis granit). Beberapa nama batuan yang
didasarkan pada dominasi mineral (contoh metakuarsit) atau berhubungan
modifikasi dari mineral lempung yang ada. Ukuran butiran secara mikroskopik
tetap, tetapi arah yang baru dari orientasi mungkin dapat berkembang sebagai
hasil dari gaya stres. Resultan batuan berbutir halus yang mempunyai belahan
penambahan ukuran butir dari klorit dan mika. Hasil dari batuan yang berbutir
halus ini dinamakan phylit, sama seperti slate tetapi mempunyai kilap sutera pada
Pada tingkat metamorfisme yang lebih tinggi, kristal tampak tanpa lensa.
Disini biasanya kita menjumpai mineral-mineral yang pipih dan memanjang yang
berkembang porpiroblast; hal ini sering dapat diidentikkan dengan sifat khas
metamorfisme tingkat tinggi disini skistosity menjadi kurang jelas; batuan terdiri
dari kumpulan butiran sedang sampai kasar dari tekstur dan mineralogi yang
2. Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino
ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan
garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi
mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan
beku.
3. Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa,
disebut granofels.
5. Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin
7. Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral
beku.
Tabel 3.5 Klasifikasi Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Molawe Kab. Konawe Utara Prov. Sulawesi Tenggara adalah sebagai berikut:
1. Formasi pada daerah Awila Puncak Kec. Molawe Kab. Konawe Utara Prov.
Kompleks Ofiolit.
2. Litologi pada daerah Awila Puncak Kec. Molawe Kab. Konawe Utara Prov.
3. Struktur pada daerah Awila Puncak Kec. Molawe Kab. Konawe Utara Prov.
6.2 Saran
Molawe Kab. Konawe Utara Prov. Sulawesi Tenggara yaitu agar pada saat
Chaerul Muhammad. 2017. Pengantar Ilmu Batuan. Kendari: Yayasan Cipta Anak
Bangsa. Kendari.
Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., Simandjuntak, T.O. 1993 .