BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
Kelurahan Mekar Mulya, Kelurahan Cipadung Kidul, Kelurahan Cipadung Wetan, dan
Kelurahan Cipadung Kulon. Kecamatan Panyileukan memiliki luas 552,7 Ha dengan
Kelurahan Cipadung Kidul memiliki luas yang paling besar yaitu dengan luas 217,3
Ha atau sekitar 39,7% dari total luas di wilayah Kecamatan Panyileukan.
Berdasarkan letak secara administrasi akan memberikan informasi mengenai
batasan-batasan wilayah dari lokasi pengukuran geolistrik. Tujuannya yaitu dapat
dilakukan sebagai perizinan jika akan dilakukan kegiatan selanjutnya seperti kegiatan
penambangan. Batasan-batasan wilayah berdasarkan Kecamatan dari lokasi
pengukuran geolistrik dapat dilihat dibawah ini:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Cinambo
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Gedebage
3. Sebelah Timur : Kecamatan Bandung
4. Sebelah Barat : Kecamatan Ujung Berung
Sedangkan berdasarkan letak secara geografis, lokasi daerah pengukuran
geolistrik yang berada di Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung ini
berada di bagian Timur Kota Bandung yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
Kelurahan Cipadung berada pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Topografi
dari lokasi daerah pengukuran geolistrik relative datar dengan dikelilingi oleh
pegunungan. Suhu maksimum di wilayah Keluarah Cipadung berkisar antara 270C
dengan intensitas curah hujan 2400 mm/tahun, dan jumlah hari dengan curah hujan
terbanyak yaitu 90 hari.
1.3.2 Kesampaian Wilayah
Lokasi daerah pengukuran yang berada di Desa Cipadung, Kecamatan
Panyileukan, Kota Bandung ini berada di bagian Timur Kota Bandung. Untuk
mencapai lokasi pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda
dua maupun kendaraan roda empat. Perjalanan yang dimulai dari Universitas Islam
Bandung menuju Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung ditempuh
dengan kurang lebih 1 jam perjalanan darat dengan jarak tempuh yang dilalui berkisar
18,7 km. Jalan yang dilalui dari Universitas Islam Bandung menuju Desa Cipadung,
Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung tidak terdapat jalur yang sulit karena melalui
jalan raya besar yang ramai.
3
4
4
5
Sedangkan untuk agama yang dianut oleh masyarakat Desa Cipadung banyak
menganut agama Islam sebanyak 21.166 jiwa, Kristen 428 jiwa, Katolik 111 jiwa,
Hindu dan Budha 6 jiwa. Penduduk di Desa Cipadung yang menganut agama Islam
ada kaitanny dengan jumlah sarana peribadatan. Menurut BPS Kota Bandung pada
tahun 2018, jumlah masjid yang ada di Desa Cipadung mencapai 11 buah dan
musholla sebanyak 25 buah. Sedangkan untuk tempat peribadatan untuk agama yang
lain belum tersedia di Desa Cipadung.
1.4.2 Vegetasi dan Fauna
Vegetasi yang terdapat di daerah lokasi pengukuran geolistrik yang berada di
Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung ini terdapat petai cina, pohon
singkong, pohon pisang, pohon kelapa, semak belukar, dan tanaman padi.
Sedangkan fauna yang terdapat di Desa Cipadung berupa anjing, ayam, dan kucing.
Fungsi dari mengetahui informasi mengenai vegetasi dan fauna ini akan berguna
untuk perencanaan dalam aktivitas penambangan yaitu berkaitan dengan pasca
penambangan. Jika sudah dilakukan kegiatan penambangan maka minimal harus
dikembalikan atau lebih baik keadaan lingkungan di daerah tersebut yang termasuk
pada keadaan vegetasi dan fauna-nya.
Tabel 1.1
Vegetasi dan Keadaan Fauna
Pohon Pisang
(Musa)
Pohon Pepaya
(Carica Papaya)
5
6
Pohon Singkong
(Manihot Esculenta) Semak Belukar
(Hydrangea paniculata)
Ayam
(Gallus gallus domesticus) Kucing
(Felis Catus)
Sumber: Anonim. 2019.
1.4.3 Iklim
Iklim yang terdapat di Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung
memiliki cuaca yang sejuk dan lembab. Pada tahun 2018, temperatur rata-rata
berkisar 23,400C dengan temperatur tinggi pada bulan September yaitu 30,100C.
Suhu maksimum di wilayah Keluarah Cipadung berkisar antara 270C dengan
intensitas curah hujan 2400 mm/tahun, dan jumlah hari dengan curah hujan terbanyak
yaitu 90 hari.
6
7
1.5 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dengan menggunakan
metode geolistrik ini terdiri dari:
1. Alat Geolistrik
2. Kabel
3. Aki
4. Elektroda
5. Palu
6. Meteran
1.6 Waktu
Kegiatan pengukuran geolistrik yang berada di Desa Cipadung, Kecamatan
Panyileukan, Kota Bandung ini dilaksanakan pada tanggal 01 Mei 2019 dengan cuaca
7
8
yang cerah. Dibawah ini terdapat waktu kegiatan yang dimulai pada tanggal 01 Mei
2019 pukul 08.00 WIB.
Tabel 1.2
Waktu Kegiatan
8
9
BAB II
GEOLOGI
9
10
2.2 Morfologi
Berdasarkan peta morfologi yang dapat dilihat pada Gambar 2.2, daerah
pengukuran geolistrik ini memiliki morfologi dataran dan daerah bergelombang lemah.
Pada peta morfologi yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 terdapat morfologi dataran
yang ditandai dengan warna hijau dengan persen lereng (<2%), dan morfologi daerah
bergelombang lemah dengan warna kuning dengan persen lereng (2%-8%). Daerah
morfologi dataran pada peta tersebut berada pada daerah timur laut, sedangkan untuk
morfologi daerah bergelombang lemah berada pada daerah selatan-barat laut. Lokasi
daerah pengukuran yang berada di Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota
Bandung berada di daerah morfologi bergelombang lemah. Pengklasifikasian
morfologi dengan nilai persen lereng ini berdasarkan klasifikasi Van Zuidam.
10
11
2.3 Topografi
Keadaan topografi berdasarkan peta topografi yang dapat dilihat pada Gambar
2.3 memiliki kontur yang renggan yang menandakan bahwa pada daerah tersebut
memiliki daerah yang landai atau dataran. Lokasi daerah pengukuran geolistrik ini
berada pada elevasi 684 mdpl yang merupakai daerah yang cukup landai. Daerah
yang memiliki morfologi bergelombang lemah disusun oleh formasi Ql yang
merupakan endapan danau berupa batupasir-tufaan dan batupasir. Terdapat aliran
sungai yang berada dari arah utara-selatan. Pola aliran sungai yang terdapat pada
daerah pengukuran yaitu pola aliran sejajar yang dapat dilihat pada sungai utama.
Sedangkan untuk struktur geologi pada daerah tersebut tidak ada atau dengan kata
lain daerah tersebut tidak dikendalikan oleh struktur sehingga daerah tersebut
merupakan daerah yang tidak kompleks.
11
12
12
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Geolistrik
Metode geolistrik merupakan metode yang dalam penggunaannya
menggunakan medan potensial listrik di bawah permukaan sebagai objek
pengamatan utamanya. Penerapannya adalah dengan cara mengukur tahanan jenis
(resistivity) dari suatu batuan. Pengukuran geolistrik ini arus listrik diinjeksikan ke
dalam bumi menggunakan dua buah elektroda potensial.
13
14
dimiliki oleh konfigurasi Wenner ini adalah sebesar 1/3 dari bentangan AB
(elektroda arus).
Ks = 2 π ɑ
2. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi Schlumberger ini dalam pengukurannya hampir sama dengan
konfigurasi Wenner, akan tetapi jarak elektroda arus dapat diubah yang tidak
sama dengan jarak dari elektroda potensialnya. Konfigurasi Schlumberger ini
memiliki nilai eksentrisitas 1/3 atau 1/5. Penggunaan konfigurasi
Schlumberger ini pada umumnya digunakan untuk sounding, yang merupakan
cara pengambilan data secara vertikal. Konfigurasi Schlumberger ini memiliki
kelebihan yaitu dapat mendeteksi adanya non-homogenitas dari suatu lapisan
batuan pada permukaan. Sedangkan kelemahan dalam konfigurasi
Schlumberger ini adalah pembacaan pada elektroda MN (elektroda potensial)
akan kecil ketika AB (elektroda arus) berada sangat jauh. Kedalaman semu
yang dimiliki oleh konfigurasi Schlumberger ini adalah sebesar 1/5 dari
bentangan AB (elektroda arus). Hasil dari pengukuran besarnya arus dan beda
potensial akan didapatkan persamaan nilai resistivitas:
ρɑ = K. R
ΔV
ρ=K I
14
15
π(L2 - l2 )
Ks = 2l
b2 a
K = π ( a - 4)
2π
K= 1 1 1 1
- - +
C1P1 C2P1 C1P2 C2P2
Keterangan:
ρ = Resistivitas Semu
0 = Titik yang diukur secara sounding
AB = Spasi Elektroda Aus (m)
MN = Spasi Elektroda Potensial (m), MN < 1/5 AB
k = Faktor Geometri
15
16
16
17
Pengukuran tahanan jenis dalam metode geolistrik ini memiliki konsep dasar
berupa hukum Ohm dengan adanya hubungan antara tegangan (V), kuat arus (I), dan
resistensi (R), yaitu:
V=IxR
R=VxI
Sehingga untuk menghitung resistivitas semu dibutuhkan nilai k, yang
merupakan faktor geometrik yang akan bergantung terhadap jenis konfigurasi dari
keempat eletroda tersebut. Sehingga nilai resistivitas semu akan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
ρɑ = k x R
Tabel 3.1
Nilai Resistivitas dari Berbagai Tipe Batuan
Jenis Batuan/Tanah/Air Tingkat Resistivitas (Ωm)
Clay/Lempung 1 – 100
Silt/Lanau 10 – 200
Marls/Batulumpur 3 – 70
Kuarsa 10-2x108
Sandstone/Batupasir 50 – 500
Limestone/Batukapur 100 – 500
Lava 100-5x104
Air Tanah 0,5 – 300
Air Laut 0,2
Breksi 75 – 200
Andesit 100 – 200
Tufa Vulkanik 20 – 100
Konglomerat 2x103-104
Sumber: Telford, 1990; Astier, 1971; Mori, 1993.
3.2 Akuisisi
Akuisisi dalam metode geolistrik merupakan suatu pengukuran geolistrik
dengan menggunakan konfigurasi tertentu yang dalam hal ini kegiatan pengukuran
geolistrik menggunakan konfigurasi berdasarkan Schlumberger. Konfigurasi
Schlumberger ini dalam pengukurannya hampir sama dengan konfigurasi Wenner,
17
18
akan tetapi jarak elektroda arus dapat diubah yang tidak sama dengan jarak dari
elektroda potensialnya. Konfigurasi Schlumberger ini memiliki nilai eksentrisitas 1/3
atau 1/5. Penggunaan konfigurasi Schlumberger ini pada umumnya digunakan untuk
sounding, yang merupakan cara pengambilan data secara vertikal. Konfigurasi
Schlumberger ini memiliki kelebihan yaitu dapat mendeteksi adanya non-homogenitas
dari suatu lapisan batuan pada permukaan. Sedangkan kelemahan dalam konfigurasi
Schlumberger ini adalah pembacaan pada elektroda MN (elektroda potensial) akan
kecil ketika AB (elektroda arus) berada sangat jauh. Kedalaman semu yang dimiliki
oleh konfigurasi Schlumberger ini adalah sebesar 1/5 dari bentangan AB (elektroda
arus).
Pengukuran yang dilakukan menggunakan konfigurasi Schlumberger ini yaitu
jarak antara stasiun dengan elektroda-elektroda (AB/2 dan MN/2), arus (I), dan beda
potensial (ΔV) dengan parameter yang dihitung yaitu tahanan jenis (R) dan factor
geometric (K). Titik pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan pengukuran geolistrik
ini adalah sebanyak 4 titik atau 4 bentangan dengan posisi yang berbeda dengan jarak
masing-masing 25 meter. Tititk koordinat terdiri atas 5 titik dengan 4 titik berupa data
pengukuran di lapangan, sedangkan 1 titik lainnya merupakan pengukuran pada
daerah sumur.
Tabel 3.2
Titik Koordinat Pengukuran Geolistrik
Titik X Y Z
Alat GL1 798292 9234276 699
Alat GL2 798277 9234249 695
Alat GL3 798296 9234242 697
Alat GL4 798309 9234265 697
Sumur Air 798421 9234249 697
Sumber : Pengolahan Data Geofisika Eksplorasi. 2019.
18
19
19
20
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan yang terdiri dari 5 bentangan
dengan jarak masing-masing bentangan yaitu 25 meter. Tabel 3.3 dibawah
merupakan tabel hasil pengukuran geolistrik dan hasil pengolahan data dengan
menggunakan software, yaitu:
Tabel 3.3
Hasil Pengukuran Geolistrik Bentangan Pertama
Desa Cipadung, Kecamatan
Lokasi X 798292
Panyileukan, Kota Bandung
No. Y 9234276
GL-1
Titik Z 669
AB/2 MN/2
No . k I (A) V (V) R (ohm) RHO (ohm-m)
(m) (m)
1. 1.5 0.5 6.28 167.7 33.8 4.96 31.2
20
21
21
22
22
23
K K Titik dn
dn' pn' k n Ketebalan pn Litologi
Bantu Koreksi Pusat (Kedalaman)
Q1 - p1 1.5 30.8 0.1 - 1.5 1.5 30.8
Q2 Q1 p2 2.4 15.5 0.5 0.2 1.8 0.3 3.08 Lempung
A1 Q2 p3 11 9.5 1.5 2 6.6 4.8 7.75 Lempung
14.25 Lempung
Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.
Tabel 3.7
Hasil Pengukuran Geolistrik Bentangan Ketiga
Desa Cipadung, Kecamatan
Lokasi X 798296
Panyileukan, Kota Bandung
No. Y 9234242
GL-3
Titik Z 697
AB/2 MN/2
No . k I (A) V (V) R (ohm) RHO (ohm-m)
(m) (m)
1. 1.5 0.5 6.28 453 80.6 5.62 35.3
23
24
24
25
Tabel 3.9
Hasil Pengukuran Geolistrik Bentangan Keempat
Desa Cipadung, Kecamatan
Lokasi X 798309
Panyileukan, Kota Bandung
No. Y 9234265
GL-4
Titik Z 697
AB/2 MN/2
No . k I (A) V (V) R (ohm) RHO (ohm-m)
(m) (m)
1. 1.5 0.5 6.28 97 27.2 3.57 22.4
25
26
Tabel 3.10
Hasil Akhir Pengukuran Geolistrik Bentangan Keempat
K K Titik dn
dn' pn' k n Ketebalan pn Litologi
Bantu Koreksi Pusat (Kedalaman)
Q1 - p1 1.5 27.7 0.2 - 1.5 1.5 27.7 Topsoil
Q2 Q1 p2 7.25 12 0.3 0.2 1.8 0.3 5.54 Lempung
A1 Q2 p3 9.5 8 1.5 3 22.05 21.75 3.6 Lempung
12 Lempung
Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.
Tabel 3.11
Hasil Pengukuran Geolistrik Bentangan Kelima
Desa Cipadung, Kecamatan
Lokasi X 798421
Panyileukan, Kota Bandung
No. Y 9234249
GL-5
Titik Z 697
AB/2 MN/2
No . k I (A) V (V) R (ohm) RHO (ohm-m)
(m) (m)
1. 1.5 0.5 6.28 191 42.2 4.53 28.4
26
27
3.4 Interpretasi
Setelah melakukan pengukuran geolistrik untuk mendapatkan data-data
geolistrik, kemudian dilakukan pengolahan data yang diinterpretasikan untuk
mengetahui keadaan dibawah permukan di tiap bentangan.
27
28
28
29
29
30
30
31
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil kegiatan pengukuran geolistrik ini yaitu:
1. Metode geolistrik merupakan metode yang dalam penggunaannya
menggunakan medan potensial listrik di bawah permukaan sebagai objek
pengamatan utamanya. Penerapannya adalah dengan cara mengukur
tahanan jenis (resistivity) dari suatu batuan. Pengukuran geolistrik ini arus
listrik diinjeksikan ke dalam bumi menggunakan dua buah elektroda potensial.
2. Berdasarkan pengukuran geolistrik yang dilakukan didapatkan litologi dibawah
permukaan berupa soil, dan lempung.
3. Rekonstruksi data-data geolistrik dari hasil pengukuran dapat dilakukan
dengan menggunakan software maupun dilakukan dengan cara manual.
Software yang dapat digunakan salah satunya adalah RockWorks16 yang
dimana dengan menggunakan software tersebut dapat diketahui model,
penampang, litologi, dan lain-lain dari hasil pengukuran geolistrik yang
mendapatkan data-data geolistrik.
4. Hasil pengukuran geolistrik yang mendapatkan data-data geolistrik yang
kemudian dilakukan pengolahan data, selanjutnya dilakukan korelasi data
untuk mengetahui arah sebaran bahan galian. Korelasi dapat dilakukan
dengan mengetahui model dari bentuk penampang dalam bentuk 2 dimensi
dengan kedalaman masing-masing. Dari data-data geolistrik tersebut dapat
diketahui kemenerusan dan sebaran dari bahan galiannya.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
32