Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan yang dimana
merupakan Negara yang kaya akan sumber bahan galian tambangnya. Bahan galian
tersebut berupa emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batubara, bijih besi,
dan lain-lainnya. Kekayaan alam Negara Indonesia ini dapat dijumpai di permukaan
bumi, di dalam perut bumi, maupun di laut. Oleh karena itu, sumber bahan galian
tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia untuk dapat mencukupi
segala kebutuhan hidup manusia. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan aktivitas pertambangan.
Aktivitas pertambangan merupakan suatu rangkaian kegiatan meliputi
pencarian, penambangan, pengolahan, dan penjualan bahan galian. Tahap awal yang
dilakukan adalah kegiatan pencarian atau disebut dengan tahapan eksplorasi yang
dilakukan sebelum kegiatan penambangan guna mengetahui ukuran, letak, bentuk,
sebaran, arah dari endapan bahan galian yang dicari.
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencari,
memetakan, mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, dan
kualitas serta kuantitas dari suatu endapan bahan galian yang kemudian dapat
dilakukan analisis untuk kemungkinan dilakukannya kegiatan penambangan jika
ekonomis. Dalam kegiatan eksplorasi terdapat 2 metode yang pada umumnya
digunakan yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Pemilihan metode
tersebut harus tepat dipakai agar mendapatkan tingkat keyakinan yang tinggi.
Metode eksplorasi tidak langsung merupakan suatu metode eksplorasi yang
dilakukan tanpa melakukan kontak langsung dengan endapan bahan galian yang
dicari, akan tetapi dilakukan dengan melakukan analisis dari anomali-anomali hasil
pengamatan dengan memanfaatkan sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimia dari
endapan bahan galian tersebut. Salah satu metode dalam eksplorasi tidak langsung

1
2

adalah metode geofisika yang didalamnya termasuk metode geolistrik. Metode


geolistrik yang dilakukan dalam eksplorasi tidak langsung harus dilakukan dengan
baik dan benar untuk mendapatkan data-data geolistrik yang tepat. Interpretasi dari
data-data tersebut sangat penting dilakukan untuk mendapatkan suatu pemodelan
endapan bahan galian yang dicari dengan tepat.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dilakukannya kegiatan eksplorasi tidak langsung dengan
menggunakan metode geolistrik ini adalah untuk mengetahui keadaan dibawah
permukaan dengan mengetahui litologinya yang dilakukan dengan 4 bentangan, dan
mengolah data hasil dari kegiatan eksplorasi menggunakan metode geolistrik.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan eksplorasi tidak langsung dengan metode geolistrik ini
yaitu:
1. Dapat mengetahui prinsip pengukuran dengan metode geolistrik.
2. Dapat mengetahui litologi dibawah permukaan.
3. Dapat merekonstruksi data-data geolistrik dari hasil pengukuran.
4. Dapat mengkorelasikan hasil pengolahan data-data geolistrik.

1.3 Lokasi Daerah Pengukuran


Lokasi daerah pengukuran dengan metode geolistrik ini terletak di Desa
Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung. Lokasi daerah ini dibagi menjadi
2, yaitu secara administrasi dan secara geografis. Kedua pembagian letak tersebut
akan memberikan informasi yang berbeda-beda untuk kelengkapan data dari kegiatan
eksplorasi. Letak secara administrasi akan memberikan informasi tentang batasan-
batasan wilayah dari lokasi pengukuran geolistrik. Sedangkan letak secara geografis
akan memberikan informasi tentang keadaan dari daerah pengukuran.
1.3.1 Administrasi dan Geografis
Lokasi daerah pengukuran berada di Desa Cipadung, Kecamatan
Panyileukan, Kota Bandung. Kecamatan Panyileukan ini terdapat 4 kelurahan, yaitu

2
3

Kelurahan Mekar Mulya, Kelurahan Cipadung Kidul, Kelurahan Cipadung Wetan, dan
Kelurahan Cipadung Kulon. Kecamatan Panyileukan memiliki luas 552,7 Ha dengan
Kelurahan Cipadung Kidul memiliki luas yang paling besar yaitu dengan luas 217,3
Ha atau sekitar 39,7% dari total luas di wilayah Kecamatan Panyileukan.
Berdasarkan letak secara administrasi akan memberikan informasi mengenai
batasan-batasan wilayah dari lokasi pengukuran geolistrik. Tujuannya yaitu dapat
dilakukan sebagai perizinan jika akan dilakukan kegiatan selanjutnya seperti kegiatan
penambangan. Batasan-batasan wilayah berdasarkan Kecamatan dari lokasi
pengukuran geolistrik dapat dilihat dibawah ini:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Cinambo
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Gedebage
3. Sebelah Timur : Kecamatan Bandung
4. Sebelah Barat : Kecamatan Ujung Berung
Sedangkan berdasarkan letak secara geografis, lokasi daerah pengukuran
geolistrik yang berada di Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung ini
berada di bagian Timur Kota Bandung yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
Kelurahan Cipadung berada pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Topografi
dari lokasi daerah pengukuran geolistrik relative datar dengan dikelilingi oleh
pegunungan. Suhu maksimum di wilayah Keluarah Cipadung berkisar antara 270C
dengan intensitas curah hujan 2400 mm/tahun, dan jumlah hari dengan curah hujan
terbanyak yaitu 90 hari.
1.3.2 Kesampaian Wilayah
Lokasi daerah pengukuran yang berada di Desa Cipadung, Kecamatan
Panyileukan, Kota Bandung ini berada di bagian Timur Kota Bandung. Untuk
mencapai lokasi pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda
dua maupun kendaraan roda empat. Perjalanan yang dimulai dari Universitas Islam
Bandung menuju Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung ditempuh
dengan kurang lebih 1 jam perjalanan darat dengan jarak tempuh yang dilalui berkisar
18,7 km. Jalan yang dilalui dari Universitas Islam Bandung menuju Desa Cipadung,
Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung tidak terdapat jalur yang sulit karena melalui
jalan raya besar yang ramai.

3
4

Sumber: Google Maps. 2019.


Gambar 1.1
Rute Menuju Desa Cipadung

1.4 Keadaan Umum


1.4.1 Keadaan Penduduk
Lokasi daerah pengukuran geolistrik yang berada di Desa Cipadung,
Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung memiliki jumlah penduduk sebanyak 34.733
jiwa yang terdiri 17.613 laki-laki dan 17.120 perempuan dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 8.607 kepala keluarga. Menurut data kependudukan dari
Kecamatan yang pada tahun 2018, kepadatan penduduk di Desa Cipadung sebesar
63 jiwa per hektar, yang akan terus bertambah dari waktu ke waktu.
Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Cipadung menurut data dari BPS
Kota Bandung pada tahun 2018 diantaranya yaitu pegawai negeri di berbagai instansi
pemerintah sejumlah 1.198 jiwa, TNI/Polri 270 jiwa, karyawan swasta 2.576 jiwa,
pedagang 2.821 jiwa, pedagang kaki lima 208 jiwa, pengusaha angkutan kota 4 jiwa,
pengusaha rumah makan 210 jiwa, perajin 170 jiwa, pengusaha percetakan 12 jiwa,
seniman, peternak, tukang, montir 18 jiwa, petani 540 jiwa, dan lain sebagainya.

4
5

Sedangkan untuk agama yang dianut oleh masyarakat Desa Cipadung banyak
menganut agama Islam sebanyak 21.166 jiwa, Kristen 428 jiwa, Katolik 111 jiwa,
Hindu dan Budha 6 jiwa. Penduduk di Desa Cipadung yang menganut agama Islam
ada kaitanny dengan jumlah sarana peribadatan. Menurut BPS Kota Bandung pada
tahun 2018, jumlah masjid yang ada di Desa Cipadung mencapai 11 buah dan
musholla sebanyak 25 buah. Sedangkan untuk tempat peribadatan untuk agama yang
lain belum tersedia di Desa Cipadung.
1.4.2 Vegetasi dan Fauna
Vegetasi yang terdapat di daerah lokasi pengukuran geolistrik yang berada di
Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung ini terdapat petai cina, pohon
singkong, pohon pisang, pohon kelapa, semak belukar, dan tanaman padi.
Sedangkan fauna yang terdapat di Desa Cipadung berupa anjing, ayam, dan kucing.
Fungsi dari mengetahui informasi mengenai vegetasi dan fauna ini akan berguna
untuk perencanaan dalam aktivitas penambangan yaitu berkaitan dengan pasca
penambangan. Jika sudah dilakukan kegiatan penambangan maka minimal harus
dikembalikan atau lebih baik keadaan lingkungan di daerah tersebut yang termasuk
pada keadaan vegetasi dan fauna-nya.
Tabel 1.1
Vegetasi dan Keadaan Fauna

Pohon Pisang
(Musa)

Pohon Pepaya
(Carica Papaya)

5
6

Pohon Singkong
(Manihot Esculenta) Semak Belukar
(Hydrangea paniculata)

Pohon Kelapa Petai Cina


(Cocos nucifera) (Parkia speciosa)

Ayam
(Gallus gallus domesticus) Kucing
(Felis Catus)
Sumber: Anonim. 2019.
1.4.3 Iklim
Iklim yang terdapat di Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung
memiliki cuaca yang sejuk dan lembab. Pada tahun 2018, temperatur rata-rata
berkisar 23,400C dengan temperatur tinggi pada bulan September yaitu 30,100C.
Suhu maksimum di wilayah Keluarah Cipadung berkisar antara 270C dengan
intensitas curah hujan 2400 mm/tahun, dan jumlah hari dengan curah hujan terbanyak
yaitu 90 hari.

6
7

1.5 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dengan menggunakan
metode geolistrik ini terdiri dari:
1. Alat Geolistrik
2. Kabel
3. Aki
4. Elektroda
5. Palu
6. Meteran

Sumber: Hasil Dokumentasi. 2019.


Gambar 1.2
Peralatan yang Digunakan

1.6 Waktu
Kegiatan pengukuran geolistrik yang berada di Desa Cipadung, Kecamatan
Panyileukan, Kota Bandung ini dilaksanakan pada tanggal 01 Mei 2019 dengan cuaca

7
8

yang cerah. Dibawah ini terdapat waktu kegiatan yang dimulai pada tanggal 01 Mei
2019 pukul 08.00 WIB.
Tabel 1.2
Waktu Kegiatan

Kegiatan Tanggal Waktu Kegiatan

Kumpul di Universitas Islam 01 Mei 2019


08.00 WIB
Bandung
Keberangkatan 01 Mei 2019 09.00 WIB
Persiapan Alat 01 Mei 2019 09.45 WIB
Pengukuran 01 Mei 2019 10.20 WIB
Selesai Pengukuran 01 Mei 2019 15.00 WIB
Pengolahan Data 02 Mei 2019 -
Sumber: Hasil Pengukuran. 2019.

8
9

BAB II
GEOLOGI

2.1 Geologi Regional


Geologi regional merupakan suatu gambaran mengenai keadaan geologi pada
daerah yang dilakukan penelitian. Lokasi daerah pengukuran geolistrik ini terdapat di
daerah Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung. Pada daerah
pengukuran geolistrik ini memiliki 2 formasi batuan, yaitu:
: ENDAPAN DANAU (0-125 m) - Lempung tufaan, batupasir tufaan,
Ql kerikil tufaan. Membentuk bidang-bidang perlapisan mendatar di
beberapa tempat. mengandung kongkresi-kongkresi gamping, sisa-sisa
tumbuhan, moluska air tawar dan tulang-tulang binatang bertulang
belakang. Setempat mengandung sisipan breksi.
: HASIL GUNUNGAPI MUDA TAK TERURAIKAN - Pasir tufaan, lapili,
Qyu
beksi, lava, aglomerat. Sebagian berasal dari G. Tangkubanparahu dan
sebagian dari G. Tampomas. Antara Sumedang dan Bandung batuan ini
membentuk dataran-dataran kecil atau bagian-bagian rata dan bukit-
bukit rendah yang tertutup oleh tanah yang berwarna abu-abu kuning
dan kemerah-merahan.
Daerah yang dilakukan pengukuran geolistrik ini berdasarkan keadaan geologi
regional memiliki litologi endapan berupa endapan sedimenter, yaitu batupasir,
batulempung, pasir-tufaan, dan lempung-tufaan. Kebanyakan litologi tersebut
terbentuk dari hasil letusan gunung berapi sehingga diindikasikan bahwa daerah
pengukuran tersebut terdapat gunung disekitarnya. Selain dari adanya gunung-
gunung di sekitar daerah pengukuran, dapat juga diindikasikan hasil letusan gunung
berapi dari Gunung Tangkubanparahu maupun Gunung Tampomas. Gunung
Tampomas yang berada di Sumedang membentuk dataran dan bukit rendah di Kota
Bandung.

9
10

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.


Gambar 2.1
Peta Geologi Regional

2.2 Morfologi
Berdasarkan peta morfologi yang dapat dilihat pada Gambar 2.2, daerah
pengukuran geolistrik ini memiliki morfologi dataran dan daerah bergelombang lemah.
Pada peta morfologi yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 terdapat morfologi dataran
yang ditandai dengan warna hijau dengan persen lereng (<2%), dan morfologi daerah
bergelombang lemah dengan warna kuning dengan persen lereng (2%-8%). Daerah
morfologi dataran pada peta tersebut berada pada daerah timur laut, sedangkan untuk
morfologi daerah bergelombang lemah berada pada daerah selatan-barat laut. Lokasi
daerah pengukuran yang berada di Desa Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota
Bandung berada di daerah morfologi bergelombang lemah. Pengklasifikasian
morfologi dengan nilai persen lereng ini berdasarkan klasifikasi Van Zuidam.

10
11

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.


Gambar 2.2
Peta Morfologi

2.3 Topografi
Keadaan topografi berdasarkan peta topografi yang dapat dilihat pada Gambar
2.3 memiliki kontur yang renggan yang menandakan bahwa pada daerah tersebut
memiliki daerah yang landai atau dataran. Lokasi daerah pengukuran geolistrik ini
berada pada elevasi 684 mdpl yang merupakai daerah yang cukup landai. Daerah
yang memiliki morfologi bergelombang lemah disusun oleh formasi Ql yang
merupakan endapan danau berupa batupasir-tufaan dan batupasir. Terdapat aliran
sungai yang berada dari arah utara-selatan. Pola aliran sungai yang terdapat pada
daerah pengukuran yaitu pola aliran sejajar yang dapat dilihat pada sungai utama.
Sedangkan untuk struktur geologi pada daerah tersebut tidak ada atau dengan kata
lain daerah tersebut tidak dikendalikan oleh struktur sehingga daerah tersebut
merupakan daerah yang tidak kompleks.

11
12

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.


Gambar 2.3
Peta Topografi

12
13

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Geolistrik
Metode geolistrik merupakan metode yang dalam penggunaannya
menggunakan medan potensial listrik di bawah permukaan sebagai objek
pengamatan utamanya. Penerapannya adalah dengan cara mengukur tahanan jenis
(resistivity) dari suatu batuan. Pengukuran geolistrik ini arus listrik diinjeksikan ke
dalam bumi menggunakan dua buah elektroda potensial.

Sumber: Gaol, Yosua. 2018.


Gambar 3.1
(a) Sumber Arus Tunggal, (b) Sepasang Elektroda Arus dan Potensial
Dalam metode geolistik ini dikenal beberapa jenis konfigurasi resistivitas
tahanan jenis, diantaranya adalah:
1. Konfigurasi Wenner
Pengukuran konfigurasi Wenner ini dilakukan dengan cara meletakkan titik-
titik elektroda yang jaraknya sama antar titik-titik elektroda tersebut.
Penggunaan konfigurasi Wenner ini memiliki kelebihan yaitu dalam ketelitian
pembacaan dikarenakan memiliki nilai eksentrisitas 1/3 yang tidak terlalu
besar dan memiliki sinyal yang bagus. Sedangkan kelemahan konfigurasi
Wenner ini adalah biaya yang mahal, dan tidak bisa digunakan dalam
mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan sehingga akan
berpengaruh terhadap hasil perhitungan nantinya. Kedalaman semu yang

13
14

dimiliki oleh konfigurasi Wenner ini adalah sebesar 1/3 dari bentangan AB
(elektroda arus).

Sumber: Anonim. 2017.


Gambar 3.2
Konfigurasi Wenner
ΔV
ρw = Kw
I

Ks = 2 π ɑ
2. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi Schlumberger ini dalam pengukurannya hampir sama dengan
konfigurasi Wenner, akan tetapi jarak elektroda arus dapat diubah yang tidak
sama dengan jarak dari elektroda potensialnya. Konfigurasi Schlumberger ini
memiliki nilai eksentrisitas 1/3 atau 1/5. Penggunaan konfigurasi
Schlumberger ini pada umumnya digunakan untuk sounding, yang merupakan
cara pengambilan data secara vertikal. Konfigurasi Schlumberger ini memiliki
kelebihan yaitu dapat mendeteksi adanya non-homogenitas dari suatu lapisan
batuan pada permukaan. Sedangkan kelemahan dalam konfigurasi
Schlumberger ini adalah pembacaan pada elektroda MN (elektroda potensial)
akan kecil ketika AB (elektroda arus) berada sangat jauh. Kedalaman semu
yang dimiliki oleh konfigurasi Schlumberger ini adalah sebesar 1/5 dari
bentangan AB (elektroda arus). Hasil dari pengukuran besarnya arus dan beda
potensial akan didapatkan persamaan nilai resistivitas:
ρɑ = K. R
ΔV
ρ=K I

14
15

Sumber: Anonim. 2017.


Gambar 3.3
Konfigurasi Schlumberger
Faktor geometri digunakan persamaan:
ΔV
Ρs = Ks I

π(L2 - l2 )
Ks = 2l

Sedangkan untuk mencari nilai faktor geometri (k) menggunakan rumus:



K= 1 1 1 1
- - -
b-a/2 b+1/2 b+a/2 b-a/2

b2 a
K = π ( a - 4)

K= 1 1 1 1
- - +
C1P1 C2P1 C1P2 C2P2

Faktor geometri Schlumberger secara umum yaitu:


AB2 - MN2
k=π
4MN

Keterangan:
ρ = Resistivitas Semu
0 = Titik yang diukur secara sounding
AB = Spasi Elektroda Aus (m)
MN = Spasi Elektroda Potensial (m), MN < 1/5 AB
k = Faktor Geometri

15
16

Sumber: Afis, 2014.


Gambar 3.4
Pola Arus dalam Tanah (Schlumberger)
3. Konfigurasi Dipole Sounding
Konfigurasi Dipole Sounding ini dilakukan dengan cara meletakkan elektroda
potensial yang berjauhan dengan jarak dari elektroda arus. Penggunaan
konfigurasi Dipole Sounding ini memiliki kelebihan yaitu biaya yang relatif lebih
murah dibandingkan dengan konfigurasi Wenner dan konfigurasi
Schlumberger. Penggunaan konfigurasi Dipole Sounding ini pada umumnya
digunakan dalam mapping, yaitu pengukuran secara lateral. Sedangkan
kekurangan dari konfigurasi Dipole Sounding yaitu sinyal yang relatif buruk
dibandingkan dengan konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger.
Kedalaman semu yang dimiliki oleh konfigurasi Dipole Sounding ini adalah
sebesar MN(n+1)/2 dari bentangan AB (elektroda arus). Nilai dari hasil
pengukuran resistivitas semua menggunakan rumus:
ρ = K. R
K = n (n+1)(n+2) πɑ

Sumber: Anonim. 2018.


Gambar 3.5
Konfigurasi dalam Metode Geolistrik Resistivity

16
17

Pengukuran tahanan jenis dalam metode geolistrik ini memiliki konsep dasar
berupa hukum Ohm dengan adanya hubungan antara tegangan (V), kuat arus (I), dan
resistensi (R), yaitu:
V=IxR
R=VxI
Sehingga untuk menghitung resistivitas semu dibutuhkan nilai k, yang
merupakan faktor geometrik yang akan bergantung terhadap jenis konfigurasi dari
keempat eletroda tersebut. Sehingga nilai resistivitas semu akan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
ρɑ = k x R
Tabel 3.1
Nilai Resistivitas dari Berbagai Tipe Batuan
Jenis Batuan/Tanah/Air Tingkat Resistivitas (Ωm)
Clay/Lempung 1 – 100
Silt/Lanau 10 – 200
Marls/Batulumpur 3 – 70
Kuarsa 10-2x108
Sandstone/Batupasir 50 – 500
Limestone/Batukapur 100 – 500
Lava 100-5x104
Air Tanah 0,5 – 300
Air Laut 0,2
Breksi 75 – 200
Andesit 100 – 200
Tufa Vulkanik 20 – 100
Konglomerat 2x103-104
Sumber: Telford, 1990; Astier, 1971; Mori, 1993.

3.2 Akuisisi
Akuisisi dalam metode geolistrik merupakan suatu pengukuran geolistrik
dengan menggunakan konfigurasi tertentu yang dalam hal ini kegiatan pengukuran
geolistrik menggunakan konfigurasi berdasarkan Schlumberger. Konfigurasi
Schlumberger ini dalam pengukurannya hampir sama dengan konfigurasi Wenner,

17
18

akan tetapi jarak elektroda arus dapat diubah yang tidak sama dengan jarak dari
elektroda potensialnya. Konfigurasi Schlumberger ini memiliki nilai eksentrisitas 1/3
atau 1/5. Penggunaan konfigurasi Schlumberger ini pada umumnya digunakan untuk
sounding, yang merupakan cara pengambilan data secara vertikal. Konfigurasi
Schlumberger ini memiliki kelebihan yaitu dapat mendeteksi adanya non-homogenitas
dari suatu lapisan batuan pada permukaan. Sedangkan kelemahan dalam konfigurasi
Schlumberger ini adalah pembacaan pada elektroda MN (elektroda potensial) akan
kecil ketika AB (elektroda arus) berada sangat jauh. Kedalaman semu yang dimiliki
oleh konfigurasi Schlumberger ini adalah sebesar 1/5 dari bentangan AB (elektroda
arus).
Pengukuran yang dilakukan menggunakan konfigurasi Schlumberger ini yaitu
jarak antara stasiun dengan elektroda-elektroda (AB/2 dan MN/2), arus (I), dan beda
potensial (ΔV) dengan parameter yang dihitung yaitu tahanan jenis (R) dan factor
geometric (K). Titik pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan pengukuran geolistrik
ini adalah sebanyak 4 titik atau 4 bentangan dengan posisi yang berbeda dengan jarak
masing-masing 25 meter. Tititk koordinat terdiri atas 5 titik dengan 4 titik berupa data
pengukuran di lapangan, sedangkan 1 titik lainnya merupakan pengukuran pada
daerah sumur.
Tabel 3.2
Titik Koordinat Pengukuran Geolistrik
Titik X Y Z
Alat GL1 798292 9234276 699
Alat GL2 798277 9234249 695
Alat GL3 798296 9234242 697
Alat GL4 798309 9234265 697
Sumur Air 798421 9234249 697
Sumber : Pengolahan Data Geofisika Eksplorasi. 2019.

3.3 Pengolahan Data


Kegiatan pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah
kegiatan pengukuran geolistrik dilakukan dengan melakukan pengolahan data-data
pengukuran geolistrik tersebut. Data-data pengukuran geolistrik tersebut diolah
dengan menggunakan software ataupun dengan melakukan pengolahan data secara
manual dengan menggunakan grafik. Proses pengambilan data geolistrik tersebut

18
19

menggunakan konfigurasi menurut Schlumberger yang dilakukan dengan 2 tahap,


yaitu:
1. Pekerjaan Pra-Survei
Pekerjaan pra-survei yang dilakukan meliputi:
a. Mencatat posisi dan ketinggian lokasi.
b. Pemetaan geologi jenis batuan dan sebaran batuan (urutan stratigrafi).
c. Deskripsi jenis batuan (struktur, tekstur, dan komposisi mineral).
2. Survei Lapangan
Kegiatan survei lapangan yang dilakukan meliputi:
a. Melakukan pengukuran jarak bentangan.
b. Melakukan resistivitas dengan memperhitungkan jarak pengukuran dari
tiang listrik, dan aliran air.
c. Melakukan deskripsi jenis batuan (struktur, tekstur, dan komposisi
mineral).
Untuk melakukan analisis data dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan
cara Matching Curve dan software. Teknik analisis data dengan menggunakan cara
matching curve merupakan suatu bagian dari proses penginterpretasian secara
Vertical Electric Sounding (VES) dengan data yang diperoleh berupa data horizontal.
Metode matching curve ini melibatkan suatu perbandingan dari kurva ρ dengan
beberapa kurva induk. Penafsiran teknik kurva dengan menggunakan konfigurasi
Schlumberger yaitu menggunakan Ebert Garph dengan:
1. Kurva tahanan jenis didekati atau disamakan dengan salah satu jenis lapisan
untuk dua lapisan.
2. Mempertimbangkan koordinat tegak pada kurva dua lapisan untuk penentuan
ketebalan dan tahanan jenis suatu lapisan menggantikan urutan lapisan.
3. Digunakan satuan grafik pada koordinat grafik yang menjadi perbandingan
dari ketebalan lapisan yang menggantikan lapisan dasar untuk mendapatkan
beberapa parameter untuk lapisan yang sama. Parameter tahanan jenis
adalah perbandingan antara ketebalan dengan diplotkan di double-log.
4. Empat satuan alat bantu titik tabel untuk tipe H, A, K, dan Q.

19
20

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan yang terdiri dari 5 bentangan
dengan jarak masing-masing bentangan yaitu 25 meter. Tabel 3.3 dibawah
merupakan tabel hasil pengukuran geolistrik dan hasil pengolahan data dengan
menggunakan software, yaitu:
Tabel 3.3
Hasil Pengukuran Geolistrik Bentangan Pertama
Desa Cipadung, Kecamatan
Lokasi X 798292
Panyileukan, Kota Bandung
No. Y 9234276
GL-1
Titik Z 669
AB/2 MN/2
No . k I (A) V (V) R (ohm) RHO (ohm-m)
(m) (m)
1. 1.5 0.5 6.28 167.7 33.8 4.96 31.2

2. 2.5 0.5 18.8 29.8 31.8 0.94 17.6

3. 4 0.5 49.5 18.8 68.6 0.27 13.6

4. 6 0.5 112.3 4.9 48.9 0.10 11.3

5. 8 0.5 200.3 1.9 39.2 0.05 9.7

6. 10 0.5 313.3 0.9 33.7 0.03 8.4

7. 12 0.5 451.8 3.7 169.5 0.02 9.9

8. 15 0.5 706.1 1.6 125.9 0.01 9.0

9. 15 5 62.8 19.8 121.6 0.16 10.2

10. 20 5 117.8 17 189.3 0.09 10.6

11. 25 5 188.5 12.9 226.9 0.06 10.7


Sumber: Hasil Pengukuran. 2019.

20
21

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.


Gambar 3.6
Grafik Pengolahan Geolistrik Pertama
Tabel 3.4
Hasil Akhir Geolistrik Pertama
K K Titik dn
dn' pn' k n Ketebalan pn Litologi
Bantu Koreksi Pusat (Kedalaman)
Q1 - p1 1.5 27.7 0.2 - 1.5 1.5 27.7 Topsoil
Q2 Q1 p2 1.7 16 0.5 0.2 1.8 0.3 5.54 Lempung
Q3 Q2 p3 3.2 10 0.65 0.8 3.16 1.36 8 Lempung
A1 Q3 p4 7.5 8.5 2 1.5 7.96 4.8 6.5 Lempung
A2 A1 p5 9.5 9.5 1.5 0.5 11.71 3.75 17 Lempung
14.25 Lempung
Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.
Tabel 3.5
Hasil Pengukuran Geolistrik Bentangan Kedua
Desa Cipadung, Kecamatan
Lokasi X 798277
Panyileukan, Kota Bandung
No. Y 9234249
GL-2
Titik Z 695
AB/2 MN/2
No . k I (A) V (V) R (ohm) RHO (ohm-m)
(m) (m)
1. 1.5 0.5 6.28 100.6 20.5 4.91 30.8

2. 2.5 0.5 18.8 37 34.9 1.06 19.9

3. 4 0.5 49.5 12.7 44.2 0.29 14.2

21
22

Desa Cipadung, Kecamatan


Lokasi X 798277
Panyileukan, Kota Bandung
No. Y 9234249
GL-2
Titik Z 695
4. 6 0.5 112.3 2.4 23.4 0.10 11.5

5. 8 0.5 200.3 0.9 23.3 0.04 7.7

6. 10 0.5 313.3 3.1 112.2 0.03 8.7

7. 12 0.5 451.8 3.7 180.2 0.02 9.3

8. 15 0.5 706.1 1.3 108.8 0.01 8.4

9. 15 5 62.8 27.1 185.1 0.15 9.2

10. 20 5 117.8 7.9 93.5 0.08 10.0

11. 25 5 188.5 8.1 144.2 0.06 10.6


Sumber: Hasil Pengukuran. 2019.

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019


Gambar 3.7
Grafik Pengolahan Geolistrik Kedua
Tabel 3.6
Hasil Akhir Pengukuran Geolistrik Bentangan Kedua

22
23

K K Titik dn
dn' pn' k n Ketebalan pn Litologi
Bantu Koreksi Pusat (Kedalaman)
Q1 - p1 1.5 30.8 0.1 - 1.5 1.5 30.8
Q2 Q1 p2 2.4 15.5 0.5 0.2 1.8 0.3 3.08 Lempung
A1 Q2 p3 11 9.5 1.5 2 6.6 4.8 7.75 Lempung
14.25 Lempung
Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.
Tabel 3.7
Hasil Pengukuran Geolistrik Bentangan Ketiga
Desa Cipadung, Kecamatan
Lokasi X 798296
Panyileukan, Kota Bandung
No. Y 9234242
GL-3
Titik Z 697
AB/2 MN/2
No . k I (A) V (V) R (ohm) RHO (ohm-m)
(m) (m)
1. 1.5 0.5 6.28 453 80.6 5.62 35.3

2. 2.5 0.5 18.8 80.5 70.6 1.14 21.4

3. 4 0.5 49.5 38.9 105.9 0.37 18.2

4. 6 0.5 112.3 12 96.9 0.12 13.9

5. 8 0.5 200.3 7.3 125.3 0.06 11.7

6. 10 0.5 313.3 4.5 139.2 0.03 10.1

7. 12 0.5 451.8 3.2 136.9 0.02 10.6

8. 15 0.5 706.1 1.5 106.3 0.01 10.0

9. 15 5 62.8 19.7 116.3 0.17 10.6

10. 20 5 117.8 9.3 102.4 0.09 10.7

11. 25 5 188.5 4.6 75.1 0.06 11.5


Sumber: Hasil Pengukuran. 2019.

23
24

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019


Gambar 3.8
Grafik Pengolahan Geolistrik Ketiga
Tabel 3.8
Hasil Akhir Pengukuran Geolistrik Bentangan Ketiga
K K Titik dn
dn' pn' k n Ketebalan pn Litologi
Bantu Koreksi Pusat (Kedalaman)
Q1 - p1 2.5 21.4 0.5 - 2.5 2.5 21.4 Topsoil
Q2 Q1 p2 2.7 18.5 0.5 0.25 3.125 0.625 10.7 Lempung
A1 Q2 p3 8 10 2 2.5 9.875 6.75 9.25 Lempung
20 Tufa
Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.

24
25

Tabel 3.9
Hasil Pengukuran Geolistrik Bentangan Keempat
Desa Cipadung, Kecamatan
Lokasi X 798309
Panyileukan, Kota Bandung
No. Y 9234265
GL-4
Titik Z 697
AB/2 MN/2
No . k I (A) V (V) R (ohm) RHO (ohm-m)
(m) (m)
1. 1.5 0.5 6.28 97 27.2 3.57 22.4

2. 2.5 0.5 18.8 27 26.2 1.03 19.4

3. 4 0.5 49.5 7.8 23.6 0.33 16.4

4. 6 0.5 112.3 1.9 15.3 0.12 13.9

5. 8 0.5 200.3 7.4 122.6 0.06 12.1

6. 10 0.5 313.3 4.6 128.7 0.04 11.2

7. 12 0.5 451.8 1.7 69.2 0.02 11.1

8. 15 0.5 706.1 2.3 171 0.01 9.5

9. 15 5 62.8 30.3 181 0.17 10.5

10. 20 5 117.8 13 148.1 0.09 10.3

11. 25 5 188.5 7.6 121.5 0.06 11.8


Sumber: Hasil Pengukuran. 2019.

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019


Gambar 3.9
Grafik Pengolahan Geolistrik Keempat

25
26

Tabel 3.10
Hasil Akhir Pengukuran Geolistrik Bentangan Keempat
K K Titik dn
dn' pn' k n Ketebalan pn Litologi
Bantu Koreksi Pusat (Kedalaman)
Q1 - p1 1.5 27.7 0.2 - 1.5 1.5 27.7 Topsoil
Q2 Q1 p2 7.25 12 0.3 0.2 1.8 0.3 5.54 Lempung
A1 Q2 p3 9.5 8 1.5 3 22.05 21.75 3.6 Lempung
12 Lempung
Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.
Tabel 3.11
Hasil Pengukuran Geolistrik Bentangan Kelima
Desa Cipadung, Kecamatan
Lokasi X 798421
Panyileukan, Kota Bandung
No. Y 9234249
GL-5
Titik Z 697
AB/2 MN/2
No . k I (A) V (V) R (ohm) RHO (ohm-m)
(m) (m)
1. 1.5 0.5 6.28 191 42.2 4.53 28.4

2. 2.5 0.5 18.8 37.4 37.5 1.00 18.7

3. 4 0.5 49.5 15.1 53.4 0.28 14.0

4. 6 0.5 112.3 3.9 34.6 0.11 12.7

5. 8 0.5 200.3 2.4 42.9 0.06 11.2

6. 10 0.5 313.3 1 28.8 0.03 10.9

7. 12 0.5 451.8 1 40.9 0.02 11.0

8. 15 0.5 706.1 1.5 88.4 0.02 12.0

9. 15 5 62.8 15.8 88.4 0.18 11.2

10. 20 5 117.8 9.7 106.7 0.09 10.7

11. 25 5 188.5 4.6 80.4 0.06 10.8


Sumber: Hasil Pengukuran. 2019.

26
27

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019


Gambar 3.10
Grafik Pengolahan Geolistrik Kelima
Tabel 3.12
Hasil Akhir Pengukuran Geolistrik Bentangan Kelima
K K Titik dn
dn' pn' k n Ketebalan pn Litologi
Bantu Koreksi Pusat (Kedalaman)
Q1 - p1 1.5 28.4 1.5 - 1.5 1.5 28.4 Topsoil
Q2 Q1 p2 2.7 17 0.5 0.2 1.8 0.3 42.6 Tufa
A1 Q2 p3 3.2 10 1.25 0.75 2.325 2.025 8.5 Lempung
12.5 Lempung
Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.

3.4 Interpretasi
Setelah melakukan pengukuran geolistrik untuk mendapatkan data-data
geolistrik, kemudian dilakukan pengolahan data yang diinterpretasikan untuk
mengetahui keadaan dibawah permukan di tiap bentangan.

27
28

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.


Gambar 3.11
Cross Section GL1 – GL5

3.5 Pemodelan Geologi


Pemodelan geologi didapatkan dari hasil pengolahan data yang digunakan
untuk mengetahui keadaan stratigrafi hasil dari data-data geolistrik baik secara 2
dimensi maupun 3 dimensi. Pengolahan data untuk mendapatkan pemodelan geologi
ini dengan menggunakan software. Hasil pengolahan data tersebut dilihat dari
berbagai arah contohnya dari arah utara ke selatan.

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.


Gambar 3.12
Pemodelan Geologi Bentang 1

28
29

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.


Gambar 3.13
Pemodelan Geologi Bentang 2

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.


Gambar 3.18
Pemodelan Geologi Bentang 3

29
30

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.


Gambar 3.19
Pemodelan Geologi Bentang 4

Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2019.


Gambar 3.20
Pemodelan Geologi Bentang 5

30
31

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil kegiatan pengukuran geolistrik ini yaitu:
1. Metode geolistrik merupakan metode yang dalam penggunaannya
menggunakan medan potensial listrik di bawah permukaan sebagai objek
pengamatan utamanya. Penerapannya adalah dengan cara mengukur
tahanan jenis (resistivity) dari suatu batuan. Pengukuran geolistrik ini arus
listrik diinjeksikan ke dalam bumi menggunakan dua buah elektroda potensial.
2. Berdasarkan pengukuran geolistrik yang dilakukan didapatkan litologi dibawah
permukaan berupa soil, dan lempung.
3. Rekonstruksi data-data geolistrik dari hasil pengukuran dapat dilakukan
dengan menggunakan software maupun dilakukan dengan cara manual.
Software yang dapat digunakan salah satunya adalah RockWorks16 yang
dimana dengan menggunakan software tersebut dapat diketahui model,
penampang, litologi, dan lain-lain dari hasil pengukuran geolistrik yang
mendapatkan data-data geolistrik.
4. Hasil pengukuran geolistrik yang mendapatkan data-data geolistrik yang
kemudian dilakukan pengolahan data, selanjutnya dilakukan korelasi data
untuk mengetahui arah sebaran bahan galian. Korelasi dapat dilakukan
dengan mengetahui model dari bentuk penampang dalam bentuk 2 dimensi
dengan kedalaman masing-masing. Dari data-data geolistrik tersebut dapat
diketahui kemenerusan dan sebaran dari bahan galiannya.

31
32

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2012. “Eksplorasi Tidak Langsung”. arsipteknikpertambangan.com.


Diakses pada tanggal 07 Mei 2019.

2. Faisal, Ruslan. 2015. “Geofisika dalam Eksplorasi Bahan Galian”. scribd.com.


Diakses pada tanggal 07 Mei 2019.

3. Faturahman. 2016. “Klasifikasi Telford, 1974”. academia.edu. Diakses pada


tanggal 07 Mei 2019.

32

Anda mungkin juga menyukai