Anda di halaman 1dari 8

POTENSI GEOWISATA SULAWESI TENGGARA

DI PULAU MUNA

OLEH:

KAFHAYA AINSHAD

R1C1 17 010

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
Geowisata adalah suatu kegiatan wisata alam yang berkelanjutan dengan fokus
utama pada kenampakan geologi permukaan bumi dalam rangka mendorong
pemahaman akan lingkungan hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi serta
kearifan lokal. Geowisata dapat dianggap sebagai bagian dari wisata alam atau
ekowisata, akan tetapi merupakan bentuk wisata khusus yang fokus pada pengamatan
geosite. Geosite dapat berupa kenampakan bentangalam, bentuklahan, singkapan
batuan, keberadaan fosil dan lainnya yang berhubungan dengan fenomena geologi.

Geowisata juga dapat berfokus pada aspek budaya maupun sejarah seperti
bangunan yang dibangun dari batuan atau berbagai bentuk kegiatan pertambangan
dan berbagai bentuk kegiatan lainnya. Indonesia memiliki banyak potensi geowisata
baik pada daerah-daerah yang sudah dikenal luas oleh masyarakat maupun pada
daerah yang belum banyakdikenalmasyarakat. Salah satu daerah yang berpotensi
untuk membuat site geowisata adalah pulau Muna yang berada di Sulawesi Tenggara.
Bayaknya keadaan-keadaan geologi yang dapat dimanfaatkan untuk geowisata,
tentunya dengan porsi yang sesuai agar dapat dimanfaatkan dengan baik.

A. Posisi Geografis
Pulau Muna adalah sebuah pulau yang terletak di jazirah ujung pulau
Sulawesi bagian Tenggara Sulawesi Tenggara dengan luas ±2.889 km2 .Pulau ini
terletak pada selatan garis Khatulistiwa pada garis lintang 4º06 - 5.15° LS dan
garis Bujur 120.00° – 123.24° BT. Daratan pulau umumnya merupakan dataran
rendah dengan ketinggian rata-rata kurang dari 100 meter di atas permukaan laut.
Wilayah Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 22
kecamatan, dikhususkan pada kecamatan Katobu, Kecamatan Lohia, Kecamatan
Lasalepa, Kecamatan Parigi dan Kecamatan Tongkuno.

B. Keadaan atau Riwayat Geologi


Keadaan atau riwayat geologi pada pulau muna dapat di ketahui dengan
melakukan inventarisasi, identifikasi dan karakterisasi potensi situs warisan
geologi di kawasan karst Pulau Muna bagian timur berupa pemetaan geologi
yang fokus kepada situs geologi/ geosite yang berpotensi untuk dikembangkan
dalam peluang pengembangan kawasan geowisata.
Berdasarkan pengamatan, ditemukan beberapa daerah yang berpotensi untuk
menjadi objek geowisata dengan keunikan masing-masing dari morfologinya
yang khas sebagai ciri kawasan karst dan bentuklahan lain yang berasosiasi
dengan kawasan karst, sedangkan dari segi litologinya tidak banyak yang ditemui
hal yang berbeda karena pada wilayah penelitian tempat dilakukan pemetaan
hanya terdiri dari satu formasi yakni Formasi Wapulaka. Formasi Wapulaka
terdiri dari batugamping Grainstone yang masif, kristalisasi walaupun masih
dapat terlihat fragmen-fragmen organik berupa skeletal maupun pecahan
cangkang. Kehadiran batugamping chalky juga masih terlihat dengan jelas
disertai adanya fragmen koral, molluska, alga dan cangkang pelecypoda, selain
itu terdapat batugamping grainstone yang juga telah banyak mengalami
kristalisasi.

C. Objek Geowisata Yang Sudah diketahui


- Mata Air Jompi terletak di Kelurahan Laende, Kecamatan Katobu. Morfologi
sekitar lokasi ini memiliki karakteristik topografi bergelombang –
bergelombang kuat dengan sedikit depresi hasil pelarutan yang merupakan
unit karst plateaus (van Zuidam, 1983).
- Liangkabori Liangkabori terletak di Desa Liangkabori,Kecamatan Lohia.
Morfologi sekitar daerah ini memiliki karakteristik berupa perbukitan yang
terisolir dengan lereng sangat curam dengan unit yang tergolong sebagai
tower karst hills or hills zone/ isolated limestone remnant dengan morfologi
penyusun berupa gua-gua baik yang berukuran besar maupun yang berukuran
kecil yang dikenal dengan nama ceruk serta menara karst.

- Naphabale terletak di Desa Lohia, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna,


Provinsi Sulawesi Tenggara. Keadaan morfologi sekitar Naphabale berupa
bukit-bukit karst dan tebing-tebing karst yang secara keseluruhan memiliki
karakteristik lereng menengah – curam, bergelombang kuat – berbukit,
permukaan tidak teratur dengan beberapa depresi hasil pelarutan yang
tergolong ke dalam unit morfologi karst/ denudation slope and hills (van
Zuidam, 1983).
- Danau Motonuno berlokasi di Desa Lohia, Kecamatan Lohia, Kabupaten
Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Morfologi sekitar lokasi ini memiliki
karakteristik topografi bergelombang – bergelombang kuat dengan sedikit
depresi hasil pelarutan yang merupakan unit karst plateaus (van Zuidam,
1983).

- Meleura merupakan kawasan pantai yang terletak di Desa Lohia, Kecamatan


Lohia, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pantai ini dicirikan
oleh pantai berpasir putih yang merupakan hasil rombakan dari batugamping
terumbu, bentukan topografi karst, dengan relief tinggi dan membentuk
tebing-tebing curam, garis pantai berkelok membentuk teluk (embayment
beach) dan tanjung kecil. Pantai ini merupakan jenis pantai terumbu karang
(Rochmanto dan Franscies, 2012). Gelombang pantai tidak terlalu kuat,
endapan sedimen di pantai ini berukuran pasir halus – kerikil dengan
campuran material berupa cangkang organismelaut.
- Randano Gaghe terletak di Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Keadaan morfologi sekitarRandano Gaghe berupa bukit-
bukitkarst dan tebingtebing karst yang secara keseluruhan memiliki
karakteristik lereng menengah – curam, bergelombang kuat – berbukit,
permukaan tidak teratur dengan beberapa depresi hasil pelarutan yang
tergolong ke dalam unit morfologi karst/ denudation slope and hills (van
Zuidam, 1983). Di Randano Gaghe ada tiga tempat yang dapat dijadikan
objek wisata baik sebagai objek wisata umum maupun objek wisata geologi
yaitu Danau Randano Gaghe.

- Danau Moko terletak di Desa Oempu, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten


Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas wilayah mencapai 1 Ha. Di
lokasi ini dapat dijumpai beberapa ekor penyu hijau (Chelonia mydas) dan
penyu sisik (Eretmochelys imbricate). Danau ini terbentuk melalui
pembentukan dolina dengan bentukan dolina corong. Dolina ini merupakan
dolina amblesan yang terbentuk karena lapisan batugamping ambles secara
perlahan-lahan diakibatkan keterdapatan rongga di bawah lapisan
batugamping, rongga ini disebabkan karena adanya aliran air bawah
permukaan. Dolina tipe ini dicirikan oleh terdapatnya rombakan
batugamping dengan sortasi jelek di dasar dolina dan lereng yang miring
hingga terjal.
- Tanjung Labora terletak di Desa Labora, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten
Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Keadaan morfologi sekitar Tanjung
Labora berupa topografi dengan lereng menengah – curam, bergelombang
kuat– berbukit, permukaan tidak teratur, terdapat depresi hasil pelarutan dan
sedikit lembah kering yang tergolong kedalam unit morfologi karst atau
denudation slop eandhills (van Zuidam,1983). Litologi penyusun daerah ini
adalah batugamping yang merupakan golongan dari batuan sedimen karbonat.

- Bukit Wakila terletak di Desa Kondongia, Kecamatan Lohia. Keadaan


morfologi sekitar bukit ini berupa bukit-bukit karst yang secara keseluruhan
tergolong dalam berbukit bergelombang. Objek ini dapat digunakan sebagai
objek pengamatan geomorfologi Pulau Muna yang mana pada bagian utara
dan timur dapat diamati dataran dan pantai yang berada di bagian pesisir pulau
sedangkan pada bagian barat dan selatan dapat diamati morfologi-morfologi
berupa kerucut karst dan menara karst.

Anda mungkin juga menyukai