Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS GRANULOMETRI*

Sedimentologi Analisis
Granulometri

ANALISIS GRANULOMETRI

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari analisis granulometri adalah memisahkan fraksi butiran pasir pada
ukuran (diameter) tertentu.
Adapun tujuan dari analisis ini adalah:
1. Menentukan harga-harga quartil, median, diameter, koefisien sortasi, skewness dan
kurtosis.
2. Mengetahui proses-proses sedimentasi yang bekerja membentuk sedimen/ batuan
sedimen.
3. Menafsirkan lingkungan pengendapan.

2. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


Dalam analisis digunakan alat sebagai berikut:
1. Sampel spliter
2. Mesin pengayak
3. Ayakan menurut skala wentworth
4. Timbangan
5. Buku catatan
6. Kertas grafik
7. Kalkulator

3. DASAR TEORI
Gerakan air dan udara biasanya akan memisahkan partikel-partikel menurut ukuran
butirnya. Ukuran butir dalam sedimen atau batuan sedimen akan mencerminkan:
1. Resistensi batuan terhadap pelapukan, erosi dan abrasi
2. Proses-proses sedimentasi yang meliputi pengangkatan dan pengangkutan (antara
lain dengan rolling, saltasi, traksi, sliding, suspensi)
Proses-proses itulah yang akan membentuk kenampakan tekstur dan struktur batuan
sedimen atau sedimen yang bersangkutan.
Aspek tekstur yang dapat dianalisis dengan metode Granulometri antara lain mean,
median, modus, koefisien sortasi, koefisien kepencengan, standar deviasi dan kurtosis.
Adapun batasan masing-masing pengertian tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Mean merupakan harga rata-rata dari suatu kurva.

2
Sedimentologi Analisis
Granulometri

Median adalah nilai tengah dari suatu kurva.


Modus merupakan puncak maksimal penyebaran klas ukuran butir tertentu.
Sortasi adalah tingkat keseragaman ukuran butir. Sortasi dapat tercermin dari tinggi-
rendahnya atau lebar sempitnya suatu kurva. Kurva yang pendek dan lebar
mencerminkan sortasi jelek, sebaliknya kurva yang tinggi dan sempit mencerminkan
sortasi baik (Gbr 1 dan 2).
Standar Deviasi merupakan nilai statistik yang mencerminkan sejauh mana klas besar
butir menyimpang dari harga rata- rata. Semakin kecil harga standar deviasi semakin
baik harga sortasinya dan sebaliknya.
Skewness adalah ukuran tingkat kecondongan penyebaran besar butir (Gbr 3).
Kurtosis adalah derajat kemancungan suatu kurva yang menunjukkan harga
perbandingan antara pemilahan bagian tengah terhadap pemilahan bagian tepi kurva.
4. CARA PERHITUNGAN :
Menurut Friedman (1978) harga-harga SO, Sk dan K dapat ditentukan dengan dua
cara, yaitu:
1. Grafis
2. Matematis/perhitungan

4.1. GRAFIS
Harga-harga Q1; Q2 ; Q3 ditentukan secara grafik yaitu dari grafik kumulatif, dimana:
Q1 = P25 dengan menarik harga prosentase 25 % dari grafik kumulatif.
Q2 = P50 dengan menarik harga prosentase 50 % dari grafik kumulatif.
Q3 = P75 dengan menarik harga prosentase 75 % dari grafik kumulatif.
Dengan mengetahui harga-harga Q1; Q2 dan Q3 , maka dapat kita tentukan harga-harga :

a. Mean ( )

Perhitungan rataan empirik menggunakan rumus persamaan statistik berikut

(Blott and Pye, 2001).

Dimana : = rataan empiric

F = frekuensi

3
Sedimentologi Analisis
Granulometri

= mid-point untuk masing-masing kelas (mm).

b. Sortasi
Menurut Friedman dan Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran

ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata.

Dimana : = nilai sortasi

= frekuensi

= mid-point untuk masing-masing kelas (mm)

= rataan empiric

Kelas nilai sortasi di dasarkan pada klasifikasi Folk dan Ward (1957) Tabel 2.

dibawah ini.

Tabel 2. Klasifikasi Sortasi (So) menurut Folk dan Ward (1957)


Nilai Sortasi Klasifikasi
< 0,35 Very well sorted

0,35 – 0,50 Well sorted


0,50 – 0,71 Moderately well sorted
0,71 – 1,00 Moderately sorted
1,00 – 2,00 Poorly sorted
2,00 – 4,00 Very poorly sorted
> 4,00 Extremely poorly sorted

c. Skewness (Sk)
Nilai kemencengan adalah penyimpangan distribusi ukuran butir terhadap

distribusi normal. Distribusi normal adalah suatu distribusi ukuran butir dimana pada

bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak. Butiran yang lebih

kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama.

4
Sedimentologi Analisis
Granulometri

Persamaan statistik dan klasifikasi kemencengan berdasarkan persamaan yang dibuat

Blott and Pye (2001):

Dimana : = nilai kemencengan.

= frekuensi.

= mid-point untuk masing-masing kelas (mm).

= rataan empiric.

= nilai sortasi.

Kelas nilai Skewness didasarkan pada klasifikasi Folk and Ward (1957) Tabel 3,

dibawah ini.

Tabel 3. Klasifikasi Skewness (Sk) menurut Folk dan Ward (1957)


Nilai Skewness Klasifikasi
+1.0 sd +0,3 Very fine skewness
+0,3 sd +0,1 Fine skewness
+0,1 sd -0,1 Near symmetrical
-0,1 sd -0,3 Coarse skewness
-0,3 sd -1,0 Very coarse skewness

d. Kurtosis (K)
Kurtosis menunjukkan kepuncakan atau kedataran distribusi dalam perbandingan

kepada distribusi normal. Kurtosis dihitung dengan pendekatan oleh Folk & Ward

(1957) yang dikelompokkan ke dalam enam kategori.

Dimana : = nilai kurtosis

= frekuensi.

5
Sedimentologi Analisis
Granulometri

= mid-point untuk masing-masing kelas (mm).

= rataan empiric.

= nilai sortasi.

Kelas nilai Kurtosis (K) didasarkan pada klasifikasi Folk and Ward (1957) Tabel

4, dibawah ini.

Tabel 4. klasifikasi Kurtosis (K) menurut Folk dan Ward (1957)


Nilai Kurtosis Klasifikasi
<0,67 Very platycurtic
0,67 – 0,90 Platycurtic
0,90 – 1,11 Mesokurtic
1,11 – 1,50 Leptokurtic
1,50 – 3,00 Very leptokurtic
>3,00 Extremely leptokurtic

e. Analisiss Morfologi Butir


Tucker (1991) menyatakan bahwa aspek morfologi butir adalah bentuk (form),

derajat kebolaan (sphericity), dan derajat kebundaran (roundness). Sementara itu,

Pettijohn (1975) dan Boggs (1992) menekankan bahwa aspek morfologi luar suatu butir

meliputi bentuk (form), kebundaran (roundness), dan tekstur permukaan.

1. Bentuk Butir

Bentuk butir (form atau shape) merupakan kenampakan partikel secara tiga

dimensi yang berkaitan dengan perbandingan antara ukuran panjang sumbu panjang,

menengah, dan pendeknya. Zingg (1935), untuk menetukan bentuk butir di gunakan

perbandingan a/b dan c/b untuk menjelaskan butir dalam empat bentuk yaitu oblate,

prolate, equant, dan bladed. Dimana, a : panjang (sumbu panjang), b : lebar (sumbu

menengah), dan c : tebal/tinggi (sumbu pendek). Yang dapat dilihat pada Gambar 7

dan Tabel 5 dibawah ini.

6
Sedimentologi Analisis
Granulometri

Gambar 7, Macam bentuk butir menurut klasifikasi Zingg (1935).

Tabel 5, Nilai kelas bentuk butir klasifikasi Zingg (1935).

No Kelas b/a c/b Bentuk


I >2/3 <2/3 Oblate (dicoidal)
II >2/3 >2/3 Equant
(Equiaxial/spherical)
III <2/3 <2/3 Bladed (Triaxial)
IV <2/3 >2/3 Prolate (Rod-shaped)

2. Kebolaan (Sphericity)

Kebolaan merupakan ukuran butiran hingga mendekati bentuk bola (Surjono,

2011). Sneed dan Folk (1958) penentuan ukuran butir dapat diproyeksikan secara

maksimum dalam menentukan sphericity dengan menggunakan rumus maximum

projection sphericity (ΨP). Persamaan matematis rumus proyeksi maksmimum dapat

ditulis dengan:

ΨP = …………………………………………………………………….(5)

Dimana : ΨP = maximum projection sphericity

7
Sedimentologi Analisis
Granulometri

DL = panjang

DI =  menengah.

DS = pendek

Boggs (1987) menyatakan bahwa hasil perhitungan sphericity yang sama

terkadang diperoleh pada semua bentuk butir. Bahwa partikel dengan bentuk berbeda

bisa mempunyai nilai sphericity yang sama. Untuk mendefisinikan sphericity dari

hitungan matematis, maka pendekatan yang dilakukan untuk sphericity yaitu dengan

visual comparison yang dibuat oleh Rittenhouse (1943) dan klasifikasi Folk (1968)

menjelaskan sphericity dalam 7 kelas. Yang dapat dilihat pada Gambar 8 dan Tabel 6

dibawah ini.

Gambar 8, Visual Sphericity Comparison (Rittenhouse, 1943)

Tabel 6, Hubungan antara Sphericity Folk (1968) dan korelasinya pada

Visual Sphericity Comparison (Rittenhouse, 1943)

Hitungan Matematis Kelas

0.6 Very elongate

0.60-0.63 Elongate

0.63-0.66 Subelongate

8
Sedimentologi Analisis
Granulometri

0.66-0.69 Intermediate shape

0.69-0.72 Subequant

0.72-0.75 Equant

>0.75 Very equant

3. Kebundaran (Roundness)

Roundness merupakan ketajaman pinggir dan sudut suatu material sedimen

klastik. Menurut Wadell (1932), pengukuran roundness suatu butir dilakukan dengan

cara mengukur masing-masing sudut butiran tersebut, kemudian jari-jari kelengkungan

butiran tersebut dibandingkan dengan jari-jari lingkaran maksimum yang dapat

dimasukkan pada butiran tersebut.

Rw = =

Dimana: r = Jari–jari kurva setiap sudut.

R = Jari–jari maksimum bola yang dapat masuk dalam butir.

N = Banyaknya sudut yang diukur.

Powers (1953) membuat suatu visual roundness, agar penentuan roundness

butiran dapat dilakukan dengan cara dengan membandingkan kenampakan (visual

comparison). Yang dapat dilihat pada Gambar 9 dan Tabel 7 dibawah ini.

9
Sedimentologi Analisis
Granulometri

Gambar 9. Visual roundness secara sketsa untuk visual comparison

(Powers, 1953)

Tabel 7. Hubungan antara klasifikasi kelas roundness, Wadell (1932) dan

korelasinya pada Visual roundness, Powers (1953).

Interval Kelas Visual Kelas


(Wadell, 1932) (Powers, 1953)
0.12 – 0.17
Very angular

0.17 – 0.25 Angular

0.25 – 0.35 Subangular

0.35 – 0.49 Subrounded

0.49 – 0.70 Rounded

0.70 – 1.00 Well rounded

5. PENAFSIRAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BERDASARKAN


ANALISIS UKURAN BUTIR
Lingkungan pengendapan didefinisikan sebagai suatu bagian dari permukaan yang
secara fisik, kimia dan biologis berbeda dengan daerah-daerah disekitarnya (Selley,
1980). Ketiga parameter diatas meliputi flora dan fauna, kondisi geologi, geomorfologi,
iklim, cuaca, kedalaman air, suhu, salinitas dan arus air.
Studi mengenai penggunaan aspek tekstur untuk menafsirkan lingkungan
pengendapan telah dilakukan oleh beberapa pakar dan beberapa diantaranya
mendapatkan hasil yang memuaskan. Metode yang sering digunakan dalam pekerjaan
tersebut adalah dengan analisis granulometri. Beberapa penelitian seperti Moiola dan
Weiser (1968), Visher (1969), Friedman (1979) telah mempublikasikan penelitian
mengenai metoda penafsiran lingkungan pengendapan berdasarkan data hasil analisis
granulometri (Tabel 2).

10
Sedimentologi Analisis
Granulometri

FORMULIR PENCATATAN GRANULOMETRI

Dikerjakan oleh : Tanggal :


No. Contoh : Lokasi :
Keterangan :

Berat contoh mula-mula + becker/ wadah : gram


Berat Becker / Wadah : gram

Berat contoh : gram


Berat contoh setelah diproses : gram
Selisih berat : - = gram

11
Sedimentologi Analisis
Granulometri

Mesh Diameter Diameter Berat yang tinggal Persen Persen


(mm) (phi) di atas ayakan Berat Kumulatif
(gr) (%) (%)

JUMLAH

FORMULIR PENCATATAN GRANULOMETRI


Nama Kelompok :
Kode Sampel :
Koordinat :
Nilai Mean :
Nilai Sortasi :
Nilai Skewness :
Nilai Kurtosis :
Morfologi butir
- Bentuk butir :
- Kebolaan ;
- Kebundaran :

12

Anda mungkin juga menyukai