Sedimentologi Analisis
Granulometri
ANALISIS GRANULOMETRI
3. DASAR TEORI
Gerakan air dan udara biasanya akan memisahkan partikel-partikel menurut ukuran
butirnya. Ukuran butir dalam sedimen atau batuan sedimen akan mencerminkan:
1. Resistensi batuan terhadap pelapukan, erosi dan abrasi
2. Proses-proses sedimentasi yang meliputi pengangkatan dan pengangkutan (antara
lain dengan rolling, saltasi, traksi, sliding, suspensi)
Proses-proses itulah yang akan membentuk kenampakan tekstur dan struktur batuan
sedimen atau sedimen yang bersangkutan.
Aspek tekstur yang dapat dianalisis dengan metode Granulometri antara lain mean,
median, modus, koefisien sortasi, koefisien kepencengan, standar deviasi dan kurtosis.
Adapun batasan masing-masing pengertian tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Mean merupakan harga rata-rata dari suatu kurva.
2
Sedimentologi Analisis
Granulometri
4.1. GRAFIS
Harga-harga Q1; Q2 ; Q3 ditentukan secara grafik yaitu dari grafik kumulatif, dimana:
Q1 = P25 dengan menarik harga prosentase 25 % dari grafik kumulatif.
Q2 = P50 dengan menarik harga prosentase 50 % dari grafik kumulatif.
Q3 = P75 dengan menarik harga prosentase 75 % dari grafik kumulatif.
Dengan mengetahui harga-harga Q1; Q2 dan Q3 , maka dapat kita tentukan harga-harga :
a. Mean ( )
F = frekuensi
3
Sedimentologi Analisis
Granulometri
b. Sortasi
Menurut Friedman dan Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran
= frekuensi
= rataan empiric
Kelas nilai sortasi di dasarkan pada klasifikasi Folk dan Ward (1957) Tabel 2.
dibawah ini.
c. Skewness (Sk)
Nilai kemencengan adalah penyimpangan distribusi ukuran butir terhadap
distribusi normal. Distribusi normal adalah suatu distribusi ukuran butir dimana pada
bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak. Butiran yang lebih
kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama.
4
Sedimentologi Analisis
Granulometri
= frekuensi.
= rataan empiric.
= nilai sortasi.
Kelas nilai Skewness didasarkan pada klasifikasi Folk and Ward (1957) Tabel 3,
dibawah ini.
d. Kurtosis (K)
Kurtosis menunjukkan kepuncakan atau kedataran distribusi dalam perbandingan
kepada distribusi normal. Kurtosis dihitung dengan pendekatan oleh Folk & Ward
= frekuensi.
5
Sedimentologi Analisis
Granulometri
= rataan empiric.
= nilai sortasi.
Kelas nilai Kurtosis (K) didasarkan pada klasifikasi Folk and Ward (1957) Tabel
4, dibawah ini.
Pettijohn (1975) dan Boggs (1992) menekankan bahwa aspek morfologi luar suatu butir
1. Bentuk Butir
Bentuk butir (form atau shape) merupakan kenampakan partikel secara tiga
dimensi yang berkaitan dengan perbandingan antara ukuran panjang sumbu panjang,
menengah, dan pendeknya. Zingg (1935), untuk menetukan bentuk butir di gunakan
perbandingan a/b dan c/b untuk menjelaskan butir dalam empat bentuk yaitu oblate,
prolate, equant, dan bladed. Dimana, a : panjang (sumbu panjang), b : lebar (sumbu
menengah), dan c : tebal/tinggi (sumbu pendek). Yang dapat dilihat pada Gambar 7
6
Sedimentologi Analisis
Granulometri
2. Kebolaan (Sphericity)
2011). Sneed dan Folk (1958) penentuan ukuran butir dapat diproyeksikan secara
ditulis dengan:
ΨP = …………………………………………………………………….(5)
7
Sedimentologi Analisis
Granulometri
DL = panjang
DI = menengah.
DS = pendek
terkadang diperoleh pada semua bentuk butir. Bahwa partikel dengan bentuk berbeda
bisa mempunyai nilai sphericity yang sama. Untuk mendefisinikan sphericity dari
hitungan matematis, maka pendekatan yang dilakukan untuk sphericity yaitu dengan
visual comparison yang dibuat oleh Rittenhouse (1943) dan klasifikasi Folk (1968)
menjelaskan sphericity dalam 7 kelas. Yang dapat dilihat pada Gambar 8 dan Tabel 6
dibawah ini.
0.60-0.63 Elongate
0.63-0.66 Subelongate
8
Sedimentologi Analisis
Granulometri
0.69-0.72 Subequant
0.72-0.75 Equant
3. Kebundaran (Roundness)
Rw = =
comparison). Yang dapat dilihat pada Gambar 9 dan Tabel 7 dibawah ini.
9
Sedimentologi Analisis
Granulometri
(Powers, 1953)
10
Sedimentologi Analisis
Granulometri
11
Sedimentologi Analisis
Granulometri
JUMLAH
12