Anda di halaman 1dari 7

LABORATORIUM SEDIMENTOGRAFI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

LAPORAN GRANULOMETRI

NAMA : Natashia Christy Viony (12314001)

Gilman Al Fatih (12314020)

Missela Yosephin (12314024)

Antonius Darianto (12314037)

M Nazar Qodri (12314049)

Anugrah Muzaki Puar (12314065)

SHIFT : Rabu, 13.00-15.00

ASISTEN : M Rizki (12012071)

Cindytami R (12012085)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2014
MODUL GRANULOMETRI
Natashia Christy Viony, Gilman Al Fatih, Missela Yosephin, Antonius Darianto, M Nazar
Qodri, Anugrah Muzaki Puar
12314001, 12314020, 12314024, 12314037, 12314049,12314065
Program Studi Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
E-mail: missyosephin@gmail.com

Asisten: M Rizki/12012071
Cindytami R/12012085

Abstrak
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui tentang penyebaran besar butir
pada sedimen klastik pasir secara pasti dengan metode granulometri sehingga dapat menjadi acuan untuk
mengetahui mekanisme arus yang bekerja pada saat pengendapan sedimentasi berlangsung, atau untuk
menentukan mekanisme pengendapan modern dan proses transport dengan pendekatan analisis granulometri.
Analisis granulometri adalah suatu metoda untuk mengamati secara kuantitatif persentase perbedaan ukuran
butir dari pecahan sedimen dan batuan sedimen. Hasil dari percobaan ini menunjukkan sampel yang
dianalisa mengalami mekanisme transportasi bed load, saltasi, dan suspension load dan sampel diendapkan
pada lingkungan pengendapan delta sesuai grafik dari Visher (1969).
Kata kunci : butiran, granulometri, bed load, saltasi, suspension load

I. Pendahuluan uji coba yang dilakukan di laboratorium


sedimentologi.
1.1 Dasar Teori  Mencari kelainan dan kurva normal,
Suatu batuan yang bersifat klastik, terdiri berdasarkan plot data yang diproses dari
dari berbagai partikel diskrit dari berbagai analisis ayak.
ukuran. Berdasarkan metode visher (1969),  Menafsirkan nilai-nilai granulometri,
dinyatakan bahwa dalam suatu lingkungan dimana ini akan memberikan gambaran
pengendapan dapat terjadi lebih dari satu akan :
proses sedimentasi. Akibat proses a. Parameter lingkungan pengendapan
sedimentasi yang banyak akan menyebabkan (berdasarkan Friedman, 1979 dalam prinsip-
pencampuran populasi sehingga prinsip sedimentasi, Koesoemadinata)
mengakibatkan kurva frekuensi penyebaran b. Energi local yang setiap saat berganti dan
butir menjadi tidak normal. kembali.
Granulometri atau sering diterjemahkan
dengan Analisa Besar Butir dilakukan untuk Lebih lengkapnya, ada beberapa
mengetahui tingkat resistensi butiran metode atau cara yang dilakukan untuk
sedimen terhadap proses-proses eksogenik menganalisis distribusi ukuran butir, yaitu
seperti pelapukan erosi dan abrasi dari cara grafis dan cara matematis. Analisis yang
provenance, serta proses transportasi dan dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
deposisinya. Hal-hal tersebut merupakan beberapa parameter. Parameter nilai pada
variabel penting dalam melakukan suatu pengukuran butir sedimen antara lain ukuran
interpretasi. butir rata-rata (mean), keseragaman butir
Menurut Boggs (1987), ada 3 faktor yang (sorting), skewness, dan kurtosis. Parameter
mempengaruhi ukuran butir batuan sedimen, tersebut dapat ditentukan nilainya
yaitu variasi ukuran butir sedimen asal, berdasarkan perhitungan secara grafis
proses transportasi, dan energi pengendapan. maupun secara matematis. Perhitungan
Data-data hasil analisis ukuran butir sedimen secara grafis menggunakan persamaan yang
tersebut digunakan untuk mengetahui 3 berdasarkan nilai phi pada sumbu horizontal
faktor tersebut secara jelas. kurva prosentase frekuensi kumulatif.
Sedangkan perhitungan matematis
Analisis granulometri dilakukan menggunakan rumus umum momen pertama
berdasarkan : dengan asumsi bahwa kurva distribusi
 Data dari metode granulometri, dimana frekuensinya bersifat normal (Gaussian).
data merupakan analisis dari data hasil
Median
Median adalah ukuran butir partikel tepat Tabel 2. Skewness
pada tengah-tengah populasi, yang berarti Nilai Skewness Klasifikasi
separuh dari berat keseluruhan partikel +1.0 sd +0,3 Very fine skewness
adalah lebih halus sedangkan separuh
lainnya lebih kasar dari ukuran butir +0,3 sd +0,1 Fine skewness
tersebut. Median dapat dilihat secara +0,1 sd -0,1 Near symmetrical
langsung dari kurva komulatif, yaitu nilai
-0,1 sd -0,3 Coarse skewness
phi pada titik dimana kurva komulatif
memotong nilai 50%. -0,3 sd -1,0 Very coarse
skewness
Mode
Mode merupakan ukuran butir yang
frekuensi kemunculannya paling sering Kurtosis
(paling banyak). Nilai mode adalah nilai phi Kurtosis dapat menunjukan harga
pada titik tertinggi kurva frekuensi. perbandingan antara pemilahan bagian
tengah terhadap bagian tepi dari suatu kurva.
Mean Untuk menentukan harga K digunakan rumus
Mean adalah nilai rata-rata ukuran butir. yang diajukan oleh Folk (1968).
Pada umumnya ukuran butir ini dinyatakan
dalam phi ataupun dalam satuan mm. Tabel 3. Kurtosis
Nilai Kurtosis Klasifikasi
Sortasi <0,67 Very platycurtic
Sortasi adalah nilai standar deviasi 0,67 – 0,90 Platycurtic
distribusi ukuran butir (sebaran nilai di
sekitar mean). Parameter ini menunjukkan 0,90 – 1,11 Mesokurtic
tingkat keseragaman butir. 1,11 – 1,50 Leptokurtic

Tabel 1. Sortasi 1,50 – 3,00 Very leptokurtic


Nilai Standard Deviasi Klasifikasi >3,00 Extremely leptokurtic
< 0,35 Very well sorted
0,35 – 0,50 Well sorted 1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bermaksud untuk
0,50 – 0,71 Moderately well
mempelajari dan mengetahui tentang
sorted penyebaran besar butir pada sedimen klastik
0,71 – 1,00 Moderately sorted pasir secara pasti dengan metode
granulometri.
1,00 – 2,00 Poorly sorted Data penelitian yang didapat kemudian
2,00 – 4,00 Very poorly sorted menjadi acuan untuk mengetahui
mekanisme arus yang bekerja pada saat
> 4,00 Extremely poorly
pengendapan sedimentasi berlangsung, atau
sorted untuk menentukan mekanisme pengendapan
modern dan proses transport dengan
Skewness (Sk) pendekatan analisis granulometri.
Skewness menyatakan derajat Selain itu, penelitian ini juga untuk
ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk mengetahui dan memahami penggunaan
berharga positif maka sedimen yang alat-alat yang digunakan dalam analisa suatu
bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar sampel serta beberapa cara dalam analisis
lebih banyak dari jumlah butir yang halus besar butir sedimen.
dan sebaliknya jika berharga negatif maka
sedimen tersebut mempunyai jumlah butir II. Metode Percobaan
halus lebih banyak dari jumlah butir yang Pada praktikum ini dilakukan percobaan
kasar. mengenai pemilahan ukuran butir (grain
size) pada sampel butiran yang acak. Alat-
alat yang digunakan pada percobaan kali ini
yaitu satu set sieve berbagai ukuran mulai
dari mesh 30; 40; 50; 70; 100; 140; 200 dan
270, satu set shaker, satu set timbangan,
serta sampel butiran sebanyak 100 gr.
Dengan menggunakan shaker akan
dilakukan pengayakan selama 10 menit,
hingga sampel tersebut akan dipisahkan
berdasarkan ukuran mesh. Massa yang
tertinggal di setiap ukuran mesh akan
dihitung hingga kemudian dibuat
persentasenya. Lalu dari persentase
kumulatif yang didapatkan, akan di plot
terhadap phi.

III. Data dan Pengolahan

Tabel 4. Hasil pengukuran massa butiran setelah


proses pengayakan

Gambar 1. Grafik Granulometri Hasil Percobaan

Berat Wadah Sampel awal = 4.7483 g


Gambar 2. Grafik Persebaran Butir
Berat Sampel + Wadah awal = 104.9949 g
Berat Sampel awal = 100.2466 g
Perhitungan Standar Deviasi (D):
Berat Sampel Yang Hilang = 0.0429 g 𝜙84 − 𝜙16 𝜙95 − 𝜙5
Persen Galat = 0.04279447 % 𝐷= +
4 6.6
1.9 − (−0.6) 2.7 − (−2.3)
= +
4 6.6
= 3.67
Perhitungan Skewness (S):
𝜙84 + 𝜙16 − 2 𝜙50 𝜙95 + 𝜙5 − 2 𝜙50
𝑆= +
2 𝜙84 − 𝜙16 2 𝜙95 − 𝜙5
1.9 + −0.6 − 2 0.6 2.7 + −2.3 − 2 0.6
= +
2 1.9 − −0.6 2(2.7 − (−2.3)
= −0.14

Perhitungan Kurtosis (K):


𝜙95 − 𝜙5 2.7 − −2.3
𝐾= =
2.44 𝜙75 − 𝜙25 2.44(1.44 − (−0.2)
= 1.25
IV. Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan, massa V. Kesimpulan
sampel sedimen awal sebelum pengayakan 1. Sampel yang dianalisa mengalami
adalah 100.2466 g, lalu massa sampel sedimen mekanisme transportasi bed load, saltasi,
setelah pengayakan adalah 100.2037 g. Terdapat dan suspension load.
selisih massa yang hilang yaitu sebesar 0.0429 g 2. Sampel diendapkan pada lingkungan
dengan persen galat 0.0427 %. Massa yang pengendapan delta sesuai grafik dari
hilang ini disebabkan oleh butir-butir sedimen Visher (1969).
yang tumpah atau tertinggal di mesh ketika VI. Daftar Pustaka
menuangkan sedimen ke dalam tiap wadah.
Dari grafik frekuensi butir didapat bahwa [1] Visher.GS, 1969, Grain Size Distribution
butir paling banyak berada pada diameter > 0.761 and Depositional Processes, Journal of
phi, yang berarti banyak sedimen tertinggal di Sedimentary Petrology v. 39 No. 3 1074 –
mesh 30 dengan persentase 18.3423 % dari total 1106. Halaman 1090 – 1091. Tulsa : SEPM.
sampel.
Perhitungan data di atas merupakan [2] Gao, S. And M. Collins. 1992. Net
perhitungan parameter statistik dari ukuran butir sediment transport patterns inferred from
(Folk & Ward, 1957). Dari perhitungan rata-rata grain-size trends, based upon definition of
besar butir didapat nilai phi sebesar 0.63 yang “transport vectors”. Sedimentary Geology.
sehingga sedimen ini merupakan sedimen dengan 80:47-60.
kategori ukuran butir pasir kasar menurut skala
wentworth. Perhitungan standar deviasi
menunjukkan nilai 3.67, menurut Folk & Ward
(1957) sortasi dari sedimen ini termasuk dalam
kategori very poorly sorted. Perhitungan
skewness menunjukkan nilai - 0.14 yang berarti
grafik frekuensi butir memiliki skewness negatif
yang menunjukkan bahwa jumlah butir yang
halus lebih banyak dari jumlah butir yang kasar.
Perhitungan kurtosis menunjukkan nilai 1.25,
menurut Folk & Ward (1957) berarti grafik
frekuensi butir memiliki kurtosis leptokurtic.
Grafik semi-log diplot berdasarkan
diameter phi pada sumbu-x dan persen kumulatif
pada sumbu-y. Ditarik garis lurus AB, BC, dan
CD. Garis AB menunjukkan butiran kasar dengan
mekanisme transportasi bed load. Garis BC
menunjukkan menunjukkan butiran halus dengan
mekanisme transportasi saltasi. Garis CD
menunjukkan butiran sangat halus dengan
mekanisme transportasi suspension load.
Garis AB dan BC berpotongan pada nilai
phi sekitar 1,3. Garis BC dan CD berpotongan
pada nilai phi sekitar 2,7. Menurut Visher (1969),
bila butir kasar berakhir pada ukuran skala phi 1-
2 dan butir halus berakhir pada skala phi 2,5-3,5
berarti memiliki populasi saltasi yang sortasinya
buruk dan jangakauan ukurannya luas. Hal ini
seperti yang telah ditunjukkan pada hasil
perhitungan parameter statistik dari ukuran butir
(Fold & Ward, 1957) sebelumnya.
Dengan mencocokan grafik hasil dengan
grafik yang diperoleh Visher (1969). Diperoleh
lingkungan pengendapan berupa delta (Almataha
River Estuary). Hal ini sesuai dengan karakter
butir pada percobaan ini yang menunjukkan
tempat pengendapan berada pada lingkungan
sungai pada zona interaksi dari gelombang dan
arus pasang (tidal current).
LAMPIRAN

Grafik Semi-Log
100
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
78
76
74
72
70
68
66
64
62
60
Persen Kumulatif (%)

58
56
54
52
50
48
46
44
42
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

Skala phi

Gambar 3. Grafik Hasil Percobaan


Grafik Frekuensi Butir
20
19
18
17
16
15
14
Persentase (%)
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1,5 -0,5 0,5 1,5 2,5 3,5

Skala phi

Gambar 4. Grafik Frekuensi Butir

Anda mungkin juga menyukai