FARMASI FISIKA
MIKROMERITIKA
KELOMPOK 2
SHIFT A
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2017
ABSTRAK
ABSTRACT
n 0,7575
125 33
1 0,42 3 13, 0,4 23,
200 30 0,8333
5 4 75
250 28 0,8928
2 0,22 2,8 13 0,4 23,
3 27 300 28 0,8928
0 52 0,4807
Asetosal
Starch
Jumlah
Volume Kerapatan
Ketukan Jumlah Volume Kerapatan
Ketukan % 125 = x 100%
0 55 0,4545
=19,3795 %
0,5 =23,0769%
100 50
% 250 = x 100%
125 48 0,5208
=28,2034%
200 45 0,5555
% 300 = x 100%
250 43 0,5813
=28,2034% (BURUK)
% 50 = x 100%
=7,6996%
Rasio Hausner
% 100 = x 100%
1. Asetosal = = = 1,39
=13,4653%
2. Amprotab = = = 1,26
% 125 = x 100%
3. Starch = = = 1,29
=17,3060%
1. Asetosal =19,2372%
% 300 = x 100%
% 50 = x 100%
=21,1579% (CUKUP)
= 5,1213%
3. Starch
% 100 = x 100%
% 50 = x 100% =
=10,2492 %
3,6259%
% 100 = x 100% = 9,1% bagi sifat-sifat. Baik sifat fisika, kimia,
dan farmakologik dari bahan tersebut.
% 125 = x 100% =
Dalam pembuatan sediaan-sediaan
12,73% seperti kapsul, tablet, granul, atau sirup
% 200 = x 100% = kering tentu perlu mempertimbangkan
18,18% ukuran partikel. Begitu pula akan
mempengaruhi kecepatan diskusi atau
% 250 = x 100% =
kelarutan dari satu sediaan obat
21,81%
sehingga efek yang ditimbulkan akan
% 300 = x 100% =
cepat bereaksi. Hal-hal semacam ini
22,73% (CUKUP) terutama sangat berpengaruh pada
PEMBAHASAN sediaan-sediaan yang mempunyai
bentuk sediaan seperti tablet, kapsul,
Praktikum kali ini yaitu tentang
dan lain-lainnya yang bersifat padat
mikromeritika, bertujuan menentukan
atau yang lainnya. Ukuran partikel
ukuran partikel secara mikroskopik,
bahan obat padat memiliki peranan
menentukan kerapatan partikel dengan
penting, sebab ukuran partikel
piknometer, menentukan kerapatan alir
memiliki pengaruh besar dalam
serbuk dan sudut, menentukan
pembuatan sediaan obat dan juga
kerapatan curah (ruah, longgar, bulk)
terhadap efek terapinya. Pengetahuan
dan kerapatan mampat, serta
dan pengendalian ukuran partikel
menentukan sifat aliran serbuk.
sangat penting dilakukan. Ukuran
Mikromeritika sendiri merupakan ilmu
partikel, yang berarti juga luas
yang mempelajari bentuk dan ukuran
permukaan spesifik partikel dapat
partikel kecil.
dihubungkan dengan sifat-sifat fisika,
Pengetahuan dan pengendalian ukuran
kimia, dan farmakologi satu obat.
dalam kisaran bentuk dan ukuran
Dalam pembuatan tablet dan kapsul,
partikel sangat penting dalam bidang
pengontrolan ukuran partikel sangat
farmasi, sebab merupakan penentu
penting dilakukan untuk mendapatkan
sifat alir yang tepat dari granulat dan massa dan mengukur volumenya,
serbuk. Formulasi yang berhasil dari karena kemungkinan ada celah celah
suspensi, emulsi, dan tablet, baik antara butiran-butiran sampel yang
dipandang dari segi stabilitas fisika terisi dengan udara. Oleh karena itu,
maupun dari segi respons biologisnya penentuan kerapatan dari asetosal
juga tergantung dari ukuran partikel digunakan piknometer sebagai alat
dan bahan obatnya. Secara klinik, penentu kerapatan partikel.
ukuran partikel mempengaruhi Piknometer adalah alat yang terbuat
pelepasan obat dari sediaannya yang dari kaca dan bentuknya menyerupai
diberikan baik secara oral, parental, botol parfum. Piknometer digunakan
resital, dan topikal. untuk mengukur kerapatan atau
Praktikum kali ini dilakukan percobaan densitas suatu zat. Piknometer
menentukan kerapatan partikel dengan memiliki berbagai ukuran volume, ada
piknometer, menentukan kecepatan yang 10 ml dan ada yang 25 ml. pada
alir dan sudut istirahat, menentukan percobaan ini digunakan volume
kecepatan curah (ruah) dan kerapatan piknometer 25 ml. sebelum
mampat untuk menentukan ukuran piknometer digunakan untuk
partikel secara mikroskopik kita tidak menentukan kerapatan asetosal,
melakukan percobaan tersebut piknometer perlu dibersihkan terlebih
dikarenakan keterbatasan alat dan dahulu agar kotoran yang ada
waktu, dan dalam percobaan ini pada piknometer tidak memengaruhi
sampel yang digunakan yaitu hasil kerapatannya, dan juga
amprotab, starch 1500, dan asetosal. piknometer perlu dikaibrasi dahulu.
Dalam menentukan kerapatan suatu zat Kalibrasi merupakan kegiatan untuk
dilakukan dengan membandingkan menentukan kebenaran nilai. Tujuan
massa dan volumenya, namun dari kalibrasi ini untuk mengurangi
pengukuran ini kurang akurat jika kesalahan dalam percobaan ini. Dalam
dilakukan dengan hanya menimbang menggunakan piknometer harus hati-
hati, seperti dalam memegang
piknometer jangan kontak langsung dalam suatu waktu tertentu. Suatu
dengan kulit tangan, karena itu akan serbuk dapat mengalir karena
memengaruhi nilai kerapatan sampel. dipengaruhi oleh ukuran partikel,
Sehingga dalam memegang bentuk, porositas dan kerapatan serta
piknometer bisa menggunakan sarung tekstur dari permukaannya.
tangan ataupun tisu. Ketika seluruh serbuk jatuh, terdapat
Menentukan kerapatan dengan timbunan serbuk, timbunan serbuk ini
piknometer ini merupakan penentuan dapat digunakan untuk menghitung
kerapatan partikel yang sederhana sudut istirahat. Sudut istirahat adalah
karena hanya membutuhkan alat sudut yang terbentuk antara lereng
piknometer dan cairan pelarut yang suatu timbunan serbuk dengan bidang
tidak melarutkan zat. Dari hasil di horizontal. Sudut istirahat dari
dapatkan kerapatan asetosal 1,26 percobaan ini adalah asetosal 31,19
gram/ml, starch 1,245 gram/ml, dan dengan waktu alir 0,02 detik,
amprotab 1,105 gram/ml. Penentuan
amprotab 22,6 dengan waktu 0,2867
kerapatan dengan piknometer
detik dan starch 1500 42,64 dengan
menggunakan solven berupa gliserin.
waktu 1,3267 detik. Umumnya serbuk
Asetosal tidak larut di gliserin.
Penggunaan solven yang tidak memiliki sudut istirahat antara 34-
melarutkan zat adalah untuk 48. Serbuk yang akan lebih mudah
mempermudah proses penentuan mengalir yaitu yang memiliki sudut
kerapatan. istirahat lebih kecil. Dengan demikian
Selanjutnya adalah penentuan serbuk yang memiliki laju alir tercepat
kecepatan alir sampel dan sudut berdasarkan sudut istirahatnya yaitu
istirahat. Waktu alir adalah waktu yang amprotab.
diperlukan untuk mengalir dari Selanjutnya menentukan kerapatan
sejumlah zat melalui lubang corong, mampat serbuk starch 1500, amprotab
yang diukur adalah zat yang mengalir dan asetosal. Pertama serbuk
ditimbang sebanyak 25 gr, kemudian ini memiliki hubungan dengan sifat
dimasukkan ke dalam gelas aliran serbuk. Semakin tinggi
ukur 100ml. Lalu volume awal persentase dari kompresibilitas suatu
dicatat, dan didapatkan volume awal serbuk, maka semakin buruk sifat
dari asetosal 39 ml, amprotab 52 ml, alir serbuk tersebut.
dan starch 55 ml. Kemudian, gelas Sifat alir serbuk juga dapat ditentukan
ukur tersebut diketuk- ketukan dengan dengan menggunakan rasio hausner
alat kompresibilitas hingga mencapai dengan membandingkan kerapatan
volume yang tetap (konstan). Dari mampat dengan kerapatan longgar.
percobaan ini dapat ditentukan nilai Nilai rasio hausner yang kurang
indeks Carr dengan cara kerapatan dari 1,25 menunjukkan sifat aliran
mampat dikurangi dengan kerapatan yang baik, sedangkan apabila nilainya
nyata, kemudian dibagi dengan lebih dari 1,5 maka serbuk tersebut
kerapatan mampat. Nilai indeks Carr memiliki aliran yang buruk. Pada
ini dinyatakan dalam persen.Dari praktikum ini diperoleh nilai rasio
percobaan ini, semakin banyak hausner untuk asetosal sebesar 1,39
jumlah ketukan maka volume ; amprotab 1,26 ; dan starch 1500
serbuk pada gelas ukur akan 1,29. Dengan demikian amprotab
menjadi semakin kecil atau padat. memiliki sifat aliran yang paling baik
Penurunan volume inilah yang dibandingkan dengan asetosal dan
menyebabkan nilai kerapatannya starch 1500.
menjadi lebih besar. Semakin
kerapatannya meningkat, maka
persentase Kompresibilitasnya
meningkat pula. Dari indeks Carr
SIMPULAN Amelia, Reni, Muh., Yani Zamzam,
dan Yusup. 2016. Formulasi
1. Dapat menentukan ukuran partikel
Granul Efervesen Ekstrak
secara mikroskopik
Kering Kulit Buah Manggis
2. Dapat menentukan kerapatan sejati
(Garciniae Mangostanae
dengan piknometer asetosal = 1,26
g
Cortex Fructus). Jurnal
/ml, starch = 1,245 g/ml, amprotab =
Medicalsains. Vol. 1 No. 1.
1,105 g/ml.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk
3. Dapat menentukan kecepatan alir
Sediaan Farmasi,
serbuk, asetosal = 2,467 s ; starch =
diterjemahkan oleh Ibrahim,
4,3 s; amprotab = 2,8 s, sedangkan
F., Edisi IV. Jakarta :
sudut asetosal = 31,19, amprotab =
Universitas Indonesia Press.
22,6, starch = 42,64
Budipratiwi, 2013. Buku Petunjuk
4. Dapat menentukan kerapatan curah
Praktikum Farmasi Fisik.
dan mampat
Tersedia online di
5. Dapat menentukan sifat aliran
http://library.unej.ac.id/client/
serbuk, asetosal = buruk, amprotab
search/asset/353 [Diakses
= cukup, starch = cukup
pada 15 Mei 2017]
Kurniawan, Dhadhang Wahyu, Adi,
DAFTAR PUSTAKA Yugatama, dan Rahajeng,
Akbar, Firman, Heru Sufianto, dan Puput Aryani. 2013.
Subhan Ramdlani. 2015. Penggunaan Tepung Agar
Model Atap Rumah yang Sebagai Pengikat Dalam
Tanggap terhadap Abu/Pasir Tablet Antidiabetes Ekstrak
Vulkanik Studi Kasus: Etanol Bawang Merah.
Letusan Gunung Kelud Lachman, L., dkk. 1989. Teori dan
Kecamatan Ngantang Praktek Farmasi Industri.
Malang. Jurnal Arsitektur. Jakarta: UI Press, Jakarta.
Vol. 1 No. 1.
Martin, A. 2008. Farmasi Fisika, edisi
II, Jilid 3. Jakarta: UI Press.
Moechtar. 1990. farmasi fisik.
Yogyakarta : UGM-press.
Parrot, E.L., 1970, Pharmaceutical
Technology Fundamental
Pharmaceutics, Third Ed., 82,
Burgess Pub. 6, Mineapolis.
Sinko, P. J. 2011. Martin Farmasi
Fisika dan Ilmu Farmasetika
edisi 5, diterjemahkan oleh
Tim Alih Bahasa Sekolah
Farmasi ITB, 706. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Lampiran
a. Kerapatan sejati