Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGAWET PADA PRODUK FARMASI

I.

KOMPETENSI UMUM
Praktikan dapat mengetahui efektifitas yang dimiliki suatu
pengawet berdasarkan jumlah pertumbuhan mikroorganisme.
II. KOMPETENSI KHUSUS
Praktikan dapat mengetahui penentuan efektifitas yang dimiliki
suatu pengawet (Propyl Paraben) berdasarkan jumlah pertumbuhan

III.

mikroorganisme pada hari 1, 7, 14, 21 dan 28.


PRINSIP
Penentuan efektifitas suatu pengawet

(Propyl

Paraben)

berdasarkan banyaknya jumlah pertumbuhan mikroorganisme.


IV.TINJAUAN PUSTAKA
Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan
pada sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap
kontaminasi

mikroorganisme.

Bahaya

dari

pencemaran

mikroorganisme, baik bakteri, jamur atau khamir terdapat dimanamana

selama

pembuatan,

pengemasan,

penyimpanan

dan

penggunaan obat, dimana manusia, lingkungan, (ruangan, udara),


bahan obat dan bahan pembantu, alat alat kerja seperti mesin
mesin dan bahan pengemas primer merupakan sumber kontaminasi
utama (Djide, 2006).
Untuk menghindari dan mengurangi kemungkinan pencemaran
suatu produk oleh mikroorganisme, dilakukan proses pengawetan
produk. Secara garis besar teknik pengawetan dapat dibagi dalam
tiga golongan yaitu pengawetan secara alami, pengawetan secara
biologis, dan pengawetan secara kimia. Syarat zat pengawet adalah
mampu membunuh kontaminan mikroorganisme, tidak toksik atau

Mira Ariana
150 2012 0391

Agung Kurniawan K

ANALISIS PENGAWET PADA PRODUK FARMASI


menyebabkan iritasi pada pengguna, stabil dan aktif, serta selektif dan
tidak bereaksi dengan bahan (Pratiwi, 2008).
Pada prinsipnya, upaya pengawetan

bahan

makanan

didasarkan pada (a) pencegahan atau penghilangan kontaminasi


mikroorganisme, (b) penghambatan pertumbuhan dan metabolisme
mikroorganisme, dan (c) pembunuhan mikroorganisme kontaminan.
Pemilihan metode pengawetan makanan harus memperhatikan jenis
dan sifat makanan yang akan diawetkan dan juga jenis spora bakteri
yang tahan terhadap pemanasan yang kemungkinan terdapat dalam
bahan makanan tersebut (Radji, 2008).
Suatu bahan pengawet diharapkan mempunyai sifat sifat
sebagai berikut (Djide, 2006) :
a. Tersatukan secara fisiologis, pada konsentrasi yang dipakai tidak
boleh muncul sikap toksis, alergi atau sensibilitasi.
b. Tersatukan dengan aktif dan bahan pembantu.
c. Stabilitas kimia, dikehendaki suatu stabil panas tertentu.
d. Bau dan rasa, terutama pada pemakaian peroral sebaiknya tidak
berbau dan berasa.
e. Spektrum kerja, pada konsentrasi yang diinginkan tetap bersifat
bakteriosida, bakteriostatika, fungisida, fungistatika.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai bahan pengawet
baik itu yang terdapat pada makanan, obat-obatan, dan komestika
dimana pengawet sangat berperan penting untuk digunakan dalam
mempertahankan

keutuhan

dari

suatu

produk.

Juga

dapat

menghambat pertumbuhan mikroba (Anonim, 2014).


Proses pengawetan secara alami meliputi proses pemanasan
dan pendinginan. Teknik liofilisasi atau teknik pengeringan beku
merupakan teknik preservasi (pengawetan) yang sangat terkenal dan
Mira Ariana
150 2012 0391

Agung Kurniawan K

ANALISIS PENGAWET PADA PRODUK FARMASI


biasa digunakan untuk mikroorganisme dengan kisaran yang luas.
Penerapan teknik tersebut diperkenalkan oleh Perlman dan Kikuchi
(1977) dan Heckly (1978). Teknik ini termasuk teknik pengawetan
secara alami dengan cara pembekuan kultur yang diikuti dengan
pengeringan dalam keadaan vakum untuk menghasilkan sublimasi air
sel. Teknik ini melibatkan pertumbuhan kultur ke fase sel stasioner
yang maksimal dan meresuspensi sel dalam media seperti susu,
serum, atau natrium glutamat. Beberapa tetes suspensi ditransfer ke
dalam ampul, kemudian dibekukan dan divakumkan sampai terjadi
sublimasi sempurna, dan ampul ditutup. Ampul disimpan dalam
pendinginan dan dapat bertahan hidup selama 10 tahun atau lebih
(Pratiwi, 2008).
Proses pengawetan secara biologis dapat dilakukan dengan
fermentasi (peragian), yaitu proses perubahan karbohidrat menjadi
alkohol. Zat-zat yang bekerja pada proses ini adalah enzim yang
dibuat oleh sel-sel ragi. Lamanya proses peragian tergantung pada
bahan yang akan diragikan (Pratiwi, 2008).
Pada proses pengawetan secara kimia, digunakan bahan
bahan

kimia

yang

bersifat

dapat

mencegah

pertumbuhan

mikroorganisme. Sebagai contoh adalah penggunaan gula pasir,


garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat, asam
sitrat, garam sulfat, dan lain lain. Proses pengasapan juga termasuk
cara kimia, sebab bahan bahan kimia dalam asam dimasukkan ke
dalam bahan makanan yang akan diawetkan (Pratiwi, 2008).

Mira Ariana
150 2012 0391

Agung Kurniawan K

ANALISIS PENGAWET PADA PRODUK FARMASI


Cara-cara dan usaha-usaha mengawetkan makanan telah lama
dikenal dan dijalankan oleh penghuni-penghuni daerah dingin maupun
daerah panas. Orang meras perlu berbuat demikian agar supaya
dapat mengatasi musim dingin atau musim paceklik. Adapun cara
yang paling sederhana dan paling murah ialah dengan jalan
pengeringan (Dwidjoseputro, 2006).
Adanya mikroorganisme dalam suatu sediaan obat dapat
menyebabkan perubahan sediaan obat yang tidak dikehendaki,
disamping itu dapat menyebabkan terjadinya bulukan, kekeruhan,
pembentukan bau, dan fermentasi dan bahaya terjadinya infeksi oleh
mikroorganisme patogen dan kemungkinan terbentuknya produk
metabolisme yang dihasilkan oleh mikroorganisme pencemar tersebut
(Djide, 2006).

Mira Ariana
150 2012 0391

Agung Kurniawan K

ANALISIS PENGAWET PADA PRODUK FARMASI


V. METODE KERJA
Disiapkan dua konsentrasi pengawet yaitu konsentrasi renyang
rendah dan konsentrasi rentang tinggi. Masing-masing konsentrasi
pengawet tersebut dipipet 1 ml lalu dituangkan kedalam vial, setelah
itu medium Nutrien Agar (untuk bakteri) dan Potato Dextrosa Agar
(untuk jamur) dituang sebanyak 9 ml kedalam vial kemudian
diinokulasikan mikroba uji sebanyak 20 l, dikocok hingga homogen.
Setelah itu, dituangkan kedalam cawan petri dan dibiarkan hingga
memadat lalu diinkubasi selama hari ke-1, 7, 14, 21 dan 28 pada suhu
yang sesuai. Dihitung jumlah mikroba uji pada masing-masing hari
pengamatan.

Mira Ariana
150 2012 0391

Agung Kurniawan K

ANALISIS PENGAWET PADA PRODUK FARMASI


VI.HASIL PRAKTIKUM
Data Pengamatan
Pengawet

Hari
Medium

NA

Konsentrasi
0,1 %

1
TBUD

7
TBUD

14
TBUD

21
TBUD

28
TBUD

0,2 %

TBUD

TBUD

TBUD

TBUD

TBUD

Propyl
0,1 %

Paraben
PDA

Mira Ariana
150 2012 0391

0,2 %

Agung Kurniawan K

ANALISIS PENGAWET PADA PRODUK FARMASI


VII.

PEMBAHASAN
Pengawet adalah zat yang yang telah ditambahkan pada
sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi
mikroorganisme. Bahaya dari pencemaran mikroorganisme, baik
bakteri, jamur atau khamir terdapat dimana mana selama
pembuatan, pengemasan, penyimpanan dan penggunaan obat,
dimana manusia, lingkungan (ruangan, udara), bahan obat dan bahan
pembantu, alat-alat kerja seperti mesin-mesin dan bahan pengemas
primer merupakan sumber kontaminasi utama.
Kontaminan dapat bersifat patogen terhadap yang lainnya, dan
dapat tumbuh bersama-sama dengan pengawet dan akhirnya dapat
merusak produk-produk tersebut. Penanganan bahan makanan
secara aseptis sangat penting dilakukan agar makanan tidak tercemar
serta mengurangi kerusakan makanan dan memperkecil kemungkinan
kontaminasi oleh bakteri patogen.
Pada praktikum ini digunakan medium NA (Nutrient Agar) dan
PDA (Potato Dekstrosa Agar) dengan sampel Propyl Paraben dengan
variasi konsentrasi 0,1% dan 0,2% masing-masing tiap medium. Pada
praktikum ini diamati pada hari pertama, ketujuh, empat belas, dua
puluh satu dan dua puluh delapan.
Pada praktikum ini, pertama-tama disiapkan dua konsentrasi
pengawet yaitu konsentrasi renyang rendah dan konsentrasi rentang
tinggi. Masing-masing konsentrasi pengawet tersebut dipipet 1 ml lalu

Mira Ariana
150 2012 0391

Agung Kurniawan K

ANALISIS PENGAWET PADA PRODUK FARMASI


dituangkan kedalam vial, setelah itu medium Nutrien Agar (untuk
bakteri) dan Potato Dextrosa Agar (untuk jamur) dituang sebanyak 9
ml kedalam vial kemudian diinokulasikan mikroba uji sebanyak 20 l,
dikocok hingga homogen. Setelah itu, dituangkan kedalam cawan
petri dan dibiarkan hingga memadat lalu diinkubasi selama hari ke-1,
7, 14, 21 dan 28 pada suhu yang sesuai. Dihitung jumlah mikroba uji
pada masing-masing hari pengamatan.
Dari hasil percobaan pada hari pertama hingga hari selanjutnya
yaitu menggunakan medium NA dengan konsentrasi 0,1% dan 0,2%
didapatkan hasil yaitu TBUD atau tidak bisa untuk dihitung. Ini berarti
pengawet

yang

digunakan

tidak

efektif

karena

tidak

dapat

menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme.


Kemudian dengan menggunakan medium PDA pada konsentrasi
0,1% untuk hari pertama yaitu pada hari ketujuh yaitu pada hari ke
empat belas yaitu pada hari kedua puluh satu yaitu pada hari ke dua
puluh delapan yaitu. Dan pada konsentrasi 0,2% untuk hari pertama
yaitu pada hari ketujuh yaitu pada hari ke empat belas yaitu pada hari
kedua puluh satu yaitu pada hari ke dua puluh delapan yaitu .

Mira Ariana
150 2012 0391

Agung Kurniawan K

ANALISIS PENGAWET PADA PRODUK FARMASI


VIII.

KESIMPULAN

Mira Ariana
150 2012 0391

Agung Kurniawan K

ANALISIS PENGAWET PADA PRODUK FARMASI


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Penuntun Praktikum Analisis Mikrobiologi Farmasi. UMI :
Makassar.
Djide, M Natsir. 2006. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar.
Dwidjoseputro, Prof.Dr.D. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit
Djambatan : Jakarta.
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga : Jakarta.
Radji, DR. Maksum. 2008. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa
Farmasi & Kedokteran

Mira Ariana
150 2012 0391

Agung Kurniawan K

Anda mungkin juga menyukai