KIMIA ORGANIK
“MASERASI DAUN LEILEM”
Dosen Pengampu: Dr. Emma Julien Pongoh, M. Si
Disusun Oleh:
SEMUEL HARPANDI
20502012
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan RahmatNya
saya dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Maserasi Daun Leilem” ini.
Laporan praktikum ini saya buat untuk memenuhi salah satu tugas Kimia Organik oleh dosen
pengampu Dr Emma Julien Pongoh, M. Si. Saya sangat berharap bahwa laporan praktikum
ini dapat bermanfaat bagi yang ingin menambah pengetahuan dan wawasan serta minat baca.
Saya pun menyadari bahwa di dalam laporan praktikum ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan adanya kritik
dan saran demi perbaikan laporan praktikum saya ini, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan laporan praktikum sederhana ini
dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Terima Kasih
Tondano, 19 Juni 2021
Semuel Harpandi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan masa zat aktif yang semula
berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari. Pada umunya penyari akan bertambah baik
bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan semakin luas. Ekstrak adalah sedian pekat
yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan.
Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang sebagai bahan
awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan awal dianalogkan sebagai
komoditi bahan baku obat yang dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk jadi.
Ekstrak sebagai bahan antara berarti masih menjadi bahan yang dapat diproses lagi menjadi
fraksi-fraksi, isolat senyawa tunggal ataupun tetap sebagai campuran dengan ekstrak lain.
Ekstrak sebagai produk jadi berarti ekstrak yang berada dalam sediaan obat jadi siap
digunakan oleh penderita.
Kriteria cairan penyari haruslah memenuhi syarat antara lain murah dan mudah didapat, stabil
secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak menguap dan mudah terbakar, selektif yaitu
menarik zat yang berkhasiat.
Metode dasar penyarian adalah infundasi, maserasi, perkolasi, penyarian dengan soxhlet.
Pemilihan terhadap metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari
yang baik. Tapi pada laporan kali ini pada ekstraksi yang dilakukan adalah metode maserasi.
Maserasi, Istilah maserasi berasal dari bahasa latin ”macerare” yang artinya ”merendam”,
merupakan proses paling tepat untuk obat yang sudah halus dimungkinkan untuk direndam
dalam menstrum sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat yang mudah larut
akan melarut. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu, sedangkan
remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan
maserat pertama, dan seterusnya. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang keluar sel , maka larutan
mendesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar dan di dalam sel. Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan
prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana
dan mudah diusahakan, sedangkan kerugian maserasi adalah pengerjaannya lama dan
penyariannya kurang sempurna.
Daun Leilem dalam bahasa latinnya disebut dengan Clerodendrum Minahassae L adalah
tanaman tropis bertinggi sekitar 2 - 4 meter, bentuk daun bulat telur, berwarna hijau
mengkilat dengan rasa agak sepat dan sedikit pahit. Daun Leilem ini sangat digemari oleh
masyarakat Manado dan sekitarnya. Sangat gampang ditemui di pekarangan rumah
penduduk.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tentang uji metode ekstraksi
maserasi pada daun leilem, bagaimana uji sampel terhadap bakteri ataupun mikroorganisme
yang ada, yaitu dengan pengujian mikroskopik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Ekstrak Maserasi
Pada praktikum kali ini, kelompok kami menggunakan metode ekstraksi maserasi. Proses
maserasi merupakan proses sederhana untuk mendapatkan ekstrak dan diuraikan dalam
kebanyakan farmakope. Cara ini digunakan untuk skala kecil maupun skala industri. Proses
yang paling sederhana hanya menuangkan pelarut pada simplisia (Pemilihan pelarut yang
sesuai akan memberikan efektifitas yang tinggi). Sesudah mengatur waktu sehingga sesuai
untuk tiap – tiap bahan tanaman (simplisia), ekstrak dikeluarkan, dan ampas hasil ekstraksi
dicuci dengan pelarut yang segar sampai didapat berat yang sesuai.
Prosedur ini sama dengan pembuatan tinctur atau ekstrak khusus, dan kadang –kadang
merupakan satu – satunya prosedur untuk tanaman yang mengandung zat berlendir
(musilago) tinggi. Sebetulnya cara ini tidak begitu berguna karena tidak pernah dapat
menarik zat berkhasiat dari tanaman secara sempurna. Ampas menahan sejumlah besar
solute, yang untuk perolehanya harus dilakukan proses pemerasan (penekanan) atau cara
sentrifugasi dan metode ini digunakan untuk mencari komponen kimia yang mudah larut
dalam cairan penyari dan tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan
*Karena pelarut yang digunakan didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah dibawah
terus-menerus dipanaskan sehingga menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
*Untuk skala industri sebaiknya tidak menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi.
B. Uraian Tumbuhan
1. Uraian Tumbuhan Leilem (Clerodendrum minahassae Teijsm. Dan Binn.)
2. Klasifikasi Tanaman
Kerajaan : Plantae
Kelas : Equisetopsida
Bangsa : Lamiales
Keluarga : Lamiaceae
Marga : Clerodendrum
3. Nama Daerah
4. Morfologi Tumbuhan
Ketinggian tanaman leilem rata – rata mencapai 2 meter. Bentuk daunnya bundar telur,
berwarna hijau tua mengkilap, rasanya agak sepat dan sedikit pahit. Kelopak berwarna putih,
berjumlah 5. Benang sari berwarna kemerahan, umumnya tumbuh di semak dan hutan
sekunder di pulau Sulawesi, Indonesia.
5. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terkandung dalam leilem antara lain fenol, flavonoid, terpenoid,
steroid, alkaloid dan flavonoid.
Beberapa kandungan senyawa dari spesies yang berbeda dengan genus clerodendrum yang
diisolasi diantaranya:
Tabel Senyawa fenolik yang diisolasi dari genus Clerodendrum
6. Khasiat Daun
Daun Leilem digunakan untuk mengobati sakit perut, cacingan, antiinflamasi, antimikroba,
antioksidan dan antidiabetes.
Beberapa spesis dari genus ini seperti Clerodendrum inderme, C. thomosonae, C. indicum,
dan C. speciosum, merupakan tanaman -tanaman hias dan dibiakkan dengan tujuan estetik.
Bentuk serbuk/pasta dari dan berbagai ekstrak dari akar, batang, dan daun telah dilaporkan
digunakan sebagai obat untuk terapi asma, piretikosis, katarak, malaria dan penyakit -
penyakit darah, kulit dan paru. Senyawa kimia terbanyak yang dilaporkan dari genus ini
adalah senyawa - senyawa fenolik, qqqsteroid, di – dan triterpene, flavonoid, minyak
menguap.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Tempat
Tumbuhan leilem diperoleh dari Desa Kapataran Satu, Kecamatan Lembean Timur,
Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Leilem dideterminasi di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bagian tanaman yang
digunakan adalah helaian daun. Helai daun kemudian dicuci bersih dengan air mengalir,
dirajang, lalu dikeringkan selama 3 x 24 jam. Daun yang telah kering diserbukan tanpa
menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia.
Maserator
Batang pengaduk
Corong Buchner
Evaporator
Etanol 70%
C. Prosedur Kerja
Sampel daun basah yang di peroleh sebanyak 3 kg dan sampel daun setelah di keringkan
sebanyak 800 gr. Helai daun kemudian dicuci bersih dengan air mengalir, lalu dikeringkan
dalam lemari pengering selama 3 x 24 jam. Daun yang telah kering diserbukan tanpa
menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia. Helai daun kemudian dicuci
bersih dengan air mengalir, dirajang, lalu dikeringkan dalam lemari pengering selama 3 x 24
jam. Daun yang telah kering diserbukan tanpa menyebabkan kerusakan atau kehilangan
kandungan kimia.
Daun Leilem yang terlalu kering kemudian di timbang sebanyak 365 gram dimaserasi
menggunakan pelarut etanol 70 % sebanyak 4 L lalu kemudian di blender antara sampel dan
pelarut, proses blender di lakukan sebanyak 2 kali. Proses penyarian menggunakan maserator
dilakukan selama 3 x 24 jam, kemudian dipisahkan maserat. Proses penyarian yang dilakukan
sebanyak 3 x 24 jam tetap mengganti pelarut sebanyak 2,5 L setelah di saring hingga pada
hari ke 3.
BAB IV
PEMBAHASAN
Daun leilem memiliki potensi sebagai obat antiinflamasi dan antibakteri, sehingga dilakukan
standardisasi bahan baku simplisia dan ekstrak daun leilem. Tujuan dari standardisasi sendiri
yaitu untuk menjamin standar mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat. Penetapan standar
mutu yang dilakukan meliputi parameter spesifik dan non spesifik.Penentuan nilai
standardisasi ini perlu acuan yang menandakan bahwa simplisia dan ekstrak tersebut
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Acuan standardisasi resmi untuk daun leilem
sendiri belum tercantum dalam terbitan Departemen Kesehatan maupun dari sumber lain,
sehingga sebagai acuan penelitian ini adalah dengan menggunakan persyaratan secara umum.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia dan ekstrak etanol daun leilem.
Ekstrak diperoleh dari hasil ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi selama 3 x 24
jam menggunakan etanol 70%. Ekstrak kental diperolehsebanyak 88,003 g dengan persen
rendemen sebesar 22 %). Simplisia dan ekstrak selanjutnya distandardisasi.
Gambar proses pengambilan ekstrak pada hari pertama, kedua, dan ketiga
Gambar Ekstrak Maserasi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan parameter spesifik; nama latin dari tumbuhan leilem yaitu Clerodendrum
minahassae Teijsm. &Binn. Simplisia daun leilem (C. Minahassae folium) berwarna cokelat
kehijauan, berbentuk bundar telur, ujungnya runcing, berpangkal tumpul, permukaannya
licin, bertepi rata, umumnya terdapat 6 pasang tulang daun yang menyirip, panjang rata-rata
11,1 cm dan lebar rata-rata 5,3 cm. Ekstrak etanol daun leilem berkonsistensi kental,
berwarna hitam, berbau khas dan berasa pahit. Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia
daun leilem memperlihatkan fragmen berupa hablur kalsium oksalat berbentuk stiloid, berkas
pembuluh dengan penebalan cincin, rambut penutup berbentuk kerucut dan memiliki ujung
rambut yang runcing, stomata dengan sel batu, epidermis atas dengan stomata tipe anomositik
serta epidermis bawah berbentuk poligonal tidak beraturan. Kadar senyawa larut air pada
simplisia 19,932 % dan kadar senyawa larut etanol11,776 %, sedangkan senya-wa yang larut
air pada ekstrak 52,096 % dan kadar senyawa larut etanol 35,108 %. Ekstrak etanol daun
leilem mengandung alkaloid, steroid, flavonoid dan tanin.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, C., Djarkasi, G., Ludong, M. dan Langi, T., 2013, Penentuan Total Fenol dan