Anda di halaman 1dari 6

Nama asisten : Laksmi Putri

Tanggal Praktikum : 31 Maret 2021


Tanggal Pengumpulan: 9 April 2021

ANALISIS KADAR ABU


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERISTAS PADJADJARAN

Hasna Fauziyah Wahidin (240210190007), Audrey Putri Erfhia (240210190008), Kammila


Dwi Laksana (240210190009), Dliya Salsabila Zharifah (240210190010), Dinar Fadlunnisa
(240210190011), Hilmy Ahmad Fauzan (240210190012)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinagor Jalan Raya Bandung-
Sumedang Km. 21, Jatinagor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax. (022)
7795780 Email : kammila19001@mail.unpad.ac.id
ABSTRAK
Kadar abu yang terkandung dalam suatu bahan makanan menunjukkan total kadar mineral-
mineral yang ada. Pada umumnya, kadar abu dalam suatu makanan terdapat dalam jumlah yang
sedikit. Meskipun begitu, kadar abu pada makanan juga perlu diketahui. Tujuan dilakukannya
praktikum kali ini adalah untuk melakukan pengujian kadar abu sehingga diperoleh kadar abu
dalam sampel makanan. Untuk menganalisis kadar abu, dapat dilakukan dengan pembakaran
sampel pada suhu tinggi dalam waktu tertentu. Sampel yang digunakan berupa minuman nanas
fermentasi. Pembakaran suhu tinggi akan menyisakan residu berupa abu. Setelah dilakukan
pengujian sebanyak dua kali, diperoleh hasil bahwa kandungan abu pada minuman nanas
fermentasi sebesar 0,16% dan 0,18%.
Kata Kunci : analisis, abu, mineral

PENDAHULUAN pangannya itu sendiri. Selain


dipengaruhi oleh jenis bahan pangan,
Bahan pangan merupakan kadar abu dalam makanan juga dapat
material yang kaya akan kandungan dipengaruhi oleh komponen
organiknya. Contohnya adalah penyusunnya. Seperti contohnya
komponen-komponen karbohidrat, penggunaan air pada makanan yang akan
protein, lemak dan kandungan lainnya. meningkatkan kandungan mineral atau
Disamping itu, dalam bahan pangan juga abu dalam makanan tersebut (Kartika,
terkandung komponen-komponen 2010). Meskipun kandungan abu atau
anorganik seperti abu. Abu itu sendiri mineral tidak sebanyak kandungan
merupakan mineral yang terkandung lainnya, tetap saja kadar abu dalam
dalam bahan pangan. Jadi, kadar abu makanan diketahui. Analisis kadar abu
dalam suatu bahan menunjukkan total perlu dilakukan untuk mengetahui baik
mineral dalam bahan itu sendiri atau tidaknya suatu pengelolaan
(Cahyono dalam Wodi et al., 2019). makanan, mengetahui jenis bahan yang
Semakin tinggi kadar abu, semakin digunakan, penentuan parameter nilai
tinggi pula kadar mineral suatu bahan gizi, suatu makanan, dan memperkirakan
makanan. kandungan dan keaslian bahan yang
digunakan (Kartika, 2010).
Pada umumnya, abu atau mineral
hanya sedikit terkandung dalam Kandungan abu dalam suatu
makanan, tergantung pada jenis bahan bahan pangan dapat diketahui dengan
melakukan proses pemanasan. Jika suatu Proses penentuan kadar abu diawali
bahan pangan dipanaskan dengan suhu dengan tahap pengkonstanan cawan
yang tinggi dan waktu tertentu, maka yang dilakukan dengan menimbang
bahan-bahan organik akan habis terbakar berat cawan porselen menggunakan
sedangkan bahan anorganik akan masih neraca analitik. Setiap cawan diberi label
ada (Winarno, 2004). Jadi residu yang pada bagian belakang dengan
didapatkan setelah pembakaran menggunakan pensil. Cawan yang telah
merupakan kadar abu suatu bahan. ditimbang berat awalnya kemudian
Dikarenakan pada proses penentuan dipanaskan, cawan dimasukkan ke
kadar abu ini diberi perlakuan dalam tanur bersuhu 550 C selama 30
o

pemanasan suhu tinggi, maka bahan menit. Setelah ditanur, cawan porselen
pangan yang diuji sebaiknya tidak didinginkan di dalam desikator selama
memiliki sifat yang mudah menguap. 30 menit dan ditimbang kembali.
Proses pembakaran atau pemanasan abu Prosedur yang sama terus diulang hingga
ini memiliki syarat yaitu titik akhir cawan porselen memiliki berat yang
pembakaran harus dihentikan sebelum konstan. Setelah cawan porselen
abu menjadi terdekomposisi (Sudarmaji, konstan, ditimbang sampel sebanyak 2
2007). gram dengan menggunakan neraca
analitik dan dimasukan kedalam cawan
Kadar abu dapat dilakukan porselen. Cawan dan sampel yang telah
dengan cara kering atau cara basah. Pada ditimbang kemudian dimasukkan ke
praktikum kali ini hanya dilakukan dalam tanur dan dipanaskan dengan suhu
analisis kadar abu dengan menggunakan 550℃ selama 5 jam sampai terbentuk
metode pengabuan kering. Dalam abu yang berwarna putih. Setelah itu,
prosesnya, sampel akan dipanaskan atau sampel dan cawan didinginkan didalam
dibakar dalam tanur dengan suhu tinggi desikator selama 30 menit dan di tanur
sekitar 550oC selama 30 menit. Residu kembali selama 30 menit sampai angka
yang didapatkan setelah pembakaran yang muncul dalam proses penimbangan
kemudian akan ditimbang sampai menunjukkan angka yang konstan.
diperoleh berat yang konstan. Kemudian, berat cawan dan sampel
Selanjutnya akan dilakukan perhitungan setelah ditanur dicatat dan dilakukan
untuk memperoleh persen kadara abu perhitungan Kadar abu pada sampel
bahan tersebut. Praktikum kali ini dengan persamaan berikut :
dilakukan dengan tujuan menganalisis
kadar abu yang terkandung dalam suatu
sampel bahan pangan.
Dimana :
METODOLOGI Wc+a = berat cawan setelah diabukan
Wc = berat cawan sebelum diabukan
Alat dan bahan
Ws = berat sampel
Alat yang digunakan pada
praktikum kali ini di diantaranya adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
cawan porselen, desikator, krustang,
neraca analitik, oven, dan tanur. Prinsip penentuan kadar abu
Bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah sampel Pada praktikum kali ini
minuman nanas fermentasi. dilakukan pengujian untuk menganalisis
kadar abu. Tujuannya adalah untuk
Prosedur
menganalisis kadar abu yang terkandung Penentuan Kadar Abu
dalam suatu sampel bahan pangan. Abu
merupakan campuran bahan anorganik Prosedur praktikum diawali
dan kandungan mineral yang terdapat dengan pengkonstanan cawan porselen
dalam suatu bahan makanan. Untuk melalui pemanasan. Sebelum
menganalisis kandungan abu dalam dipanaskan, cawan diberi label dengan
makanan, dapat dilakukan dengan menggunakan pensil pada bagian
pemanasan atau pembakaran suhu tinggi belakang cawan. Penamaan cawan tidak
menggunakan tanur atau furnace. Prinsip dapat dilakukan menggunakan label
dari metode kadar abu ini adalah ketika kertas karena suhu yang akan digunakan
dilakukan pembakaran pada suhu tinggi, sangat tinggi dan akan membuat label
semua bahan organik akan habis berbahan kertas menjadi terbakar.
terbakar, sehingga menyisakan residu Cawan lalu dimasukkan ke dalam tanur
yang berupa abu. Residu yang tertinggal dan dipanaskan pada suhu 550oC selama
merupakan abu yang terdapat dalam 30 menit. Tanur merupakan suatu alat
sampel bahan pangan itu sendiri. Dalam sejenis oven berukuran besar, berupa
praktikum kali ini, prosedur analisis ruangan dengan penyekat termal yang
kadar abu dilakukan secara langsung dapat dipanaskan hingga mencapai suhu
atau pengabuan kering Metode analisis tertentu. Penggunaan tanur di dalam
kadar abu ini mengacu pada SNI (SNI) industri logam juga digunakan dalam
01-2891-1992. Dalam praktiknya, akan laboratorium biasanya digunakan untuk
dilakukan pengkonstanan cawan aplikasi gravimetri, yaitu: pengarangan
porselen, penimbangan sampel, proses atau pengabuan suatu zat/sampel yang
pembakaran suhu tinggi 550oC 30 menit, dianalisis. (Supriono,2020)
dan penimbangan cawan dan sampel Setelah melalui tahap
setelah pembakaran. Data yang pemanasan, cawan disimpan dalam
diperoleh kemudian akan diolah dengan desikator selama 30 menit lalu cawan
melakukan perhitungan yang tersebut ditimbang. Prosedur tersebut
berdasarkan gravimetri untuk diulangi sampai berat cawan
mendapatkan persen kadar abu dalam menunjukkan angka yang konstan atau
sampel (Swastawati et al., 2013). memiliki selisih yang tidak lebih dari
0.0002. Desikator merupakan sebuah
Penggunaan metode pengabuan alat yang terbuat dari kaca dan memiliki
dengan pembakaran dalam tanur ini bentuk panci bersusun dua yang bagian
sudah banyak diaplikasikan dalam bawahnya diisi bahan pengering seperti
bidang pangan. Contoh aplikasinya ada silica gel sehingga pengaruh uap air
pada analisis yang dilakukan oleh selama penyimpanan dapat diserap oleh
Kartika (2010), yang menganalisis bahan pengering tersebut. Bagian dalam
kandungan abu dalam biskuit dengan desikator memiliki piringan berpori yang
menggunakan metode pembakaran berfungsi untuk menyimpan cawan atau
dalam tanur. Contoh lainnya juga dapat alat alat gelas. Desikator terbuat dari
digunakan dalam menganalisis kadar gelas jenis semi-boroksilat, plastic, atau
abu pada sampel ikan asap (Swastawati mika (Harley and Presscott,2002)
et al., 2013), analisis kadar abu dalam Proses pemanasan cawan hingga
bakso (Wodi et al., 2019), dan masih mencapai berat konstan dilakukan agar
banyak contoh percobaan analisis bahan tidak terdapat kadar air yang seharusnya
pangan lainnya. tidak ikut terukur. Hal ini disebabkan
karena jika terdapat air pada cawan,
maka akan membuat hasil yang mineral antara sampel dan wadah, dan
diperoleh menjadi lebih besar dan hasil adanya kemungkinan kehilangan
perhitungan yang diperoleh menjadi mineral.
tidak akurat.
Proses penyimpanan dalam Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Abu
desikator harus dilakukan dalam
keadaan katup atau pipa yang terbuka.
Hal tersebut bertujuan untuk
mempercepat terjadinya pendinginan
akibat suhu cawan yang baru saja
dikeluarkan dari tanur yang memiliki Sampel yang digunakan dalam
suhu yang sangat tinggi. Penyimpanan praktikum kali ini adalah minuman
cawan dalam desikator dilakukan karena nanas fermentasi. Sampel yang
desikator memiliki RH yang konstan digunakan dihitung kadar abunya secara
sehingga dapat menghindari terjadinya duplo sehingga sampel memiliki dua
perubahan kadar air selama cawan yang diuji dan dihitung kadar
penyimpanan. abunya. Metode perhitungan duplo
Cawan yang sudah konstan memiliki tujuan untuk memperoleh hasil
kemudian diberi penambahan sampel perhitungan yang akurat. Sehingga
sejumlah 2 gram dan dimasukkan ke didapatkan hasil Sampel minuman nanas
dalam tanur. Pemijaran tanur dilakukan fermentasi memiliki kadar abu : 0,16%
selama 5 jam. Ketika cawan dimasukkan dan 0,18%.
ke dalam tanur, cawan ditutup dalam
keadaan tidak rapat dan diberi sedikit KESIMPULAN
celah. Hal ini disebabkan karena
pemanasan pada suhu tinggi Hasil yang diperoleh dari
menyebabkan keluarnya asap dan pengujian kadar abu menunjukkan pada
tekanan sehingga jika cawan tertutup pengujian pertama (J1) adalah 0,159457
rapat dapat menyebabkan terjadinya % atau 0,16% dan pada pengujian kedua
keretakan. Setelah dipanaskan, cawan (J2) adalah 0,17953321% atau 0,18%.
didinginkan dalam desikator selama 30 Perhitungan kadar abu didasarkan oleh
menit dan ditanur kembali selama 30 kadar abu berat basah. Hasil analisis
menit sampai beratnya konstan. dapat berbeda karena dalam kalibrasi
Prinsip pengabuan metode kering alat, kondisi lingkungan dapat
dengan cara langsung adalah abu dalam mempengaruhi ketepatan kalibrasi,
bahan pangan ditetapkan dengan khususnya suhu dan kelembaban.Kadar
menimbang mineral sisa hasil abu yang terdapat pada sampel
pembakaran. Kadar abu dalam bahan menunjukkan kandungan mineral pada
menunjukkan kadar mineral, kemurnian, sampel.
dan kebersihan suatu bahan yang
dihasilkan (Sudarmadji, 2010).
Penentuan kadar abu dalam
praktikum dilakukan secara kering.
Kelebihan pengabuan kering yaitu
paling banyak dipakai, murah, mudah,
dan sederhana. Adapun kekurangan
dalam pengabuan kering yaitu waktu
relatif lama, dapat terjadi interaksi
DAFTAR PUSTAKA

Harley and Prescott. 2002. Laboratory


Exercise In Microbiology. 5th
Edition. Mc Graw Hill.

Kartika, E. Y. (2010). Penentuan kadar


air dan kadar abu pada biskuit.
Jurnal Kimia Analitik 2.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 01-


2891-1992. Cara Uji Makanan
dan Minuman. Dewan Standar
Nasional Jakarta.

Sudarmadji. S. dkk. 2007. Analisis


bahan makanan dan pertanian.
Liberty. Yogyakarta.

Supriono,2020. Aplikasi Tanur sebagai


Peleburan Logam ditinjau dari
Aspek 3K (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Jurnal
Program Studi Teknik Mesin
Universitas Alwasliyah,Medan,
Sumatera Utara.

Swastawati, F., Surti, T., Agustini, T.


W., & Riyadi, P. H. (2013).
Karakteristik Kualitas Ikan Asap
yang Diproses Menggunakan
Metode dan Jenis Ikan Berbeda.
Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan.
https://doi.org/10.17728/jatp.v2i
3.142

Wodi, S. I. M., Cahyono, E., & Kota, N.


(2019). Analisis Mutu Bakso Ikan
Home Industri dan Komersil Di
Babakan Raya Bogor. Jurnal
FishtecH.
https://doi.org/10.36706/fishtech.
v8i1.7912

Winarno, F. G. (2004). Kimia Pangan


dan Gizi. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
Rumus perhitungan
𝑊𝑐+𝑎 − 𝑊𝑐
Persen kadar abu wet basis = 𝑥100%
𝑊𝑠

Dimana :

Wc+a = berat cawan setelah diabukan

Wc = berat cawan sebelum diabukan


Ws = berat sampel

Perhitungan
𝑊𝑐 + 𝑎 − 𝑊𝑐
Persen Kadar abu Wet Basis J1 = 𝑥100%
𝑊𝑠
22,5918−22,5902
= 𝑥100%
1,0034

= 0,15945784 % ~ 0,16%

𝑊𝑐 + 𝑎 − 𝑊𝑐
Persen Kadar abu Wet Basis J2 = 𝑥100%
𝑊𝑠
21,1664−21,1646
= 𝑥100%
1,0026

= 0,17953321 % ~ 0,18%
Tabel hasil pengamatan :
Sampel Kode Wsampel Wcawan Wcawan+abu Kadar
(g) abu
Minuman J1 1,0034 22,5902 22,5918 0,16 %
Nanas
Fermentasi J2 1,0026 21,1646 21,1664 0,18%

Anda mungkin juga menyukai