ABSTRACT
Ash is a residue in the form of inorganic substances resulting from the combustion of
organic foodstuffs. Ash content analysis can be a parameter of the feasibility and nutritional
content of a food ingredient. The purpose of this practicum is to determine ash content of the
sample. The method for analyzing the ash content was carried out using the direct method
(specificallu drying method). The results showed that the fish dumplings sample had the highest
ash content of 1.57% (a) and 1.53% (b) while the smallest ash content was in the honey sample
of 0.12% (a) and 0.20% (b).
Keywords : Ash content, mineral, inorganic
PENDAHULUAN Pengabungan dapat dilakukan dengan
metode langsung dan tidak langsung.
Abu adalah residu anorganik dari Pengabuan langsung yang umum dilakukan
hasil pembakaran atau hasil oksidasi zat adalah pengabuan kering dengan panas
organik dalam bahan pangan. Kadar abu dari tinggi dan adanya oksigen serta pengabuan
suatu bahan menunjukkan kandungan basah dengan menggunakan oksidator-
mineral yang terdapat dalam suatu bahan oksidator kuat. Sedangkan pengabuang tidak
pangan. Penentuan kadar abu dapat langsung dilakukan dengan metode
digunakan untuk berbagai tujuan, yaitu konduktometri dan metode pertukaran ion
menentukan baik atau tidaknya suatu (Andarwulan et al., 2011).
pengolahan, mengetahui jenis bahan yang Prinsip penentuan kadar abu dalam
digunakan, dan sebagai penentu parameter bahan pangan adalah menimbang berat sisa
nilai gizi suatu bahan makanan (Mulyo et mineral hasil pembakaran bahan organik
al., 2008). pada suhu sekitar 550ºC. Penentuan kadar
Kadar abu dalam pangan dapat abu dapat dilakukan secara langsung dengan
dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti membakar bahan pada suhu tinggi (500-600
jenis bahan, umur simpan, dan lain ºC) selama beberapa jam, tanpa terjadinya
sebagainya. Kadar abu adalah campuran nyala api sampai terbentuk abu berwarna
komponen anorganik atau mineral yang putih keabuan dan berat tetap tercapai.
terdapat dalam suatu bahan pangan. Unsur Oksigen yang terdapat di dalam udara
juga dikenal sebagai zat organic atau kadar bertindak sebagai oksidator (Legowo dan
abu. Kadar abu juga dapat menunjukkan Nurwantoro, 2004). Residu yang didapatkan
total mineral dalam pangan. Bahan – bahan merupakan total abu dari suatu contoh.
organik dalam proses pembakaran akan Sedangkan cara basah prinsipnya adalah
terbakar tetapi komponen anorganiknya memberikan reagen kimia tertentu ke dalam
tidak, karena itulah disebut sebagai kadar bahan sebelum pengabuan. Kadar abu
abu (Wahyudi, 2018). ditentukan berdasarkan kehilangan berat
Analisis kadar abu pada bahan pangan setelah pembakaran dengan syarat titik akhir
dilakukan dengan proses pengabuan. pembakaran dihentikan sebelum terjadi
dekomposisi dari abu tersebut (Sudarmadji, ditanur, maka dapat dilakukan perhitungan
2010). kadar abu dengan rumus:
Meninjau dari kegunaan analisis
kadar abu pada bahan pangan, praktikum 𝑊2 − 𝑊1
𝑥 100
kali ini pun bertujuan untuk mengetahui 𝑊𝑠
kadar mineral yang terkandung dalam
beberapa sampel bahan pangan yaitu siomay Keterangan:
ikan, kelapa batok, dan madu serta Ws = berat sampel
membandingkan kadar abu yang didapat W1 = berat cawan kosong
dengan standar kadar abu jenis sampel yang W2 = berat cawan + sampel
ditetapkan.
𝑊2 − 𝑊1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (%) = 𝑥 100
𝑊𝑠
= 1,57 %
21,1780−21,1627
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (%) 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏 = 1,0008
𝑥 100
= 1,53 %
= 1,57 %
20,7418 − 20,7366
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (%) 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏 = 1,0010
𝑥 100
= 0,52 %
3. Sampel Madu
23,7856 −23,7844
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (%) 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎 = 1,0032
𝑥 100
= 0,12 %
23,0498 −23,0478
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (%) 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏 = 𝑥 100
1,0032
= 0,2 %