Oleh:
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara menentukan kadar abu total dari bahan pertanian.
II. TINJAUAN PUSATAKA
Abu merupakan suatu zat yang diperoleh dari hasil pembakaran suau
bahan organik. Kandungan abu dari masing-masing bahan berbeda-beda,
tergantung dari kandungan bahan dan cara pengabuannya. Mineral yang
terkandung didalam bahan terbagi menjadi dua jenis yaitu garam organik dan
garam anorganik. Hasil pembakaran garam mineral itulah yang akan
menghasilkan pengabuan (Sudarmadji, 2003).
Kandungan abu dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan
menimbangkan hasil pembakaran mineral pada suhu 550˚C. Untuk menghitung
kadar abu pada suatu bahan, pertama-tama bahan harus dihancurkan terlebih
dahulu. Menganalisa kadar abu dapat dilakukan dengan cara pengabuan kering
(dry ashing) atau dengan pengabuan basah (wet ashing). Pemilihan cara tersebut
sesuai dengan sifat zat organik yang terdapat dalam bahan (Anton, 1998).
Kadar abu dapat menunjukkan total kandungan mineral pada bahan
pangan. Pada proses pembakaran, sebagian besar bahan organik akan terbakar
namun bahan anorganik tidak terbakar. Air yang digunakan untuk mengolah
bahan pangan harus memenuhi persyaratan air bersih. Apabila tidak memenuhi
persyaratan, maka dapat meningkatkan kadar abu pada saat mengolah kue
menggunakan pati dan tepung (Kartika, 2014).
Penetapan kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut akan larutan
asam dapat menggunakan panas. Kadar abu dapat dianalisis menggunakan
ekstraksi dalam tanur pada suhu 800˚C. Pada proses ini senyawa organik akan
terdekstruksi dan menguap. Senyawa yang tidak menguap seperti unsure mineral
dan senyawa anorganik (Azizah dan Nina, 2013).
III. METODELOGI PERCOBAAN
IV.2 Pembahasan
Kadar abu dalam bahan pangan dapat menunjukkan kadar mineral,
kemurnian, dan kebersihan dari suatu bahan pangan. Abu dan mineral merupakan
komponen yang terdapat di dalam bahan pangan. Abu dan mineral dibutuhkan
tubuh dalam jumlah kecil yang berfungsi sebagai zat pengatur dan pembangun.
Pengujian kadar abu diperlukan karena untuk menentukan kualitas gizi suatu
bahan pangan, tingkat kemurnian tepung atau gula dan tingkat kebersihan suatu
bahan pangan.
Kadar abu dari suatu bahan dapat ditentukan menggunakan metode
pembakaran bahan pangan dalam suhu tinggi. Pada praktikum pemabakaran bahan
pangan dengan menggunakan tanur pada suhu 550˚C. Bahan yang akan diuji
kadar abunya adalah beras, tapioka, kedelai dan kacang tanah. Pada bahan pangan
seperti beras, kedelai dan kacang tanah harus dilakukan pengecilan ukuran seperti
penumbukan. Setelah semua bahan menjadi halus maka dimasukkan 5 gr kedalam
cawan porselen yang telah diketahui beratnya. Kemudian cawan dan bahan
ditimbang dan dimasukkan kedalam tanur pada suhu 550˚C selama 3 jam. Setelah
3 jam pembakaran, maka dilakukan pendinginan selama 3 jam.
Bahan dan cawan sebelum dilakukan pengabuan memiliki berat yaitu 33,9
gr. Kemudian beras dimasukkan kedalam tanur untuk diabukan selama 3 jam.
Setelah dilakukan pengabuan, cawan dan beras dimasukkan kedalam desikator
terlebih dahulu sebelum ditimbang berat setelah pengabuan. Berat setelah
pengabuan dari beras yaitu 28,9 gr. Maka didapatkan kadar abu dari beras
sebanyak 1,96%. Hasil dari pengabuan beras yaitu beras berwarna hitam,
seharusnya bahan yang dilakukan pengabuan akan berwarna putih. Apabila bahan
masih berwarna hitam itu berarti pengabuan pada bahan belum selesai atau bahan
tersebut tidak memiliki mineral yang banyak ataupun bahan tersebut tidak murni.
Tapioka dan cawan memiliki berat 32,4 gr sebelum dilakukan pengabuan.
Setelah dilakukan pengabuan berat tapioka dan cawan menjadi 27,2 gr. Tapioka
setelah dilakukan pengabuan berwarna putih. Tapioka memiliki kadar abu 0%. Itu
dapat disebabkan tepung tapioka tidak memiliki kadar abu atau mineral.
Kedelai yang telah menjadi bubuk dimasukkan kedalam cawan sebanyak 5
gram dengan berat cawan 28,2 gr. Berat cawan dan kedelai sebelum pengabuan
adalah 33,2 gr. Setelah dilakukan pembakaran dalam tanur bersuhu 550˚C selama
3 jam. Maka berat cawan dan kedelai menjadi 28,4 gr. Kemudian dicari persen
kadar air dengan berat cawan dan bahan setelah pengabuan dikurang berat cawan
kosong dibagi berat cawan dan bahan sebelum pengabuan dan dikali dengan
100%. Hasil dari pembakaran kedelai yaitu bubuk kedelai berwarna putih
kekuningan. Maka didapatkan kadar abu dari kedelai yaitu 4%. Sama halnya yang
telah diteliti oleh Purnama (2012) kadar abu dari kedelai lokal yaitu 4,47%.
Kacang tanah sebelum dilakukan pengabuan harus ditumbuk terlebih
dahulu hingga berbentuk bubuk. Kacang tanah dalam bentuk bubuk ditimbah
hingga berat menjadi 5 gr. Berat dari kacang tanah dan cawan sebelum dilakukan
pengabuan sebesar 31,9 gr. Setelah dilakukan pengabuan maka berat dari kacang
tanah dan cawan adalah 27 gr. Maka kadar abu dari kacang tanah sebesar 2%.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah :
1. Berat beras dan cawan awal yaitu 33,9 gr namun setelah dilakukan pengabuan
berat beras dan cawan menjadi 28,9 gr.
2. Berat tapioka dan cawan awal yaitu 32,4 gr namun setelah dilakukan
pengabuan berat tapioka dan cawan menjadi 27,2 gr.
3. Berat kedelai dan cawan awal yaitu 33,2 gr namun setelah dilakukan
pengabuan berat kedelai dan cawan menjadi 28,4 gr.
4. Berat kacang tanah dan cawan awal yaitu 31,9 gr namun setelah dilakukan
pengabuan berat kacang tanah dan cawan menjadi 27 gr.
5. Kedelai mengandung kadar abu sebanyak 4%.
DAFTAR PUSTAKA
Diketahui :
W 2−W 0
Kadar Abu (%) = ×100
W 1−W 0
28,4 gr−28,2 gr
= ×100
33,2 gr −28,2 gr
0,2 gr
= × 100 = 4 %.
5 gr
Lampiran 2 : Diagram Alir
Bahan
Didinginkan didesikator
selama 15 menit
Ditimbang
Didinginkan di desikator
Ditimbang
Hasil