MINERAL
Oleh :
4.2 Pembahasan
Pada praktikum bab mineral menggunakan 4 macam sampel yaitu kacang
hijau, abon, mie lidi dan kerupuk. Masing-masing sampel yang digunakan
mempunyai berat yaitu 5 g. Pada kacang hijau menggunakan cawan kosong seberat
30,54g dan berat cawan setelah diabukan menjadi 30,14 dengan kadar abu 4%. Pada
abon menggunakan cawan kosong seberat 30,9935 g dan berat cawan setelah
diabukan 31,2222 g dengan kadar abu 4,6%. Pada mie lidi menggunakan cawan
kosong seberat 22,8g dan berat cawan setelah diabukan menjadi 23,5g dengan
kadarr abu 14%. Pada kerupuk menggunakan cawan seberat 41,16g dan berat
cawan setelah diabukan menjadi 4,14 dengan kadar abu 7%. Berdasarkan
perbandingan jurnal, Kadar abu pada abon yang memenuhi standar SNI adalah
mencapai angka maksimal 7% dari berat total sampel. Hasil yang didapati pada
praktikum masih pada ambang batas minimal kadar abu pada abon (Prescilya et al.,
2021).
Disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan. Dipanaskan
kurs yang akan digunakan ke dalam tanur selama 30 menit. Dinginkan kurs yang
telah dipanaskan tadi dalam desikator kemudian ditimbang hingga beratnya
konstan. Ditimbang sampel biskuit sebanyak 5 g lalu dimasukkan kedalam kurs
yang telah ditimbang tadi lalu ditimbang kembali kurs yang berisi sampel. Setelah
ditimbang masukkan kurs yang berisi sampel tadi kedalam tanur dengan suhu
525°C selama 3 jam. Setelah dilakukan pemanasan kurs dikeluarkan dari tanur dan
dimasukkan dalam desikator untuk didinginkan selama 20 menit. Setelah
didinginkan kurs yang berisi sampel uji yang telah dipanaskan ditimbang kembali
kemudian dihitung kadar abunya menggunakan rumus (Pangestuti dan Darmawan,
2021).
Kadar abu merupakan kadar mineral yang telah menjadi residu setelah suatu
bahan dibakar atau dihilangkan. Kadar abu ada keterkaitan terhadap bahan mineral
pada suatu bahan. Untuk menentukan jumlah mineral yang terdapat pada sisa
pembakaran suatu bahan disebut pengabuan. Semakin tunggi kadar abu pada suatu
bahan pangan maka semakin buruk kualitasnya. Tingginya nilai kadar abu pada
suatu bahan menandakan banyaknya kotoran yang terkandung sehingga akan
berdampak pada kualitas (Uslinawaty et al., 2021).
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik pada proses
pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak sehingga disebut
sebagai kadar abu. Pada bahan makanan terdapat setidaknya 96% bahan organik
dan air, sehingga sisanya terdiri dari kadar abu atau unsur mineral. Jika kadar abu
pada bahan pangan menurun maka kadar mineral pada bahan juga ikut menurun
(Sine dan Soetarto, 2018).
BAB V. KESIMPULAN
1. Kadar abu memiliki keterkaitan dengan mineral pada suatu bahan pangan.
2. Batas maksimal kadar abu abon adalah 7%.
3. Berat masing-masing sampel yang digunakan adalah 5g.
4. Sampel dengan kadar abu tertinggi adalah mie lidi dengan kadar abunya 14%.
5. Sampel dengan kadar abu terendah adalah kacang hijau dengan kadar abunya 4%.
DAFTAR PUSTAKA
Angelina, C., Swasti, Y. R., dan Pranata, F. S. 2021. Peningkatan Nilai Gizi Produk
Pangan Dengan Penambahan Bubuk Daun Kelor (Moringa Oleifera). Jurnal
Agroteknologi. 15(1): 79-93.
Manggara, A. B., dan Shofi, M. 2018. Analisis Kandungan Mineral Daun Kelor
(Moringa Oleifera Lamk.) Menggunakan Spektrometer Xrf (X-Ray
Fluorescence). Akta Kimia Indonesia. 3(1): 104-111.
Pangestuti, E. K., dan Darmawan, P. 2021. Analysis Of Ash Contents In Wheat
Flour By The Gravimetric Method: Analisis Kadar Abu Dalam Tepung
Terigu Dengan Metode Gravimetri. Jurnal Kimia Dan Rekayasa. 2(1):16-
21.
Prescilya, S. D., Aryani, F., Rudito, M. R., Khotimah, K., dan Naibaho, N. M. 2021.
Sifat Kimia Dan Organoleptik Abon Rebuffing (Dendrocalamus Asper Sp.)
Dengan Penambahan Daging Ayam. Buletin Loupe. 17(02):77- 89.
Ransun, G. N., Punuh, M. I dan Kandou, G. D .2021. Gambaran Kecukupan Mineral
Mikro Pada Mahasiswa Semester 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 10(1): 50-58.
Sine, Y., dan Soetarto, E. S. 2018. Perubahan Kadar Vitamin Dan Mineral Pada
Fermentasi Tempe Gude (Cajanus Cajan L.). Jurnal Saintek Lahan
Kering: 1(1), 1-3.
Uslinawaty, Z., Hadjar, N., Pujirahayu, N., Hamzah, N., Kabe, A., dan
Nurhafidzah, A. 2021. Kualitas Damar Pohon Pooti (Hopea Gregaria)
Berdasarkan Uji Visual, Bilangan Asam, Dan Kadar Abu: Quality of Pooti
Dammar Resin (Hopea Gregaria) Based on Visual Test, Acid Number, And
Ash Content. Perennial. 17(1): 1-4.