Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Kimia dan Analisis Hasil Pertanian

MINERAL

Oleh :

Nama : M. Bagas Heriansyah


NIM : 2005105010075
Kelas : kamis, 14.00 WIB
Kelompok : 4 (Empat)
Tanggal Praktikum : 8 April 2022

Mengetahui Darussalam, 20 April 2022


Asisten, Praktikan,

(Asmaul Husna) (M. Bagas Heriansyah)


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineral merupakan komponen utama penyusun yang sangat penting dan
menempati presentase yang besar. Mineral merupakan zat gizi yang penting dan
banyak ditemukan pada sayuran sebagai antioksidan. Makhluk hidup membutuhkan
mineral pada proses fisiologis berupa mineral esensial. Mineral esensial tersebut
terdiri dari mineral makro dan mineral mikro.
Kadar abu adalah campuran dari komponen anorganik atau mineral pada
bahan pangan. Kadar abu sangat berhubungan erat dengan mineral yang terdapat
pada bahan pangan. Bahan-bahan anorganik dalam proses pembakaran akan
terbakar namun komponen anorganiknya tidak, hal intulah yang disebut kadar abu.
Penentuan kadar abu untuk mengetahui konsentrasi garam anorganik seperti
natrium, fosfat dan kalium.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum ini untuk menentukan kadar abu total dari sampel.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Mineral merupakan komponen utama penyusun yang sangat penting dan


menempati presentase yang besar. Mineral merupakan zat gizi yang penting dan
banyak ditemukan pada sayuran sebagai antioksidan. Berdasarkan kebutuhannya,
mineral terbagi menjadi dua yaitu mineral makro dan mineral mikro. Selain pada
sayur, mineral pada pangan juga terdapat pada telur, ikan, tahu, kacang, buah, susu
dan tempe (Angelina et al., 2021).
Makhluk hidup membutuhkan mineral pada proses fisiologis berupa mineral
esensial. Mineral esensial tersebut terdiri dari mineral makro dan mineral mikro.
Mineral makro dibutuhkan lebih dar 100mg per hari. Sedangkan mineral mikro
kebutuhan perhari hanya kurang dari 100mg seperti besi, mangan, iodium, kobalt,
dan seng (Manggara dan Shofi, 2018).
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan juga memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan
mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah
lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg
sehari. Jenis-jensi mineral mikro yang diperlukan oleh tubuh yaitu besi, zinc,
tembaga, iodium, mangan, molibdeum dan selenium (Ransun et al., 2021).
Kadar abu adalah campuran dari komponen anorganik atau mineral pada
bahan pangan. Kadar abu sangat berhubungan erat dengan mineral yang terdapat
pada bahan pangan. Bahan-bahan anorganik dalam proses pembakaran akan terbakar
namun komponen anorganiknya tidak, hal intulah yang disebut kadar abu. Penentuan
kadar abu untuk mengetahui konsentrasi garam anorganik seperti natrium, fosfat dan
kalium (Pangestuti dan Darmawan, 2021).
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan


Adapun alat yang digunakan di praktikum ini cawan porselen, tanur
pengabuan, timbangan analitik kertas saring, erlenmeyer dan desikator. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah sampel dan aquades.
3.2 Cara Kerja
3.2.1. Penentuan kadar abu total
Ditimbang 50g sampel pada cawan porselen yang sudah diketahui beratnya,
kemudian diabukan selama 3 jam pada suhu 500-6000C. Didinginkan dalam
desikator dan ditimbang beratnya menggunakan rumus kadar abu total.
3.2.2. Penentuan kadar abu larut air
Ditimbang 5g sampel pada erlenmeyer dan ditambahkan 50ml aquades.
Disaring menggunakan kertas saring yang sudah diketahui beratnya. Dicuci dengan
20ml aquades padas sebanyak 3 kali dan dikeringkan pada oven selama 1 jam pada
suhu 1050C. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya lalu
dihitung menggunakan rumus kadar abu larut air.
3.2.3. Penentuan kadarr abu tidak larut air
Ditimbang 5g sampel dalam erlenmeyer dan ditambahkan 25ml HCL 25%
dan dididihkan selama 5 menit dengan penangas air. Disaring dengan kertas saring
yang sudah diketahui berat lalu dicuci dengan aquades panas sebanyak 5 kali.
Dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang beratnya. Dihitung kadar abu tidak larut air.
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Tabel. Data hasil pengamatan
NO Bahan Berat Cawan Cawan setelah Kadar
Sampel kosong (g) diabukan (g) abu %
1 Kacang 5g 30,54 30,14 4%
Hijau
2 Abon 5g 30,9935 31,2222 4,6%
3 Mie Lidi 5g 22,8 23,5 14%
4 Kerupuk 5g 41,16 4,14 7%

4.2 Pembahasan
Pada praktikum bab mineral menggunakan 4 macam sampel yaitu kacang
hijau, abon, mie lidi dan kerupuk. Masing-masing sampel yang digunakan
mempunyai berat yaitu 5 g. Pada kacang hijau menggunakan cawan kosong seberat
30,54g dan berat cawan setelah diabukan menjadi 30,14 dengan kadar abu 4%. Pada
abon menggunakan cawan kosong seberat 30,9935 g dan berat cawan setelah
diabukan 31,2222 g dengan kadar abu 4,6%. Pada mie lidi menggunakan cawan
kosong seberat 22,8g dan berat cawan setelah diabukan menjadi 23,5g dengan
kadarr abu 14%. Pada kerupuk menggunakan cawan seberat 41,16g dan berat
cawan setelah diabukan menjadi 4,14 dengan kadar abu 7%. Berdasarkan
perbandingan jurnal, Kadar abu pada abon yang memenuhi standar SNI adalah
mencapai angka maksimal 7% dari berat total sampel. Hasil yang didapati pada
praktikum masih pada ambang batas minimal kadar abu pada abon (Prescilya et al.,
2021).
Disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan. Dipanaskan
kurs yang akan digunakan ke dalam tanur selama 30 menit. Dinginkan kurs yang
telah dipanaskan tadi dalam desikator kemudian ditimbang hingga beratnya
konstan. Ditimbang sampel biskuit sebanyak 5 g lalu dimasukkan kedalam kurs
yang telah ditimbang tadi lalu ditimbang kembali kurs yang berisi sampel. Setelah
ditimbang masukkan kurs yang berisi sampel tadi kedalam tanur dengan suhu
525°C selama 3 jam. Setelah dilakukan pemanasan kurs dikeluarkan dari tanur dan
dimasukkan dalam desikator untuk didinginkan selama 20 menit. Setelah
didinginkan kurs yang berisi sampel uji yang telah dipanaskan ditimbang kembali
kemudian dihitung kadar abunya menggunakan rumus (Pangestuti dan Darmawan,
2021).
Kadar abu merupakan kadar mineral yang telah menjadi residu setelah suatu
bahan dibakar atau dihilangkan. Kadar abu ada keterkaitan terhadap bahan mineral
pada suatu bahan. Untuk menentukan jumlah mineral yang terdapat pada sisa
pembakaran suatu bahan disebut pengabuan. Semakin tunggi kadar abu pada suatu
bahan pangan maka semakin buruk kualitasnya. Tingginya nilai kadar abu pada
suatu bahan menandakan banyaknya kotoran yang terkandung sehingga akan
berdampak pada kualitas (Uslinawaty et al., 2021).
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik pada proses
pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak sehingga disebut
sebagai kadar abu. Pada bahan makanan terdapat setidaknya 96% bahan organik
dan air, sehingga sisanya terdiri dari kadar abu atau unsur mineral. Jika kadar abu
pada bahan pangan menurun maka kadar mineral pada bahan juga ikut menurun
(Sine dan Soetarto, 2018).
BAB V. KESIMPULAN

1. Kadar abu memiliki keterkaitan dengan mineral pada suatu bahan pangan.
2. Batas maksimal kadar abu abon adalah 7%.
3. Berat masing-masing sampel yang digunakan adalah 5g.
4. Sampel dengan kadar abu tertinggi adalah mie lidi dengan kadar abunya 14%.
5. Sampel dengan kadar abu terendah adalah kacang hijau dengan kadar abunya 4%.
DAFTAR PUSTAKA

Angelina, C., Swasti, Y. R., dan Pranata, F. S. 2021. Peningkatan Nilai Gizi Produk
Pangan Dengan Penambahan Bubuk Daun Kelor (Moringa Oleifera). Jurnal
Agroteknologi. 15(1): 79-93.
Manggara, A. B., dan Shofi, M. 2018. Analisis Kandungan Mineral Daun Kelor
(Moringa Oleifera Lamk.) Menggunakan Spektrometer Xrf (X-Ray
Fluorescence). Akta Kimia Indonesia. 3(1): 104-111.
Pangestuti, E. K., dan Darmawan, P. 2021. Analysis Of Ash Contents In Wheat
Flour By The Gravimetric Method: Analisis Kadar Abu Dalam Tepung
Terigu Dengan Metode Gravimetri. Jurnal Kimia Dan Rekayasa. 2(1):16-
21.
Prescilya, S. D., Aryani, F., Rudito, M. R., Khotimah, K., dan Naibaho, N. M. 2021.
Sifat Kimia Dan Organoleptik Abon Rebuffing (Dendrocalamus Asper Sp.)
Dengan Penambahan Daging Ayam. Buletin Loupe. 17(02):77- 89.
Ransun, G. N., Punuh, M. I dan Kandou, G. D .2021. Gambaran Kecukupan Mineral
Mikro Pada Mahasiswa Semester 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 10(1): 50-58.
Sine, Y., dan Soetarto, E. S. 2018. Perubahan Kadar Vitamin Dan Mineral Pada
Fermentasi Tempe Gude (Cajanus Cajan L.). Jurnal Saintek Lahan
Kering: 1(1), 1-3.
Uslinawaty, Z., Hadjar, N., Pujirahayu, N., Hamzah, N., Kabe, A., dan
Nurhafidzah, A. 2021. Kualitas Damar Pohon Pooti (Hopea Gregaria)
Berdasarkan Uji Visual, Bilangan Asam, Dan Kadar Abu: Quality of Pooti
Dammar Resin (Hopea Gregaria) Based on Visual Test, Acid Number, And
Ash Content. Perennial. 17(1): 1-4.

Anda mungkin juga menyukai