Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Alvioni Rajagukguk (P07534020082) 6. Ayu Lestari (P07534020088)
Laporan Praktikum Kimia Analisa Makanan dan Minuman-II dengan judul “Judul
Praktikum” yang disusun oleh:
1. Alvioni Rajagukguk (P07534020082)
2. Amelia Putri (P07534020083)
3. Anggi Rahmadhani (P07534020085)
4. Anita Ade Putri Pohan (P07534020086)
5. Awalia Rizky Nurfadillah (P07534020087)
6. Ayu Lestari (P07534020088)
7. Bintang Kasih Br Simatupang (P07534020089)
8. Citra Halimatussyadiah (P07534020090)
9. Debora Melani Br Bangun (P07534020091)
10. Dinda Ayumi (P07534020092)
Kelompok : 1 (Satu)
Kelas : TLM -2C
I. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara analisis kadar abu dari suatu bahan
2. Untuk menentukan kadar abu total dari suatu bahan atau sampel
3. Mengetahui kadar abu tak larut asam pada sampel
II. Dasar Teori
II.1 Abu
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan
organik(Sudarmadji 2003). Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada
macam bahan dan cara pengabuannya. Sebagian besar bahan makanan, yaitu
sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya merupakan bahan
anorganik berupa mineral yang
disebut dengan abu (Winarno, 1991). Menurut deman (1997),
pembakaran yang dilakukan pada suhu 600oC akan merusak senyawa organik
dan meningggalkan mineral pada sampel yang diuji kadar abunya, namun jika
pembakaran dilakukan pada suhu lebih dari 600oC akan menghilangkan
nitrogen dan natrium klorida pada bahan yang dianalisis.
II.2 Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri
dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur
mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu
tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-
bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen
anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Penentuan kadar
abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan
baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan,
dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan (Astuti, 2011).
Kadar abu dari suatu bahan menunjukkan total mineral yang terkandung
dalam bahan tersebut. Mineral itu sendiri terbagi menajdi 4, yaitu: (1) garam
organik: garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat, (2) garam anorganik:
garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat, (3) senyawa komplek: klorofil-
Mg, pektin-Ca, mioglobin-Fe, dan (4) kandungan abu dan komposisinya
tergantung macam bahan dan cara pengabuannya (Apriyantono, 1988).
Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengabuan
cara langsung (cara kering) dan pengabuan caratidak langsung (cara basah).
a. Pengabuan Cara Langsung
Pengabuan cara langsung yaitu menghilangkan semua bahan-bahan zat
organik dari bahan atau sampel dengan cara memijarkan dalam tanur pada suhu
tinggi, yaitu sekitar 500- 600°C selama 6 jam, kemudian zat yang tertinggal
setelah proses pembakaran ditimbang. Jumlah sampel yang akan diabukan
ditimbang sejumlah tertentu tergantung pada macam bahannya.
Beberapa kelebihan dari cara langsung, berdasarkan Apriantono (1989)
antara lain :
1. Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan
hasil pertanian, serta digunakan untuk sample yang relatif banyak,
2. Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air,
serta abu yang tidak larut dalam asam, dan
3. Tanpa menggunakan regensia sehingga biaya lebih murah dan tidak
menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya.
Sedangkan kelemahan dari pengabuan cara langsung antara lain :
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama,
2. Tanpa penambahan regensia,
3. Memerlukan suhu yang relatif tinggi, dan
4. Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu tinggi
• Bahan
- Bahan yang akan dihitung kadar abunya
• Langkah Kerja
1. Dicuci bersih crusible porselen dengan air kemudian dikeringkan
dalam oven (proses pengeringan dengan suhu 105°C selama 1 jam)
atau bisa dipijarkan didalam tanur pada suhu antara 500-600°C
selama kurang lebih antara 10 sampai 12 menit
2. Diambil crusible porselen menggunakan tang crus dan didinginkan
dalam eksikator selama 15 menit
3. Ditimbang crusible porselen menggunakan neraca analitik hingga
menghasilkan berat x gram, dan catat beratnya kemudian terakan
ke angka nol
4. Kemudian masukkan bahan yang akan diukur kadar abunya
sebanyak 2,00 gram ke dalam crusible porselen
5. Kemudian masukkan crusible porselen yang telah berisi bahan
tersebut ke dalam tanur dan atur suhu tanur pada posisi 100° C
kemudian tingkatkan terus hingga suhu diperoleh antara 450
sampai 600°C selama 6 jam
6. Setelah 6 jam, matikan tanur dan keluarkan crusible porselen lalu
dinginkan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 100°C
7. Diambil crusible porselen dengan tang crus lalu masukkan dalam
deksikator dan dinginkan selama 15 menit
8. Ditimbang sampel hingga menghasilkan berat Z gram, lalu catat
angkanya
9. Kemudian cawan krus dipijarkan kembali kemudian dimasukkan
ke dalam desikator dan timbang kembali hingga hasil penimbangan
benar-benar tidak memberikan perubahan sama sekali
10. Setelah itu dihitung kadar abu totalnya
2.2 Bahan
1. Abu dari suatu bahan
2. HCl 10%
3. Aquadest
VI. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah diamati dalam video maka dapat
diambil kesimpulannya sebagai berikut:
1. Kadar abu total yang terdapat pada sampel simplisia yaitu 7,5% yang
artinya tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan yang dimana
untuk kadar abu total tidak lebih dari 7%.
2. Kadar abu tidak larut asam yang terdapat pada sampel simplisia yaitu
2,15% yang artinya memenuhi syarat yang telah ditentukan yang
dimana untuk kadar abu tak larut asam tidak lebih dari 3%.