Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Kimia Analisa Makanan dan Minuman-II

“ANALISA KADAR ABU”

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Alvioni Rajagukguk (P07534020082) 6. Ayu Lestari (P07534020088)

2. Amelia Putri (P07534020083) 7. Bintang Kasih Br Simatupang (P07534020089)

3. Anggi Rahmadhani (P07534020085) 8. Citra Halimatussyadiah (P07534020090)

4. Anita Ade Putri Pohan (P07534020086) 9. Debora Melani Br Bangun (P07534020091)

5. Awalia Rizky Nurfadillah (P07534020087) 10. Dinda Ayumi (P07534020092)

JurusanTeknologi Laboratorium Medis


Politeknik Kesehatan Medan
2022
Lembar Pengesahan:

Laporan Praktikum Kimia Analisa Makanan dan Minuman-II dengan judul “Judul
Praktikum” yang disusun oleh:
1. Alvioni Rajagukguk (P07534020082)
2. Amelia Putri (P07534020083)
3. Anggi Rahmadhani (P07534020085)
4. Anita Ade Putri Pohan (P07534020086)
5. Awalia Rizky Nurfadillah (P07534020087)
6. Ayu Lestari (P07534020088)
7. Bintang Kasih Br Simatupang (P07534020089)
8. Citra Halimatussyadiah (P07534020090)
9. Debora Melani Br Bangun (P07534020091)
10. Dinda Ayumi (P07534020092)

Kelompok : 1 (Satu)
Kelas : TLM -2C

Medan, 11 April 2022

Dosen Pembimbing Praktikum:

1. Musthari, S.Si, M.Biomed ( )


2. Halimah Fitriani Pane, SKM, M.Kes ( )
3. Dian Pratiwi, S.Pd, M.Si ( )
4. Digna Renny Panduwati, S.Si, M.Sc ( )
Praktikum I
“ANALISA KADAR ABU”

I. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara analisis kadar abu dari suatu bahan
2. Untuk menentukan kadar abu total dari suatu bahan atau sampel
3. Mengetahui kadar abu tak larut asam pada sampel
II. Dasar Teori
II.1 Abu
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan
organik(Sudarmadji 2003). Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada
macam bahan dan cara pengabuannya. Sebagian besar bahan makanan, yaitu
sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya merupakan bahan
anorganik berupa mineral yang
disebut dengan abu (Winarno, 1991). Menurut deman (1997),
pembakaran yang dilakukan pada suhu 600oC akan merusak senyawa organik
dan meningggalkan mineral pada sampel yang diuji kadar abunya, namun jika
pembakaran dilakukan pada suhu lebih dari 600oC akan menghilangkan
nitrogen dan natrium klorida pada bahan yang dianalisis.
II.2 Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri
dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur
mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu
tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-
bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen
anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Penentuan kadar
abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan
baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan,
dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan (Astuti, 2011).
Kadar abu dari suatu bahan menunjukkan total mineral yang terkandung
dalam bahan tersebut. Mineral itu sendiri terbagi menajdi 4, yaitu: (1) garam
organik: garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat, (2) garam anorganik:
garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat, (3) senyawa komplek: klorofil-
Mg, pektin-Ca, mioglobin-Fe, dan (4) kandungan abu dan komposisinya
tergantung macam bahan dan cara pengabuannya (Apriyantono, 1988).

Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengabuan
cara langsung (cara kering) dan pengabuan caratidak langsung (cara basah).
a. Pengabuan Cara Langsung
Pengabuan cara langsung yaitu menghilangkan semua bahan-bahan zat
organik dari bahan atau sampel dengan cara memijarkan dalam tanur pada suhu
tinggi, yaitu sekitar 500- 600°C selama 6 jam, kemudian zat yang tertinggal
setelah proses pembakaran ditimbang. Jumlah sampel yang akan diabukan
ditimbang sejumlah tertentu tergantung pada macam bahannya.
Beberapa kelebihan dari cara langsung, berdasarkan Apriantono (1989)
antara lain :
1. Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan
hasil pertanian, serta digunakan untuk sample yang relatif banyak,
2. Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air,
serta abu yang tidak larut dalam asam, dan
3. Tanpa menggunakan regensia sehingga biaya lebih murah dan tidak
menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya.
Sedangkan kelemahan dari pengabuan cara langsung antara lain :
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama,
2. Tanpa penambahan regensia,
3. Memerlukan suhu yang relatif tinggi, dan
4. Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu tinggi

b. Pengabuan Cara Tidak Langsung


Prinsip pengabuan cara tidak langsung yaitu bahan ditambahkan reagen
kimia tertentu sebelum dilakukan pengabuan (Apriantono & Fardian 1989).
Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia
tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa
ditambahkan adalah gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya
dilakukan pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol
alkohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan
menjadi besar dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan
untuk pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan
oksigen semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga akan
mempercepat teradinya proses pengabuan (Sudarmadji, 1996).
Beberapa kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada pengabuan cara
tidak langsung. Kelebihan dari cara pengabuan tidak langsung menurut
Apriantono (1989) meliputi :
1. Waktu yang diperlukan relatif singkat,
2. Suhu yang digunakan relatif rendah,
3. Resiko kehilangan air akibat suhu yang digunakan relatif rendah,
4. Dengan penambahan gliserol alkohol dapat mempercepat pengabuan,
dan
5. Penetuan kadar abu lebih baik.
Sedangkan kelemahan yang terdapat pada cara tidak langsung meliputi
Hanya dapat digunakan untuk trace elemen dan logam beracun, Memerlukan
regensia yang kadangkala berbahaya dan Memerlukan koreks
terhadap regensia yang digunakan.

II.3 Penentuan Kadar Abu dengan metode Tanur


Kadar abu yang yang terukur merupakan bahan-bahan anorganik yang
tidak terbakar dalam proses pengabuan, sedangkan bahan-bahan organik
terbakar. Senyawa organik terdiri dari senyawa yang tersusun atas unsur
karbon (C), oksigen (O), nitrogen (N), hidrogen (H) dan sebagainya. Senyawa
anorganik terdiri dari logam ringan, logam berat, logam transisi.
Bahan yang akan diabukan ditempatkan pada wadah khusus yaitu krus
yang terbuat dari porselen, silica, quartz, nikel atau platina dengan berbagai
kapasitas (25-100 ml). Pemilihan krus ini disesuaikan dengan bahan yang
akan diabukan. Suhu pengabuan untuk setiap bahan berbeda-beda tergantung
pada komponen yang terkandung dalam bahan tersebut, mengingat terdapat
beberapa komponen abu yang mudah mengalami dekomposisi juga menguap
pada suhu yang tinggi.
Pengabuan dilakukan dengan muffle (tanur) yang dapat diatur suhunya,
apabila tidak tersedia dapat menggunakan pemanas bunsen. Lama pengabuan
tiap-tiap bahan berbeda, berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dianggap selesai
apabila diperoleh sisa pengabuan berwarna putih abu-abu dan memiliki berat
konstan. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam suhu dingin, krus
yang berisi abu dipanaskan dalam oven bersuhu 105oC untuk menurunkan
suhu krus, kemudian dimasukan ke desikator.

II.4 Penentuan Kadar Abu Total


Penentuan kadar abu total dimaksudkan untuk menentukan baik
tidaknya suatu proses pengolahan; untuk mengetahui jenis bahan yang
digunakan dan penentuan abu total berguna sebagai parameter nilai gizi bahan
makanan (Sudarmadji et al., 2007).
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan
berdasarkan Anonim (2011) yaitu:
1. Menentukan baik tidaknya suatu pengolahan
2. Mengetahui jenis bahan yang digunakan
3. Penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan
Kandungan abu total yang tinggi dalam bahan dan produk pangan
menunjukkan terdapat potensi tingginya kandungan unsur-unsur logam dalam
bahan atau produk pangan

II.5 Penentuan Kadar Abu Tak Larut Asam


Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan.
Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam
yaitu garam organik dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam
organik misalnya garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan
garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida,
sulfat dan nitrit (Sudarmadji dkk, 2007).
Kandungan abu yang tak larut dalam asam yang cukup tinggi
menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain. Analisis abu dan mineral
dapat mengetahui kualitas gizi suatu bahan pangan, selain itu juga dapat
mengetahui tingkat kemurnian produk; adanya pemalsuan pada produk selai,
sari buah dan cuka; tingkat keberhasilan suatu bahan; dan terjadinya
kontaminasi mineral yang bersifat toksis (Togatorop, 2014).

III. Metode Percobaan


1. Kadar Abu Total
• Alat
- Crusible porselen kapasitas 30 ml
- Tang crus
- Neraca Analitik
- Desikator
- Tanur
- Oven

• Bahan
- Bahan yang akan dihitung kadar abunya

• Langkah Kerja
1. Dicuci bersih crusible porselen dengan air kemudian dikeringkan
dalam oven (proses pengeringan dengan suhu 105°C selama 1 jam)
atau bisa dipijarkan didalam tanur pada suhu antara 500-600°C
selama kurang lebih antara 10 sampai 12 menit
2. Diambil crusible porselen menggunakan tang crus dan didinginkan
dalam eksikator selama 15 menit
3. Ditimbang crusible porselen menggunakan neraca analitik hingga
menghasilkan berat x gram, dan catat beratnya kemudian terakan
ke angka nol
4. Kemudian masukkan bahan yang akan diukur kadar abunya
sebanyak 2,00 gram ke dalam crusible porselen
5. Kemudian masukkan crusible porselen yang telah berisi bahan
tersebut ke dalam tanur dan atur suhu tanur pada posisi 100° C
kemudian tingkatkan terus hingga suhu diperoleh antara 450
sampai 600°C selama 6 jam
6. Setelah 6 jam, matikan tanur dan keluarkan crusible porselen lalu
dinginkan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 100°C
7. Diambil crusible porselen dengan tang crus lalu masukkan dalam
deksikator dan dinginkan selama 15 menit
8. Ditimbang sampel hingga menghasilkan berat Z gram, lalu catat
angkanya
9. Kemudian cawan krus dipijarkan kembali kemudian dimasukkan
ke dalam desikator dan timbang kembali hingga hasil penimbangan
benar-benar tidak memberikan perubahan sama sekali
10. Setelah itu dihitung kadar abu totalnya

2. Kadar Abu Tak Larut Asam


2.1 Alat
1. Crusible porselen kapasitas 30 ml
2. Tang crus
3. Neraca Analitik
4. Desikator
5. Tanur
6. Kertas saring bebas abu
7. Corong

2.2 Bahan
1. Abu dari suatu bahan
2. HCl 10%
3. Aquadest

2.3 Langkah Kerja


1. Dilarutkan abu dalam 25 ml HCl 10%
2. kemudian bagian yang tidak larut dalam asam tersebut
selanjutnya disaring dengan kertas saring bebas abu
3. Dicuci dengan menggunakan air panas
4. Ampas yang tersaring tadi dimasukkan dalam cawan krus dan
dipijarkan sama seperti pada penetapan kadar abu total
5. Keluarkan cawan krus dari tanur menggunakan kamus
kemudian simpan di desikator
6. Timbang cawan krus kemudian catat dipijarkan kembali
kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang
kembali hingga hasil penimbangan pada benda tidak
memberikan perubahan sama sekali

IV. Hasil Praktikum


• Kadar Abu Total
Rumus kadar Abu
Kadar Abu % = Z-X/Y × 100%
Keterangan :
Z = Berat Crusible porselen + sampel setelah ditanur (gram)
X = Berat Crusible porselen (gram)
Y = Berat Sampel (gram)
Diketahui
Z = 36,08 gr
X = 35,93 gr
Y = 2,0 gr
Ditanya : Berapa kadar abu total dari bahan tersebut?
Penyelesaian :
Kadar Abu % = Z-X/Y × 100%
Kadar Abu % = 36,08 – 35,93/ 2,0 × 100%
Kadar Abu % = 7,5%
Kadar Abu total adalah 7,5 %

• Kadar Abu Tak Larut Asam


Rumus kadar abu tidak larut dalam asam
Kadar abu tak larut asam = W1- W2/W x 100%
Keterangan :
W1 = Berat Crusible porselen + abu dalam gram
W2= Berat Crusible porselen
W= Berat abu
Ditanya : berapa gram kadar abu tidak larut asam ?
Penyelesaian :
Kadar abu tak larut asam = W1 - W2/W x 100%
Kadar abu tak larut asam = 35,973 - 35,93/ 2,0 x 100%
Kadar abu tak larut asam = 2,15%
V. Pembahasan
Tahap pertama dalam praktikum ini adalah crusible porselen terlebih
dahulu dikering dalam oven pada suhu 105ᵒC selama 1 jam atau bisa
dipijarkan didalam tanur pada suhu antara 500-600°C selama kurang lebih
antara 10 sampai 12 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selam 15
menit supaya steril dan menghilangkan uap air. Kemudian crusible porselen
ditimbang dan ditambahkan dengan bahan sampel lalu dimasukkan ke dalam
tanur dan didinginkan dalam desikator, Lalu ditimbang kembali dan dihitung
kadar abu totalnya.

Abu merupakan sisa dari proses pemijaran seperti misalnya pada


bahan tanaman terdapat banyak senyawa organik dan anorganik. Senyawa
organik terdiri dari senyawa yang tersusun atas unsur karbon (C), oksigen
(O), nitrogen (N), hidrogen (H) dan sebagainya, senyawa ini ketika
dipijarkan akan menguap. Senyawa anorganik terdiri dari logam ringan,
logam berat, logam transisi. Logam ringan memiliki massa jenis kurang dari
4 Kg/liter pada tabel priodik biasanya menempati golongan 1A, 2A dan 3A
pada periode 2, 3, 4. Adapun logam berat ini meliputi unsur-unsur yang
memiliki massa jenis lebih dari 4kg/l, dan logam transisi pada tabel priodik
berada pada golongan B. adanya kandungan logam berat di dalam bahan
menjadikan keamanan dari bahan menjadi tidak terjamin oleh karena itu
harus ditetapkan kandungan logam secara keseluruhan pada bahan dengan
menggunakan metode uji kadar abu.
Penentuan kadar abu total dapat di gunakan untuk menentukan baik
atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang di gunakan
dan sebagai parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Kandungan abu juga
dapat di gunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang
di gunakan.

Senyawa organik apabila dipijarkan maka akan bereaksi dengan


oksigen membentuk senyawa yang mudah menguap pada suhu pemijaran
misalkan ada karbon bereaksi dengan oksigen akan menghasilkan CO2,
H+O2 → H2O, N+O2 → NO2, senyawa-senyawa ini akan menguap karena
bentuknya gas sehingga akan hilang pada saat pemijaran. Sedangkan logam-
logam anorganik pada saat pemijaran tidak akan bilang dan akan bereaksi
dengan oksigen membentuk K2O, Na2O, FeO, ZnO, logam-logam ini pada
saat pemijaran akan tertinggal dan jadi abu. Kadar abu merupakan campuran
dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan
pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi
komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut kadar abu.
Dari praktikum yang dilakukan terhadap bahan didapatkan hasil
kadar abu total sebesar 7,5% yang mana ini berarti tidak memenuhi syarat
yang telah ditentukan yang dimana untuk kadar abu total tidak lebih dari 7%

Kadar abu tak larut asam


Logam ringan, berat ataupun transisi memiliki karakteristik yang
berbeda. Logam ringan apabila direaksikan dengan suatu senyawa asam
akan membentuk garam larut air sedangkan logam berat dan logam transisi
direaksikan dengan larutan asam akan membentuk suatu senyawa logam
kompleks dan tidak larut dalam air. Logam akan berfungsi sebagai inti
sedangkan asam akan berfungsi sebagai ligan.

Logam larut air tujuannya adalah Untuk mengukur jumlah logam


ringan dalam abu, sedangkan kadar asam bertujuan untuk menetapkan
logam berat dan transisi dimana semakin besar logam berat maka semakin
menjadikan tingkat keamanan dari bahan rendah.
Abu tak larut asam yang tinggi mengindikasikan adanya kotoran atau pasir.
Dan pada praktikun yang dilakukan didapatkan hasil 2,15% kadar abu tak
larut asam pada bahan sampel yang artinya masih memenuhi syarat dan
tidak Lebih dari 3%

VI. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah diamati dalam video maka dapat
diambil kesimpulannya sebagai berikut:
1. Kadar abu total yang terdapat pada sampel simplisia yaitu 7,5% yang
artinya tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan yang dimana
untuk kadar abu total tidak lebih dari 7%.
2. Kadar abu tidak larut asam yang terdapat pada sampel simplisia yaitu
2,15% yang artinya memenuhi syarat yang telah ditentukan yang
dimana untuk kadar abu tak larut asam tidak lebih dari 3%.

VII. Daftar Pustaka


Astuti. (2012). Analisis Kadar Abu.
https://astutipage.wordpress.com/tag/kadar-abu/. Diakses Pada Tanggal 11
April 2022 Medan
Togatorop, E. (2014). Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu dalam Bahan
Pangan.
https://www.academia.edu/8844570/PENENTUAN_KADAR_AIR_DAN
_KADAR_ABU_DALAM_BAHAN_PANGAN. Diakses pada April 2022
Sudarmadji S, dkk. (2007). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty

Anda mungkin juga menyukai