Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PRAKTIKUM SIMULASI

INDUSTRI OBAT TRADISONAL


PENENTUAN KADAR ABU

OLEH : KELOMPOK 2

Essy Sari Adhani 2330122171


Fathurrahman Aby Gusnadi 2330122172
Gebby Fernando 2330122173
Hanisa Eliza Mirna 2330122174
Indah Anggraini 2330122175
Intan Yusi Safira 2330122176
Irfan Ramadhan 2330122177
Khilfa Keltri Yunaz 2330122178
Lativah Agusriliana 2330122179
Maida Soniamarta 2330122180

KELAS : B

DOSEN PENGAMPU: apt. Okta Fera, S.Si, M. Farm

PROGRAM STUDI PROFESI


APOTEKER FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS
PADANG
2024
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................2
I. Tujuan Praktikum..............................................................................................1
II. Teori................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penentuan Abu Total.......................................................................1
1.3 Fungsi Pengujian Kadar Abu.......................................................................2
1.4 Metode Penentuan Kadar Abu....................................................................2
1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Abu.......................................4
III. Proses Kerja...................................................................................................4
3.1 Alat dan Bahan..............................................................................................4
3.2 Prosedur Kerja..............................................................................................4
LEMBAR KERJA.....................................................................................................5
Instruksi Kerja :.........................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................6

i
PENENTUAN KADAR ABU

I. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara penentuan kadar abu pada suatu bahan.
2. Untuk mengetahui kandungan mineral dalam sampel yang tertinggal
dalam bentuk abu.

II. Teori
1.1 Pengertian Kadar Abu
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan
organik. Kandungan abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan
dan cara pengabuan yang digunakan (Widajanti L dkk, 2015). Abu dan
mineral dalam bahan pangan umumnya berasal dari bahan pangan itu sendiri
(indigenous). Tetapiada beberapa mineral yang ditambahkan ke dalam bahan
pangan, secara disengaja maupun tidak disengaja. Abu dalam bahan pangan
dibedakan menjadi abu total, abu terlarut dan abu tak larut (Puspitasari, et.al,
1991).
Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang
terkandung dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah
sulit sehingga diperlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran
atas garam mineral bahan tersebut. Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya
bahan-bahan organik dan anorganik sehingga terjadi perubahan radikal
organik dan terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa
dengan ion-ion negatif (Sudarmadji, 2010).
1.2 Tujuan Penentuan Abu Total
Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik
tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan,
serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan (Vanessa, 2008).
Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan
mineral yang terdapat dalam makanan atau pangan (Sandjaja, 2009). Kadar
abu dari suatu pangan juga biasanya menunjukan kadar mineral, kemurnian,
serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan (Winarno, 2008).

1
1.3 Fungsi Pengujian Kadar Abu
 Menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan
Dalam penggilingan gandum, misalnya apabila masih banyak katul
atau lembaga yang terikut maka tepung gandum tersebut akan
memiliki kadar abu yang tinggi.
 Mengetahui jenis bahan yang digunakan
Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan
kandungan buah yang digunakan dalam marmalade atau jelly.
Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau
membedakan fruit vinegar (asli) atausintesis.
 Penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan
Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi
menunjukan adanya pasir atau kotoran lain.
 Untuk mengetahui kandungan mineral yang terkandung dalam suatu
bahanpangan (Irawati, 2008).
1.4 Metode Penentuan Kadar Abu
Analisis kadar abu dibedakan menjadi dua metode, diantaranya sebagai
berikut:
a. Metode Pengabuan Kering
Prinsip dari pengabuan cara kering yaitu dengan mengoksidasi
semua zat organic pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-550℃ dan kemudian
melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran
tersebut. Mekanisme pengabuan pada praktikum ini adalah pertama-tama
cawan porselen dioven selama 1 jam. Cawan poselen adalah wadah yang
digunakan dalam pengabuan karena penggunaannya luas dan dapat
mencapai berat konstan maka dilakukan pengovenan. Kemudian
dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit. Lalu timbang cawan
sebagai berat a gram. Setelah itu masukkan sampel ke dalam cawan dan
catat sebagai berat b gram. Proses pengabuan dianggap selesai apabila
diperoleh pengabuan yang umumnya berwarna keabu-abuan sampai putih.
(Yenrina, 2015).

2
b. Metode Pengabuan Basah
Prinsip pengabuan cara basah yaitu memberikan reagen kimia
tertentu pada sampel sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa
ditambahkan adalah gliesrol alkohol atau pasir bebas anorganik
selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tinggi. Proses pemanasan
mengakibatkan gliserol alkohol membentuk kerak sehingga menyebabkan
percepatan oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat
membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas
dan memperbesar porositas sehingga mempercepat proses pengabuan.
Mekanisme pengabuannya adalah pertama-tama cawan porselen
dioven selama 1 jam. Kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 30
menit. Lalu timbang cawan sebagai berat a gram. Setelah itu masukkan
sampel ke dalam cawan dan catat sebagai berat b gram. Kemudian
ditambahkan gliserol alkohol 5 ml dan dimasukkan ke dalam tanur
pengabuan sampai menjadi warna putih keabu-abuan. Setelah terjadi
pengabuan, abu yang terbentuk dibiarkan dalam muffle selama 1 hari.
Sebelum dilakukan penimbangan terlebih dahulu dengan tujuan
mengeringkan air yang mungkin terserap oleh abu selama didinginkan
dalam muffle dimana pada bagian atas muffle berlubang sehingga
memungkinkan air masuk kemudian cawan dimasukkan dalam desikator
yang telah dilengkapi zat penyerap air berupa silica gel. Setelah itu
dilakukan penimbangan dan catat sebagai berat c gram. Sebelum sampel
dimasukkan ke dalam cawan, bagian dalam cawan dilapisi silica gel agar
tidak terjadi pengikisan bagian dalam cawan oleh zat asam yang
terkandung dalam sampel dan untuk menyerap air yang kemungkinan ada
pada cawan. (Yenrina, 2015).
Secara umum pengabuan dilakukan dengan 2 cara yaitu cara kering
dan cara basah. Perbedaan pengabuan cara kering dan cara basah adalah:
 Cara kering biasa digunakan untuk penentuan total abu dalam suatu
bahan makanan dan hasil pertanian, sedangkan cara basah untuk trace
element

3
 Cara kering untuk penentuan abu yang larut dan tidak larut dalam air
serta abu yang tidak larut dalam asam memerlukan waktu yang relatif
lama, sedangkan cara basah memerlukan waktu yang cepat
 Cara kering memerlukan suhu yang relatif tinggi, sedangkan cara
basah suhu relatif rendah
 Cara kering dapat digunakan untuk sampel yang relatif banyak,
sedang cara basah sebaiknya sampel sedikit dan memerlukan reagensia
yang kadang kala agak berbahaya (Yenrina, 2015).
1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Abu
Kadar abu dipengaruhi oleh mineral-mineral yang terkandung didalam
bahan pangan tersebut. Bahan pangan mengandung dua jenis mineral, yaitu
garamorganik dan garam anorganik. Garam organik terdiri dari garam-garam
asam malat, oksalat, sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk
garam fosfat dan karbonat (Sudarmadji, 2010).

III.Proses Kerja
3.1 Alat dan Bahan
 Krus porselen
 Tang krus
 Oven
 Desikator
 Furnace
 Sampel (ekstrak)
3.2 Prosedur Kerja
Prosedur kerja penentuan kadar abu:
a. Krus Porselen dipijar di dalam oven pada suhu 105ºC selama 15-30
menit, kemudian didinginkan di dalam desikator selama 15 menit dan
ditimbang.
b. Sebanyak 2-3 gram sampel ditimbang di dalam krus, kemudian
dimasukkan kedalam furnace dan dipanaskan pada suhu 600-800ºC
selama 6-8 jam.
c. Furnace dimatikan dan dapat dibuka setelah dingin.
d. Krus diambil dengan hati-hati dari dalam tanur kemudian ditimbang.

4
IV.

LEMBAR KERJA
PRAKTIKUM SIMULASI INDUSTRI OBAT
TRADISIONAL OBJEK : KADAR ABU

Instruksi Kerja :
Seorang apoteker pada bagian QC di Industri Obat tradisional Perintis Farma,
melakukan ujipenentuan kadar abu terhadap simplisia yang akan diolah untuk produksi
obat herbal. Tugas :
1. Lakukanlah penimbangan terhadap simplisia sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkanuntuk pengujian kadar abu
2. Lakukan prosedur penentuan kadar abu dengan benar
3. Isilah lembar kerja sesuai dengan prosedur yang telah dikerjakan

A. Identitas Simplisia
 Nama spesies :
 Nama Umum :
 Bagian yang digunakan :

B. Tahap penyiapan
 Bobot krus kosong :
 Bobot krus + simplisia :
 Bobot simplisia :

C. Tahap pengerjaan
 Suhu Furnes :
 Lama pengabuan :
 Bobot krus + simplisia setelah diabukan :

D. Analisa Data
Hasil perhitungan persentase kadar abu :

Nilai persentase kadar abu berdasarkan buku standar :

Kelas :
Kelompok :
Nama Anggota :

5
DAFTAR PUSTAKA

Erni, N., Kadirman, K., & Fadilah, R. 2018. The Influence of Temperature and
Length of Drying to The Chemical Characteristic and Organoleptic of
Taro Flour (Colocasia esculenta). Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian; 4.
Hadipernata, M. R. Rachmat dan Widianingrum. 2006. Pengaruh Suhu
Pengeringan pada Teknologi Far Infrared Terhadap Mutu Jamur
Merang Kering (Volvariella volvaceae). Buletin Teknologi Pascapanen
Pertanian; (2).
Irawati. 2008. Modul Pengujian Mutu 1. Diploma IV PDPPTK Vedca, Cianjur.
Kemenkes RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 2. Jakarta: Depkes RI
Nurhidayah, B., Soekendars, E., & Erviani, A. E. 2019. Kandungan Kolagen Sisik
Ikan Bandeng Chanos-Chanos dan Sisik Ikan Nila Oreochromis Niloticus.
BIOMA: Jurnal Biologi Makassar; 4(1), 39-47.
PP-Kimia LIPI. 2011. Karakterisasi Lanjut Kadar Abu dengan Metode
Gravimetri. Bandung: Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Puspitasari, D. S. (1991). Status gizi murid taman kanak-kanak dan sekolah
dasar disekolah favorit dan bukan favorit. Penelitian Gizi dan Makanan.
Rina Yenrina. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Padang: Andalas Univesity
Press.
Sandjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi: Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta:
PenerbitKompas.
Sudarmadji, Slamet dan Bambang, Suhardi. 2010. Analisa Bahan Makanan
danPertanian. Yogyakarta: Liberty.
Rakhmawati, N., Bambang, S. A., dan Danar, P. 2014. Formulasi dan Evaluasi
Sifat Sensorisdan Fisikokimia Produk Flakes Komposit Berbahan Dasar
Tepung Tapioka, Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) dan
Tepung Konjac (Amorphopallus oncophillus). Jurnal Teknosains Pangan,
3(1), 63-73.
Vanessa, Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu Dari Gliserin yang
Diproduksi PT.Sinar Oleochemical International-Medan. Computer,
writing, rethoric and literature (Jurnal Elektronik), diakses1 Agustus
2008;http://www.ejournal.dikti.go.id/
Widajanti, N. (2015). Hubungan antara usia dan aktivitas sehari-hari dengan
resiko jatuh pasien instalasi rawat geriatri. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, 4(4).
Winarno, F. G. (2008). Ilmu Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

6
7

Anda mungkin juga menyukai