Anda di halaman 1dari 6

Nama asisten : Dinda Lupitasari

Tanggal Praktikum : Rabu, 8 Maret 2023


Tanggal Pengumpulan : Jumat, 17 Maret 2023

PENENTUAN KADAR ABU


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Aurelia Benedikta Demira Tobing (240210210032)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: aurelia21003@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK

96% bahan makanan yang biasa dikonsumsi manusia merupakan bahan


organik dan air. Akan tetapi, sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral yang
memiliki peran sebagai zat pengatur dan pembangun. Praktikum kali ini bertujuan
untuk mengetahui kadar abu pada sampel biskuit, keripik, tepung bumbu,
ketumbar, bawang merah, dan bawang putih. Dalam penetapan kadar abu,
meliputi penggunaan tanur 550 oC, proses pendinginan di desikator, pengukuran
berat hingga didapati nilai konstan, dan perhitungan. Kadar abu A1 2,43% dan A2
2,48%. Kadar abu B1 2,14% dan B2 2,18%. Kadar abu C1 7,52% dan C2 6,78%.
Kadar abu D1 4,57% dan D2 4,83%. Kadar abu E1 1,59% dan E2 1,5%.

Keywords: Abu, desikator, kadar, tanur, uji.

PENDAHULUAN dari suatu bahan pangan, serta


menunjukkan total mineral yang
Umumnya bahan makanan yang terdapat pada bahan tersebut yang
dikonsumsi oleh manusia sebagian bersifat toksik (Hutomo, dkk., 2015).
besar terdiri dari bahan organik dan air Praktikum kali ini menggunakan
sebesar 96%. Sisanya terdiri dari metode gravimetri. Gravimetri
unsur-unsur mineral yang memiliki merupakan analisis kuantitatif
peran sebagai zat pengatur dan berdasarkan dari ukuran bobot suatu
pembangun (Swastawati et al., 2013). unsur atau senyawa yang biasanya
Abu merupakan zat anorganik sisa digunakan untuk menentukan total
pembakaran dari bahan organik, mineral pada bahan. Metode ini
dimana komposisi dan kandungannya memiliki kelebihan, dimana tidak
tergantung dari bahan dan cara membutuhkan zat pembanding dan alat
pengabuannya (Hutomo, dkk., 2015). yang terkalibrasi hanya neraca analitik.
Residu yang didapat merupakan total Metode ini juga sederhana jika
abu dari suatu sampel (Arziyah, dkk., dibandingkan dengan cara analisis
2019). Penentuan kadar abu merupakan lainnya (Darma dan Marpaung, 2020).
pengolahan penting dalam industri Hal ini disebabkan karena kandungan
pangan. Dikarenakan hal ini zat yang terkandung hanya ditentukan
merupakan hal penting untuk dengan menimbang massa zat yang
mengetahui baik atau tidaknya hasil telah dipisahkan dari zat lainnya
dari suatu produk dan ada (Romelan, 2018).
hubungannya dengan mineral dalam Dalam menentukan kandungan
kandungan produk tersebut (Estiari, mineral dalam suatu pangan, bahan
dkk., 2016). Kadar abu total harus dihancurkan terlebih dahulu.
merupakan analisis proksimat yang Cara yang biasanya dilakukan yaitu
digunakan untuk mengetahui nilai gizi pengabuan kering (dry ashing) dan

1
Nama asisten : Dinda Lupitasari
Tanggal Praktikum : Rabu, 8 Maret 2023
Tanggal Pengumpulan : Jumat, 17 Maret 2023

pengabuan basah (wet digestion). kelompok zat anorganik (Swastawati


Pemilihan cara ini tergantung dari sifat et al., 2013). Praktikum kali ini
zat anorganiknya yang terdapat pada menggunakan metode gravimetri
bahan pangan tersebut. Mineral yang dalam menentukan kadar abu dengan
terdapat pada bahan pangan dianalisa menggunakan tanur. Jumlah kadar abu
serta sensitifitas cara yang digunakan. dapat diketahui menggunakan
Pengabuan kering membutuhkan perhitungan selisih antara berat
ketelitian dan mampu menganilsa sebelumnya dan setelah dilakukan
bahan lebih banyak daripada perlakuan pengabuan.
pengabuan basah. Pengabuan kering Sampel pertama yaitu biskuit.
dapat dilakukan dala menganalisa Biskuit merupakan makanan yang
kandungan Ca, P, dan fe, tetapi sudah tidak asing langi di telinga
kehilangan K dapat terjadi apabila suhu masyarakat. Biskuit juga merupakan
yang digunakan terlalu tinggi (Anton, makanan yang digemari oleh semua
dkk., 1989). kalangan karena praktis dan memiliki
daya simpang yang panjang. Biskuit
METODOLOGI merupakan produk ringan kerin dengan
kadar air yang rendah (Normilawati et
Bahan dan alat al, 2019).
Alat-alat yang digunakan adalah Sebelum masuk ke dalam
cawan porselin, tanur, penjepit besi langkah memasukkan cawan ke dalam
(krustang), desikator, timbangan analitis. tanur. Terdapat beberapa sampel yang
Bahan-bahan yang digunakan didestruksi. Tujuan dari destruksi ialah
adalah biskuit, keripik, tepung bumbu, untuk memutus ikatan antara senyawa
ketumbar, bawang merah, dan bawang organik dengan logam yang akan
putih. dianalisis. Perlakuan destruksi
dilakukan untuk menguraikan bentuk
Prosedur Uji Kadar Abu senyawa logam menjadi bentuk logam-
Prosedur pertama, cawan logam anorganik atau pemecahan
dimasukkan ke dalam tanur 550°C senyawa menjadi unsur-unsurnya
selama 30 menit, kemudian didinginkan sehingga dapat dianalisis
selama 30 menit di dalam desikator. (Kristianingrum, 2012). Cawan yang
Kedua, cawan ditimbang sampai digunakan merupakan cawan porselen.
diperoleh berat konstan. Selanjutnya, Hal ini dikarenakan terdapatnya proses
sampel sebanyak 1 gram ditimbang, dan pemanasan pada suhu 550°C sehingga
dipijarkan di dalam tanur selama 5 jam. dibutuhkan cawan yang berbahan tahan
Setelah itu, disimpan di dalam desikator akan suhu panas maupun api, yaitu
selama 30 menit. Prosedur terakhir, porselen. Cawan porselen dipijarkan
berat ditimbang hingga konstan dan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk
dilakukan perhitungan kadar abu. memisahkan cawan porselen dari
pengotornya sehingga keakuratan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN perhitungannya nanti akan bertambah.
Setelah dipanaskan cawan
Kadar abu total merupakan didinginkan ke dalam desikator selama
analisis proksimat yang digunakan 30 menit. Hal ini bertujuan untuk
untuk mengetahui nilai gizi dari suatu menghindari kerusakan alat penimbang
bahan pangan, serta menunjukkan total akibat terpapar langsung dengan cawan
mineral yang terdapat pada bahan yang masing panas (Khopkar, 1990).
tersebut yang bersifat toksik (Hutomo, Selanjutnya, cawan ditimbang hingga
dkk., 2015). Abu merupakan sisa dari beratnya konstan. Hal ini bertujuan
hasil pembakaran dari suatu bahan untuk menghindari terjadinya
organik dan termasuk ke dalam kesalahan dalam perhitungan.

1
Nama asisten : Dinda Lupitasari
Tanggal Praktikum : Rabu, 8 Maret 2023
Tanggal Pengumpulan : Jumat, 17 Maret 2023

Prosedur selanjutnya, cawan yang sesuai standar SNI, maka sampel C1


berisi sampel dimasukkan ke dalam dan C2 tidak memenuhi syarat mutu.
tanur untuk mengabukan sampel. Kadar abu pada sampel
Ketika sudah selesai, cawan yang ketumbar sebesar 4,79% pada sampel
berisi sampel segera dimasukkan ke D1 dan 4,69% pada sampel D2.
dalam desikator. Desikator merupakan Berdasarkan syarat mutu SNI rempah-
alat laboratorium yang memiliki fungsi rempah bubuk 01-3709-1995 bahwa
untuk menghilangkan air dan kristal maksimal kadar abu nya sebesar 7,0%.
hasil dari pemurnian, sehingga sampel Hal ini membuktikan bahwa sampel
tidak menyerap air dari udara luar yang D1 dan D2 memenuhi syarat mutu
akan menyebabkan timbangan tidak karena persentasenya tidak melebihi
akurat (Lubis et al., 2021). Desikator Kadar abu pada sampel bawang
bekerja dengan cara mengikat kadar air merah didapati sampel E1 sebesar
yang terdapat pada sampel. Desikator 0,76% dan E2 sebesar 0,79%
memiliki dua bagian, salah satu sedangkan bawang putih didapat E1
bagiannya yang terdapat dibawah sebesar 1,59% dan E2 sebesar 1,5%.
terdapat gel silika yang akan mengikat Kadar abu pada bawang putih dan
H 2 O sebelum sampel akan benar- bawang merah tidak dapat
benar kehilangan kadar air. Setelah dibandingkan dengan SNI karena SNI
berat konstan, perhitungan dilakukan nya tidak dapat ditemukan.
menggunakan rumus seperti berikut : Menurut Sudarmadji, et al (1989),
terdapat beberapa hal yang dapat
%Kadar Abu = mempengaruhi tingkat kadar abu pada
berat endapan (g) suatu bahan pangan, diantaranya yaitu
x 100 % cara pengabuan, jenis bahan pangannya
berat sampel ( g)
sendiri, serta waktu dan suhu saat proses
pengeringan. Dalam proses pengeringan
Setelah dilakukan perhitungan,
kadar abu, semakin tinggi suhunya dan
berdasarkan tabel 1 didapati bahwa
semakin lama waktu yang digunakan,
kadar abu pada sampel biskuit sebesar
maka tingkat kadar abu akan semakin
2,45% pada sampel A1 dan 2,48%
meningkat pula.
pada sampel A2. Berdasarkan SNI 01-
2973-1992 bahwa kadar abu
KESIMPULAN
maksimalnya sebesar 1,6%.
Dikarenakan kadar abunya melebihi
kadar maksimal sesuai standar SNI,
Kadar abu sampel A1 2,43%
maka sampel A1 dan A2 tidak dan sampel A2 2,48%. Kadar abu
memenuhi syarat mutu. sampel B1 2,14% dan sampel B2
Kadar abu pada sampel keripik 2,18%. Kadar abu sampel C1 7,52%
sebesar 1,91% pada sampel B1 dan dan sampel C2 6,78%. Kadar abu
1,95% pada sampel B2. Berdasarkan sampel D1 4,57% dan sampel D2
SNI 01-2602-1992, kadar abu 4,83%. Kadar abu sampel E1 1,59%
maksimalnya sebesar 3,0%. Hal ini dan sampel E2 1,5%. Sampel B1,
membuktikan bahwa sampel B1 dan B2, D1, dan D2 sudah memenuhi
B2 memenuhi syarat mutu karena syarat mutu standar kadar abu sesuai
persentasenya tidak melebihi 3,0%.
SNI. Sampel E1 dan E2 belum dapat
Kadar abu pada sampel tepung
bumbu 7,27% pada sampel C1 dan
dibandingkan karena belum ada
6,8% pada sampel C2. Kadar abu standar yang pasti. Sampel A1, A2,
maksimum yang diperbolehkan SNI C1, dan C2 tidak dapat dibandingkan
adalah 0,70%. Dikarenakan kadar dengan SNI karena karakteristik dan
abunya melebihi kadar maksimal parameter sampel yang diuji tidak
sesuai dengan tetapan SNI.

1
Nama asisten : Dinda Lupitasari
Tanggal Praktikum : Rabu, 8 Maret 2023
Tanggal Pengumpulan : Jumat, 17 Maret 2023

Kadar Air Dan Kadar Protein


DAFTAR PUSTAKA Pada Biskuit Yang Beredar Di
Anton dkk. 1989. Analisis Pangan. Departemen Pasar Banjarbaru. CERATA
pendidikan dan kebudayaan direktorat Jurnal Ilmu Farmasi, 10(2).
jendral pendidikan tinggi pusat antar
universitas pangan dan gizi: IPB Romelan, M. P. (2018). Analisis Jenis
dan Kadar Saponin Ekstrak
Arziyah, D., Yusmita, L., dan Ariyetti. (2019). Metanol Daun Kemangi
Analisis Mutu Tahu dari Beberapa (Ocimum basilicum L.) dengan
Produsen Tahu di Kota Padang. Jurnal Menggunakan Metode
Teknologi Pertanian Andalas Vol. 23 Gravimetri. Jurnal Farmasi
No.2. Lampung Vol. 07 No.2.
Darma, W., dan Marpaung, M. P. (2020). Sudarmadji, S; B. Haryono dan Suhardi.
Analisis Jenis dan Kadar Saponin (1989). Analisa Bahan Makanan
Ekstrak Akar Kuning (Fibraurea dan Pertanian. Penerbit Liberty.
chloroleuca Miers) secara Gravimetri. Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu
Kimia, Volume 3 Nomor 1. Swastawati, F., Surti, T., Agustini, T.
W., & Riyadi, P. H. (2013).
Estiari, Parnanto, N. H., dan Sari, A. M. Karakteristik Ikan Asap yang
(2016). Pengaruh Perbandingan Diproses Menggunakan Metode
Campuran Labu Siam (Secheum dan Jenis Ikan Berbeda. Jurnal
edule) dan Brokoli (Brassica oleracea Aplikasi Teknologi Pangan,
var Italica) Terhadap Karakteristik 2(3).
Fisik, kimia dan Organoleptik Mix Fruit
and Vegetable Leather. Jurnal
Teknosains Pangan Vol 5 No 4
Hutomo, H. D., Swastawati, F., dan Rianingsih,
L. (2015). Pengaruh Konsentrasi Asap
Cair Terhadap Kualitas dan Kadar
Kolestrol Belut (Monopterus albus)
Asap. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan Volume
Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia
Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Kristianingrum, S. 2012. Kajian Berbagai
Proses Destruksi Sampel dan Efeknya.
Prosiding Seminar Nasional.
Yogyakarta : Jurdik Kimia FMIPA
UNY.
Lubis, N., Nuari, D. A., Suryana, S.,
Ganenggara, V. P., & Rahmayanti.
(2021). Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma
Dosis7 Kgy
TerhadapKualitasMikrobiologi
BiskuitPati Umbi Taka(Tacca
leontopetaloides(L.) Kuntze). Jurnal
Sains dan Kesehatan, 3(4).
Normilawati, Fadlilaturrahmah, Hadi, S.,
& Normaidah. (2019). Penetapan

1
LAMPIRAN

Tabel 1. Data Hasil Perhitungan Kadar Abu

Kode W Wc Wc + S sblm Wc + S
% Kadar Abu W abu
Sampel Sampel Konstan Konstan Konstan
A1 1,0018 9,0375 9,0626 9,0621 2,456% 0,0246
A2 1,0035 9,4077 9,4329 9,4326 2,481% 0,0249
B1 1,0013 9,1348 9,1542 9,1540 1,918% 0,0192
B2 1,0066 9,4724 9,4922 9,4921 1,957% 0,0197
C1 1,0011 10,6131 10,6860 10,6859 7,272% 0,0728
C2 1,0067 9,0674 9,1362 9,1359 6,804% 0,0685
D1 1,0074 9,4256 9,4741 9,4739 4,795% 0,0483
D2 1,0009 8,7891 8,8363 8,8361 4,696% 0,047
E1 (BM) 1,0095 9,9009 9,9091 9,9086 0,763% 0,0077
E2 (BM) 1,005 9,6909 9,6990 9,6989 0,796% 0,008
E1 (BP) 1,0036 13,7397 13,7558 13,7557 1,594% 0,016
E2 (BP) 1,0052 15,0214 15,0368 15,0365 1,502% 0,0151
(Sumber : Pengamatan Pribadi, 2023)

Kode Sampel
A : biskuit
B : keripik
C : tepung Bumbu
D : ketumbar
E : bawang merah & bawang putih

2. Perhitungan Kadar Air


a. Perhitung sampel biskuit

(9,0621−9,0375)
A1 = = 2,456%
1,0018
(9,4326−9,4077)
A2 = = 2,481%
1,0035

b. Perhitungan sampel keripik


(9,1540−9,1348)
B1 = = 1,918%
1,0013
(9,4921−9,4724)
B2 = = 1,957%
1,0066

c. Perhitungan sampel tepung bumbu


(10,6859−10,6131)
C1 = = 7,272%
1,0011
(9,1359−9,0674)
C2 = = 6,804%
1,0067

d. Perhitungan sampel ketumbar

5
(9,4739−9,4256)
D1 = = 4,795%
1,0074
(8,8361−8,7891)
D2 = = 4,696%
1,0009

e. Perhitungan sampel bawang merah


(9,9086−9,9009)
E1 = = 0,763%
1,0095
(9,6989−9,6909)
E2 = = 0,796%
1,005

f. Perhitungan sampel bawang putih


(13,7557−13,7397)
E1 = = 1,594%
1,0036
(15,0365−15,0214)
E2 = = 1,502%
1,0052

Anda mungkin juga menyukai