Luh Gede Gita Gowinda Mulyana Utami, Ni Luh Yulianti*, I Putu Surya Wirawan
Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali,
Indonesia
*email: yulianti@unud.ac.id
Abstrak
Kulit kopi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi alternatif yang banyak dijumpai pada sektor
pertanian yang merupakan limbah biomassa. Kegiatan meneliti ini mempunyai tujuan dalam memperoleh
pengaruh variasi suhu dan lama waktu pengarangan yang berbeda tehadap kualitas briket kulit kopi.
Perancangan atas percobaan kegiatan meneliti ini mempergunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan dua (2) faktor. Faktor pertamanya yakni suhu pengarangan (S) 200°C, 250°C, dan 300°C.
Faktor kedua yaitu lama waktu pengarangan (L) 30 menit, 45 menit, dan 60 menit. Kombinasi rancangan
percobaan penelitian dengan 2 kali ulangan yang akan diperoleh 18 unit percobaan. Parameter yang diamati
pada penelitian meliputi kadar air, kerapatan massa, kuat tekan, kadar abu, volatile matter, karbon terikat,
dan laju pembakaran. Pada penelitian ini data yang didapatkan dilakukan kegiatan menganalisis melalui
pengujian sidik ragam serta pengujian Duncan jika terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara suhu dan waktu pengarangan memberi pengaruhnya
yang bersignifikan kepada parameter mutu briket yang diperoleh. Briket dengan suhu pengarangan yang
digunakan yaitu 3000C dan lama waktu pengarangan 60 menit (S3L3) sebagai perlakuan yang menciptakan
briket berkualitas terbaik. Karakteristik dari briket hasil perlakuan S3L3 ini adalah memiliki kuat tekan
sebesar 235.11 kgf/cm2, kerapatan massa sebesar 0.62 g/cm3, kadar air sebesar 1.67%, dan laju pembakaran
sebesar 0.012 g/menit.
Abtract
Coffee husks can be used as an alternative energy source which is often found in the agricultural sector as
biomass waste. This research was conducted to determine the effect of different temperature variations and
carbonization on the quality of coffee husk briquettes. The experimental design of this study used a factorial
Randomized Block Design (RAD) with 2 (two) factors. The first factor is the cooking temperature (S)
200°C, 250°C, and 300°C. The second factor is the length of writing time (L) 30 minutes, 45 minutes, and
60 minutes. The combination of a research experiment design with 2 replications will produce 18
experimental units. Parameters observed in this study include moisture content, mass density, compressive
strength, ash content, volatile matter, bound carbon, and combustion rate. In this study, the data obtained
were analyzed by variance test and continued with Duncan's test if there were significant differences
between treatments. The results showed that the interaction of temperature and cooking time had a
significant effect on the quality parameters of the briquettes produced. The briquette treatment with the
curing temperature used was 300°C and the curing time of 60 minutes (S3L3) was the treatment that
produced the best quality briquettes. The characteristics of S3L3 treatment briquettes are that they have a
compressive strength of 235.11 kgf/cm2, a mass density of 0.62 g/cm3, a water content of 1.67%, and a
combustion rate of 0.012 g/min.
364
negara dengan keagrarisan menciptakan banyak suhu maupun waktu saat karbonisasi bisa
limbah pertanian. Potensinya limbah biomasa di menurunkan kadar zat yang ada kemudahan
Indonesia diklasifikasikan menjadi dua sektor, yakni mengalami penguapan dalam keadaan optimal suhu
perkebunan yang utamanya misalnya cokelat, kopi, serta waktu saat karbonisasi dalam proses membuat
tebu, kelapa, kelapa sawit dan karet serta sektor arang dari sekam padi (Satriyani Siahaan et.al.,
tanaman pangan seperti kedelai, padi, jagung dan 2013).
kacang-kacangan. Keuntungan yang didapatkan dari
penggunaan limbah biomassa yaitu tersedia secara Sejauh ini penelitian tentang karakteristik briket
melimpah, murah, serta teknologinya mudah berbahan baku kulit kopi dengan variasi suhu dan
diaplikasikan (Gunawan et al., 2015). Bagian dari waktu pengarangan yang berbeda belum banyak
limbah biomassa sektor pertanian yang banyak dilakukan. Selaras terhadap hal itu, berarti kegiatan
dijumpai adalah kulit kopi, yang mana menurut meneliti ini dirasakan harus melaksanakan
informasinya BPS Bali (2020) diketahui bahwa data pengkajian mendalam terkait karakteristik briket
jumlah produksi kopi di bali mencapai 15.302 ton. berbahan baku kulit kopi dengan variasi suhu dan
Selanjutnya diketahui juga bahwa dari kopi yang durasi pengarangan yang berbeda terhadap kualitas
diolah dengan proses pengeringan didapatkan briket yang dihasilkannya.
perbandingan 55% biji kopi dan 45% kulit kopi
kering setiap 100 kg kopi kering (Widyotomo, 2013). METODE
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara
langsung, saat ini limbah organik kini telah banyak Tempat dan Waktu Penelitian
dimanfaatkan sebagai energi terbarukan yang disebut Kegiatan meneliti diselenggarakan pada
dengan biobriket. Biobriket adalah sampah pertanian Laboratorium Teknik Pascapanen, Laboratorium
biomasa yang diarangkan lalu dibentuk dengan Analisis Pangan, Laboratorium Pengelolaan Sumber
melakukan proses dipres hingga menjadi blok yang Daya Alam, serta di Laboratorium Rekayasa Proses
padat (Gunawan et al., 2015). Salah satu biobriket dan Pengendalian Mutu Gedung Agrokomplek,
adalah kulit kopi yang mampu digunakan manfaatnya Kampus Sudirman, Universitas Udayana.
untuk sumber energi alternatif. Penyelenggaraan penelitiannya dilaksanakan dalam
Juni 2021 hingga Agustus 2021.
Nilai kalornya yang tinggi, kadar airnya sedikit, dan
kandungannya sulfur yang cukup sedikit dimiliki Bahan dan Alat
kulit kopi sehingga dapat menjadi pendukung Pemanfaatan bahan pada penelitiannya ini yakni kulit
terbentuknya karakteristik briket yang baik kopi yang diperoleh dari petani di Banjar Dinas
(Gunawan et al., 2015). Selama ini, briket kulit kopi Kebonjero, Desa Munduktemu, Pupuan, Tabanan,
yang dibuat adalah dengan metode arang briket, yaitu dengan tambahan bahan perekatnya yaitu air serta
suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan tepung tapioka. Penggunaan alat pada penelitiannya
bahan baku briket melalui proses pengarangan. berikut terdiri dari alat furnace (Merk
Metode ini dipilih dikarenakan jenis briket yang Barnstead/Thermolyne type 47900), alat Texture
dihasilkan dari metode arang briket memiliki Analyzer (merk TA TX plus), wadah plastik, oven
kemampuan menyala paling lama dan telah (Labo DO 255), kompor listrik (merk Maspion S-
memenuhi standar mutu kadar karbon yang tinggi 301), kompor gas portebel (Krischef), blander (merk
(Safitri et al., 2011). Namun, hasil penelitiannya Panasonic), timbangan analitik (Model Shimadzu,
Setyawan dan Ulfa (2019) menandakan yakni kadar Jepang), alat kempa (alat press ban), stopwatch,
abu maupun kadar air yang diciptakan melalui desikator, cawan porselin, cawan aluminium, cetakan
metode arang briket ini masih di bawah SNI (Standar briket, kawat kasa, gelas ukuran, adukan, piring
Nasional Indonesia). Rendahnya standar yang panas, gelas ukur, ayakan, gelas kimia, alat tumbuk
didapatkan dalam nilai kadar air serta kadar abu kayu, penggaris, pisau, alat tulis, buku catatan, dan
dalam perilaku metode pengarangan diasumsikan laptop Asus Vivo Book S14.
dikarenakan tahapan karbonasi arangnya yang ada
kurang begitu optimal. Selanjutnya terdapat beberapa Rancangan Percobaan
faktor yang mempengaruhi proses karbonasi yang Rancangan percobaan penelitian ini menggunakan
terjadi pada proses pengarangan, diantaranya adalah Rancangan Acak Kelompok dengan pola percobaan
pengaruhnya waktu, suhu saat mengarbonisasi, faktorial 2 faktor perlakuan. S (suhu pengarangan)
komposisi perekatnya yang yang dipakai. Makin yang terdiri dari tiga taraf yaitu 200°C (S1), 250°C
lama waktunya serta makin tinggi suhunya dalam (S2), dan 300°C (S3) (Hilwatullisan, 2015).
karbonisasi berarti briket arang yang diciptakan Perlakuan L (lama waktu pengarangan) yang terdiri
makin dikit, makin lama tahapan mengarbonisasi dari tiga taraf yaitu 30 menit (L1), 45 menit (L2), 60
berarti makin kecil kadar air itu, serta meningkatnya menit (L3).
365
1. S1L1 = Suhu 200°C dan lama waktunya Proses pencetakan dimulai dengan memasukkan
pengarangan 30 menit adonan ke dalam alat pencetak briket berbentuk
2. S1L2 = Suhu 200°C dan lama waktunya silinder dengan volume 18 cm3 dengan jari-jari 1,7
pengarangan 45menit cm dengan tinggi 2 cm (Ritzada P et al., 2021). Briket
3. S1L3 = Suhu 200°C dan lama waktunya berbentuk silinder menghasilkan kualitas briket yang
pengarangan 60 menit lebih baik dibandingkan bentuk lainnya (Ritzada P et
4. S2L1 = Suhu 250°C dan lama waktunya al., 2021). Setelah bahan briket dimasukkan ke dalam
pengarangan 30 menit cetakan proses selanjutnya dilakukan pengempaan
5. S2L2 = Suhu 250°C dan lama waktunya menggunakan alat kempa press ban selama 3 menit
pengarangan 45 menit sampai kondisi briket arang menjadi padat (Ritzada P
6. S2L3 = Suhu 250°C dan lama waktunya et al., 2021). Briket dikeluarkan dari cetakan dan
pengarangan 60 menit diangin-anginkan di udara terbuka selama 24 jam,
7. S3L1 = Suhu 300°C dan lama waktunya lalu dilaksanakan pengeringan pada oven bersuhu
pengarangan 30 menit 105°C di waktu 4 jam (Ritzada P et al., 2021).
8. S3L2 = Suhu 300°C dan lama waktunya Selanjutnya briket arang yang dihasilkan akan
pengarangan 45 menit dianalisis kuat tekan, kerapatan massa, kadar airnya,
9. S3L3 = Suhu 300°C dan lama waktunya karbon terikatnya, kadar abunya, laju pembakaran,
pengarangan 60 menit serta volatile matter.
2,92
proses membakar (Budiawan et al., 2014). Nilainya 3,00 2,58 2,45
2,50
atas karbon terikat yang diharapkan pada penelitian 1,94 1,86
2,00 1,67
ini sesuai dengan SNI adalah kurang lebih sama
1,50
dengan 77% Standar Nasional Indonesia No. 01- 1,00
6235-2000 (2000) Persamaan yang dipakai untuk 0,50
menentukan nilai karbon terikat sebagai berikut: 0,00
SIL1 S1L2 S1L3 S2L1 S2L2 S2L3 S3L1 S3L2 S3L3
Karbon Terikat (%) = 100% - (b – c)……………..[5] Perlakuan
367
Mengacu kepada data yang ditunjukan dalam waktu pengarangan 60 menit (S3L3) yakni besarnya
Gambar 1 dan Tabel 1 dipahami yakni nilainya 0,62 g/cm3 sementara perlakuan yang mempunyai
kadar air paling rendah didapatkan dalam perlakuan nilai kerapatan massa terendah yakni sejumlah 0,48
suhu pengarangan 300°C serta lamanya waktu g/cm3 yang didapatkan pada perlakuan suhu
pengarangan 60 menit (S3L3) yaitu sebesar 1.67% pengarangan 2000C dan lama waktu pengarangan 30
yang selajutnya mengacu pada hasilnya dari menit (S1L1).
pengujian lanjut dipahami yakni, perlakuan itu
memberi pengaruh berbeda signifikan terhadap 0,70 0,62
368
waktu pengarangan maka kadar air menjadi semakin antara 75,08-235,11 kgf/cm2. Nilai kuat tekan
rendah dan kerapatan masa menjadi lebih tinggi. tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu pengarangan
3000C dan lama waktu pengarangan 60 menit (S3L3)
Menurut Purwanto dan Sofyan (2014) kadar air pada yaitu sebesar 235,11 kgf/cm2 dan mengacu pada hasil
briket dipengaruhi oleh waktu pengarangan. Bahan pengujian lanjut dipahami yakni, perlakuannya ini
baku briket yang memiliki kerapatan serta berat memberi pengaruh yang tidak sreupa dan signifikan
jenisnya rendah bisa ada kemudahan penyerapan terhadap perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan
udara dari sekeliling maka mengakibatkan besarnya yang mempunyai nilai kuat tekan terendah yaitu
kadar air briket. Nilai kerapatan massa pada sebesar 75,08 kgf/cm2 diperoleh pada perlakuan suhu
penelitian ini memiliki nilai tertinggi pada perlakuan pengarangan 2000C dan lama waktu pengarangan 30
suhu pengarangan 300°C dan lama waktu menit (S1L1) menunjukkan hasil uji lanjut yang tidak
pengarangan 60 menit namun mengalami penurunan membawa pengaruh yang bersignifikan kepada
pada waktu pengarangan 45 menit hal itu perlakuan S1L2 namun membawa pengaruh
dikarenakan terdapat kecenderungannya makin besar bersignifikan kepada perlakuan yang lain.
suhu serta lamanya waktu pengarangan, maka
kerapatan massa briket berbahan dasar kulit kopi Tabel 3. Nilai kuat tekan (kgf/cm2) briket kulit kopi
akan semakin besar. Sehingga makin rendah nilai Perlakuan Waktu Pengarangan (L)
Perlakuan
kadar airnya berarti makin bagus karakteristik briket L1 (30 L2 (45 L3 (60
Suhu (S)
kulit kopi yang dihasilkan (Lucky et al., 2014). Pada menit) menit) menit)
penelitian ini, nilai kerapatan massa tertinggi S1 (2000C) 75.08e 85.43e 111.19d
diperoleh dari perlakuan suhu 300°C dengan lama S2 (2500C) 114.68cd 121.69cd 139.91bc
waktu pengarangan 60 menit yaitu sebesar 0.62 S3 (3000C) 149.12b 155.10b 235.11a
g/cm3 sedangkan standar nilai kerapatan massa Keterangan: Huruf yang serupa di belakang nilai
menurut Briket Arang. Standar Nasional Indonesia rerata menandakan nilainya perbedaan
(2000) adalah sebesar minimal 0.440 g/cm3 yang yang tidak signifikan (P>0,05)
menandakan bahwa nilai kerapatan massa briket
berbahan baku kulit kopi yang diciptakan telah Mengacu pada data yang ditunjukan dalam Gambar
terpenuhi Standar Nasional Indonesia No. 01-6235- 3 dan Tabel 3 dipahami yakni kecendrungan nilai
2000 (2000). kuat tekan meningkat sejalan dengan peningkatan
suhu dan waktu pengarangan yang digunakan.
Kuat Tekan Berdasarkan Putri dan Andasuryani (2017) pengujian
Mengacu pada hasil menganalisis keragaman kuat tekan dilaksanakan guna memahami
memperlihatkan yakni interaksinya diantara kekuatannya briket pada penahanan beban yang
perlakuan suhu (S) serta lamanya waktu pengarangan bertekanan tertentu. Tingkatan kekuatannya itu
(L) membawa pengaruh bersignifikan kepada dipahami saat briket tidak bisa melalukan penahanan
parameter kuat tekan briket kulit kopi. Rerata nilai bebannya lag. Kekuatan tekan briket bisa memberi
kuat tekan briket kulit kopi bisa diamati dalam antisipasi dalam pencegahan kerusakan saat dalam
Gambar 3 dan Tabel 3. pengiriman maupun penyimpanannya.
235,11
Nilai kuat tekan yang dihasilkan dari penelitian ini
250,00
memiliki nilai tertinggi dalam perlakuan temperatur
200,00 300°C serta lamanya waktu pengarangan 60 menit
Kuat Tekan (kgf/cm²)
149,13 155,11
namun mengalami penurunan pada waktu
139,92
150,00
121,69 pengarangan 45 menit dengan suhu yang sama yaitu
111,20 114,68
85,44
sebesar 155.10 kgf/cm2, hal ini dapat terjadi karena
100,00 75,08 ada kecenderungan semakin tinggi suhu dan lama
50,00 waktu pengarangan, maka kuat tekan briket berbahan
dasar kulit kopi akan semakin besar. Purwanto dan
0,00 Sofyan (2014) mengatakan bahwa semakin tinggi
S1L1 S1L2 S1L3 S2L1 S2L2 S2L3 S3L1 S3L2 S3L3
suhu pengarangan, maka makin tinggi kekuatan.
Perlakuan Menurut Fitri (2017) makin besar nilai kuat tekan
Gambar 3. Perlakuan hasil analisis uji kuat tekan briket arangnya bermakna daya tahan briketnya
(kgf/cm2) kepada pecah makin bagus. Hal ini sejalan dengan
nilai rerata kerapatan massa dari setiap perlakuan
Mengacu kepada informasi pada ditampilkan pada makin tinggi suhunya serta lamanya waktu
Gambar 3 dan Tabel 3 dapat dipahami yakni nilai pengarangan berarti makin tinggi nilai kuat tekan
kuat tekan briket kulit kopi yang dihasilkan berkisar pada briket. Hal ini dikarenakan homogenitas pada
369
briket lebih serentak. Kekompakan atau keserentakan yaitu sebesar 4.94%. Menurut Fitri (2017) kandungan
bahan pada briket bisa memberi pengaruh abu yang tinggi membawa pengaruhnya kurang
kekuatannya briket serta tidak ada kemudahan untuk bagus kepada nilai kalor yang diciptakan, makin kecil
rapuh kepada gesekan (Qistina et al., 2016). Mengacu kadar abunya makin baik kualitasnya briket yang
kepada Standar Nasional Indonesia No. 01-6235- diciptakan. Perlakuan S3L3 merupakan perlakuan
2000 (2000) briket mempunyai nilai kuat tekan yang menghasilkan nilai kadar abu tertinggi yaitu
minimal 65 kgf/cm2. Dari penelitian ini kisaran nilai sebesar 7.22% dan berdasarkan uji lanjut diketahui
kuat tekan pada briket berbahan baku kulit kopi bahwa, perlakuannya ini memberi pengaruhnya yang
adalah 75,08-235,11 kgf/cm2 ini menandakan tidak sama dan signifikan terhadap perakuan yang
beberapa briket dengan variasi suhu dan waktu lain sedangkan nilai kadar abu terendah yang
pengarangan sudah memenuhi standar nilai kuat diperoleh pada perlakuan S1L1 juga mempunyai
tekan briket. pengaruhnya yang tidak sama dan signifikan
terhadap perlakuan yang lain. Kemudian, didasarkan
Kadar Abu atas data yang ditunjukan dalam Tabel 4 dipahami
Mengacu kepada hasil menganalisis keragaman yakni kecendrungan nilai kada abu meningkat sejalan
memperlihatkan yakni komunikasi diantara dengan peningkatan suhu dan waktu pengarangan
perlakuan suhu (S) serta lamanya waktu pengarangan yang digunakan.
(L) berpengaruh signifikan terhadap parameter kadar
abu briket kulit kopi. Rerata nilai kadar abu briket Nilai kadar abunya yang diperoleh dalam kegiatan
kulit kopinya ini bisa diamati dalam Gambar 4 dan meneliti ini memiliki nilai paling rendahnya dalam
Tabel 4. perlakuan temperatur pengarangan 200°C serta
lamanya waktu pengarangan 30 menit namun
mengalami peningkatan dalam waktu 45 menit
8,00 7,23 bersuhu serupa yakni sejumlah 5.18%, hal ini
6,79 6,91
7,00 6,49 6,68 menunjukkan ada kecenderungan yakni makin besar
5,84
Kadar Abu (%)
6,00
4,95 5,19
5,49 suhunya serta lamanya waktu pengarangan, maka
5,00 kadar abu briket berbahan dasar kulit kopi akan
4,00 semakin besar. Menurut Hilwatullisan (2015) makin
3,00 besar suhunya karbonisasi berarti makin besar juga
2,00 kadar abunya. Hal ini disebabkan karena semakin
1,00
tinggi suhu karbonisasi yang digunakan berarti
0,00
SIL1 S1L2 S1L3 S2L1 S2L2 S2L3 S3L1 S3L2 S3L3
banyak bahan yang didekomposisikan jadi abu.
Perlakuan Mengacu kepada Standar Nasional Indonesia No. 01-
6235-2000 (2000), briket memiliki kadar abu
Gambar 4. Perlakuan hasil analisis uji kadar abu maksimal 8%. Kadar abunya yang didapatkan pada
(%) kegiatan meneliti ini kisaran 4,94-7,22% yang
menandakan beberapa briket kulit kopi sudah
Tabel 4. Nilai kadar abu (%) briket kulit kopi terpenuhi syarat kadar abu briket bagi bahan
Perlakuan Waktu Pengarangan bakarnya.
Perlakuan Suhu (L)
(S) L1 (30 L2 (45 L3 (60 Volatile Matter
menit) menit) menit) Mengacu kepada hasil menganalisis keragaman
S1 (2000C) 4.94a 5.18b 5.48c menunjukan yakni interaksi diantara perlakuan suhu
S2 (2500C) 5.84d 6.48e 6.67f (S) serta lamanya waktu pengarangan (L)
0
S3 (300 C) 6.78g 6.91h 7.22i berpengaruh signifikan kepada parameter volatile
Keterangan: Huruf yang serupa di belakang nilai matter briket kulit kopi. Rata-rata nilai volatile
rerata menandakan nilainya perbedaan matter briket kulit kopi bisa diamati melalui
yang tidak bersignifikan (P>0,05) Gambar 5 dan Tabel 5.
Mengacu kepada penampilan data dalam Gambar 4 Mengacu kepada data yang diperoleh dalam Gambar
dan Tabel 4 dipahami yakni nilainya dari kadar abu 5 dan Tabel 5 dipahami yakni nilainya volatile
paling tinggi didapatkan dalam perlakuan temperatur matter paling rendah didapatkan dalam perlakuan
pengarangannya 300°C dan lamanya waktu suhu pengarangan 300°C serta lamanya waktu
pengarangan 60 menit (S3L3) yaitu sebesar 7.22% pengarangan 60 menit (S3L3) yaitu sebesar 81.51%
sementara nilainya kadar abu paling rendah sedangkan nilai volatile matter paling tinggi
didapatkan dalam perlakuan suhu pengarangan didapatkan dalam perlakuan suhu pengarangannya
200°C dan lama waktu pengarangan 30 menit (S1L1) 200°C serta lamanya waktu pengarangan 30 menit
370
(S1L1) yaitu sebesar 89.91%. Dalam kegiatan penguapan yang kecil. Kadar volatile matter dalam
meneliti yang sudah dilaksanakan, didapatkan penelitian ini berkisar antara 81,51-89,91%. Kadar
hasilnya yakni terdapat kecenderungan makin besar volatile matter yang diciptakan dari kegiatan meneliti
suhu pengarangan serta lamanya waktu pengarangan ini menandakan bahwa nilai volatile matter belum
yang dipakai berarti makin kecil kadar volatile matter terpenuhi standarisasi yang sudah ditentukan dari
yang diciptakan. Standar Nasional Indonesia No. 01-6235-2000
(2000), dimana kadar volatile matter maksimalnya
yang diperbolehkan dipunyai briket yakni 15%.
92,00
89,91 89,61 89,42 Karbon Terikat
Volatile Matter (%)
371
berarti kualitasnya briket arang makin bagus Tabel 7. Nilai laju pembakaran (g/menit) briket
(Muhammad et al., 2018). kulit kopi
Perlakuan S3L3 merupakan perlakuan yang Perlakuan Waktu Pengarangan (L)
Perlakuan
menghasilkan nilai karbon terikat paling tinggi yaitu L1 (30 L2 (45 L3 (60
sebesar 25.71% dan mengacu kepada hasil pengujian Suhu (S)
menit) menit) menit)
lanjutan dipahami yakni perlakuannya ini memberi S1 (2000C) 0.046a 0.037b 0.030de
pengaruh yang tidak sama serta bersignifikan 0
S2 (250 C) 0.028cde 0.33bc 0.025de
terhadap perlakuan yang lain serta nilainya karbon S3 (3000C) 0.024e 0.018f 0.012g
terikat paling rendah didapatkan dalam perlakuan Keterangan: Huruf yang sama dibelakang nilai rata-
S1L1 pun mempunyai pengaruhnya yang tidak sama rata menunjukkan nila perbedaan yang
serta bersignifikan terhadap perlakuan yang lain. tidak nyata (P>0,05)
Selanjutnya berdasakan data yang ditampilkan pada
Gambar 6 dan Tabel 6 diketahui bahwa Mengacu kepada data dalam Gambar 7 dan Tabel 7
kecendrungan nilai karbon terikat meningkat sejalan diatas nilai laju pembakaran tertinggi diperoleh pada
dengan peningkatan suhu dan lama waktu perlakuan suhu pengarangan 200°C dan lama waktu
pengarangan yang digunakan. Menurut Kahariayadi pengarangan 30 menit (S1L1) yaitu sebesar 0.048
et.al., (2015) adanya karbon terikat pada arang briket g/menit kemudian nilai laju pembakaran paling
diberi pengaruh dari nilainya kadar abu serta kadar rendah didapatkan oleh perlakuan suhu pengarangan
zat terbangnya. Kadar bisa mempunyai nilai tinggi 300°C dan lama waktu pengarangan 60 menit (S3L3)
jika kadar abunya serta kadar zat terbang arang yaitu sebesar 0.012 g/menit. Setelah dilakukan uji
briketnya itu kecil. Karbon terikat membawa lanjut pada kedua perlakuannya itu, kedua itu
pengaruh kepada nilai kalor bakarnya arang briket. mempunyai pengaruhnya yang tidak sama serta
Nilai kalor arang briket bisa besar jika nilai karbonya bersignifikan kepada perlakuan yang lain.
yagn terikat pun tinggi. Makin besar kadar
karbonnnya yang terikat dalam arang kayu berarti Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan bisa
menunjukan arang itu yaitu arang yang bagus. dipahami yakni terdapat kecenderungannya makin
Kegiatan meneliti ini menandakan kadar karbon besar suhu pengarangannya serta lama waktunya
terikat berkisar 15,57-25,71%. Nilai karbon tertinggi yang dipakai berarti makin kecil pengurangan masa
diperoleh pada perlakuan suhu pengarangan 300°C briket atau laju pembakaran yang dihasilkan.
dan lama waktu pengarangan 60 menit (S3L3) yaitu Selanjutnya, berdasarkan data pada Tabel 7 dapat
sebesar 25.71% ini menandakan bahwa nilai karbon diamati bahwa penurunan nilai laju pembakaran
terikat yang diperoleh belum terpenuhi standarisasi memiliki kecenderungan dengan peningkatan suhu
mutu yang ditentukan dari Standar Nasional dan waktu pengarangan yang digunakan. Menurut
Indonesia No. 01-6235-2000 (2000) yaitu kadar Almu et al., (2014) kenaikan temperatur dan lama
karbon briket minimal 77%. waktu pembakaran menyebabkan semakin
pendeknya waktu pembakaran. Sehingga
Laju Pembakaran menyebabkan laju pembakaran ada peningkata. Uji
Mengacu kepada hasil menganalisis keragaman laju pembakaran dilaksanakan dalam memahami
memperlihatkan yakni interaksi diantara perlakuan keefektivitasan dari bahan bakarnya. Hal ini guna
suhu (S) serta lamanya waktu pengarangan (L) memahami seberapa jauh kelayakannya dari bahan
berpengaruh signifikan terhadap parameter laju bakar yang dilakukan pengujian maka pada
pembakaran briket kulit kopi. Rata-rata nilai laju implementasinya nanti bisa dipergunakan.
pembakaran briket kulit kopi dapat dilihat pada
Gambar 7 dan Tabel 7. Nilai laju pembakaran sejalan dengan nilai rerata
kadar air setiap perlakuan. Makin besar suhu serta
lama waktunya pengarangan maka nilai kadar air
0,05 0,05
semakin rendah serta nilai laju pembakaran semakin
Laju Pembakaran
0,05 0,04
0,04
0,03 0,03
0,03 rendah. Halnya ini dikarenakan rendahnya nilai kadar
0,04
(g/menit)
Budiawan, L., Susilo, B., Hendrawan, & Yusuf. Qistina, I., Sukandar, D., & Trilaksono, T. 2016.
2014. Pembuatan dan Karakterisasi Briket Kajian Kualitas Briket Biomassa dari Sekam
Bioarang dengan Variasi Komposisi Kulit Padi dan Tempurung Kelapa. Jurnal Kimia
Kopi. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, 2(2), Valensi, 2(2), 136–142.
152–160. Rawati Irmaida S, Thamrin, S. N. 2017. Pembuatan
Fitri, N. 2017. Pembuatan Briket dari Campuran Briket Arang Daun Kelapa Sawit (Elaeis
Kulit Kopi (Coffea Arabica) dan Serbuk guineensis Jacq) dengan Perekat Pati Sagu
Gergaji dengan Menggunakan Getah Pinus (Metroxylon sago Rott). Program Stusi
Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi
373
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Riau,
4(1), 4–9.
374