Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Lensa : Jurnal Kependidikan Fisika Desember 2020. Vol. 8, No.2


Penerbit: Program Studi Pendidikan Fisika IKIP Mataram e- e-ISSN: 2686-0937
mail:lensafisika@gmail.com p-ISSN: 2338-4417
url: http://ojs.ikipmataram.ac.id/index.php/Lensa/index hlm.85-92

Pengaruh Jenis dan Komposisi Perekat Terhadap Sifat Fisik


dan Laju Pembakaran Biobriket Eceng Gondok

Lalu Muhamad Alfian Ramdani, Sukainil Ahzan*, Dwi Sabda Budi Prasetya
Pendidikan Fisika, Fakultas Sains, Teknik, dan Sains Terapan, Universitas
Pendidikan Mandalika, Indonesia
* Email Penulis yang Sesuai:sukainilahzan@ikipmataram.ac.id

Sejarah Artikel Abstrak


Diterima: November 2020 Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variasi dan
Diterima: Desember 2020 komposisi perekat yang digunakan terhadap sifat fisik dan laju
Diterbitkan: Desember 2020 pembakaran biobriket eceng gondok. Sifat fisika yang dimaksud adalah
kadar air, berat jenis dan nilai kalor. Penelitian ini merupakan penelitian
Kata Kunci eksperimen dengan studi literasi yang dilakukan dalam 3 tahap, yaitu
Sikap; disiplin; siswa sekolah menyiapkan alat dan bahan, membuat biobriket, dan menguji biobriket.
menengah pertama Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan biobriket adalah eceng
gondok yang diperoleh di Bendungan Batujai Kabupaten Lombok
Tengah dan bahan perekat yang digunakan adalah tepung terigu,
tepung tapioka dan semen. Metode yang digunakan untuk menguji
kadar air dan densitas biobriket adalah oven, sedangkan nilai kalor dan
laju pembakaran adalah dengan memanaskan air hasil pembakaran
biobriket.3- 0,513 g/cm33, nilai kalor 2984,520 kal - 4476,780 kal, dan laju
pembakaran 0,029543 g/s - 0,042431 g/s. Berdasarkan hasil pengujian
diketahui bahwa penambahan bahan perekat menyebabkan kadar air,
densitas, dan laju pembakaran biobriket meningkat tetapi nilai kalornya
cenderung menurun.

Bagaimana cara mengutip artikel ini? Ramdani, L., M., A., Ahzan, S., & Prasetya, D., S., B. (2020). Pengaruh Jenis
dan Komposisi Perekat Terhadap Sifat Fisik dan Laju Pembakaran
Biobriket Eceng Gondok.Lensa: Jurnal Kependidikan Fisika, 8(2), 85-92.
doi:https://doi.org/10.33394/j-lkf.v8i2.2786

PERKENALAN
Kebutuhan minyak tanah bersubsidi untuk oven tembakau di wilayah NTB yang menggunakan
13.509 unit oven mencapai 45 juta liter (Wijana & Nurchayati, 2013). Penggunaan energi ini
harus segera diimbangi dengan penyediaan energi alternatif guna mengatasi kelangkaan
sumber energi minyak bumi (Elfiano, et al., 2014). Jika tidak ditemukan sumber energi baru,
dikhawatirkan industri yang bergantung pada minyak bumi akan mengalami defisit energi
(Ayuningtias, 2019). Penggunaan kayu sebagai pengganti minyak tanah untuk bahan bakar
banyak digunakan karena harganya yang relatif murah dan mudah didapat. Namun jika
dilakukan terus menerus akan menurunkan potensi kayu dan menimbulkan masalah serius bagi
kelestarian lingkungan.
Salah satu peluang sebagai sumber energi alternatif adalah biomassa dengan cara memutarnya
menjadi briket. Biomassa adalah bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, hasil budidaya
dan limbah industri (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan) (Supriyatno &
Crishna, 2010). Briket adalah bahan bakar padat yang diperoleh dari pengepresan bahan yang
berukuran relatif kecil atau tidak beraturan (Agustina & Syafrian, 2005). Penggunaan briket dapat
menghemat penggunaan bahan bakar fosil dan dapat mengurangi dampak emisi karbon (Supatata,
et al., 2013).

Lensa: Jurnal Kependidikan Fisika|Desember 2020, Volume 8, Nomor 2 85


Ramdani dkk Pengaruh jenis dan komposisi………..

Salah satu potensi biomassa yang dapat dijadikan briket adalah eceng gondok.
Selain pertumbuhannya yang sangat cepat, eceng gondok juga banyak mengandung unsur
karbon terutama selulosa (C6H10HAI5)n (Pangga & Ahzan, 2019). Kandungan selulosa eceng
gondok kering cukup tinggi yaitu 64,51% (Fachry, et al., 2010). Sehingga eceng gondok
sangat cocok sebagai bahan baku pembuatan briket.
Kualitas briket tidak hanya ditentukan oleh bahan bakunya saja, tetapi faktor lainnya
adalah jenis dan komposisi perekatnya. Jenis bahan perekat akan memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap sifat dan karakteristik briket yang dihasilkan karena adanya perbedaan
kandungan kimia perekat (Lestari, et al., 2010). Hasil penelitian Utomo dan Primastuti (2013)
menunjukkan bahwa briket berbahan dasar eceng gondok dengan perekat tepung tapioka lebih
baik dibandingkan tepung terigu. Sejalan dengan penelitian Erlinda Ningsih, dkk (2016) tentang
pengaruh jenis perekat pada briket, disebutkan bahwa yang paling baik dan memenuhi SNI
diantara getah karet, arpus, tepung tapioka dan sagu adalah tapioka dengan komposisi perekat
20%.
Selain jenis perekat, faktor jumlah perekat juga bisa mempengaruhi
kualitas briket (Permatasari & Utami, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Patabang (2011), diketahui bahwa variasi jumlah perekat mempengaruhi kualitas briket
yang dihasilkan. Hasil penelitian Amin, dkk (2017) menunjukkan bahwa nilai kadar air
meningkat dengan meningkatnya persentase perekat pada briket. Namun, nilai kalor
mencapai titik maksimum untuk perekat tapioka 7%. Hasil penelitian Hendra (2011)
menunjukkan karakteristik briket eceng gondok terbaik adalah briket arang eceng
gondok dengan daya rekat 5%, untuk briket campuran dengan daya rekat 12,5%, dan
biobriket eceng gondok dengan daya rekat 15%.
Data di atas menginformasikan bahwa eceng gondok merupakan bahan baku briket yang
baik. Namun Firdaus (2011) menjelaskan bahwa 30% dari total luas Bendungan Batujai di
Lombok Tengah telah tertutup eceng gondok. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatannya
belum maksimal. Hal ini menginspirasi saya sebagai peneliti untuk melakukan penelitian
dengan tujuan mengetahui pengaruh jenis dan komposisi bahan perekat dalam pembuatan
biobriket eceng gondok terhadap sifat fisik dan laju pembakaran biobriket eceng gondok.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan studi literasi. Rancangan
penelitian dilakukan dalam 3 tahap yaitu.

Tahap I : Mempersiapkan Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah neraca O'hauss, cetakan briket, kalorimeter, sieve shaker, cetakan
kubus, stopwatch, kompor oven, thermometer, drum, korek api gas. Bahan penelitian ini adalah
eceng gondok yang terdapat di Bendungan Batujai, Praya, Kabupaten Lombok Tengah. Bahan
perekat terdiri dari tepung terigu, tepung tapioka dan semen.

Tahap II: Pembuatan Biobriket


Eceng gondok dibersihkan dan dipotong kecil-kecil (± 3-5 cm) dan dijemur di bawah sinar matahari
selama 5x5 jam. Selanjutnya proses arang menggunakan drum yang dibakar. Arang eceng gondok
kemudian dihaluskan dan diayak. Arang eceng gondok ditambahkan pada masing-masing perekat
(tapioka, terigu, dan semen) yang telah disiapkan dengan perbandingan 6%, 9%, 12%, dan 15% dari
berat sampel biobriket dan diaduk hingga menjadi biobriket. adonan. Adonan yang sudah tercampur
dimasukkan ke dalam cetakan kemudian dikeringkan dalam oven kompor selama ± 1 jam.

Lensa: Jurnal Kependidikan Fisika|Desember 2020, Volume 8, Nomor 2 86


Ramdani dkk Pengaruh jenis dan komposisi………..

Tahap III: Pengujian Biobriket


Biobriket dihilangkan dan dibiarkan dingin. Biobriket yang dihasilkan
kemudian diuji sifat fisiknya meliputi kadar air, densitas dan nilai kalor serta diuji
laju pembakarannya. Metode yang digunakan untuk menguji sifat fisik dan laju
pembakaran biobriket adalah.
Pengujian Kadar Air
Kadar air briket ditentukan dengan metode oven sampai massa konstan.
Perhitungan kadar air dengan rumus :
A-B
Kandungan air = -100%
A
Informasi:
A=massa briket (g)
B=massa briket setelah oven (g)
Pengujian Kepadatan
Massa jenis briket dapat diketahui setelah briket melewati oven kompor
selama 1 jam. Perhitungan kepadatan menggunakan rumus:
M
--
V
Informasi:
-=massa jenis (gram/cm3)
M=massa biobriket (gram) V=
Volume biobriket (cm3)
Pengujian Nilai Kalor
Nilai kalor ditentukan dengan memanaskan air dengan sampel briket selama 10
menit. Kemudian menghitung nilai kalor dengan rumus:
Q-M-C--T
Informasi:
Q = Nilai Kalor (Joule)
M = Massa air (kg)
C = Kalor jenis air (J/kgK)
-T=Perubahan Suhu (K)
Pengujian Laju Pembakaran
Laju pembakaran dapat diketahui dengan cara membakar sampel briket sampai habis
terbakar atau sampai briket berhenti terbakar. Perhitungan laju pembakaran dengan
M
rumus: Nilai Pembakaran =
T
Informasi:
M=massa briket yang dibakar (massa briket awal – massa briket sisa) (g) T=waktu
pembakaran (detik)

HASIL DAN DISKUSI


Kualitas briket ditentukan berdasarkan pengujian sifat fisik (kadar air, densitas
dan nilai kalor) dan laju pembakaran biobriket. Briket yang baik harus memenuhi
standar yang telah ditentukan. Hasil penelitian sifat fisik dan laju pembakaran
biobriket eceng gondok dapat dilihat pada Tabel 1.

Lensa: Jurnal Kependidikan Fisika|Desember 2020, Volume 8, Nomor 2 87


Ramdani dkk Pengaruh jenis dan komposisi………..

Tabel 1.Hasil pengujian sifat fisik dan laju pembakaran


biobriket
Air Kalori Pembakaran
Perekat Perekat Kepadatan
Isi Nilai Kecepatan
Jenis Komposisi (g/cm3)
(%) (Kal) (g/dtk)
6% 5.63 0,412 4178.328 3.06 -10-2
Tapioka 9% 6.78 0,425 4476.780 3.29 -10-2
tepung 12% 7.41 0,454 3879.876 3,54 -10-2
15% 12.95 0,482 3282.972 4.14 -10-2
6% 5.35 0,418 4178.328 3,54 -10-2
Gandum 9% 7.35 0,435 3879.876 3,80 -10-2
tepung 12% 8.01 0,450 3581.424 4.12 -10-2
15% 13.95 0,501 2984.520 4.24 -10-2
6% 5.14 0,436 4178.328 2,95 -10-2
9% 7.82 0,470 4178.328 3.01 -10-2
Semen
12% 9.46 0,490 3879.876 3.27 -10-2
15% 13.84 0,513 3282.972 3,59 -10-2
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dijelaskan secara rinci pengaruh jenis dan
komposisi perekat terhadap sifat fisik dan laju pembakaran biobriket sebagai
berikut:
Kadar air
Kadar air adalah jumlah air yang ada dalam briket setelah proses oven.
Kandungan air lengkap dari biobriket yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2.
14
Kandungan Air (%)

-1
6% 9% 12% 15%
Komposisi Perekat

Tapioka Gandum Semen

Gambar 2.Grafik Persentase Kadar Air


Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa kadar air pada biobriket berkisar
antara 5,138% - 13,953%. Biobriket yang memiliki persentase kadar air terendah adalah
biobriket dengan perekat semen dengan komposisi 6%. Sedangkan kadar air tertinggi
pada biobriket dengan perekat tepung adalah 15%. Persentase kadar air yang baik
menurut SNI-01-6235-2000 tidak melebihi 8%. Kadar air yang dihasilkan dari biobriket
yang memenuhi karakteristik sesuai SNI diatas adalah biobriket dengan komposisi
perekat 6% dan 9% untuk masing-masing jenis perekat, dan komposisi 12% untuk
perekat tapioka.
Data di atas menginformasikan bahwa kadar air briket berbanding lurus dengan
komposisi perekat yang digunakan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ristianingsih, dkk
(2015) yang menyatakan bahwa kadar air briket semakin tinggi seiring dengan semakin
banyaknya komposisi perekat yang digunakan. Maryono, dkk (2013) menjelaskan bahwa

Lensa: Jurnal Kependidikan Fisika|Desember 2020, Volume 8, Nomor 2 88


Ramdani dkk Pengaruh jenis dan komposisi………..

Penambahan komposisi perekat menyebabkan briket memiliki densitas yang lebih tinggi sehingga
pori-pori briket akan mengecil. Karim, dkk (2016) menambahkan bahwa briket yang berpori kecil
menyebabkan air yang terperangkap di dalamnya sulit menguap selama proses pengovenan.
Selain komposisi perekat, faktor lain yang mempengaruhi kadar air dalam briket adalah
jenis perekat yang digunakan. Hal ini disebabkan zat kimia yang terkandung dalam bahan
perekat berbeda. Bahan perekat terbaik adalah yang memiliki kadar air paling sedikit yaitu
semen dengan komposisi 6%. Semen adalah perekat hidrolik yang mengeras bila dicampur
dengan air. Selain itu perekat ini lebih kuat dibandingkan perekat organik seperti tapioka dan
gandum, namun biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dan menghasilkan abu yang lebih banyak
(Miskah, et al, 2016).

Kepadatan
Kepadatan briket adalah perbandingan antara massa dan volume briket. Densitas
lengkap dari biobriket yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3.
0,60
Kepadatan (g/cm3)

0,40

0,20

0,00
6% 9% 12% 15%
Komposisi Perekat

Tapioka Gandum Semen

Gambar 3.Grafik Kepadatan Biobriket


Berdasarkan Gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa jenis dan komposisi bahan perekat
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap densitas biobriket. Densitas biobriket yang
dihasilkan berkisar antara 0,412 g/cm33- 0,513 g/cm33. Biobriket yang memiliki densitas
terendah adalah biobriket dengan perekat tapioka dengan komposisi 6%. Sementara itu,
densitas perekat semen tertinggi terdapat pada komposisi 15%. Densitas biobriket yang
dihasilkan telah memenuhi standar densitas briket komersial yaitu diatas 0,4 g/cm3. Nilai
densitas biobriket yang dihasilkan semakin tinggi seiring komposisi perekat yang digunakan.
Hal ini disebabkan kandungan air yang lebih tinggi menyebabkan massa biobriket menjadi lebih
besar dengan volume biobriket yang dijaga konstan. Hal ini sejalan dengan penelitian Iriany,
dkk. (2016) yang menyatakan bahwa semakin tinggi penambahan perekat menyebabkan
densitas briket semakin tinggi karena perekat akan masuk ke dalam pori-pori briket. Fatmawati,
dkk, (2014) menjelaskan bahwa semakin rendah densitas suatu briket maka semakin mudah
terbakar, namun rapuh dan mudah hancur karena terlalu banyak rongga udara. Sedangkan
briket dengan densitas tinggi akan meningkatkan nilai kalor, tetapi briket sulit terbakar
(Afriyanto, 2011).

Nilai Kalor
Nilai kalor atau kalor adalah jumlah energi panas yang dilepaskan atau dihasilkan oleh
suatu bahan bakar melalui reaksi pembakaran bahan bakar tersebut. Nilai kalor merupakan
parameter utama dalam menentukan kualitas biobriket yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai
kalor maka kualitas briket semakin baik. Nilai kalor lengkap dari biobriket yang dihasilkan dapat
dilihat pada Gambar 4.

Lensa: Jurnal Kependidikan Fisika|Desember 2020, Volume 8, Nomor 2 89


Ramdani dkk Pengaruh jenis dan komposisi………..

5000
4000
3000
2000
Nilai Kalor

1000
(Kal)

0
6% 9% 12% 15%
Komposisi Perekat

Tapioka Gandum Semen

Gambar 4.Grafik Nilai Kalor Biobriket


Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa jenis dan komposisi perekat
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap nilai kalor biobriket yang dihasilkan. Nilai
kalori biobriket berkisar antara 2984.520 kalori – 4476.780 kalori. Biobriket yang memiliki
nilai kalor terendah adalah biobriket dengan perekat tepung dengan komposisi 15%.
Sedangkan nilai kalor tertinggi pada biobriket dengan perekat tapioka adalah pada
komposisi 9%. Hal ini dikarenakan nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air briket. Semakin
tinggi jumlah kadar air briket maka semakin rendah nilai kalor yang dihasilkan. Hal ini
dikarenakan nilai kalor yang dihasilkan briket terlebih dahulu digunakan untuk
menguapkan air yang terperangkap di dalam briket sebelum menghasilkan panas yang
digunakan sebagai panas pembakaran (Ismayana & Afriyanto,
Tingkat Pembakaran
Tingkat pembakaran adalah kecepatan di mana briket terbakar. Nilai laju
pembakaran sempurna biobriket yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5.

5
x 0,01

4
Tingkat Pembakaran (g/s)

3
2
1
0
6% 9% 12% 15%
Komposisi Perekat

Tapioka Gandum Semen

Gambar 5.Grafik Laju Pembakaran Biobriket


Berdasarkan Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa jenis dan komposisi bahan perekat
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap laju pembakaran biobriket yang dihasilkan.
Laju pembakaran biobriket eceng gondok berkisar antara 0,029543 g/s - 0,042431 g/s.
Biobriket dengan laju pembakaran terendah adalah biobriket dengan perekat semen
dengan komposisi 6%. Sedangkan biobriket dengan laju pembakaran tertinggi adalah
biobriket dengan perekat tepung terigu dengan komposisi 15%. Laju pembakaran biobriket
berbanding lurus dengan komposisi perekat yang digunakan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Hendra (2011) bahwa laju pembakaran biobriket semakin tinggi dengan
komposisi perekat yang digunakan semakin banyak. Semakin tinggi tingkat pembakaran
briket, semakin cepat briket terbakar. Hal ini dikarenakan hasil pembakaran yang
seharusnya nilai kalor briket digunakan untuk menguapkan kadar air briket. Semakin
banyak komposisi perekat maka semakin tinggi kadar air biobriket. Akibatnya, lebih banyak
air yang akan menguap selama proses pembakaran. Hal ini menyebabkan
Lensa: Jurnal Kependidikan Fisika|Desember 2020, Volume 8, Nomor 2 90
Ramdani dkk Pengaruh jenis dan komposisi………..

briket kehilangan banyak massa dalam waktu singkat yang mengakibatkan briket memiliki tingkat
pembakaran yang lebih tinggi.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar air terendah dimiliki oleh
biobriket perekat semen 6% dengan nilai 5,138%, tertinggi dimiliki oleh biobriket
perekat tepung terigu 15% dengan nilai 13,953%. Kepadatan terendah dimiliki oleh
biobriket perekat tapioka 6% dengan nilai 0,412 g/cm3, tertinggi pada biobriket
perekat semen 15% dengan nilai 0,513 g/cm3. Nilai kalor terendah dimiliki oleh
biobriket perekat tepung terigu 15% dengan nilai 2984,520 kalori, tertinggi adalah
biobriket perekat tapioka 9% dengan nilai 4476,780 kalori. Laju pembakaran
terendah dimiliki oleh biobriket perekat semen 6% dengan nilai 0,029543 g/s,
tertinggi pada biobriket perekat tepung terigu 15% dengan nilai 0,042431 g/s.
Penambahan perekat menyebabkan kadar air, densitas dan laju pembakaran
biobriket meningkat tetapi nilai kalornya cenderung menurun.

REKOMMENTASI
Saran yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini adalah dalam tahap
persiapan, pembuatan dan pengujian biobriket disarankan untuk dilakukan secara
bersamaan dan mendapatkan perlakuan yang sama untuk meminimalkan dampak
faktor lingkungan berupa suhu dan kelembaban yang tidak dapat dipastikan selalu
sama pada saat penelitian karena memanfaatkan sinar matahari. Selain itu, perlu
adanya kajian lebih lanjut mengenai biobriket eceng gondok dengan variabel yang
berbeda untuk menghasilkan nilai yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI).

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini tidak menerima hibah khusus dari lembaga pendanaan mana pun di sektor
publik, komersial, atau nirlaba.

REFERENSI
Afriyanto, MR (2011). Pengaruh Jenis dan Kadar Bahan Perekat pada Pembuatan
Briket Blotong sebagai Bahan Bakar Alternatif.Skripsi S1. Institut Pertanian Bogor.
Agustina, SE & Syafrian A. (2005). Mesin Pengempa Briket Limbah Biomassa, Salah
Satu Solusi Penyediaan Bahan Bakar Pengganti BBM untuk Rumah Tangga dan
Industri Kecil. dalamSeminar Nasional dan Kongres Perteta. Bandung, Indonesia.
Amin, AZ, Pramono, Sunyoto. (2017). Pengaruh Variasi Jumlah Perekat Tepung
Tapioka Terhadap Karakteristik Briket Arang Tempurung Kelapa.Jurnal Sainteknol.
15(2): 111-118.
Ayuningtias, AW (2019). Uji Karakteristik Biobriket dari Tanaman Eceng Gondok dan
Sekam Padi dengan Variasi dan Perekat Berbeda.Skripsi S1.
UniversitasMuhammadiyah Surakarta.
Elfiano, E., Subekti, P., Sadil, A. (2014). Analisa Proksimat dan Nilai Kalor Pada Briket
Bioarang Limbah Ampas Tebu dan Arang Kayu.Jurnal Aptek. 6(1): 57-64.
Fachry, AR, Sari, TI, Dipura, AY, Najamudin, J. (2010). Mencari Suhu Optimal
Proses Karbonisasi dan Pengaruh Campuran Batubara terhadap Kualitas Briket Eceng
Gondok.Jurnal Teknik Kimia. 17(2), April 2010.

Lensa: Jurnal Kependidikan Fisika|Desember 2020, Volume 8, Nomor 2 91


Ramdani dkk Pengaruh jenis dan komposisi………..

Fatmawati, D. & Adiwibowo, PH (2014). Pembuatan Biobriket dari Campuran Eceng


Gondok dan Tempurung Kelapa dengan Perekat Tetes Tebu.JurnalJTM. 3(2): 315- 322.

Firdaus, A. (2011). Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap Kualitas Air
Waduk Batujai.Buletin Geologi Tata Lingkungan. 21(2): 69-82.
Hendra, D. (2011). Pemanfaatan Eceng Eondok (Eichornia crassipes) untuk Bahan Baku
Briket sebagai Bahan Bakar Alternatif.Jurnal Penelitian Hasil Hutan.29(2): 189-210.
Iriany, Meliza, Abednego, F., Sibarani, S., Irvan. (2016). Pengaruh Perbandingan Massa
Eceng Gondok dan Tempurung Kelapa serta Kadar Perekat Tapioka Terhadap
Karakteristik Briket.Jurnal Teknik Kimia. 5(1): 20-26
Ismayana, A. & Afriyanto, MR (2012). Pengaruh Jenis dan Kadar Bahan Perekat pada
Pembuatan Briket Blotong sebagai Bahan Bakar Alternatif.Jurnal Teknologi Industri
Pertanian. 21(3): 186-193.
Karim, MA, Ariyanto, E., Firmansyah, A. (2014). Biobriket Enceng Gondok
(Eichhornia Crassipes) Sebagai Bahan Bakar Energi Terbarukan.Reaktor. 15(1): 59- 63.

Lestari, L., Aripin., Yanti., Zainuddin., Sukmawati., Marliani. (2010). Analisis Kualitas
Briket Arang Tongkol Jagung yang Menggunakan Bahan Perekat Sagu dan Kanji.
Jurnal Aplikasi Fisika. 6(2): 93-96.
Maryono, Sudding, Rahmawati. (2013). Pembuatan dan Analisis Mutu Briket Arang
Tempurung Kelapa Ditinjau dari Kadar Kanji.Jurnal Chemika. 14(1): 74-83. Miskah,
S., Lestari, A., Damayanti, EP (2016). Pengaruh Variasi Jumlah Campuran
Perekat Tapioka dan Semen Terhadap Pembuatan Biobriket Ampas Tebu.Jurnal Teknik
Kimia. 22(4): 11-18.
Ningsih, E., Mirzayanti, YW, Himawan, HS, Indriani, HM (2016). Pengaruh Jenis
Perekat Pada Briket Dari Kulit Buah Bintaro Terhadap Waktu Bakar. dalam
Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”.Yogyakarta, Indonesia.
Pangga, D. & Ahzan, S. (2019). Pengembangan Eceng Gondok sebagai Bahan Dasar
Pembuatan Briket Sumber Energi Alternatif. dalamSeminarNasional. Mataram,
Indonesia: FPMIPA, IKIP Mataram.
Patabang, D. (2011). Studi Karakteristik Termal Briket Arang Kulit Buah Kakao.Jurnal
Mekanikal, 2(1): 23-31.
Permatasari, IY & Utami, D. (2015). Pembuatan dan Karakteristik Briket Arang dari
Limbah Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) dengan Menggunakan Variasi
Jenis Bahan Perekat dan Jumlah Bahan Perekat. dalamSeminar Nasional Kimia,(pp
59-69), Yogyakarta, Indonesia: Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA UNY.
Ristianingsih, Y., Ulfa, A., Syafitri, RKS (2015). Mempengaruhi Suhu dan Konsentrasi
Perekat Terhadap Karakteristik Briket Bioarang Berbahan Dasar Baku Tandan Kosong
Kelapa Sawit dengan Proses Pirolisis.Jurnal Konversi. 4(2): 16-22. Supatata, N., Buates,
J., Hariyanont, P. (2013). Karakterisasi Briket Bahan Bakar Yang Dibuat
dari Lumpur Limbah yang Dicampur dengan Eceng Gondok dan Lumpur Limbah yang
Dicampur dengan Sedge.Jurnal Internasional Ilmu dan Pembangunan Lingkungan. 4(2):
179-181. Supriyatno & Crisna BM (2010). Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah
Lingkungan Kampus POLBAN Bandung. dalamProsiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejuangan”. Yogyakarta, Indonesia: UMY.
Wijana, M. & Nurchayati. (2013). Desain Tungku Briket Biomassa System Kontinyu
Sebagai Teknologi Pemanfaatan Energi Alternatif Pengganti Bahan Bakar Terpakai
Pada Oven Tembakau Di Masyarakat Pedesaan.Jurnal Teknik Mesin Universitas
Mataram. 3(1): 60-66.
Lensa: Jurnal Kependidikan Fisika|Desember 2020, Volume 8, Nomor 2 92

Anda mungkin juga menyukai