net/publication/337693787
CITATIONS READS
15 12,930
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Nano-Hydroxyapatite Synthesis from Chicken Eggshell Prepared by Electrochemical Method View project
All content following this page was uploaded by Sri Nugroho on 27 January 2022.
Abstrak
Kebutuhan akan energi semakin meningkat seiring bertambahnya populasi manusia. Upaya mencari
sumber energi baru terus dilakukan termasuk sumber Energi Baru Terbarukan (EBT). Salah satu
yang banyak dikaji dan diteliti dan dikembangkan adalah biomassa dimana di antara produk dari
energi bersumber dari biomassa adalah briket arang tempurung kelapa. Permintaan briket arang
tempurung kelapa semakin meningkat terutama dari luar negeri. Namun sebagian produk briket
arang tempurung kelapa ternyata tidak diterima di pasaran luar negeri bahkan dalam negeri juga
ada yang menolak dikarenakan kualitas tidak memenuhi standar. Briket arang tempurung kelapa
mempunyai persyaratan mutu pasar yang dituju seperti untuk Indonesia berdasarkan standar SNI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik briket arang produksi salah satu perusahaan
briket arang di Jawa tengah, berdasarkan standar SNI No.1/6235/2000. Parameter proses produksi
yang diuji yaitu kadar air dan pengujian hasil produksi briket yaitu berupa geometri, densitas, kadar
abu, kadar karbon, nilai kalor, dan kadar zat menguap. Hasil yang didapat adalah briket belum lolos
standar SNI No.1/6235/2000 untuk parameter kadar karbon. Sedangkan pada kadar air, kadar abu,
nilai kalor, dan kadar zat menguap telah memenuhi standar SNI yang menjadi acuan.
semua pemangku kepentingan (Pradhana dkk., memperbaiki penampilan dan mutu tempurung
2018). Dalam konteks ini, biomassa memiliki sehingga akan meningkatkan nilai ekonomis
potensi signifikan untuk digunakan sebagai limbah tempurung kelapa. (Maryono dkk.,
sumber terbarukan dan berkelanjutan untuk 2013). Oleh karena itu, upaya produksi dan
produksi bio energi. Biomassa dapat diubah pemanfaatan pelet dan briket bahan bakar yang
menjadi bentuk padat, cair dan gas memanfaatkan berbagai bahan baku limbah
menggunakan teknologi modern, dan dengan biomassa telah membuka peluang dan juga
demikian menjadi pemasok energi yang efisien tantangan bagi teknologi yang ada saat ini
dan bersih untuk semua sektor seperti sebagai (Pradhana dkk., 2018)
panas, tenaga, dan bahan bakar transportasi Briket arang tempurung kelapa
(Chen. Dkk., 2015). mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan
Sumber energi alternatif yang saat ini dengan bahan bakar padat konvensional yang
cukup banyak diteliti dan dikembangkan adalah lainnya, diantaranya mampu menghasilkan
energi biomassa yang ketersediaannya panas yang tinggi, tidak beracun, tidak berasap,
melimpah, mudah diperoleh, dan dapat waktu pembakaran/nyala bara api yang lebih
diperbaharui secara cepat. Outlook Energi lama, berpotensi sebagai pengganti batu bara,
Indonesia memperkirakan bahwa sumber daya dan lebih ramah lingkungan.
lahan Indonesia mampu menghasilkan Sebagai salah satu sumber energi
setidaknya 434.000 GW atau setara dengan 255 alternatif yang diminati oleh kalangan
juta barel minyak per tahun (Indonesian Energy masyarakat, briket arang tempurung kelapa
Outlook, 2002 dan Munawar dan Subiyanto, mempunyai persyaratan mutu pasar yang
2014). Biomassa yang digunakan untuk bahan dituju. Mutu pasar briket di Indonesia yaitu
bakar biasanya masih memiliki nilai ekonomi berdasarkan standar SNI. Namun, tidak semua
yang rendah seperti ampas tebu, tongkol industri briket Indonesia mampu memenuhi
jagung, sekam kopi, tempurung kelapa, kebutuhan tersebut.
tempurung kelapa sawit, dan serbuk gergaji (El Penelitian dilakukan di salah satu
Bassam dan Maegaard, 2004). Pembakaran produsen briket arang tempurung kelapa di
secara langsung terhadap biomassa bisa provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan
memicu permasalahan pernafasan karena untuk mengetahui karakteristik briket arang
adanya unsur karbon monoksida, sulfur tempurung kelapa berdasarkan standar SNI
dioksida (SO2) dan bahan partikulat (Yamada No.1/6235/2000.
dkk., 2005). Bergman dan Zerbe (2004)
menemukan bahwa densifikasi biomassa ke METODOLOGI
bentuk yang lebih baik, dapat meningkatkan Skema proses pembuatan briket arang
kualitasnya sebagai bahan bakar. Tetapi, dan titik pengujian digambarkan seperti terlihat
keseimbangan energi positif harus pada Gambar 1. Pengujian kualitas briket arang
dipertimbangkan, yang berarti bahwa tempurung kelapa mengacu kepada standar
kandungan energi pada biomassa hasil SNI No.1/6235/2000 yang meliputi uji kadar
densifikasi harus lebih besar dari energi yang air, densitas, kadar abu, kadar karbon, nilai
diperlukan untuk proses produksinya (Hill dkk., kalor, dan kadar zat terbang. Selain pengujian
2006). tersebut ditambahkan uji geometri untuk
Salah satu bahan baku untuk sumber mengetahui kestabilan ukuran produk briket
Energi Baru Terbarukan (EBT) dari biomassa yang dihasilkan.
yang cukup melimpah di Indonesia adalah Bahan lain yang digunakan dalam
limbah tempurung kelapa. Penyebaran tanaman proses pembuatan briket adalah arang
kelapa yang hampir merata di seluruh tempurung kelapa sebagai bahan baku dimana
kepulauan Indonesia serta banyaknya industri bahan baku ini dikirim dari Kota Medan, dan
kecil dan rumah tangga yang menggunakan ditambahkan tepung tapioka serta air. Tepung
bahan dasar kelapa mengakibatkan limbah tapioka digunakan untuk menjadi perekat dalam
tempurung kelapa tersedia cukup melimpah. pembentukan briket. Sedangkan air digunakan
Pemanfaatan limbah tempurung kelapa sebagai untuk memaksimalkan pencampuran bahan
bahan pembuatan briket arang merupakan salah perekat dengan tepung arang. Tepung tapioka
satu solusi mengatasi permasalahan limbah yang digunakan sebanyak 4 persen dari berat
tersebut. Selain itu dengan menjadikannya arang tempurung kelapa, sedangkan air yang
sebagai bahan pembuatan briket arang, dapat ditambahkan adalah sebesar 25% dari berat
104 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 15, No. 2, Oktober 2019, Hal. 103-108 ISSN 0216-7395
arang tempurung kelapa. Untuk per 100kg kualitas briket yang berpengaruh terhadap nilai
bahan arang tempurung kelapa, proses kalor pembakaran, kemudahan menyala, daya
pengadukan bahan baku, perekat serta air pembakaran dan jumlah asap yang dihasilkan
dilakukan selama 10 menit. selama pembakaran. Tingginya kadar air briket
dapat menurunkan nilai kalor pembakaran,
menyebabkan proses penyalaan menjadi lebih
sulit dan menghasilkan banyak asap. (Rahman,
2011). Nilai kadar air yang harus dicapai pada
briket yang telah diproduksi berdasarkan
standar SNI No.1/6235/2000 yaitu ≤ 8%. Hasil
pengujian kadar air dapat ditunjukkan pada
Tabel 2.
geometri dan penimbangan masa briket arang perekat kanji yang digunakan. Semakin tinggi
diperoleh densitas rata-rata beriket kering kadar perekat maka kadar abu yang dihasilkan
adalah sebesar 0,95gr/cm3, dimana berarti telah semakin tinggi pula. Selain itu, tingginya kadar
memenuhi standar SNI. abu juga dipengaruhi oleh tingginya kandungan
bahan anorganik yang terdapat pada tepung
kanji dan tempurung kelapa seperti silika
(SiO2), MgO dan Fe2O3, AlF3, MgF2 dan Fe.
(Maryono, 2013)
Karbon terikat merupakan komponen
fraksi karbon (C) yang terdapat di dalam bahan
selain air, abu, dan zat terbang, sehingga
keberadaan karbon terikat pada briket
Gambar 2. Geometri produk briket arang dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan kadar zat
terbang pada briket tersebut. Pengukuran
Uji sesuai standar SNI No.1/6235/2000 karbon terikat menunjukkan jumlah material
Untuk hasil uji kadar abu, kadar karbon, padat yang dapat terbakar setelah komponen zat
nilai kalor serta kadar zat menguap dapat dilihat terbang dihilangkan dari bahan tersebut. Kadar
pada Tabel 3. karbon sebagai parameter kualitas bahan bakar
karena mempengaruhi besarnya nilai kalor.
Tabel 3. Hasil pengujian briket sesuai Kandungan kadar karbon terikat yang semakin
standar SNI No.1/6235/2000 tinggi akan menghasilkan nilai kalor semakin
tinggi, sehingga kualitas bahan bakar akan
No. Standar Hasil
Parameter semakin baik. (Saputro dkk., 2012).
SNI Uji
Hasil uji menunjukkan briket tidak
1. Kadar Air (%) ≤8 1,2 memenuhi standar SNI No.1/6235/2000 dengan
kadar karbon ≥77%. Semakin besar kadar
2. Kadar Abu (%) ≤8 7,5 karbon, mutu briket akan semakin baik. Nilai
kadar karbon dapat dipengaruhi pada saat
Kadar Karbon proses pencampuran. Semakin tinggi kadar
3. ≥ 77 76,6
(%) perekat kanji, kadar abu akan semakin tinggi
Nilai Kalor pula sehingga nilai karbon akan menurun.
4. ≥ 5000 6878,5
(kal/g) Kadar karbon juga dipengaruhi pada proses
Kadar Zat pengeringan. Semakin lama waktu pengeringan
5. ≤ 15 14,8 briket, mengakibatkan menurunnya kadar air
Terbang (%)
yang terkandung dalam briket sehingga nilai
Kadar abu menyebabkan turunnya mutu kalor naik dan kadar karbon juga naik.
briket karena dapat menurunkan nilai kalor. Nilai kalor adalah jumlah suatu panas
Kadar abu merupakan bahan sisa proses yang dihasilkan persatu berat dari proses
pembakaran yang tidak memiliki unsur karbon pembakaran cukup dari satu bahan yang mudah
atau nilai kalor. Komponen utama abu dalam cukup terbakar. Parameter utama dalam
biomassa berupa kalsium, potasium, menentukan kualitas bahan bakar briket adalah
magnesium, dan silika yang berpengaruh nilai kalor. Nilai kalor didefinisikan sebagai
terhadap nilai kalor pembakaran. Kadar abu panas yang dilepaskan dari pembakaran
merupakan salah satu parameter yang penting sejumlah kuantitas unit bahan bakar (massa)
karena bahan bakar tanpa abu (seperti minyak dimana produknya dalam bentuk ash, gas CO2,
dan gas) memiliki sifat pembakaran yang lebih SO2, Nitrogen dan air, tetapi tidak termasuk air
baik (Christanty, 2014). Nilai kadar abu yang yang menjadi uap (vapor). Kalor yang semakin
harus dicapai pada briket yang telah diproduksi tinggi menunjukkan kualitas bahan bakar yang
berdasarkan standar SNI No.1/6235/2000 yaitu semakin baik. Nilai kalor berkorelasi positif
≤ 8%. Semakin kecil kadar abu, mutu briket dengan kadar karbon terikat di dalam briket
akan semakin baik. (Rahman, 2011).
Kadar abu meningkat dengan Hasil uji menunjukkan nilai kalor telah
meningkatnya kadar perekat kanji. Hal ini memenuhi standar SNI. Semakin besar nilai
disebabkan adanya penambahan abu dari kalor, mutu briket akan semakin baik. Kenaikan
hasil nilai kalori dapat dipengaruhi oleh variasi
106 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 15, No. 2, Oktober 2019, Hal. 103-108 ISSN 0216-7395