Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS PROSES PRODUKSI SYNGAS DENGAN GASIFIKASI

UAP BERBASIS SOLAR CELL DARI TANDAN KOSONG


KELAPA SAWIT

PROPOSAL PENELITIAN

Program Studi Sarjana Teknik Mesin


Jurusan Teknik Mesin

Oleh:

AJI PURNAMA BURDAH


NIM. D1131211016

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan energi Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk. Strategi pemerintah dalam perencanaan energi nasional tertuang didalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum
Energi Nasional. Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) disusun oleh Pemerintah
Pusat dan ditetapkan oleh Dewan Energi Nasional untuk jangka waktu sampai dengan
tahun 2050. Komitmen Indonesia dalam memberikan kontribusi terhadap solusi
perubahan iklim global dengan penandatangan Paris Agreement menurunkan emisi
gas rumah kaca sebesar 29% di tahun 2030. Target ini telah dituangkan dalam
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dengan meningkatkan bauran Energi Baru
dan Terbarukan sebesar 23% di tahun 2025 (Praevia dan Widayat, 2022).
Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, tentunya limbah
sawit yang dihasilkan juga sangat besar. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari pengolahan tandan buah segar
menjadi minyak sawit dan kernel (Sarwono dkk., 2023). Selama ini, TKKS hanya
dimanfaatkan sebagai penimbun tanah atau dijadikan pupuk kompos. Sisa tandan
kosong kelapa sawit dibiarkan menumpuk. Penumpukan tandan kosong kelapa sawit
dapat menimbulkan permasalahan sampah (Gusman, 2016). Tandan kosong dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar karena memiliki nilai kalor sebesar 2900 kal/gram.
Potensi pemanfaatan biomassa yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit harus
mempertimbangkan beberapa karakteristik utama, praktik, dan jumlah yang tersedia
(Garcia-Nunez dkk., 2016).
Syngas atau gas sintesis dapat diproduksi dari biomassa, salah satunya dari
tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Syngas terdiri dari campuran gas CO dan H2
sebagai komponen utama. Syngas merupakan intermediate product dalam proses
produksi metanol, dimetil eter, etanol, dan liquid fuel. Syngas dari TKKS merupakan
energi terbarukan memiliki potensi di masa depan untuk menggantikan gas alam yang
cadangannya semakin menipis.
1.2 Rumusan Masalah
Aspek-aspek yang menjadi pembahasan penelitian ini dapat dirumuskan
menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana efek parametrik multifaktor dari suhu operasi, rasio molar H 2O/TKKS,
dan laju aliran TKKS pada variabel respon, yaitu rasio molar H 2/CO dan energi
surya terhadap bahan bakar, efisiensi menggunakan uap sebagai bahan gasifikasi?
2. Bagaimana menentukan kondisi operasi optimum menggunakan CCD, dalam
rentang variabel operasi?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
3. Menilai efek parametrik multifaktor dari suhu operasi, rasio molar H2O/TKKS,
dan laju aliran TKKS, pada variabel respon, yaitu rasio molar H2/CO dan energi
surya terhadap bahan bakar. efisiensi, menggunakan uap sebagai bahan gasifikasi
4. Menentukan kondisi operasi optimum menggunakan CCD, dalam rentang variabel
operasi
1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian dan pembahasan lebih fokus terhadap tujuan, maka
diberlakukan batasan masalah sebagai berikut:
1. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui review
artikel
2. Artikel yang digunakan adalah artikel jurnal internasional yang bereputasi tentang
gasifikasi TKKS berbasis solar cell
3. Karakteristik yang ditinjau adalah kualitas syngas yang dihasilkan dari proses
gasifikasi TKKS berbasis solar cell

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia
yang perkembangannya demikian pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit
yang tinggi, produk samping atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi, limbah
padat yang berasal dari proses pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan
bungkil (Wahyono, 2003). Setiap pohon dapat menghasilkan 20 tandan buah segar
per tahun dengan berat satuan buah mencapai 20 kg (Gusman, 2016). Setiap tahun di
Indonesia sekitar 5 juta ton limbah biomassa dalam bentuk Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS) dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (Ridlo, 2001).

Tandan Kosong Kelapa Kawit (TKKS) merupakan salah satu limbah padat
dari industri minyak kelapa sawit. Hasil analisis proximate dan ultimate menunjukkan
bahwa TKKS memiliki kandungan energi 17,08 MJ/kg sehingga dapat dikonvesi
menjadi sumber energi gas melalui proses gasifikasi. Kinerja gasifikasi sangat
tergantung pada karakteristik bahan TKKS antara lain ukuran bahan, kadar air dan
pengaturan kapasitas udara serta kepadatan bahan. Prastowo dan Purwantana. (2011)
dalam Asari, Alharis, dan Elita. (2014) menyebutkan bahwa setiap 1 ton produksi
tandan buah segar (TBS) dapat menghasilkan 22%-23% Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS). Hal tersebut menunjukan bahwa setiap tahun potensi ketersediaan
TKKS sebagai bahan biomassa selalu meningkat. Jika dilihat dari karakteristik
TKKS. Secara lengkap karakteristik proximat TKKS tersebut dapat diihat pada tabel
1 berikut:

Tabel 1. Property TKKS hasil uji laboratorium (Agustina, 2016)

Karakteristik TKKS
Analisis proksimat (% berat)
- Kadar air (% basis basah) 55,60
Kadar air (% basis kering) 5,18
- Kadar volatil 82,58
- Fixed carbon 8,97
- Abu 3,45
Solulosa 36,57 %
Densitas 0,13 g/cm3
Ultimate analysis (berat % BK)
- C 46,62
- H 6,45
- N 1,21
- S 0,035
- O 45,66
Nilai kalor (MJ/kg) 16,2

Dari data tersebut artinya TKKS hasil limbah sawit berpotensi sebagai sumber
energi terbarukan dengan gasifikasi.

2.1.2 Gasifikasi Berbasis Solar Cell


Dalam gasifikasi terdapat konversi bahan bakar menjadi gas yang dapat
terbakar, dengan proses termokimia menggunakan oksigen yang kurang dari
stoikiometri, bukan tidak ada sama sekali. Apabila proses yang dilakukan
menghilangkan oksigen sepenuhnya, maka proses tersebut sudah termasuk dalam
proses pirolisis yang sama-sama terjadi proses dekomposisi bahan bakar. Namun
dalam gasifikasi, masih membutuhkan setidaknya oksigen dalam jumlah tertentu
(Sansaniwal dkk., 2017). Gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi pada dasarnya
seperti karbon monoksida (CO), gas hidrogen (H2), metana (CH4), dan gas yang tidak
dapat dibakar (seperti CO2, dan N2). Proses gasifikasi ini terjadi dalam sebuah
ruangan atau alat yang mampu memampatkan udara atau seringkali disebut sebagai
gasifier atau reaktor.
Gasifikasi tenaga surya menggunakan Consentrated Solar Power (CSP)
dianggap sebagai cara yang menjanjikan untuk memanfaatkan sumber daya biomassa
yang melimpah namun sebagian besar terbuang di negara-negara produsen minyak
sawit (Cao dkk., 2020). Gasifikasi surya merupakan teknik konversi yang efisien
untuk menghasilkan produk bernilai tambah, yaitu syngas, dan menyimpan energi
panas matahari intermiten menjadi bahan bakar netral karbon (Muller dkk., 2017).
Secara umum, konversi termokimia terdiri dari proses pencairan, torefaksi, pirolisis,
dan gasifikasi. Di antara teknologi-teknologi ini, gasifikasi surya dianggap sebagai
alternatif yang paling berkelanjutan (Raheem dkk., 2018).

Gasifikasi biomassa adalah proses yang kompleks, yang terdiri dari ribuan
reaksi dan hampir dua ratus reaktan (Bellouard dkk., 2017). Gasifikasi biomassa
menghasilkan syngas sebagai produk akhir, yang sebagian besar terdiri dari H 2 dan
CO. Dalam proses gasifikasi, pertama kali terjadi pirol-lisis, yang terdiri dari
dekomposisi termokimia TKKS pada suhu tinggi dari 300 ℃ hingga 1000 ℃ tanpa
oksigen (Siwal S.S. dkk., 2020). TKKS terurai menjadi tar primer, gas yang tidak
dapat terkondensasi, dan arang (Dufour dkk., 2009). Temperatur dan laju pemanasan
yang lebih tinggi menghasilkan lebih banyak gas yang tidak dapat dikondensasi dan
mengurangi jumlah tar dan arang (Siwal S.S. dkk., 2020. Tar primer kemudian
mengalami perengkahan dan menghasilkan tar sekunder dan tersier. Arang yang
dihasilkan dari pirolisis kemudian digasifikasi dengan adanya zat gasifikasi seperti
uap. Reaksi umum yang menggambarkan proses gasifikasi surya dari TKKS
menggunakan uap sebagai bahan gasifikasi diilustrasikan dalam persamaan berikut:
C7.4H12.1O5.1 + 2.3 H2O→7.4 CO + 8.35 H2 ΔH◦ 1 = +2961.3 kJ/mol ... (1)
2.1.3 Reaktor Gasifikasi Berbasis Solar Cell
Reaktor surya yang diiradiasi langsung secara kontinyu digunakan untuk
percobaan yang dirancang. Terjadi kontak gas-padat yang sesuai yang diperlukan
untuk perlakuan partikel dengan bentuk, tekstur atau distribusi ukuran yang tidak
teratur (Chuayboon dkk., 2018). Sistem ini terutama terdiri dari reaktor surya yang
dilengkapi dengan unit pengumpan biomassa otomatis (termasuk motor, hopper, dan
pengumpan sekrup), jaringan injeksi gas, sistem penyaringan gas, unit pembersih gas,
dan unit analisis gas. Rincian lebih lanjut tentang konsep dan desain reaktor surya
telah dilaporkan sebelumnya (Bellouard dkk., 2017).
Reaktor gasifikasi surya dipanaskan secara bertahap hingga mencapai suhu
yang ditargetkan dalam kisaran 1000–1400 ℃, dengan tambahan panas berlebih
~20–30 ℃ di atas suhu titik setel (diukur dengan termokopel) untuk memastikan
bahwa suhu yang ditargetkan terpenuhi selama seluruh durasi percobaan. Potensi
penurunan suhu mungkin disebabkan oleh konsumsi energi yang disebabkan oleh
injeksi biomassa dan reaksi endotermik. Setelah suhu yang diinginkan tercapai, uap
dimasukkan bersama dengan gas pembawa Ar melalui tabung alumina vertikal di
dasar rongga.
Gas yang dihasilkan keluar dari reaktor kemudian dialirkan ke unit
pembersihan dan penyaringan gas sebelum masuk ke sistem analisis gas. Konsentrasi
spesies gas diukur dengan alat analisa gas (X-Stream XEGP, Emerson, USA) dan
dibandingkan dengan kromatografi gas mikro (Varian CP4900, Agilent, USA), yang
juga mengukur senyawa C2Hy selain H2, CH4, CO, CO2. Laju aliran gas dikontrol
melalui pengontrol aliran massa (MFC, Brooks In-struments model 5850 S). Setelah
setiap percobaan, komponen outlet ditimbang kembali untuk keseimbangan massa.

2.1.4 Syngas
Produksi syngas dari TKKS melalui proses gasifikasi pada suhu 992 ℃. Pada
proses gasifikasi digunakan steam dan udara sebagai gasifying agents. Dari proses
gasifikasi akan diperoleh campuran gas dengan komposisi berupa H2, CO2, CO, CH4,
C2H2, C2H4, C2H6, C6H6, tar (C8H10), H2S, H2O, Ash, dan Char. Gas hasil gasifikasi
masih mengandung banyak pengotor, sehingga perlu dimurnikan melalui tahap
purifikasi. Tahapan purifikasi meliputi, penghilangan padatan, penghilangan tar,
penghilangan sulfur, reaksi reforming, reaksi water-gas shift, serta pemisahan air.
Pemisahan padatan dilakukan menggunakan cyclone dan fabric filter. Syngas dapat
digunakan dalam mesin pembangkit listrik atau sintesis biofuel (Chuayboon dkk.,
2019). Selain itu dapat menjadi sumber proses sintesis okso (hidroformilasi) untuk
menghasilkan aldehida dan alkohol. Alternatifnya, syngas dapat digunakan untuk
produksi metanol atau bahan bakar cair menggunakan proses Fischer–Tropsch (Im-
orb dkk., 2016). Pilihan teknologi selanjutnya yang paling sesuai kemungkinan besar
bergantung pada sifat syngas seperti rasio molar H 2/CO dan nilai kalor yang lebih
rendah (LHV) (Im-orb dkk., 2016).
2.1.5 Central Control Design (CCD)
Metode Central Control Design (CCD), yang merupakan teknik statistik yang
berguna untuk mengoptimalkan parameter multifaktor (Raheem dkk., 2018),
diterapkan dalam penelitian ini. Dibandingkan dengan metode eksperimen
konvensional yang hanya menyelidiki efek independen dari variabel operasi, CCD
digunakan untuk menyelidiki efek independen serta efek interaksi dari beberapa
variabel operasi (Zeng dkk., 2015). Dengan kata lain, CCD memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang proses gasifikasi surya dibandingkan metode
eksperimental konvensional.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya tentang pirolisis dan gasifikasi biomassa menyelidiki
berbagai bahan baku biomassa seperti arang (Muller dkk., 2017)., selulosa (Litchy
dkk., 2010), bahan limbah karbon (Kruesi dkk., 2013) dan biomassa kayu
(Chuayboon dkk., 2019). Bellouard dkk., (2017) dan Chuayboon dkk., (2018)
mengembangkan reaktor surya kontinyu tabung jatuh/kemasan padat dan reaktor
surya unggun semburan yang diumpankan partikel secara kontinyu dengan biomassa
kayu sebagai bahan bakunya. Mereka melaporkan bahwa hasil dan komposisi syngas,
serta kinerja proses gasifikasi, dipengaruhi secara signifikan oleh suhu pengoperasian,
jenis bahan gasifikasi, dan laju aliran umpan biomassa. Selain itu, Loha dkk. (2011)
menganalisis gasifikasi uap konvensional sekam padi dalam reaktor fluidized bed dan
melaporkan bahwa pengaruh suhu dan bahan gasifikasi terhadap rasio biomassa
berdampak pada komposisi syngas yang dihasilkan. Metrik evaluasi kinerja proses
gasifikasi surya umumnya dinyatakan dalam efisiensi konversi energi surya menjadi
bahan bakar, faktor peningkatan energi, dan konversi karbon (Chuayboon dkk.,
2018).
Penelitian sebelumnya mengenai piro-gasifikasi biomassa sebagian besar
melakukan analisis parametrik individual [Chuayboon dkk., (2019); Bellouard dkk.,
(2017), Im-orb dkk., (2016), Chuayboon dkk., (2018), Chuayboon dkk., 2018)].
Selain itu, beberapa penelitian lain menggunakan alat statistik untuk optimasi proses
[Raheem dkk.,(2018), Zeng dkk., (2015),34–37]. Sebagai ilustrasi, Zeng dkk. (2015)
menggunakan metodologi permukaan respons (RSM) untuk menganalisis pirolisis
surya kayu beech dengan fokus pada pengaruh suhu, laju pemanasan, dan laju aliran
argon, dalam mode batch. Namun demikian, analisis kontinuitas proses sangat
penting untuk meningkatkan potensi gasifikasi uap tenaga surya dengan konversi
bahan baku biomassa secara berkelanjutan. Oleh karena itu, penelitian ini lebih lanjut
melengkapi literatur yang ada sehubungan dengan pengaruh laju alir bahan baku, dan
rasio molar uap terhadap bahan baku, dalam mode pemrosesan berkelanjutan. Selain
itu, gasifikasi TKKS tenaga surya secara terus menerus belum pernah diselidiki
sebelumnya. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis rinci proses gasifikasi TKKS
menggunakan sinar matahari terkonsentrasi nyata. Metode Central Composite Design
(CCD), yang merupakan teknik statistik yang berguna untuk mengoptimalkan
parameter multifaktor [12,38], diterapkan dalam penelitian ini.

2.3 Kerangka Berpikir


1. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah biomassa yang
melimpah dari industri kelapa sawit di Indonesia.
2. TKKS mengandung senyawa lignin dan selulosa yang dapat dikonversi
menjadi syngas melalui proses gasifikasi.
3. Pemanfaatan energi surya (solar cell) pada proses gasifikasi TKKS dianggap
lebih efisien dan ramah lingkungan.
4. Kualitas syngas yang dihasilkan (rasio H2/CO) dan efisiensi konversi energi
surya ke bahan bakar dipengaruhi oleh beberapa parameter operasi gasifikasi
seperti: suhu operasi, rasio uap, dan laju alir biomassa.
5. Perlu dilakukan optimasi terhadap ketiga parameter operasi tersebut agar
diperoleh kondisi operasi gasifikasi TKKS-solar cell yang optimum.
6. Metode Central Composite Design (CCD) dipilih untuk optimasi parameter
operasi karena dapat menganalisis pengaruh variabel independen dan
interaksinya.
7. Penelitian ini diharapkan dapat menentukan kondisi operasi gasifikasi TKKS-
solar cell yang optimal untuk menghasilkan syngas dengan kualitas dan
efisiensi energi yang tinggi.
2.4 Hipotesis
Suhu operasi berpengaruh signifikan terhadap rasio H2/CO dan efisiensi
konversi energi surya ke bahan bakar pada proses gasifikasi TKKS dengan solar cell.
Semakin tinggi suhu operasi, diduga rasio H2/CO dan efisiensi konversi energi
semakin meningkat. Rasio uap (H2O/TKKS) berpengaruh signifikan terhadap rasio
H2/CO dan efisiensi konversi energi surya ke bahan bakar pada proses gasifikasi
TKKS dengan solar cell. Peningkatan rasio uap diduga dapat meningkatkan rasio
H2/CO dan efisiensi konversi energi hingga titik optimum tertentu.

Laju alir biomassa (TKKS) berpengaruh signifikan terhadap rasio H2/CO dan
efisiensi konversi energi surya ke bahan bakar pada proses gasifikasi TKKS dengan
solar cell. Peningkatan laju alir TKKS diduga dapat meningkatkan hasil syngas dan
efisiensi konversi energi hingga laju alir optimum tertentu.Terdapat interaksi (saling
mempengaruhi) antara suhu operasi, rasio uap, dan laju alir TKKS terhadap rasio
H2/CO dan efisiensi konversi energi pada proses gasifikasi TKKS dengan solar cel

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura, Pontianak. Waktu Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Bahan Baku Biomassa
Sampel TKKS dipanen dan dikumpulkan dari perusahaan pabrik kelapa sawit di
Kalimantan Barat, Indonesia. Serat TKKS dicuci untuk mengurangi kandungan
minyaknya, kemudian dikeringkan dan diparut untuk memperkecil ukuran serat
menjadi sekitar 1–2 cm. TKKS kemudian dihaluskan menggunakan grinder hingga
berukuran kurang dari 1 mm. TKKS yang telah digiling disimpan dalam wadah
tertutup pada suhu ruang sampai digunakan untuk percobaan.

3.2.2 Reaktor Gasifikasi Surya


Reaktor surya yang diiradiasi langsung secara kontinyu. Terjadi kontak gas-padat
yang sesuai yang diperlukan untuk perlakuan partikel dengan bentuk, tekstur atau
distribusi ukuran yang tidak teratur [17,41]. Sistem ini terutama terdiri dari reaktor
surya yang dilengkapi dengan unit pengumpan biomassa otomatis (termasuk motor,
hopper, dan pengumpan sekrup), jaringan injeksi gas, sistem penyaringan gas, unit
pembersih gas, dan unit analisis gas.

Gambar 3.1 Reaktor Gasifikasi Solar Cell Yang Diberi Radiasi Langsung dan
Komponen Tambahan
3.2.3 Desain Percobaan
Metode CCD terbatas (desain Box dan Wilson) digunakan untuk mendapatkan
serangkaian eksperimen yang dirancang untuk gasifikasi TKKS tenaga surya
menggunakan Statistica Software (StatSoft v.13.0). Alat statistik ini
memungkinkan mengidentifikasi kondisi operasi optimal untuk memaksimalkan
variabel respon yang diinginkan [35-37]. Rincian lebih lanjut tentang bagaimana
CCD terbatas dirancang dapat ditemukan dalam literatur [42].

3.3 Metode Penelitian


Pada penelitian ini terdapat 3 metode yang digunakan, diantaranya:
1. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data terkait dengan menggunakan
metode observasi dan studi kepustakaan. Penulis telah melakukan
pengamatan terhadap lingkungan dan gejala sosial terkini yang menjadi
objek dalam penulisan. Data yang digunakan dalam penulisan ini berupa
data pendukung berdasarkan informasi kepustakaan dari berbagai
sumber pustaka seperti jurnal ilmiah, karya penelitian ilmiah, data dari
dinas terkait serta artikel dan buku dari media elektronik.
2. Observasi
Melakukan pengumpulan data maupun parameter yang
dibutuhkan oleh penulis selama melakukan penelitian berjalan. Data
yang digunakan dalam penulisan ini bersumber dari berbagai jurnal
nasional maupun internasional yang relevan dengan topik yang dibahas.
Validitas dan relevannya referensi yang digunakan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Deskriptif
Data-data yang terdapat dalam karya ilmiah ini diolah dengan teknik
pengolahan data secara deskriptif. Data yang sudah didapat dari berbagai jurnal
nasional maupun internasional yang relevan dideskripsikan dengan jelas dan
rinci. Data yang didapat disajikan secara konsep dan juga teori dengan berbagai
contoh yang dapat mendukung konsep dan teori tersebut. Data yang sudah
dideskripsikan kemudian dianalisis dengan permasalahan yang dibahas dan
dihubungkan dengan konsep dan teori yang sudah didapat agar dapat menjawab
permasalahan yang dibahas.
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap persiapan,
pembuatan, pengujian, serta analisis.
3.4.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahapan awal yang dilakukan sebelum
penelitian, yaitu:
1. Melakukan identifikasi variable dan parameter untuk
mengetahui data pengeringan buah pinang yang diperlukan
sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Melakukan studi literatur untuk mendapat referensi terkait
topik-topik alat pengering pinang dan variasi bahan bakar.
3. Membuat desain alat pengering pinang.
4. Pembelian bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan
alat pengering pinang.
3.4.2 Tahap Pembuatan
Tahap ini meliputi pengukuran, pemotongan besi-besi,
pengelasan dan pembuatan pengering pinang tipe tray,
pembuatan tungku pembakaran dan pemasangan pipa pemanas
pada alat pengering pinang, serta mengatur penghubung blower
dengan tungku pemanas dan pipa pemanas. Dari tahap ini dapat
dilakukan verifikasi terhadap alat pengering pinang sudah sesuai
dengan desain.
3.4.3 Tahap Pengujian
Proses pengeringan gabah dilakukan dengan kapasitas 10
Kg/proses. Sebelum proses pengeringan dilakukan pengukuran
dan pencatatan tekanan udara sekitar dan kecepatan aliran udara
yang masuk ke dalam ruang pengeringan diamati dan dicatat
selama proses pengeringan buah pinang berlangsung.
Penelitian ini diawali dengan memasukkan buah pianang
kedalam ruang pengering. Bahan bakar yang digunakan
berbeda-beda setiap kali proses pengeringan. Sebelum bahan
bakar yang akan digunakan dalam proses pembakaran dalam
pengeringan buah pinang, bahan bakar tersebut terlebih dahulu
ditimbang massanya, setelah bahan bakar tersebut ditimbang
kemudian dimasukkan kedalam ruang pembakaran dan
dinyalakan untuk menghasilkan panas kemudian mengidupkan
blower untuk menghembuskan udara panas ke ruang plenum dan
ruang pengering sehingga terjadi proses pengeringan buah
pinang. Pengeringan berlangsung hingga kadar air gabah
menjadi 6,5%-7.5%.
3.4.4Tahap Analisa
Dari hasil pengujian tersebut, dilakukan analisis terhadap
data-data yang sudah dikumpulkan. Digunakan untuk melihat
optimasi dari variabel yang sudah diuji terhadap efisiensi bahan
bakar terhadap energi, waktu dan biaya bahan bakar. Serta
melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan analisis yang
sudah dilakukan terkait hasil yang dihasilkan oleh alat pengering
pinang tipe tray dryer.

3.5 Data Penelitian


Dalam rancangan percobaan, variabel pengoperasian yang digunakan adalah
suhu, rasio molar H2O/TKKS, dan laju alir TKKS (g/menit). Nilai kode dari variabel
operasi ditentukan pada tiga tingkatan menggunakan metode CCD: ÿ 1 (rendah), 0
(sedang), dan +1 (tinggi). Pemilihan rentang nilai variabel operasi dan levelnya
masing-masing didasarkan pada penelitian sebelumnya tentang gasifikasi surya
biomassa kayu [7,18,43].
Tabel 2. Variabel Penelitian
Variabel Operasi Tingkat
ÿ 1 (rendah) 0 (sedang) +1 (tinggi)
Suhu (Ÿc) 1100 1200 1300
Rasio molar 1,71 2.30 2.89
H2O/TKKS 0,80 1.30 1.80
Debit TKKS (g/mnt)

Untuk menilai kualitas (atau komposisi) syngas yang dihasilkan untuk


kemungkinan penerapan, rasio molar H2/CO adalah variabel respon yang sesuai
untuk evaluasi dan optimalisasi komposisi syngas [12]. Gas-gas lainnya (CO2, CH4,
dan C2Hy) merupakan produk sampingan utama yang dihasilkan dalam jumlah lebih
kecil. Selain itu, efisiensi konversi energi surya menjadi bahan bakar (ÿsolar tofuel)
merupakan variabel respon yang berguna untuk menilai dan mengidentifikasi kondisi
optimal proses gasifikasi. Hasil syngas (mol/gPEFB) juga dianalisis untuk
menentukan kuantitas gas yang dihasilkan untuk setiap kondisi operasi.
Analisis komponen utama (PCA) dilakukan untuk menyelidiki korelasi antara
variabel operasi dan variabel respon, seperti yang dilaporkan dalam literatur [44,45].
Dibandingkan dengan metode analisis data konvensional, PCA mengurangi dimensi
kumpulan data sekaligus menjaga informasi statistik, yang memungkinkan analisis
dan perbandingan terperinci [46]. Nilai setiap variabel distandarisasi untuk mengatasi
variasi satuan pengukuran. PCA telah dilakukan menggunakan software R Studio
(versi 1.1.456). Dalam biplot PCA, setiap vektor eigen mewakili variabel operasi atau
respons individual. Korelasi dua variabel ditentukan oleh nilai kosinus sudut antara
vektor eigennya masingmasing, yang berkisar antara ÿ1 dan 1. Dengan kata lain,
vektor eigen dengan arah yang sama berkorelasi positif; vektor eigen dengan arah
berlawanan berkorelasi terbalik, sedangkan vektor eigen dengan sudut sekitar 90ÿ
independen (kosinus ÿ 0).
Dalam penelitian ini, model polinomial berkode dibangun untuk rasio molar
H2/CO, berdasarkan hasil PCA dan grafik Pareto. Model regresi orde kedua
digunakan, dalam penelitian ini, untuk memperkirakan rasio molar H 2/CO
berdasarkan pendekatan polinomial deret Taylor kuadrat umum.

3.6 Teknik Analisis Data

1. Analisis statistik deskriptif


Analisis deskriptif dilakukan untuk menyajikan data hasil penelitian dalam bentuk
tabel, grafik, diagram, ukuran tendensi sentral (rata-rata, median, modus) dan ukuran
dispersi (deviasi standar, varian).

2. Analisis Korelasi Pearson

Digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel bebas (suhu operasi,
rasio uap, laju alir TKKS) dengan variabel terikat (rasio H2/CO dan efisiensi konversi
energi).

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mengetahui pengaruh secara kuantitatif dari variabel bebas terhadap variabel
terikat serta besarnya sumbangan pengaruh masing-masing variabel bebas.

4. Uji Hipotesis (Uji t dan Uji F)

Digunakan untuk menguji signifikansi dari hipotesis yang diajukan, apakah variabel
bebas berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap variabel terikat.

5. Optimasi Menggunakan Metode Central Composite Design (CCD)

Untuk mendapatkan kondisi/nilai optimum dari variabel bebas agar diperoleh hasil
respon yang optimal.

3.7 Diagram Alir Penelitian


Untuk memperoleh gambaran jelas tentang penelitian ini, tentang
Langkah langkah pemecahan masalah maka dibuatlah diagram alir seperti
yang ditunjukan oleh Gambar dibawah ini:

DAFTAR PUSTAKA
Agustina L., Udiantoro, dan Halim, A. (2016). Karakteristik Serat Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS) Dengan Perlakuan Perebusan dan Pengukusan.
Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat. Ziraa’ah, 41, 97-102,
ISSN ELEKTRONIK 2355-3545.
Bellouard Q., S. Abanades, S. Rodat, N. Dupassieux,.2017. Solar thermochemical
gasification of wood biomass for syngas production in a high-temperature
continuously-fed tubular reactor, Int. J. Hydrog. Energy 42.13486–13497.

Cao L., K. Iris, X. Xiong, D.C. Tsang, S. Zhang, J.H. Clark, C. Hu, Y.H. Ng, J.
Shang, Y.S. Ok, (2020).Biorenewable hydrogen production through biomass
gasification: a review and future prospects, Environ. Res. 109547.

Chuayboon S., S. Abanades, S. Rodat,2018. Comprehensive performance assessment


of a continuous solar-driven biomass gasifier, Fuel Process. Technol. 182. 1–
14.

Dufour A., P. Girods, E. Masson, Y. Rogaume, A. Zoulalian.2009. Synthesis gas


production by biomass pyrolysis: effect of reactor temperature on product
distribution, Int. J. Hydrog. Energy 34. 1726–1734.

Garcia-Nunez, J.A., Ramirez-Contreras, N.E., Rodriguez, D.T. (2016). Evolution of


palm oil mills into bio-refineries: Literature review on current and potential
uses of residual biomass and effluents. Journal Resources, Conservation and
Recycling 110, pp. 99–114 http://dx.doi.org/10.1016/j.resconrec.2016.03.022

Gusman, Hanif (2016). Peningkatan Kualitas Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit
Produk Torefaksi Basah Skala Pilot Sebagai Bahan Bakar Padat Bersih.
Teknik Mesin ITB.

Müller F., P. Poˇzivil, P.J. van Eyk, A. Villarrazo, P. Haueter, C. Wieckert, G. J.


Nathan, A. Steinfeld,.2017.A pressurized high-flux solar reactor for the
efficient thermochemical gasification of carbonaceous feedstock.Fuel.
Volume 193, 1 April 2017, Pages 432-443

Praevia M.F., Widayat.2022.Analisis Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa


Sawit Sebagai Cofiring pada PLTU Batubara.Jurnal Energi Baru &
Terbarukan. Vol. 3. No. 1, pp 28 – 37

Raheem A., G. Ji, A. Memon, S. Sivasangar, W. Wang, M. Zhao, Y.H. Taufiq-


Yap,.2018. Catalytic gasification of algal biomass for hydrogen-rich gas
production: parametric optimization via central composite design, Energy
Convers. Manag. 158 235–245.
Ridlo, R., (2001) Pembakaran Limbah Tandan Kosong kelapa Sawit dan Batubara
Menggunakan Circulating Fluidized Bed (CFB) di Kalimantan Timur. Jurnal
Saint dan Teknologi Indonesia. BPPT. Vol. 3, No. 5, Hal. 17-234

Sarwono E.,Rahayu D. E., Millati W. D., Sariyadi.2023.Proses pengomposan tandan


kosong kelapa sawit (TKKS): analisis fisik dan kenampakan. Agrointek 17
(2): 317-327.DOI 10.21107/agrointek.v17i2.13935

Siwal S.S., Q. Zhang, C. Sun, S. Thakur, V.K. Gupta, V.K. Thakur.2020. Energy
production from steam gasification processes and parameters that contemplate
in biomass gasifier–a review, Bioresour. Technol. 297 122481.

Wahyono, et al., (2003) Pembuatan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Jurnal Saint dan Teknologi (IPTEK). BPPT. Vol. 1, Hal. 375-386

Anda mungkin juga menyukai