Jurusan Teknik Kimia – Tekstil, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia1,2)
Jl. Kaliurang Km.14,5, Sleman, Yogyakarta, 55584
2
E-Mail : sutarno.pset@gmail.com1, malik_fti@yahoo.com
ABSTRACT
The energy demand of the world is foreseen to be increased due to improvements on the living
standard of developing countries and the development of global economy. The increase in
sustainability of energy supply must be considered as a must to avoid spoiling natural resources for
the next human generations and more dramatic effects such as global atmospheric warming. The
utilization of CO2-free energy sources, as renewable energy, is one of the most promising way.
Nevertheless, massive energy production with such energy sources are far from being practically
feasible in short-medium term and an innovative solution should be put implemented CO2. This
general assumption is also applicable to any energy carrier such as hydrogen or electricity. In this
paper, analysis of the hydrogen production processes conducted and the discussion of the need to
develop a CO2- free production scheme like methane cracking is shown.
534
Teknoin Vol. 22 No 7 Desember 2016 : 534-539
535
Kajian Produksi Energi Hidrogen Menuju Transisi Ekonomi Bebas CO2 (Sutarno dkk)
Disisi lain, methane cracking tidak Energi Gibbs menyatakan bahwa untuk
menghasilkan CO2, tapi pengumpulan reaksi dekarburisasi metana sama dengan nol
karbon harus dikelola, baik sebagai limbah, pada 819 K (°C) (Villacampa et al., 2003),
atau sebagai komoditas untuk tujuan lain. Hal ini menyiratkan bahwa reaksi ini secara
Perkembangan methane cracking teoritis akan berlangsung di atas suhu ini.
membuka jalan untuk mengeksploitasi Namun demikian, ambang batas energi ini
sumber daya gas alam yang diketahui sangat dapat dipengaruhi oleh komponen lain yang
banyak dapat menghindari emisi CO2. dapat dimasukkan dalam reaksi, sebagai
Pemanfaatan bahan bakar fosil dalam banyak katalis atau media reaksi. Beberapa peneliti
kasus yang menunjukkan berdasarkan 'bisnis bekerja dalam upaya untuk meng-
biasa membuktikan bahwa konsentrasi implementasikan praktek reaksi ini.
atmosfer membentuk emisi gas rumah kaca Mereka pada dasarnya mendasarkan
pada sekitar 650 ppm, sehingga kenaikan pada panas langsung methane cracking,
suhu 3,5°C dalam jangka panjang, yaitu oleh Rodat et al, 2011;. Dahl et al,
kemungkinan jauh di bawah target 2°C yang 2004;. Steinberg, 1999; Hirsch, 2004, atau
diterima umum. Oleh karena itu perlu dengan panas katalis methane cracking,
banyak usaha yang harus dilakukan untuk yaitu oleh Suelves, 2007 ; Villacampa et al,.
melengkapi mekanisme dan teknologi yang 2003; Muradov & Veziroglu, 2008. Dengan
bisa menghindari situasi tersebut. kedua metode ini masih ditemukan kesulitan
Salah satu masalah utama untuk yang signifikan yang masih belum
mengembangkan methane cracking adalah terpecahkan karena pembentukan kokas juga
stabilitas ikatan C-H yang kuat, yang menghasilkan penyumbatan sistem, atau me
menyiratkan kebutuhan suhu yang sangat non aktifkan katalis secara cepat, yang
tinggi. membuat proses sangat sulit untuk di
aplikasikan pada skala industri.
536
Teknoin Vol. 22 No 7 Desember 2016 : 534-539
537
Kajian Produksi Energi Hidrogen Menuju Transisi Ekonomi Bebas CO2 (Sutarno dkk)
538
Teknoin Vol. 22 No 7 Desember 2016 : 534-539
539