Anda di halaman 1dari 7

BAB II

HIDROGEN FUEL CELL

A. Pengertian Hidrogen Fuel Cell

1. Fuel Cells ( Sel Bahan Bakar )


Fuel cell adalah alat yang mampu menghasilkan listrik arus searah. Alat ini terdiri
dari dua buah elektroda, yaitu anoda dan katoda yang dipisahkan oleh sebuah membran
polimer yang berfungsi sebagai elektrolit. Membran ini sangat tipis, ketebalannya
hanya beberapa mikrometer saja. Hidrogen dialirkan ke dalam fuel cell yaitu ke bagian
anoda, sedang oksigen atau udara dialirkan ke bagian katoda, dengan adanya membran,
maka gas hidrogen tidak akan bercampur dengan oksigen. Membran dilapisi oleh
platina tipis yang berfungsi sebagai katalisator yang mampu memecah atom hidrogen
menjadi elektron dan proton. Proton mengalir melalui membran, sedang elektron tidak
dapat menembus membran, sehingga elektron akan menumpuk pada anoda, sedang
pada katoda terjadi penumpukan ion bermuatan positif. Apabila anoda dan katoda
dihubungkan dengan sebuah penghantar listrik, maka akan terjadi pengaliran elektron
dari anoda ke katoda, sehingga terdapat arus listrik. Elektron yang mengalir ke katoda
akan bereaksi dengan proton dan oksigen pada sisi katoda dan membentuk air.

Reaksi kimia yang terjadi pada fuel cell

Anoda : 2H2 4H+ + 4e-

Katoda : 4e- + 4H+ + O2 2H2O

2. Hidrogen Sebagai Sel Bahan Bakar (Hydrogen Fuel cells)


Sumber Energi Masa Depan Wikipedia (2006) menyatakan laju pertumbuhan
penggunaan hidrogen di dunia saat ini adalah 10% per tahun dan terus meningkat.
Untuk tahun 2004, produksi hidrogen dunia mencapai 50 juta metrik ton (million metric
tons-MMT) atau setara dengan 170 juta ton minyak bumi. Diharapkan pada tahun 2010
sampai 2020, laju penggunaan hidrogen bisa menjadi dua kali lipat dari laju
penggunaan saat ini. Industri di USA sendiri telah menghasilkan 11 juta metrik ton
hidrogen per tahun dan nilai ini setara dengan energi termal sebesar 48 GW. Jumlah
hidrogen tersebut dihasilkan dengan proses reforming gas alam (5% dari total
kebutuhan gas alam nasional) dan melepaskan 77 juta ton CO2 per tahun (World
Nuclear Association, August 2007). Diperlukan metode baru untuk menghasilkan
hidrogen tanpa melepaskan CO2 ke atmosfer.
Hidrogen bukanlah sumber energi (energy source) melainkan pembawa energi
(energy carrier), artinya hidrogen tidak tersedia bebas di alam atau dapat ditambang
layaknya sumber energi fosil. Hidrogen harus diproduksi. Produksi hidrogen dari H2O
merupakan cara utama untuk mendapatkan hidrogen dalam skala besar, tingkat
kemurnian yang tinggi dan tidak melepaskan CO2. Kendala utama metode elektrolisis
H2O konvensional saat ini adalah efisiensi total yang rendah (~30%), umur operasional
electrolyzer yang pendek dan jenis material yang ada di pasaran masih sangat mahal.
Kendala-kendala tersebut membuat hidrogen belum cukup ekonomis untuk dapat
bersaing dengan bahan bakar konvesional saat ini.

B. Sistem Kerja Hidrogen Fuel Cell


Kinerja Hydrogen Fuel Cell serupa seperti aki (accu), hanya saja reaksi kimia
penghasil tenaga listrik ini menggunakan hidrogen dan oksigen yg bereaksi dan
mengalir seperti aliran bahan bakar melalui sebuah motor bakar. Namun tidak ada
pembakaran dalam proses pembangkit listrik ini.Dengan demikian limbah dari proses
ini hanyalah air murni yang aman untuk dibuang.
Gambar.2 Bagan Kinerja ’Hydrogen Fuel Cells’
Secara sederhana proses dapat dilihat pada Gambar.2 diatas :
 Hidrogen (yang ditampung dalam sebuah tabung khusus) dialirkan melewati anoda,
dan oksigen/udara dialirkan pada katoda
 Pada anoda dengan bantuan katalis platina Pt hidrogen dipecah menjadi bermuatan
positif (ion/proton), dan negatif (elektron).
 Membran di tengah-tengah anoda-katoda kemudian hanya berfungsi mengalirkan
proton menyebrang ke katoda.
 Proton yang tiba di katoda bereaksi dengan udara dan menghasilkan air.
 Tumpukan elektron di anoda akan menjadi energi listrik searah yang dapat
menyalakan lampu

C. Cara Memperoleh Hidrogen


Ada hal yang sangat penting yang harus dimengerti mengenai hidrogen fuel cell ini
bahwa tidak ada sumber hidrogen di alam. Berikut beberapa metode dan pembahasan
dalam proses menghasilkan hidrogen:
1. Steam reforming:
CH4(g) + H2O(g) → CO(g) + 3H2(g) + energi Steam reforming melibatkan proses
pembakaran gas alam untuk memperoleh hidrogen. Hidrogen dapat dihasilkan oleh
pabrik yang energi utamanya masih menggunakan bahan bakar fosil (minyak, gas
ataupun batubara). Akan tetapi CO2 hasil pembakaran di industri penyedia
hidrogen fuel cell seperti di beberapa pabrik di Amerika Serikat dan Uni-Eropa
memanfaatkan reservoir bawah tanah dengan menginjeksikan CO2 kedalam pori-
pori batuan. Handling CO2 ini dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan
pembakaran pada mesin transportasi yang dibuang bebas di udara.
Dengan demikian hydrogen fuel cell dianggap sebagai salah satu cara untuk
mempermudah mengelola CO2 akibat proses pembakaran bahan bakar fosil
(minyak, gas dan batubara). Sehingga yang harus diperhatikan adalah dimana
terdapat pabrik penghasil hidrogen ini, maka disana terdapat penanganan CO2 hasil
pembakaran. Apabila terjadi kebocoran reservoir, maka akan sama dampaknya
dengan melepas limbah CO2 di alam bebas. Disinilah risiko penggunaan hidrogen
dalam aspek lingkungan. Harus selalu diingat bahwa hidrogen tetap hanya
berfungsi sebagai “distributor energi” (energy carrier) seperti energi listrik yg
ditransmisikan melalui kabel.

Combustible fuel engine (carbon based) yang dianggap efisien, rata-rata memiliki
efisiensi dibawah 40%. Banyak sekali panas yang hilang ketika merubah energi
kimia (fuel) menjadi energi gerak. Sehingga efisiensi energi didalam combustible
fuel engine (motor bakar) sangat rendah. Ketika dipakai untuk menghasilkan listrik
fuel (BBM) akan sangat banyak yg dipakai.

Fuel Cell memiliki efisiensi yang cukup tinggi hingga mencapai angka diatas 70%.
Nah, kalau saja kita dapat menghasilkan gas hidrogen, barulah dengan fuel cell akan
diperoleh efisiensi energi yg lebih baik. Untuk saat ini proses pembuatan hidrogen
dari minyak bumi (energi fosil) hingga diperoleh listrik oleh fuel cell masih
memerlukan biaya yang sangat mahal, dan juga masih mensisakan emisi karbon
saat memproduksi “hydrogen fuel” ini. Sehingga usaha untuk menghemat energi
ini masih memerlukan biaya tambahan.

2. Carbon Monoxide (Water Shift Gas Reaction): CO(g) + H2O(g) → CO2(g)


+ H2 + energi Pada proses ini, oksigen dari molekul air distripping (dilucuti) dan
kemudian di ikat membentuk molekul karbondioksida, dan membebaskan
hydrogen.
3. Elektrolisis Air: 2H2O(aq) → 2H2(g) + O2(g) Hidrogen dapat diperoleh
dari proses hidrolisis dari air. Namun, karena energi listrik dibutuhkan selama
berlangsungnya proses, sangat sedikit hidrogen yang diproduksi menggunakan
metode ini yaitu hanya sekitar 4 %.

D. Kelebihan dan Kekurangan Hidrogen Fuel Cell


Kelebihan:
1. Tidak Mengeluarkan Emisi Berbahaya (Zero Emission)
Sebuah sistem fuel cell hanya akan mengeluarkan uap air apabila memakai
hidrogen murni. Tetapi ketika memakai hidrogen hasil
darireforming hidrokarbon/fosil (misal: batu bara, gas alam, dll) maka harus
dilakukan uji emisi untuk menentukan apakah sistem tersebut masih dapat
dikategorikan zero emission. Menurut standar yang dikeluarkan United
Technologies Corporation (UTC) pada tahun 2002, maka sebuah sistem fuel
cell dapat dikategorikan zero emission ketika mengeluarkan emisi pencemar udara
yang sangat rendah
2. Efisiensi Tinggi (High efficiency)
Oleh sebab fuel cell tidak menggunakan proses pembakaran dalam konversi energi,
maka efisiensinya tidak dibatasi oleh batas maksimum temperatur operasional
(tidak dibatasi oleh efisiensi siklus Carnot). Hasilnya, efisiensi konversi energi
pada fuel cell melalui reaksi elektrokimia lebih tinggi dibandingkan efisiensi
konversi energi pada mesin kalor (konvensional) yang melalui reaksi pembakaran.
3. Cepat Mengikuti Perubahan Pembebanan (Rapid load following)
Fuel cell memperlihatkan karakteristik yang baik dalam mengikuti perubahan
beban. Sistem Fuel cell yang menggunakan hidrogen murni dan digunakan pada
sebagian besar peralatan mekanik (misal: motor listrik) memiliki kemampuan
untuk merespon perubahan pembebanan dengan cepat.
4. Temperatur Operasional Rendah
Sistem fuel cell sangat baik diaplikasikan pada industri otomotif yang beroperasi
pada temperatur rendah. Keuntungannya adalah fuel cell hanya memerlukan sedikit
waktu pemanasan (warmup time), resiko operasional pada temperatur tinggi
dikurangi, dan efisiensi termodinamik dari reaksi elektrokimia lebih baik.
5. Reduksi Transformasi Energi
Ketika fuel cell digunakan untuk menghasilkan energi listrik maka fuel cell hanya
membutuhkan sedikit transformasi energi, yaitu dari energi kimia menjadi energi
listrik. Bandingkan dengan mesin kalor yang harus mengubah energi kimia menjadi
energi panas kemudian menjadi energi mekanik yang akan memutar generator
untuk menghasilkan energi listrik. Fuel cell yang diaplikasikan untuk
menggerakkan motor listrik memiliki jumlah transformasi energi yang sama
dengan mesin kalor, tetapi transformasi energi pada fuel cell memiliki efisiensi
yang lebih tinggi.
6. Waktu Pengisian Hidrogen Singkat
Sistem fuel cell tidak perlu penyetruman (recharge) layaknya baterai. Tetapi
sistem fuel cell harus diisi ulang dengan hidrogen, dimana prosesnya lebih cepat
dibandingkan penyetruman baterai. Selain itu, baterai tidak dapat dipasang dalam
jumlah besar pada mesin otomotif untuk meningkatkan performance karena akan
semakin menambah beban pada kendaraan tersebut.

Kekurangan:
1. Hidrogen
Hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan. Saat ini proses produksi hidrogen
masih sangat mahal dan membutuhkan input energi yang besar (artinya: efisiensi
produksi hidrogen masih rendah). Untuk mengatasi kesulitan ini, banyak negara
menggunakan teknologi reforming hidrokarbon/fosil untuk memperoleh hidrogen.
Tetapi cara ini hanya digunakan dalam masa transisi untuk menuju produksi
hidrogen dari air yang efisien.
2. Sensitif pada Kontaminasi Zat-asing
Fuel cell membutuhkan hidrogen murni, bebas dari kontaminasi zat-asing. Zat-
asing yang meliputi sulfur, campuran senyawa karbon, dll dapat menonaktifkan
katalisator dalam fuel cell dan secara efektif akan menghancurkannya. Pada mesin
kalor pembakaran dalam (internal combustion engine), masuknya zat-asing tersebut
tidak menghalangi konversi energi melalui proses pembakaran.
3. Harga Katalisator Platinum Mahal
Fuel cell yang diaplikasikan pada industri otomotif memerlukan katalisator yang
berupa Platinum untuk membantu reaksi pembangkitan listrik. Platinum adalah
logam yang jarang ditemui dan sangat mahal. Berdasarkan survei geologis ahli
USA, total cadangan logam platinum di dunia hanya sekitar 100 juta kg (Bruce
Tonn and Das Sujit, 2001). Dan pada saat ini, diperkirakan teknologi fuel
cell berkapasitas 50 kW memerlukan 100 gram platinum sebagai katalisator (DEO,
2000). Misalkan penerapan teknologi fuel cell berjalan baik (meliputi:
penghematan pemakaian platinum pada fuel cell, pertumbuhan pasar fuel cell
rendah, dan permintaan platinum rendah) maka sebelum tahun 2030 diperkirakan
sudah tidak ada lagi logam platinum (Anna Monis Shipley and R. Neal Elliott,
2004). Untuk itulah diperlukan penelitian untuk menemukan jenis katalisator
alternatif yang memiliki kemampuan mirip katalisator dari platinum.
4. Pembekuan
Selama beroperasi, sistem fuel cell menghasilkan panas yang dapat berguna untuk
mencegah pembekuan pada temperatur normal lingkungan. Tetapi jika temperatur
lingkungan terlampau sangat dingin (-10 s/d -20 C) maka air murni yang dihasilkan
akan membeku di dalam fuel cell dan kondisi ini akan dapat merusak membranfuel
cell (David Keenan, 10/01/2004). Untuk itu harus didesain sebuah sistem yang
dapat menjaga fuel cell tetap berada dalam kondisi temperatur normal operasi.
5. Ketiadaan Infrastruktur
Infrastruktur produksi hidrogen yang efektif belum tersedia. Tersedianya teknologi
manufaktur dan produksi massal yang handal merupakan kunci penting usaha
komersialisasi sistem fuel cell

Anda mungkin juga menyukai