Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS INDONESIA

MATA KULIAH:
TEKNOLOGI FOTOKATALISIS

RESUME PRODUKSI HIDROGEN DENGAN TEKNOLOGI FOTOKATALISIS

Kelompok 03:
Theresia Evelyn Octaviany (1906357515)
Muhammad Rahmadya Permana (2006575934)
Nicholas Hussy (2006575966)
Tiffany Liuvinia (2006575650)
Yohanes Raymond Lawang (2006535924)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
MEI 2023
Produksi Hidrogen dengan Proses Fotokatalisis

Latar Belakang
Berkurangnya pasokan bahan bakar fosil sementara pertumbuhan populasi manusia
yang semakin meningkat memicu timbulnya krisis energi di berbagai pelosok dunia. Di sisi
lain, semakin meningkatnya kesadaran dan kesehatan lingkungan mendorong perkembangan
riset di bidang energi baru terbaharukan. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin
meningkat serta untuk menyelesaikan masalah pemanasan global yang sebagian besar
disebabkan oleh polusi akibat penggunaan bahan bakar fosil, maka ditemukanlah berbagai
inovasi produksi bahan bakar berkelanjutan, salah satunya adalah produksi green hydrogen.
Hidrogen dianggap sebagai energi bersih alternatif yang paling ideal karena nilai
kalornya yang tinggi, polusi yang mencapai nol, dan daya simpannya yang lebih mudah
dibanding energi bersih lainnya. Hidrogen dianggap sebagai pembawa energi bersih di masa
depan untuk berbagai aplikasi seperti pada transportasi, industri, dan skala rumah tangga.
Hidrogen dapat diproduksi dengan berbagai metode, seperti reforming uap gas alam, oksidasi
parsial metanol, gasifikasi batubara, water splitting termokimia, elektrolisis pada temperatur
tinggi, water splitting foto-elektrokimia, dan water splitting dengan metode fotokatalisis.
Metode water splitting dengan bantuan fotokatalis dan sinar matahari yang
dimodelkan seperti proses fotosintesis merupakan salah satu metode produksi hidrogen yang
cukup menjanjikan. Metode ini telah menarik berbagai perhatian peneliti karena
mekanismenya yang sederhana serta biayanya yang rendah. Berbagai usaha telah dilakukan
untuk mengembangkan material fotokatalis atau kombinasinya dengan co-katalis redoks yang
sesuai. Dalam beberapa tahun terakhir, deposisi lapisan pelindung seperti Al2O3 dan TiO2
pada semikonduktor tidak stabil telah terbukti dapat meningkatkan stabilitas katalis tersebut
untuk waktu reaksi yang lebih lama karena gap band fotokatalisnya yang lebih pendek.
Namun, di satu sisi produksi hidrogen dari air menggunakan partikulat fotokatalisis
masih rendah, akibat rekayasa dan struktur yang kurang maksimal, efek plasmonik bahan,
dan doping elemental sehingga dibutuhkan upaya baru dalam meningkatkan efisiensi
produksi hidrogen dari air menggunakan sistem fotokatalis dua fasa yang terbentuk dari
integrasi bahan fototermal-fotokatalitik.
Mekanisme Produksi Hidrogen secara Fotokatalitik: Water Splitting
Metode fotokatalitik water splitting merupakan metode produksi hidrogen
terbaharukan yang berkelanjutan dan bersih. Metode ini pertama kali ditemukan oleh Honda
dan Fujishima pada tahun 1972 dan telah banyak diteliti serta diasumsikan sebagai metode
paling efisien dan hemat biaya dalam produksi hidrogen skala besar. Namun, untuk
implementasi skala besar tersebut, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh metode ini,
salah satunya adalah efisiensi konversi solar-to-hydrogen (STH) yang sejauh ini masih di
bawah 5%. Untuk memenuhi persyaratan komersial, efisiensi konversi STH ini harus
ditingkatkan menjadi 10%. Akan tetapi, meskipun penggunaan metode pemisahan air
fotokatalitik mencapai efisiensi konversi STH yang rendah, desain sistem dari metode ini
jauh lebih sederhana dan lebih murah serta lebih memungkinkan untuk ditingkatkan
skalanya—asalkan campuran produk hidrogen dan oksigen yang lembab dan stoikiometrik
dapat ditangani dengan aman di lapangan dan hidrogen dapat dipulihkan (Nishiyama et al.,
2021).
Konsep dasar metode photocatalytic water splitting ini adalah memecahkan molekul
air menjadi oksigen dan hidrogen dengan bantuan fotokatalis semikonduktor di bawah sinar
matahari. Dalam sistem ini, energi cahaya diubah menjadi energi kimia, dan elektron akan
berpindah dari pita valensi (VB) ke pita konduksi (CB), menghasilkan pasangan lubang
elektron fotoproduksi. Pasangan lubang elektron yang dihasilkan foto dapat menggerakkan
setengah reaksi fotokatalitik (Deng et al., 2019).
Reaksi keseluruhan: 2H2O → 2H2 + O2 (E > 1,23 eV)
Reaksi evolusi hidrogen: 2H+ + 2e- → H2 + 2OH- acidic aqueous
solution
2H2O + 2e- → H2 + 2OH- alkaline aqueous solution
Reaksi evolusi oksigen: 2H2O → O2 + 4e- + 4H+ acidic aqueous solution
4OH- → O2 + 4e- + 2H2O alkaline aqueous solution
Secara keseluruhan, reaksi tersebut bersifat sangat endotermik dengan nilai energi Gibb’s
sebesar 237 kJ/mol. Tahapan utama proses water splitting adalah sebagai berikut:
1. Absorpsi foton dan generasi exciton pada fotokatalis semikonduktor
2. Separasi dan migrasi pasangan elektron-hole ke permukaan semikonduktor
3. Reduksi dan oksidasi untuk membentuk H2 dan O2 dari air.
Total efisiensi konversi STH dapat dihitung dengan rumus berikut:
Skema mekanisme photocatalytic water splitting dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Mekanisme photocatalytic water splitting


(Sumber: Lakhera, S.K., 2021)

Kemampuan redoks semikonduktor bergantung pada keadaan energi tertinggi dari VB


dan keadaan energi terendah dari CB. Nilai CB harus lebih negatif daripada tingkat produksi
hidrogen (𝐸𝐻2/𝐻2O) untuk mengkatalisis reduksi air menjadi hidrogen, dan VB harus lebih
positif daripada tingkat oksidasi air (𝐸𝑂2/𝐻2O) untuk mengoksidasi air dalam kondisi proses
yang realtif kurang diinginkan. Energi minimum yang dibutuhkan untuk menggerakkan
reaksi di mana dua mol foton bertabrakan adalah 1,23 eV. Efisiensi produksi hidrogen
fotokatalitik melalui proses pemisahan air relatif rendah karena rekombinasi cepat pasangan
lubang elektron fotogenerasi, ketidakmampuan untuk memanfaatkan cahaya tampak dari
banyak fotokatalis, dan kemungkinan reaksi balik dengan rekombinasi cepat hidrogen dan
oksigen (Deng et al., 2019).

Mekanisme Produksi Hidrogen secara Fotokatalitik: Sistem Bifasa


(Guo et al., 2021) akan melakukan desain sistem fotokatalisis yang efisien dan hemat
biaya yang terbuat dari bahan integrasi fototermal-fotokatalis yang dapat dengan mudah
mengubah air menjadi uap air melalui efek transpirasi dari substrat arang. Uap yang
dihasilkan juga akan secara bersamaan terbagi menjadi hidrogen oleh bahan fotokatalis yang
dimuat pada arang di bawah pencahayaan matahari tanpa energi tambahan. Berbeda dengan
metode sebelumnya, sistem dua fasa fototermal-fotokatalis ini dapat menurunkan resistansi
transportasi gas hidrogen pada sistem secara kinetik hampir 2 kali lipat. Desain yang
digunakan juga dapat menurunkan tahanan antarmuka saat proses adsorpsi molekul uap air ke
fotokatalis. Dalam penelitian ini, sistem bifase seperti itu secara signifikan meningkatkan laju
produksi hidrogen fotokatalitik hingga 220,74 μmol h−1 cm−2 untuk sistem kayu/CoO dan
3271,49 μmol h−1 cm−2 untuk hetero - fotokatalis kayu/CuS–MoS2.

Evaluasi Performa Aktivitas Fotokatalitik untuk Evolusi Hidrogen


Berbagai kriteria telah digunakan untuk mengevaluasi aktivitas fotokatalitik dari
fotokatalis untuk evolusi hidrogen. Secara umum, dalam reaksi pemisahan air fotokatalitik
dan evolusi hidrogen, laju evolusi H2 berbasis waktu (μmol) merupakan indeks penting untuk
mengevaluasi aktivitas fotokatalitik fotokatalis. Untuk membandingkan efisiensi fotokatalis,
penting untuk mengevaluasi efisiensi fotokatalitik dalam kondisi produksi hidrogen standar.
Misalnya, bejana reaksi serupa, sumber cahaya, filter, suhu, dll. Parameter lain seperti
Quantum Efficiency (QY), Apparent Quantum Efficiency (AQY), Incident Photon Current
Efficiency (IPCE) dan Absorbed Photon Current Efficiency (APCE) menentukan jumlah
energi matahari yang digunakan untuk pemisahan air atau HER., yang digunakan untuk
memperkirakan hubungan antara intensitas cahaya dan luas permukaan melalui normalisasi
(Deng et al., 2019).
Laju evolusi H2 berbasis waktu dapat dihitung menurut persamaan (1): (Deng et al.,
2019)
𝐴
𝑄= 𝑉𝑚× 𝑀 × 𝑇
(1)

dimana Q adalah jumlsh hidrogen aktual (mmol g-1 h-1), A adalah luas puncak aktual
hidrogen (L), dan Vm adalah volume molar standar (22,4 L mol-1), M adalah massa katalis (g),
dan t adalah waktu (h).
Hasil kuantum keseluruhan untuk pembentukan O2 dan H2 ditunjukkan pada
persamaan (2) dan (3): (Deng et al., 2019)
(2 × 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑒𝑣𝑜𝑙𝑣𝑒𝑑 𝐻2 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑐𝑢𝑙𝑒𝑠
Overall quantum yield (%) = 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑖𝑛𝑐𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡 𝑝ℎ𝑜𝑡𝑜𝑛𝑠
× 100(for H2 evolution)
(4 × 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑒𝑣𝑜𝑙𝑣𝑒𝑑 𝑂2 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑐𝑢𝑙𝑒𝑠
Overall quantum yield (%) = 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑖𝑛𝑐𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡 𝑝ℎ𝑜𝑡𝑜𝑛𝑠
× 100(for O2 evolution)

Perkembangan Material Kombinasi/Modifikasi Fotokatalis untuk Produksi Hidrogen


1. Ciri-ciri Fotokatalis yang Baik untuk Produksi Hidrogen
Agar bahan fotoaktif efektif, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seperti (1)
stabilitas, (2) biaya rendah, (3) kelimpahan, (4) efisiensi, (5) celah pita yang sesuai, (6)
ketahanan korosi, dan (7) kemampuan produksi skala besar serta (8) kemampuan untuk
didaur ulang (Dincer, I., 2018; Zeng et al., 2016)

2. Sejumlah katalis yang digunakan untuk produksi hidrogen secara fotokatalitik.

No. Katalis Bentuk Bahan Reaktor Referensi


Baku

1. Pt/brookite - Air Laut - Zhang et al.,


TiO2 (2022)

2. Pt/anatase - Air Laut - Zhang et al.,


TiO2 (2022)

3. Pt/rutile - Air Laut - Zhang et al.,


TiO2 (2022)

4. SrTiO3 Lembaran Air Suling Reaktor Nishiyama et


(sheets) Panel 100 m2 al., (2021)

5. Pd-TiO2 Nanopartikel - Photo-CREC Rusinque et al.,


Water-II (2021)
Reactor

6. Au/g-C3N4/ Nanokomposit Air Pyrex Zeng et al.,


NiFe2O4 reaction cell (2016)

7. Kayu - Air Laut - Guo et al.,


Arang/ CoO (2021)
3. Perkembangan lebih lanjut pada riset kombinasi/modifikasi fotokatalis
Saat ini, TiO2 menjadi fotokatalis yang paling sering digunakan untuk memproduksi
Hidrogen karena stabilitasnya, resistensinya terhadap korosi, tidak menghasilkan polutan,
ketersediaan di alam, dan biayanya yang rendah. Namun, fotokatalis TiO2 terlimitasi oleh
band gap yang luas. Sebagai alternatif, fotokatalis TiO2 dapat disintesis dan dimodifikasi
dengan menambahkan logam mulia untuk mengecilkan band gap untuk pemanfaatan sinar
matahari yang lebih baik. Salah satu contohnya dapat ditambahkan logam Palladium sehingga
dapat meningkatkan efisiensi pembentukan Hidrogen, membentuk situs fotokatalis tambahan
di mana Hidrogen dan produk intermediet terbentuk.

4. Strategi Peningkatan Performa Fotokatalis untuk Produksi Hidrogen


4.1 Modifikasi bahan fotokatalis
a) Kayu arang dengan doping CoO (kobalt (II) oksida).
Pada paper (Guo et al., 2021), penulis membuat fotokatalis terbuat dari kayu
arang yang di doping dengan CoO (kobalt (II) oksida). Penelitian menunjukkan
bahwa sistem memiliki absorbansi cahaya yang tinggi dibandingkan kayu murni
sehingga menunjukkan sistem kayu/CoO dapat menggunakan energi dari cahaya
matahari. Sistem kayu/CoO juga menunjukkan peningkatan produksi hidrogen
sebesar 5776 μmol h−1 g−1 sebanyak 17 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kayu
murni, dipelajari juga pengaruh intensitas cahaya terhadap respon fotokatalis sistem
kayu/CoO dimana pada gambar 2 ini terlihat peningkatan laju produksi hidrogen. Hal
ini dikarenakan suhu yang naik mempengaruhi sistem katalis sehingga dapat
meningkatkan laju produksi hidrogen secara eksponensial. Selain itu sistem dua fasa
kayu /CoO menunjukkan aktivitas fotokatalitik yang stabil.

Gambar 2. Grafik hubungan antara intensitas cahaya dengan laju produksi hidrogen
(Sumber: Guo et al., 2021)
Sistem ini juga menunjukkan universalitas untuk katalis lain seperti MoS2, C3N4,
dan TiO2 juga menunjukkan hasil laju produksi sebesar 155.77, 95.54, and 59.87 μmol
h−1 cm-1 secara berurutan. Digunakan juga heterokatalis Cu-MoS2 menunjukkan lajur
produksi hidrogen 16 kali lebih besar daripada sistem 3 fasa.

b) Fotokatalis Plasmonik Au/g-C3N4/NiFe2O4

Gambar 3. Aktivitas fotokatalitik sampel hasil sintesis (0,01 g) dalam larutan berair suspensi
(70 mL) yang mengandung 10% (v/v) trietha-nolamine di bawah iradiasi cahaya tampak (𝛌> 420 nm)
(Sumber: Zeng et al., 2016)

Penelitian oleh Zeng et al., (2016) telah membuktikan bahwa nanokomposit


Au/g-C3N4/NiFe2O4 berhasil menunjukkan fotoaktivitas yang digerakkan oleh cahaya
tampak (visible-light-driven phoactivity) yang signifikan untuk produksi hidrogen.
Laju pembentukan hidrogen tertinggi sebesar 1,607 mmol g-1h-1 dicapai dengan
loading AuNP 1,0% berat dalam nanokomposit terner Au/g-C3N4/NiFe2O4 yang
merupakan 30,9 kali dan 28,7 kali lebih tinggi dari nilai NiFe2O4 murni dan g-C3N4
murni. Selain itu, nanokomposit biner g-C3N4/NiFe2O4 yang dioptimalkan dengan
NiFe2O4 digabungkan pada 49,4% menunjukkan laju pembentukan hidrogen sebesar
0,351 mmol g-1h-1 atau sekitar 4,3 kali lebih rendah dibandingkan dengan
nanokomposit terner. Penelitian ini menarik karena komposisi nanokomposit dibuat
sedemikian rupa agar fotokatalis yang digunakan mampu menghasilkan hidrogen
(g-C3N4) sekaligus dapat di daur ulang atau dipulihkan dengan menggunakan
semikonduktor fotokatalis magnetik (NiFe2O4) dan aktif di bawah sinar tampak
(penambahan AgNPs). Mekanisme kerja yang diajukan oleh penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 3.

Gambar 4. Mekanisme proses fotokatalitik untuk produksi hidrogen melalui fotokatalis


Au/g-C3N4/NiFe2O4 yang digerakkan oleh cahaya tampak
(Sumber: Zeng et al., 2016)

Pembuatan fotokatalis g-C3N4 murni, NiFe2O4 murni, dan nanokomposit biner


g-C3N4/NiFe2O4 dilakukan dengan metode kalsinasi sederhana lalu dilanjutkan dengan
metode fotodeposisi untuk mencampurkan Au yang mudah. Karakterisasi yang
dilakukan berupa XRD, XPS, FTIR, TEM, spektrofotometer UV-Vis,
spektrofotometer fluoresensi, dan SEM-EDX. Analisis optik, struktur, permukaan, dan
unsur memverifikasi bahwa pembentukan struktur hetero yang terdefinisi dengan baik
di antara fase NiFe2O4, g-C3N4 dan AuNPs dalam nanokomposit hibrid. Sifat
fotokatalitik superior dari nanokomposit hibrid terner adalah karena (i) absorbansi
terlihat tinggi untuk produksi pembawa muatan, (ii) elektron yang ditangkap oleh
AuNPs menghasilkan pemisahan cepat, dan (iii) surface plasmon resonance (SPR)
AuNPs yang kuat memungkinkan generasi banyak pembawa di bawah iradiasi cahaya
tampak. Selain itu, mekanisme yang mungkin dari aktivitas fotokatalitik yang
ditingkatkan juga diusulkan secara tentatif berdasarkan hasil eksperimen. Dengan
demikian, fotokatalis plasmonik ternary Au/g-C3N4/NiFe2O4 hibrid adalah fotokatalis
yang sangat baik untuk memanfaatkan energi matahari sebaik-baiknya dan
pengembangan strategi yang efisien untuk produksi hidrogen.

4.2 Rekayasa Celah Pita/Band Gap


Strategi yang biasa dilakukan berkaitan dengan rekayasa celah pita untuk
mendapatkan pemisahan air fotokatalitik yang lebih efisien dengan menyesuaikan lokasi pita
posisi konduksi (CB) dan pita valensi (VB) yang sesuai.

4.3 Rekayasa Scale Up


Penelitian oleh Nishiyama et al., (2021) menggunakan sistem reaktor panel
berdasarkan partikulat strontium titanate yang dimodifikasi dan didoping aluminium.
Penelitian terdahulu yang mendukung sistem ini adalah penelitian oleh Jia et al., (2016)
yang menunjukkan bahwa sistem penggabungan sel surya dengan sistem elektrolisis
dapat meningkatkan efisiensi konversi energi solar-to-hydrogen (STH) sebesar 30% pada
skala laboratorium. Dengan konfigurasi sistem yang seperti ini, STH maksimum yang
dapat dicapai adalah sebesar 0,76%.
Pengujian sistem produksi hidrogen skala prototipe dibangun di Fasilitas
Penelitian Kakioka di Universitas Tokyo dengan menyusun 1.600 unit reaktor dimana
area penerimaan cahaya sebesar 625 cm2 per unit, dengan jarak celah antara jendela kaca
transparan ultraviolet dan lembaran fotokatalis disesuaikan menjadi 0,1 mm untuk
meminimalisir beban air dan mencegah akumulasi serta penyalaan api dari produk gas
oksihidrogen (Gambar 5a, 5b). Dalam sistem terdapat sebuah gubuk yang menampung
fasilitas pemisahan gas (ditunjukkan oleh kotak kuning) (Gambar 5c).
Gambar 5. a) Unit Reaktor Panel (625 cm2) b) Tampak Samping Struktur Unit
Reaktor Panel c) Tampilan overhead 100-m2

Dari penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa analisa untuk menentukan nilai
STH dan pemulihan hidrogen yang dihasilkan oleh unit prototipe yang diuji.
A) Menentukan nilai STH
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦 𝑎𝑠 𝑟𝐻2 𝑟𝐻2× △𝐺𝑟
STH = 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦 𝑜𝑓 𝑖𝑛𝑐𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡 𝑠𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑙𝑖𝑔ℎ𝑡
= 𝑃𝑠𝑢𝑛 × 𝑆

Dimana:
Psun : fluks energi dari sinar matahari yang datang (data diperoleh dari
instrumentasi stasiun cuaca dan piranometer)
S : area yang diradiasi
rH2 : tingkat produksi hidrogen
𝜟Gr : perubahan energi Gibbs untuk reaksi (237 kJ mol-1 untuk pemisahan
air secar keseluruhan dalam kondisi standar pada 298 K)
Data yang juga diperhitungkan di dalam perhitungan nilai STH harian di bawah
sinar matahari alami adalah jumlah harian radiasi matahari dan gas oksihidrogen yang
dikumpulkan di unit tangki penyimpanan gas.

B) Proporsi Pemulihan Hidrogen (Hydrogen Recovery Proportion)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑙𝑖ℎ𝑘𝑎𝑛
𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑢𝑙𝑖ℎ𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑠 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡 × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛

4. Tantangan Penggunaan Teknologi Fotokatalis dalam Produksi Hidrogen


Dalam buku the Comprehensive Energy Systems (2018), dijelaskan bahwa tantangan
biasanya berkaitan dengan tiga aspek, yaitu stabilitas, efisiensi, dan energetika. Stabilitas
cenderung dihubungkan dengan celah pita atau band gap. Kebanyakan material yang stabil
memiliki nilai celah pita yang terlalu besar untuk penyerapan cahaya yang efisien (~3 eV)
ataupun memiliki karakteristik semikonduktor yang kurang baik. Dikatakan pula bahwa nilai
celah pita yang dinyatakan efisien harus kurang dari 2,2 eV. Di sisi lain, efisiensi kuantum
untuk katalis oksida celah pita lebar lebih buruk pada kisaran sinar UV daripada kisaran sinar
tampak untuk katalis dengan celah pita rendah.
Dalam skala industri, terdapat dua masalah utama yang dihadapi ketika memproduksi
hidrogen dengan menggunakan fotokatalis, yaitu:
1) Efisiensi dipengaruhi oleh ukuran fotokatalis → ukuran besar dapat mengurangi
efisiensi. Akan tetapi, ketentuan dalam mengukur efisiensi, khususnya untuk
fotokatalis berukuran nano dan konfigurasi reaktor, masih kurang disepakati. Oleh
sebab itu, untuk fotokatalis berukuran nano perlu memperhatikan desain reaktor dan
pengurangan biaya untuk aplikasi skala besar.
2) Keberhasilan dalam melakukan scale up fotokatalis dari skala laboratorium ke skala
industri yang relevan.

Sementara itu, Zhang, J. et. al. (2022) merangkum tantangan dalam penelitian
produksi hidrogen secara fotokatalitik sebagai berikut:
1) Laju produksi masih kecil (umumnya kurang dari 700 μmol/g/h )
2) Perlu menemukan sacrificial agent yang lebih murah dan ramah lingkungan lataran
penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan produk fotokatalitik hidrogen
menggunakan sacrificial agent yang mahal dan tidak sustainable, seperti
sikloheksana.
3) Masih sedikit penelitian yang melaporkan stabilitas agen fotokatalis dan umumnya
stabilitasnya kurang memuaskan.
Metode Karakterisasi
Penelitian yang dilakukan oleh Zhang, J. et. al. (2022) menggunakan metode
karakterisasi katalis fotokatalitik seperti yang ada di bawah ini.
1. X-ray diffraction (XRD), digunakan untuk karakterisasi sifat material seperti struktur
kristal, ukuran kristalit, dan regangan.
2. Brunauer–Emmett–Teller (BET), digunakan untuk mengukur luas area permukaan
katalis.
3. Scanning Electron Microscopy (SEM), digunakan untuk struktur mikro atau
morfologi sebuah permukaan bahan.
4. Transmission electron microscopy (TEM), digunakan untuk struktur dalam bahan.
5. Powder X-ray diffraction, digunakan untuk mengidentifikasi fase kristal pada bahan.
6. X-ray photoelectron spectroscopy, digunakan untuk mengidentifikasi zat kimia yang
ada di permukaan.
7. Raman microspectrometer, digunakan untuk mengukur Raman spectrum dari bahan.
8. Fourier transform infrared (FT-IR) spectrometer, digunakan untuk identifikasi gugus
fungsi di permukaan.
9. Inductively coupled plasma atomic emission spectrometer, digunakan untuk analisis
jejak elemen.
10. Photoluminescence spectroscopy spectral spectrofluorometer dan electron spin
resonance, digunakan untuk mendeteksi radikal OH.
11. PL spectrofluorometer, digunakan untuk mengkaji rekombinasi elektron dan hole.

Untuk penelitian yang dilakukan oleh Guo et al.,(2021) beberapa metode karakterisasi
yang diperlukan adalah:
1. Morfologi sampel dikarakterisasi menggunakan scanning electron microscope (SEM)
dan transmission electron microscope
2. UTi80 thermal imager, untuk merekam radiasi thermal infrared
3. XPS Spektrometer digunakan untuk melihat XPS spektra kayu/CoO
4. Atomic Force Microscopy digunakan untuk mengestimasi suhu lokal katalis CoO NPs
5. Perkin Elmer Lambda 35 UV-Vis Spektrofotometer, untuk mengukur bulk water dari
kayu/CoO

Karakterisasi penggunaan lembaran fotokatalis yang dilakukan oleh Nishiyama et al.,


(2021) membutuhkan karakterisasi dengan menggunakan mikroskop digital (VHX-5000,
KEYENCE) yang dilengkapi dengan lensa zoom (VH-Z50L, KEYENCE) dengan lembaran
direndam dalam air murni dan dimiringkan pada sudut 45°. Selain itu, lensa zoom mikroskop
ditempatkan secara horizontal sedemikian rupa sehingga evolusi gelembung diamati dari
sudut 45° relatif terhadap permukaan lembaran fotokatalis. Lampu Xe digunakan untuk
menyinari lembaran secara vertikal selama percobaan berlangsung.

Kesimpulan dan Saran


Proses produksi hidrogen dengan menggunakan teknologi fotokatalis berpotensi untuk
dilakukan pada skala besar dengan mempertimbangkan banyak aspek seperti desain reaktor
dan efisiensi, stabilitas, dan energetika dari fotokatalis yang digunakan. Selain aspek
ekonomi, aspek keselamatan dari pembuatan prototipe reaktor ini harus dipertimbangkan
mengingat gas hidrogen yang mudah terbakar. Masih banyak ruang untuk melakukan
pengembangan dari peningkatan efisiensi hasil konversi dari sumber energi menjadi hidrogen
(STH). Oleh sebab itu, penelitian lebih lanjut masih dapat terus dilaksanakan sehingga dapat
menghasilkan konversi lebih dari batas 5% yang sudah pernah dikembangkan hingga saat ini.

Referensi
Deng, F., Zou, J.-P., Zhao, L.-N., Zhou, G., Luo, X.-B. and Luo, S.-L. (2019).
Nanomaterial-Based Photocatalytic Hydrogen Production. Nanomaterials for the
Removal of Pollutants and Resource Reutilization, [online] pp.59–82.
doi:https://doi.org/10.1016/b978-0-12-814837-2.00003-2.
Dincer, Ibrahim (2018). Comprehensive energy systems. Volume 1, Part A, Energy
fundamentals. Amsterdam, Netherlands: Elsevier Inc.
Guo, S., Li, X., Li, J. and Wei, B. (2021). Boosting photocatalytic hydrogen production from
water by photothermally induced biphase systems. Nature Communications, [online]
12(1). doi:https://doi.org/10.1038/s41467-021-21526-4.
Lakhera, S.K., Rajan, A., Rugma, T.P. and Bernaurdshaw, N., 2021. A review on particulate
photocatalytic hydrogen production system: Progress made in achieving high energy
conversion efficiency and key challenges ahead. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 152, p.111694.
Zeng, J., Song, T., Lv, M., Wang, T., Qin, J. and Zeng, H. (2016). Plasmonic photocatalyst
Au/g-C3N4/NiFe2O4 nanocomposites for enhanced visible-light-driven photocatalytic
hydrogen evolution. RSC Advances, 6(60), pp.54964–54975.
doi:https://doi.org/10.1039/c6ra08356k.
Zhang, J., Lei, Y., Cao, S., Hu, W., Piao, L. and Chen, X. (2021). Photocatalytic hydrogen
production from seawater under full solar spectrum without sacrificial reagents using
TiO2 nanoparticles. Nano Research, 15(3), pp.2013–2022.
doi:https://doi.org/10.1007/s12274-021-3982-y. ‌

Anda mungkin juga menyukai