Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN GAS BUANG CO2 DAN H2 MENJADI

METANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF ZERO EMISSION

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan emisi karbon dioksida(CO 2)
didunia meningkat. Emisi karbon dioksida (CO2) ke atmosfer menunjukkan bahaya
yang akan menyebabkan ancaman bagi lingkungan karena kontribusinya yang dapat
menimbulkan perubahan iklim dan pemanasan global(Yusuf & Almomani, 2023).
Menurut Badan Energi Internasional jumlah emisi CO2 dari seluruh dunia
menunjukkan bahwa emisi CO2 akan meningkat hampir 300 juta ton pada tahun 2022
menjadi 33,8 miliar ton kenaikan yang jauh lebih kecil daripada lonjakan hampir 2
miliar ton pada tahun 2021, Pada tahun ini diperkirakan peningkatan emisi CO 2
global akan jauh lebih besar lebih dari tiga kali lipat untuk mencapai hampir 1 miliar
ton. Indonesia berkomitmen mengurangi emisi karbon untuk menjaga kenaikan suhu
global dengan menaikkan target Enhanced Nationally Determined Contribution (E-
NDC) menjadi 32% atau setara dengan 912 juta ton CO 2 pada tahun 2030.
Sebelumnya, Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon 29% atau setara
dengan 835 juta ton CO2 ( Kementerian ESDM, 2022).
Upaya Indonesia mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau
lebih cepat, antara lain melalui Konversi BBM ke Liquefied Natural Gas (LNG),
penggunaan kompor listrik, pemanfaatan biofuel untuk menggantikan BBM dan
mengakselerasi instalasi rooftop solar panel dan melakukan pengurangan penggunaan
pembangkit listrik tenaga uap ( PLTU). Tidak hanya mengurangi akan tetapi
pemerintah juga menerapkan teknologi CCUS (Carbon Capture, Utilization, dan
Storage ) di sektor minyak dan gas bumi.
Penggunaan karbondioksida (CO2) sebagai bahan baku untuk sintesis bahan
kimia dan bahan bakar adalah cara yang menjanjikan untuk pengendalian emisi CO 2.
Di antara berbagai bahan kimia yang dipertimbangkan pembuatan metanol sebagai
bahan bakar cair berkualitas tinggi dan perantara semakin menarik perhatian. Katalis
aktif adalah kunci untuk metanol sintesa dari CO2. Hidrogenasi katalitik CO2 menjadi
metanol, pada saat ini menjadi topik hangat di seluruh dunia, dengan pesatnya
perkembangan hidrogen dan CO2 terbarukan (Lu et al., 2022). Metanol adalah bahan
kimia cair yang dapat digunakan sebagai (i) pelarut; (ii) bahan baku untuk
memproduksi bahan kimia seperti asam asetat, metiltert-butil eter (MTBE),
formaldehida, dan dimetil eter (DME), atau (iii) sebagai bahan bakar yang lebih
bersih di sektor transportasi. Di bidang transportasi, metanol murni dapat digunakan
langsung sebagai bahan bakar kapal atau kendaraan, atau dicampur dengan bensin
untuk penggunaan kendaraan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Ubong J.Etim, Lagu Yibing dan Zi Yi
Zhong pada tahun 2020 menyatakan bahwa dari aspek termodinamika, suhu rendah
dan tekanan tinggi merupakan kondisi yang menguntungkan untuk sintesis metanol
dari CO2 reduksi dengan hidrogen; namun, suhu rendah secara kinetik tidak
menguntungkan untuk memutus ikatan O–C–O dalam CO2 molekul. Temperatur
tinggi meningkatkan laju RWGS dan reaksi samping lainnya, sedangkan tekanan
tinggi secara ekonomis tidak layak. Sedangkan menurut Cui,dkk proses konversi
CO2, reaksi kondisi dapat mempengaruhi aktivitas hidrogenasi CO2 dan selektivitas
untuk berbagai produk hidrokarbon dengan mengendalikan luas reaksi. Suhu reaksi
yang lebih tinggi adalah menguntungkan untuk hidrogenasi CO 2 dan peningkatan
CH4 selektivitas, membutuhkan untuk menemukan suhu optimal untuk
menyeimbangkan konversi CO2 dan hasil hidrokarbon selektif (Cui et al., 2022).
Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat bahwa emisi CO 2 semakin
meningkat secara global maka perlu ditemukan teknologi untuk mengatasi atau
mengurangi emisi CO2 menjadi sumber energi terbarukan dengan cara melakukan
proses konversi gas buang CO2 dan hidrogen dengan menggunakan metode
hidrogenasi yang menghasilkan bahan bakar metanol dengan bantuan katalis aktif .
Temperatur yang digunakan dalam operasi unit peralatan pada 250-280 0C dan
tekanan yang digunakan sebasar 25 – 80 bar.

1.2. Tujuan Riset


Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Mengetahui pemanfaatan gas buang CO2 dengan H2 menjadi bahan bakar
metanol .
2. Mendapatkan hasil % yield yang tinggi dengan menggunakan bantuan katalis
3. Menganalisa metanol yang dihasilkan dari proses hidrogenasi antara CO2 dan
H2

1.3. Manfaat Riset


Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Bagi civitas akademik : Menumbuhkan minat dan kemampuan riset melalui
pemahaman metode dan analisis data dibidang energi baru dan terbarukan.
2. Bagi industri : Sebagai inovasi baru untuk mengendalikan emisi CO2 yang
dihasilkan dari proses industri dan dapat menghasilkan bahan bakar dan
produk baru dari emisi hasil industri .
3. Bagi pemerintah : sebagai alat yang dapat mengurangi emisi CO2 dan
menghasilkan bahan bakar alternatif serta dapat mewujudkan zero emission.

1.4. Urgensi Riset


Pada saat ini emisi CO2 mengalami peningkatan yang mengakibatkan gas rumah
kaca yang berakibat pada pemanasan global, maka dari itu penelitian ini untuk
melakukan pemanfaatan CO2 menjadi teknologi yang bisa dimanfaatkan sebagai
bahan bakar metanol.

1.5. Temuan Yang Ditargetkan


Dalam penelitian ini, temuan yang ditargetkan adalah mendapatkan hasil
metanol dengan kualitas dan efesien.
1.6. Kontribusi Riset
Penelitian ini memiliki kontribusi sebagai langkah atau alternatif untuk
mengurangi peningkatan emisi CO2 di indonesia atau secara global .

1.7. Luaran Riset


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Terciptanya bahan bakar metanol dari gas buang yang dapat mengurangi
peningkatan emisi CO2.
2. Laporan Kemajuan
3. Laporan akhir
4. Artikel Ilmiah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Emisi CO2


Karbon menjadi salah satu bahan yang terdapat di udara sebagai karbon
dioksida (CO2), di air sebagai CO2 terlarut, dan di tanah sebagai bebatuan karbonat.
Karbon adalah bahan dasar penyusun semua kehidupan, senyawa-senyawa ini
dimakan oleh konsumen, sehingga karbon berpindah-pindah dari tanaman ke hewan
dan dari hewan kembali lagi ke udara berupa gas. Karbon dioksida (CO 2) adalah gas
rumah kaca yang dipancarkan ke atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil
(minyak, batu bara, gas alam) pada kendaraan dan pembangkit listrik, dari banyak
proses industri, dan operasi rumah tangga, dll. Pada saat menerima CO 2 dari sumber-
sumber melalui berbagai proses yang menghasilkan emisi CO 2 bumi memanas,
sehingga dapat mengakibatkan pemanasan global(Etim et al., 2020).

Gambar 2.1 Proyeksi emisi CO2 per sektor ( Skenario KEN)


Emisi CO2 sektor pembangkit listrik pada tahun 2012 mencapai 32% dan turun
menjadi 21% pada tahun 2025 untuk skenario BAU. Peranan sektor industri dalam
emisi CO2 pada tahun 2012 adalah sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar kedua
disusul oleh sektor transportasi, masingmasing 29% dan 28%. Pangsa emisi CO2
untuk sektor industri pada tahun 2025 naik hingga mencapai 42% pada tahun 2025.
Tingginya emisi CO2 yang dihasilkan sektor industri akibat tingginya pemanfaatan
batubara dibanding pemanfaatan gas bumi dan BBM(Data et al., n.d.).

2.2. Hidrogenasi
Hidrogenasi merupakan reaksi antara hidrogen dengan senyawa organik. Reaksi
ini terjadi dengan penambahan hidrogen secara langsung pada ikatan rangkap dari
molekul yang tidak jenuh sehingga dihasilkan suatu produk yang jenuh. Proses
hidrogenasi merupakan salah satu proses penting dan banyak digunakan dalam
pembuatan bermacam-macam senyawa organik. Industri yang menggunakan proses
hidrogenasi antara lain adalah industri sorbitol, methanol, margarin, amonia dan lain-
lain.

Persamaan reaksi hidrogenasi katalitik :


CO2 + 3H2 ⇄ CH3OH + H2O ΔG (25◦C) = − 0.47 kJ mol− 1 (1) (Ghosh et al.,
2021)
CO2 + H2 ⇄ CO + H2O ΔG (25◦C) = 23.4 kJ mol− 1 (2) (Ghosh et al.,
2021)
CO2 + 4H2 ⇄ CH4 + 2H2O ΔG (25◦C) = − 130.8 kJ mol− 1 (3) (Ghosh et al.,
2021)
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses hidrogenasi antara lain:
1. Suhu
Hidrogenasi berjalan lebih cepat seiring dengan kenaikan suhu operasi. Kenaikan
suhu akan menurunkan kelarutan gas hidrogen dalam fasa cair namun meningkatkan
kecepatan reaksinya dimana 6 kenaikan suhu akan meningkatkan selektivitas. Reaksi
hidrogenasi merupakan reaksi eksotermis. Kenaikan suhu akan mempercepat reaksi
hingga dicapai titik optimum diman suhu optimum beragam untuk tiap produk reaksu
hidrogenasi.
2. Tekanan
Pada tekanan rendah, gas hidrogen yang terlarut dalam fase cair tidak dapat
menyelimuti permukaan katalis sedangkan pada tekanan tinggi, gas hidrogen telah
siap untuk menjenuhkan ikatan rangkap.
3. Pengadukan
Fungsi utama pengadukan adaalah untuk menyuplai hidrogen terlarut pada
permukaan katalis, dimana massa reaksi tersebut harus pula diaduk agar terjadi
distribusi panas ataupun pendinginan sebagai kontrol suhu dan distribusi suspensi
katalis dalam fase cair sebagai kontrol suhu dan distribusi suspensi katalis dalam fase
cair sebagai penyeragaman reaksi.
4. Konsentrasi Katalis
Kecepatan reaksi hidrogenasi meningkat seiring dengan peningkatan jumlah katalis
hingga suatu titik. Peningkatan jumlah katalis tersebut disebabkan oleh peningkatan
permukaan aktif dari katalis. Titik maksimum tercapai karena pada kadar sangat
tinggi, hidrogen tidak mampu terlarut cukup cepat untuk menyuplai jumlah katalis
yang tinggi.
5. Jenis Katalis
Pengunaan katalis dapat menurunkan tingkat aktivasi energi yang dibutuhkan,
sehingga mengakibatkan reaksi yang terjadi dapat berjalan lebih cepat atau terjadi
pada suhu reaksi yang lebih rendah. Pemilihan katalis memiliki pengaruh yang cukup
kuat terhadap kecepatan reaksi, selektivitas dan isomerisasi geometris(Ratna &
Mahendra, 2018).

2.3. Katalis
Katalis hidrogenasi heterogen terdiri dari dua jenis, didukung dan tidak
didukung, dengan kelompok sebelumnya dibagi lagi menjadi yang digunakan dalam
proses slurry dan yang digunakan dalam operasi unggun tetap. Katalis untuk proses
slurry biasanya berupa serbuk halus, sedangkan katalis fixed-bed biasanya berbentuk
silinder, bola, atau butiran dengan ukuran partikel . Katalis homogen adalah senyawa
logam yang larut dalam media reaksi. Senyawa-senyawa ini kadang-kadang
ditambatkan pada pendukung, yang tidak larut dalam media reaksi, dalam upaya
untuk menggabungkan fitur terbaik dari katalisis heterogen dan homogen.
Katalis hidrogenasi banyak dan sangat berbeda dalam aktivitas dan selektivitas.
Karakteristik katalitik ditentukan terutama oleh komponen logam utama. Untuk
hidrogénasi dari setiap gugus fungsi, logam dapat diurutkan ke dalam hirarki aktivitas
menurun, atau lebih umum ke dalam kategori baik, cukup, dan buruk. Pembagian
katalis ke dalam pengelompokan aktivitas adalah fitur utama dari pekerjaan ini.
Setelah pembagian ini diketahui, logam logis dapat dipilih dengan
mudah(RYLANDER, 1979).
Katalis mempunyai tiga komponen diantaranya komponen aktif, support dan
promotor. Pada Katalis CuO/ZnO/Al2O3 komponen Cu adalah komponen berperan
aktif dari katalis CuO/ZnO/Al2O3 yang mempunyai fungsi utama yaitu untuk
mempercepat dan mengarahkan reaksi. Pada Al2O3 termasuk pada komponen
support yang fungsinya mempuerluas permukaan pada Cu, dan ZnO termasuk
komponen Promotor yang fungsinya untuk mengurangi proses pengumpalan pada Cu.

2.4. Metanol
Dalam industri pada saat ini, masih banyak menggunakan bahan bakar dari fosil.
Tetapi seiring pengembangan teknologi ditemukan beberapa bahan bakar dari proses
konversi salah satunya adalah metanol. Metanol merupakan senyawa kimia dengan
rumus CH3OH dengan berat molekul 32,043 g/mol serta berwujud cair pada tekanan
atmosfer dan temperatur lingkungan. Metanol memiliki titik lebur sebesar -97,6°C
dan titik didih sebesar 64,7°C. Selain itu, metanol mempunyai sifat mudah menguap,
mudah terbakar, tidak bewarna dan beracun dengan bau yang khas. Metanol sering
digunakan sebagai bahan baku dalam produksi asam asetat, metil tersier- butil tersier,
formadehilda, atau sebagai bahan bakar(Chen et al., 2019).

Gambar 2.4 Struktur Metanol

BAB III. METODE RISET


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2022 sampai dengan bulan Juni
2022 di Laboratorium Teknik Energi Politeknik Negeri Sriwijaya. Berikut adalah
uraian tahapan dan tempat penelitian:
1. Persiapan bahan baku
Tempat : Laboratorium Teknik Energi Politeknik Negeri Sriwijaya
2. Pelaksanaan running alat dan pengambilan data
Tempat : Laboratorium Teknik Energi Politeknik Negeri Sriwijaya
3. Analisa hasil penelitian
Tempat : Laboratorium Teknik Energi Politeknik Negeri Sriwijaya
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian konversi CO2 menjadi bahan bakar
metanol melalui proses hidrogenasi dapat dilihat pada tabel 3.2.1.
Tabel 3.2.1 Alat pada Unit Hidrogenasi
Alat Jumlah
Reaktor 1 unit
Mixer 1 unit
Furnace 1 unit
Seperator 1 unit
Kondensor 1 unit
Chiller 1 unit

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. CO2
2. Gas Hidrogen
3. Katalis Cu/ZnO/Al2O3
3.3 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini akan menggunakan variabel tetap dan varibel Bebas dengan
beberapa perbandingan sebagai berikut :
Tabel 3.3 Variabel Penelitian
Variabel Tetap Variabel Bebas Perbandingan
Variabel
Laju alir CO2 dan H2 Temperatur 1:2, 2:1 ,3:1
Lajur alir CO2 dan H2 Tekanan 1:2, 2:1 ,3:1
Laju alir CO2 dan H2 Rasio Katalis 1:2, 2:1 ,3:1

3.4 Tahapan Penelitian


3.4.1. Pra – Penelitian
Tahap ini meliputi persiapan alat dan bahan yang diperlukan.
3.4.2. Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini meliputi pembuatan unit hidrogenasi yang digunakan untuk proses
reaksi, pencampuran, pemanasan, hidrogenasi CO2, kondensasi dan pengecekan
rendemen
3.4.3. Pasca- Penelitian
Tahap ini meliputi analisis data yang telah dihasilkan dan penyusunan laporan.

3.5 Prosedur Penelitian

Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian

3.6 Luaran dan Indikator Capaian


Luaran dan indikator capaian dari penelitian ini adalah mendapatkan
produk metanol dengan %yield dan memiliki nilai kalor yang tinggi.

3.7. Metode Analisis


Teknik analisis data yang digunakan yaitu melihat perbandingan antara
laju alir bahan baku dengan temperatur, tekanan dan rasio katalis, menganalisis
nilai %yield yang tekandung dalam metanol dan rendemen yang didapatkan
pada produk dan melakukan analisa nilai kalor pada ketiga perlakukan.

3.8. Penafsiran Penelitian


Pada penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif yaitu
eksperimen. Menurut Sugiyono (2011:72) menyatakan bahwa metode
eksperimen adalah metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
perlakuan tertentu dengan yang lain dalam kondisi yang dikendalikan. Teknik
pengumpulan data ini yaitu observasi. Menurut Narimawati (2017,2)
menyatakan bahwa observasi adalah metode pengumpulan data melalui
pengamatan serta pencatatan oleh pengumpul data terhadap peristiwa yang
diteliti pada objek penelitian. Pada penelitian ini dilakukan dengan cara
mengamati kualitas metanol yang dihasilkan. Berikut contoh tabel pengamatan:

Laju Alir Temperatur Tekanan Volume


Bahan Produk (mL)
Baku
200 m/s 260 0C 30 bar 500 mL
250 m/s 280 0C 50 bar 700 mL
Tabel 3.8 Pengamatan kualitas metanol
3.9. Kesimpulan Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan perlakuan terbaik jika
dilihat dari karakteristik yang memiliki nilai kalor dan %yield yang tinggi
dibandingkan dengan metanol dengan menggunakan katalis jenis lain.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Energi Internasional. Tinjauan Energi Global 2021. Global Energy Rev 2020
2021.
Kementerian ESDM. 2022. Tekan Emisi Karbon, Indonesia Naikkan Target E-NDC
Jadi 32 Persen. Diakses pada tanggal 20 Februari 2023 pada artikel :
https://migas.esdm.go.id/post/read/tekan-emisi-karbon-indonesia-naikkan-target-
e-ndc-jadi-32-persen.
Chen, Y. H., Wong, D. S. H., Chen, Y. C., Chang, C. M., & Chang, H. (2019).
Design and performance comparison of methanol production processes with
carbon dioxide utilization. Energies, 12(22). https://doi.org/10.3390/en12224322
Cui, L., Liu, C., Yao, B., Edwards, P. P., Xiao, T., & Cao, F. (2022). A review of
catalytic hydrogenation of carbon dioxide: From waste to hydrocarbons.
Frontiers in Chemistry, 10(October), 1–25.
https://doi.org/10.3389/fchem.2022.1037997
Data, P., Teknologi, D. A. N., Dan, E., Daya, S., Energi, K., Sumber, D. A. N., &
Mineral, D. (n.d.). GAS RUMAH KACA.
Etim, U. J., Song, Y., & Zhong, Z. (2020). Improving the Cu/ZnO-Based Catalysts
for Carbon Dioxide Hydrogenation to Methanol, and the Use of Methanol As a
Renewable Energy Storage Media. Frontiers in Earth Science, 8(September), 1–
26. https://doi.org/10.3389/fenrg.2020.545431
Ghosh, S., Sebastian, J., Olsson, L., & Creaser, D. (2021). Experimental and kinetic
modeling studies of methanol synthesis from CO2 hydrogenation using In2O3
catalyst. Chemical Engineering Journal, 416, 129120.
https://doi.org/10.1016/j.cej.2021.129120
Lu, Z., Wang, J., Sun, K., Xiong, S., Zhang, Z., & Liu, C. jun. (2022). CO2
hydrogenation to methanol over Rh/In2O3–ZrO2 catalyst with improved
activity. Green Chemical Engineering, 3(2), 165–170.
https://doi.org/10.1016/j.gce.2021.12.002
Ratna, D. P., & Mahendra, P. P. (2018). Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol
Menggunakan Katalis Berbasis Nikel.
RYLANDER, P. (1979). Hydrogenation Catalysts, Reactors, and Reaction
Conditions. The Catalytic Hydrogenation in Organic Syntheses, 1–12.
https://doi.org/10.1016/b978-0-12-605355-5.50004-5
Yusuf, N., & Almomani, F. (2023). Highly effective hydrogenation of CO 2 to
methanol over Cu / ZnO / Al 2 O 3 catalyst : A process economy &
environmental aspects. Fuel, 332(P1), 126027.
https://doi.org/10.1016/j.fuel.2022.126027

Anda mungkin juga menyukai