Abstrak. Pada tahun 2022, Indonesia menempati peringkat ke-6 sebagai negara dengan penghasil emisi karbon
terbesar di sektor energi yang mencapai 691.97 juta ton CO2. Oleh karena itu, pemerintah mendeklarasikan
Nationally Determined Contribution (NDC) sebagai komitmen untuk menaikkan target pengurangan emisi karbon dari
29% menjadi 31.89% dengan kemampuan sendiri dan menjadi 43.2% dengan dukungan internasional pada tahun
2030. Sebagai bentuk langkah serius, Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2060.
Net zero emissions merupakan langkah yang diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang sebagian besar
berasal dari energi yang digunakan. Tidak hanya itu, pada sektor pelabuhan, International Maritime Organization
menetapkan untuk pengurangan emisi karbon sebesar 50% pada tahun 2050. Komitmen yang dibentuk oleh
pemerintah dan organisasi internasional mendorong pemerintah untuk menekan penggunaan bahan bakar yang
memicu emisi gas karbon, salah satunya adalah perwujudan green port. Green port merupakan sebuah sistem
pelabuhan yang mengintegrasikan metode ramah lingkungan dalam aktivitas operasional dan manajemen di
pelabuhan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi sumber daya di sekitar, meningkatkan manajemen
lingkungan dan kualitas lingkungan alam, dan mengurangi dampak negatif dari lingkungan dengan menggunakan
renewable energy. Energi terbarukan atau renewable energy yang dapat digunakan bisa berasal dari OTEC (Ocean
Thermal Energy Conversion). OTEC merupakan teknologi untuk memperoleh energi dari perbedaan suhu antara
permukaan laut dan dasar laut menggunakan prinsip kerja turbin dan siklus termodinamika. Air hangat dari
permukaan akan dipompa untuk menguapkan fluida kerja sehingga mengalami kenaikan tekanan yang dapat
memutar turbin sehingga menghasilkan listrik. Uap yang telah melewati turbin akan bertekanan rendah dan
dikondensasi oleh air dingin yang berasal dari laut dalam. Hasil dari pergerakan turbin ini tidak menghasilkan emisi
karbon berbahaya seperti COx¬, NOx, atau SOx. Teknologi OTEC dapat menghasilkan daya sekitar 100-500 MW yang
mampu menunjang kebutuhan aktivitas pelabuhan seperti di Pelabuhan Tanjung Perak yang menggunakan daya
sebesar 14 MW dan 90 MW untuk kegiatan operasional Pelabuhan Patimban. OTEC memiliki potensi sebagai
renewable energy untuk mewujudkan green port di Indonesia.
1. Pendahuluan
Pada tahun 2022, Indonesia telah menempati peringkat ke-6 sebagai negara penghasil emisi karbon
terbesar di sektor energi yang mencapai 691.97 juta ton CO2 [12]. Dari emisi karbon tersebut, sektor energi
mampu mendominasi sebagai penyumbang emisi terbesar di Indonesia dengan persentase 50.6% (potensi
sebesar 1 Giga Ton CO2eq) dan diprediksi dapat mencapai 1.4 Giga Ton CO2eq [2]. Hal ini tentu saja jika
dibiarkan akan merugikan lingkungan dan masyarakat sekitar. Dapat dilihat salah satu efek akibat emisi
karbon ini adalah kualitas udara Indonesia yang saat ini memburuk hingga mencapai ranking 26 sebagai
negara dengan kualitas udara terburuk pada tahun 2022 [6]. Indonesia telah mencapai polusi PM2.5 yang
dapat menyebabkan berbagai gangguan saluran pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA),
kanker paru-paru, kardiovaskular, kematian dini, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis [15]. Untuk
menekan sumbangan emisi karbon, pemerintah mendeklarasikan Nationally Determined Contribution
1
Tripatra Paper Competition 2023
(NDC) sebagai komitmen untuk menaikkan target pengurangan emisi karbon dari 29% menjadi 31%
dengan kemampuan sendiri dan menjadi 43.2% dengan dukungan internasional pada tahun 2030 [14].
Selain itu, Indonesia juga menargetkan net zero emissions yaitu langkah yang diambil untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca yang sebagian besar berasal dari energi yang digunakan pada tahun 2060 [14].
Selama ini, sektor energi merupakan sektor yang menunjang seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Penggunaan listrik dan bahan bakar yang digunakan baik di sektor industri maupun masyarakat tidak lepas
dari energi. Hal tersebut juga mempengaruhi pelabuhan dimana dalam menjalankan sebuah pelabuhan
diperlukan energi yang tidak sedikit untuk menunjang aktivitas pelabuhan. Akibat dari sektor energi yang
masih menggunakan bahan bakar yang menghasilkan emisi karbon, International Maritime Organization
menetapkan untuk pengurangan emisi karbon sebesar 50% pada tahun 2050 [8]. Komitmen yang dibentuk
oleh pemerintah dan organisasi internasional mendorong pemerintah untuk menekan penggunaan bahan
bakar yang memicu emisi gas karbon, salah satunya adalah perwujudan green port. Green port adalah
sebuah sistem pelabuhan yang mengintegrasikan metode ramah lingkungan dalam aktivitas operasional
dan manajemen di pelabuhan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi sumber daya di sekitar,
meningkatkan manajemen lingkungan dan kualitas lingkungan alam, dan mengurangi dampak negatif dari
lingkungan dengan menggunakan renewable energy [13]
Energi terbarukan atau renewable energy yang dapat digunakan bisa berasal dari OTEC (Ocean Thermal
Energy Conversion). OTEC memanfaatkan energi matahari yang diserap lautan dan dengan pertukaran
panas antara air hangat di permukaan laut dengan air dingin di laut dalam dana mengubah panas menjadi
listrik dengan menngunakan prinsip kerja turbin dan siklus termodinamika. Perbedaan suhu ideal yang
dapat menggerakkan sistem OTEC berkisar pada 26°C yang mana sangat melimpah di Indonesia yang
merupakan kawasan tropis [5]. Oleh karena itu, OTEC dapat menjadi pertimbangan sebagai sumber energi
terbarukan untuk aktivitas pelabuhan.
2. Metodologi
2.1 Prinsip Kerja OTEC
Prinsip kerja OTEC menggunakan prinsip kerja termodinamika yang menggunakan perbedaan suhu.
Air yang berada di permukaan laut menyerap panas matahari sehingga dapat mencapai suhu 28°C
yang konstan siang dan malam setiap bulan sedangkan air laut menjadi semakin dingin seiring dengan
bertambahnya kedalaman laut. Temperatur air dapat mencapai 4°C akibat akumulasi dari air dan es
yang mencair dari daerah kutub. Hal ini yang menyebabkan perbedaan suhu mencapai 22°C yang
ketersediaannya melimpah di Indonesia sehingga dapat digunakan untuk pembangkit listrik tenaga
terbarukan yaitu OTEC [11]. OTEC menggunakan perbedaan suhu di air laut untuk menggerakkan
fluida kerja sebagai bahan bakar dalam penggerak turbin. Dalam sistem OTEC terdapat dua siklus yaitu
siklus terbuka dan siklus tertutup. Dalam siklus terbuka, air hangat yang berasal dari permukaan laut
diuapkan dalam suatu evaporator untuk menghasilkan uap air dengan tekanan yang sangat rendah
dan akan menggerakkan turbin uap yang menghidupkan generator sehingga akan menghasilkan listrik.
Setelah melewati turbin, uap akan dimanfaatkan dan dialirkan ke sebuah kondensor yang
menghasilkan air tawar. Kondensor didinginkan oleh air laut yang beras dari laut dalam. Dalam siklus
tertutup, air permukaan yang hangat dipompa ke evaporator dimana energi panas dilepaskan kepada
fluida kerja seperti amonia yang akan berubah menjadi gas dengan tekanan 8.7 bar dan ±21°C sehingga
dapat menggerakkan turbin. Turbin yang berputar menggerakkan generator listrik yang dapat
menghasilkan energi listrik. Gas amonia akan meninggalkan turbin pada tekanan 5.1 bar dan suhu
2
Tripatra Paper Competition 2023
±11°C yang kemudian akan dibawa ke kondensor. Dalam kondensor, gas amonia akan berubah bentuk
menjadi cair dari suhu yang dibawa oleh air laut dalam [11].
Gambar 1. Prinsip Konversi Energi Panas Laut (Siklus Terbuka) (Mamahit, C.E.J. 2011)
Gambar 2. Prinsip Konversi Energi Panas Laut (Siklus Tertutup) (Mamahit, C.E.J. 2011)
3
Tripatra Paper Competition 2023
Analisis potensi OTEC menggunakan penelitian yang dilakukan Adiputra, R., dkk. (2019), dengan
melakukan perhitungan daya, tekanan, dan energi yang berlangsung selama proses kerja OTEC hingga
menghasilkan daya. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
• Gross Electrical Power
3𝜌𝑐𝑄𝑐𝑤 𝛾𝜀𝑡𝑔 (∆𝑇)2
𝑃𝑔 = (1)
16(1 + 𝛾)𝑇𝑤
Dengan 𝜌 adalah densitas air laut dalam kg/m3, 𝑐 adalah kalor jenis air laut yaitu 4 kJ/kg
K, 𝑄𝑐𝑤 adalah debit air dingin dalam m3, 𝛾 adalah rasio laju aliran air hangat dengan air dingin, 𝜀𝑡𝑔
adalah efisiensi generator turbin, dan ∆𝑇 adalah perbedaan suhu antara air hangat dengan air
dingin.
• Net Power Output
𝜌𝑐𝑄𝑐𝑤 𝜀𝑡𝑔 3𝛾(∆𝑇)2 2 𝛾 2.75 2
𝑃𝑛 = ( − 0.18(∆𝑇𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 ) − 0.12 ( ) (∆𝑇𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 ) ) (2)
8𝑇𝑤 2(1 + 𝛾) 2
• Working Fluid Pumping Power
𝐸𝑤𝑓 = 𝑚𝑤𝑓 ∆𝑃𝑤𝑓 𝑔/𝜂𝑤𝑓𝑝
(3)
Dengan 𝑚𝑤𝑓 adalah massa fluida kerja yang ditransportasikan melalui pipa, g adalah
percepatan gravitasi, dan 𝜂𝑤𝑓𝑝 adalah efisiensi dari pompa fluida, dan ∆𝑃𝑤𝑓 adalah perbedaan
tekanan total antara kondenser dan evaporator.
• Total Pressure Difference of the Working Fluid Piping Modified
∆𝑃𝑤𝑓 = (∆𝑃𝑤𝑓 )𝑆 + (∆𝑃𝑤𝑓 )𝑝 + (∆𝑃𝑤𝑓 )𝑐 (4)
• Saturation Pressure Difference between Condenser and Evaporator
(∆𝑃𝑤𝑓 )𝑆 = 𝑃𝑒 − 𝑃𝑐 /𝜌𝑤𝑓 𝑔 (5)
Dengan 𝜌𝑤𝑓 adalah densitas dari fluida kerja
• Sum of the Pressure Diefference on the Straight Pipes
(∆𝑃𝑤𝑓 )𝑝 = (∆𝑃𝑤𝑓 )𝑺𝑷 + (∆𝑃𝑤𝑓 )𝐵 (6)
Dimana
𝟏.𝟖𝟓 (7)
𝑽𝒘𝒇
(∆𝑷𝒘𝒇 )𝑺𝑷 = 𝟔. 𝟖𝟐𝑳𝒘𝒇 /𝑫𝟏.𝟏𝟕
𝒘𝒇 ( )
𝑪𝒘𝒇
Dengan 𝑳𝒘𝒇 adalah panjang dari pipa fluida kerja, 𝐷𝒘𝒇 adalah diameter dari pipa fluida
kerja, 𝑉𝒘𝒇 adalah kecepatan dari fluida kerja, 𝐶𝑤𝑓 koefisien kekasaran dari pipa.
• Sum of the Pressure Difference on the Bending Loss
2
(∆𝑃𝑤𝑓 )𝐵 = (𝛾𝐼 + 𝛾𝑉 + 𝛾𝑆 + 𝛾𝐽 + 𝛾𝑂 + 𝛾𝐸 + 𝛾𝐷 + 𝛾𝑅 )𝑉𝑤𝑓 /2𝑔 (8)
Dengan 𝛾 adalah koefisien kehilangan dengan indeks I untuk inlet, V untuk katup, S untuk
memisahkan, J untuk sendi, O untuk outlet, E untuk lengan, D untuk difuser, dan R untuk reducer.
• Pressure Difference of the Working Fluid inside the Condenser
2
(∆𝑃𝑐𝑤 )𝐶 = 𝑎𝑐 × 𝑉𝑤𝑓 /2𝑔 × 𝑙𝑐 /(𝐷𝑒𝑞 )𝐶 (9)
Dengan 𝑎𝑐 adalah koefisien yag tergantung pada bilangan Reynolds dalam fluida kerja di
−1.21
kondenser yaitu 6.19 × 106 𝑅𝑒𝑤𝑓 dan 𝑙𝑐 adalah panjang dari plat kondenser, dan (𝐷𝑒𝑞 )𝐶 adalah
diameter ekuivalen dari kondenser.
• Seawater Pumping Power
4
Tripatra Paper Competition 2023
5
Tripatra Paper Competition 2023
Thickness of Thickness of
Average
Riser Length (m) Fiber-Glass Syntactic Foam
Thickness (cm)
Layer (cm) (cm)
Cold water inlet 800 16 2 14
(CWP inlet)
Cold water outlet 40 8 0.8 7.2
(CWP outlet)
Warm water inlet 20 6 0.5 5.5
(WWP inlet)
Warm water outlet 40 8 0.8 7.2
(WWP outlet
6
Tripatra Paper Competition 2023
Tabel 4. Analisis Ukuran Tangki Air Laut (Adiputra, R., dkk. 2019)
Variation of Seawater
Variation of Scantling Total
Dimensi Velocity Fixed variables
Kasus
Min Max Increment Min Max Increment
𝐻𝑡 8m 19 m 1m 2 m/s 6 m/s 1 m/s d=20 m, 60
𝐴𝑠𝑤𝑡 /𝐴𝑟 =5 m
d 5m 25 m 5m 2 m/s 4 m/s 1 m/s H=18 m, 15
𝐴𝑠𝑤𝑡 /𝐴𝑟 = 5 m
𝐴𝑠𝑤𝑡 /𝐴𝑟 5 50 5 - - - D=20m, h=18 10
m
7
Tripatra Paper Competition 2023
Tabel 6. Peralatan Berat Listrik Pelabuhan Tahap Ultimate (Lestari, M.A. 2018)
Berdasarkan data di atas, didapatkan perkiraan kebutuhan listrik pelabuhan Patimban 43,560,000
Watt atau sekitar 43.56 MW per tahun. Berdasarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, estimasi
kebutuhan daya di pelabuhan Patimban untuk tahap 1 pada tahun 2019-2023 mencapai 90 MW [3].
Direktur Regional Jawa Bagian Tengah PT PLN (Persero) juga mengatakan bahwa PLN akan
menyediakan listrik hingga 571 MW untuk memasok kebutuhan listrik dari tahun 2019-2028 [4]. Dalam
penulisan esai kali ini, penulis menggunakan estimasi perkiraan kebutuhan listrik dari data yang
diperoleh sehingga didapatkan kebutuhan listrik pada pelabuhan Patimban berkisar pada 43.2 MW
dan jika dibulatkan berada dalam kisaran 45 MW per tahun.
3. Hasil dan Diskusi
3.1 Kriteria untuk Menghasilkan 100 MW
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Adiputra, R., dkk. (2019), untuk memperoleh daya
yang dihasilkan sebesar 100 MW, lokasi meletakkan heat exchanger dan laju kecepatan aliran juga
diperhitungkan. Untuk Aframax dan Suezmax, jika heat exchanger diletakkan di sebelah tangki air
laut, laju aliran dalam sistem OTEC harus mencapai 5 m/s dan jika diletakkan di atas tangki air laut
tidak boleh melebihi 4.5 m/s. Untuk ULCC, daya 100 MW dapat dihasilkan jika heat exchanger
diletakkan di sebelah tangki air laut dengan laju aliran dalam sistem OTEC di bawah 3.5 m/s. Untuk
VLCC tidak cocok digunakan dalam sistem OTEC. Berikut merupakan grafik yang diperoleh dari
perhitungan oleh (Adiputra, R., dkk. 2019).
8
Tripatra Paper Competition 2023
Gambar 3. Tekanan Dinamis yang Bekerja pada Dinding Samping Tangki Air Laut (Adiputra, R., dkk. 2019)
Dari gambar di atas, didapatkan bahwa tipe Suezmax merupakankan kapal tangker yang cocok
untuk digunakan dalam menghasilkan daya 100 MW dalam sistem kerja OTEC dengan estimasi laju
aliran berada di kisaran 2-3 m/s. Jika heat exchanger diletakkan baik di sebelah maupun di atas tangki
air laut, penggunaan tipe Suezmax baru bisa diperoleh jika breadth dan draft bervariasi tergantung
dari panjang garis air. Untuk tipe Aframax dan VLCC tidak dapat digunakan baik ketika heat exchanger
berada di sebelah maupun di atas tangki air laut. Untuk tipe ULCC hanya dapat dilakukan ketika heat
exchanger berada di sebelah tangki air laut.
Untuk Suezmax dengan heat exchanger diletakkan di atas tangki air laut yang dapat memperoleh
daya sebesar 100 MW memiliki kriteria untuk panjang garis air 270-280 m, lebar 54-57 m, dan draft
19-23 m. Untuk Suezmax dengan heat exchanger diletakkan di atas tangki air laut yang dapat
9
Tripatra Paper Competition 2023
memperoleh daya sebesar 100 MW memiliki kriteria untuk panjang garis air 280-295 m, lebar 46-52
m, dan draft 17-20 m. Untuk Suezmax dengan heat exchanger diletakkan di atas tangki air laut yang
dapat memperoleh daya sebesar 100 MW memiliki kriteria untuk panjang garis air 295-310 m, lebar
45-52 m, dan draft 16-18 m. Untuk Suezmax dengan heat exchanger diletakkan di sebelah tangki air
laut yang dapat memperoleh daya sebesar 100 MW memiliki kriteria untuk panjang garis air 270-280
m, lebar 54-57 m, dan draft 26-28 m. Untuk Suezmax dengan heat exchanger diletakkan di atas tangki
air laut yang dapat memperoleh daya sebesar 100 MW memiliki kriteria untuk panjang garis air 280-
295 m, lebar 54-57 m, dan draft 26-27 m. Untuk Suezmax dengan heat exchanger diletakkan di atas
tangki air laut yang dapat memperoleh daya sebesar 100 MW memiliki kriteria untuk panjang garis
air 295-310 m, lebar 54-57 m, dan draft 26 m. Untuk ULCC dengan heat exchanger berada di sebelah
tangki air laut yang dapat memperoleh daya sebesar 100 MW memiliki kriteria untuk panjang garis
air 310-320 m, lebar 55-60 m, dan draft 26 m.
4. Kesimpulan
Dari perhitungan daya yang dihasilkan dari sistem kerja OTEC, didapatkan bahwa Indonesia
mampu untuk menghasilkan listrik sebesar 100 MW/tahun. Dari data yang diperoleh terkait
kebutuhan listrik pelabuhan yang merupakan pelabuhan besar yang akan menjadi pelabuhan raksasa
berbasis green port memerlukan listrik sekitar 45 MW/tahun. Perhitungan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa OTEC mampu menjadi sumber energi terbarukan untuk mendukung aktivitas
pelabuhan per tahun. Hal ini didasarkan pada lokasi Indonesia yang memiliki perbedaan suhu
mencapai 24°C sepanjang tahun sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya bagi sistem kerja
OTEC, kebutuhan listrik untuk aktivitas pelabuhan dalam kisaran 45 MW/tahun, dan daya yang
didapatkan dari sistem kerja OTEC mencapai 100 MW/tahun. Jadi, dapat disimpulkan jika OTEC
mampu menjadi sumber energi terbarukan untuk mendukung green port yang ramah lingkungan.
5. Referensi
[1] Adiputra, R. Utsunomiya, T., Koto, J., Yasunaga, T., Ikegami, Y. (2020). Preliminary Design of a 100
MW-net Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) Power Plant Study Case: Mentawai Island,
Indonesia. Journal of Marine Science and Technology, 25, 48-68.
[2] Bappenas. (2022). Energi. https://lcdi-indonesia.id/grk-energi/
[3] Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. (2019). Kemenhub dan PLN Tandatangani Kesepakatan
Bersama Terkait Penyediaan Pasokan Listrik Untuk Kawasan Pelab.
https://hubla.dephub.go.id/home/post/read/5112/kemenhub-dan-pln-tandatangani-
kesepakatan-bersama-terkait-penyediaan-pasokan-listrik-untuk-kawasan-pelab
[4] Dwi, S. (2019). Pasokan Listrik Pelabuhan Patimban 571 MW.
https://www.suaramerdeka.com/nasional/pr-0498258/pasokan-listrik-pelabuhan-patimban-
571-mw-
[5] Hammad, F.K., Rochaddi, B., Purwanto, Susmoro, H. (2020). Identifikasi Potensi Ocean Thermal
Energy Conversion (Otec) di Selat Makassar Utara. Indonesian Journal of Oceanography, 2(2),
1-11.
[6] IQAir. (2022). Kualitas Udara di Indonesia. https://www.iqair.com/id/indonesia
[7] Lestari, M.A. (2018). Keandalan Pasokan Listrik ke Pelabuhan Laut Patimban di Subang. Diploma
Thesis.
10
Tripatra Paper Competition 2023
[8] Itssin. (2020). Pengelolaan Emisi Gas Rumah Kaca dalam Pelayaran Kapal Internasional.
https://www.its.ac.id/news/2020/05/20/pengelolaan-emisi-gas-rumah-kaca-dalam-
pelayaran-kapal-internasional/
[9] Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. (2020). Pelabuhan Patimban, Pelabuhan Strategis
untuk Masa Depan. https://dephub.go.id/post/read/pelabuhan-patimban,-pelabuhan-
strategis-untuk-masa-depan
[10] Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. (2020). Pelabuhan Patimban, Pelabuhan Strategis
untuk Masa Depan. https://dephub.go.id/post/read/menhub-dorong-pengelola-pelabuhan-
bangun-green-port
[11] Mamahit, C.E.J. (2011). Pengembangan Konversi Energi Panas Laut (Development of Ocean
Thermal Energy Conversion). Elektromatika, 1(1), 55-64
[12] Muhammad, N. (2023, November 08). Indonesia Salah Satu Penghasil Emisi Karbon Sektor Energi
Terbesar Global pada 2022.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/08/11/indonesia-salah-satu-penghasil-
emisi-karbon-sektor-energi-terbesar-global-pada-2022
[13] Perawati, D., Nabila, P.A., Edi, D.W. (2017). Faktor Penghambat Konsep Green Port di PT Terminal
Teluk Lamong Pelabuhan Surabaya. Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi dan Logistik, 3(2),
267-274.
[14] Putri, C.A. (2022). Target Baru! RI Bakal Kurangi Emisi Karbon Jadi 31.9% di 2030.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20221026154840-4-382700/target-baru-ri-bakal-
kurangi-emisi-karbon-jadi-319-di-2030
[15] Sembiring, E.T.J. (2020). Risiko Kesehatan Pajanan PM2,5 di Udara Ambien pada Pedagang Kaki
Lima di Bawah Flyover Pasar Pagi Asemka Jakarta. Jurnal Teknik Lingkungan, 26(1), 101-120
11