OLEH:
Puji dan syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Pengembangan Sumber Daya Air yang
berjudul “PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR UNTUK PLTA” ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas serta menamba
wawasan tentang Pengembangan Sumber Daya Air Sebagai Dasar Pengetahuan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Dan terima kasih untuk dosen pembimbing mata kuliah Pengenbangan Sumber Daya Air,
teman-teman serta keluarga yang sudah mendukung kami dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.
Bagi kami sebagai penyusun mersa bahwa masi banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makah ini.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
keterangan:
Pair = daya hidraulik (Watt)
ρ = kerapatan masa air = 1000 kg/m3
g = percepatan gravitasi = 9.81 m/s2
Q = debit (m3/s)
H = tinggi terjun efektif (m)
= beda tmahulu dan tmahilir (Hstatik) – (ΔH)
(ΔH) = kehilangan tinggi (head loss)
Daya turbin yang dihasilkan :
PT = ηt.Pair
Keterangan :
PT = daya turbin [Watt]
ηt = efisiensi turbin
Daya listrik yang dihasilkan :
PE = ηPair
Keterangan :
PE = daya listrik [Watt]
η = efisiensi gabungan turbin dan generator
= ηT ηG
ηT = efisiensi turbin
ηG = efisiensi generator
2. Energi Potensial
Air merupakan energi potensial didasarkan pada ketinggian atau perbedaan
kedudukan dari tinggi jatuh. Berdasarkan ini maka tinggi jatuh dapat menjadi berbeda
sehingga dibutuhkan suatu turbin yang bervariasi dengan ketinggian yang berbeda
untuk mengubah energi potensial air menjadi energi gerak.
Energi potensial yang ada pada bendungan adalah
𝐸=𝑚×h×𝑔
Keterangan:
m = massa air (kg)
h = ketinggian terjunan (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2 )
Sehingga daya yang dibangkitkan adalah
𝑃=𝜌×𝑄×𝑔×h
Keterangan:
P = daya (Watt)
Q = kapasitas aliran (m3 /s)
ρ = densitas air (kg/m3 )
3. Energi Kinetik
Energi pada air ini tidak hanya berdasarkan memanfaatkan jatuhnya air
(hydropower) tetapi juga dapat diperoleh dari aliran datar pada pipa pesat. Energi
yang terkandung pada pipa ini berdasarkan pada energi kinetiknya.
𝐸 = 1/2 × 𝑚 × v2
Keterangan:
v = kecepatan aliran air (m/s)
m = massa air (kg)
Sehingga daya yang dihasilkan adalah
𝑃 = 1/ 2 × 𝜌 × 𝑄 × v2
Dengan perumusan bahwa Q adalah A x v maka:
𝑃 = 1/2 × 𝜌 × 𝐴 × v3
Keterangan:
A = luas penampang aliran air (m2 )
Daya hidraulik akibat debit dan tinggi terjun akan memutar turbin air. Dengan
demikian pemilihan jenis turbin air menjadi hal yang menarik.
2.4 Perencanaan PLTA
Perencanaan mula -mula dilakukan analisis debit andalan yang bertujuan untuk
menentukan setiap dimensi bangunan hingga daya dan energi dari PLTA. Lubuk
Ambacang. Bangunan yang direncanakan meliputi bangunan pengambilan, pipa pesat,
rumah pembangkit, dan tailrace, serta komponen peralatan elektrik. Nantinya, Setelah
direncanakan seluruh komponen PLTA, maka akan diketahui besarnya daya (MW) yang
dihasilkan serta produksi energi tahunan (MWh). Sebagai penentu kelayakan proyek,
Analisa Ekonomi menjadi pilihan untuk mengetahui layak tidaknya perencanaan
pembangunan PLTA.
A. Saluran Penghantar
Saluran Penghantar berfungsi untuk mengalirkan air dari intake sampai ke kolam
penenang sehingga dalam perencanaan saluran diperlukan kriteria yang mencakup :
Dapat berfungsi secara efisien
Mempunyai nilai ekonomis tinggi
Aman terhadap tinjauan teknis
Mudah pengerjaan dan pemeliharaannya
Mempunyai keawetan dan keandalan struktur bangunan yang memadahi
Mempunyai kehilangan tinggi yang kecil
a) Perencanaan Hidrolis Saluran :
Untuk memperoleh penampang saluran yang optimal, dimensi saluran
dihitung menggunakan rumus untuk perhitungan aliran seragam (uniform flow)
pada saluran terbuka, yaitu :
1) Q = V*A
1
V = ∗R 2/3∗I 1/2
2) n
3) A = B*h
4) P = B + 2h
5) R = P A
Dimana :
Q = Debit yang akan dialirkan (m3 /detik)
V = Kecepatan pengaliran (m/detik)
A = Luas penampang aliran (m2 )
R = Jari-jari hidrolis saluran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
n = Koefisien kekasaran dinding saluran
I = Kemiringan dasar saluran
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Tinggi air (m)
w = Tinggi jagaan
Tabel koefisien kekasaran dinding saluran
No Bahan Koefisien manning (n)
1 Tanah 0,025
Jari-jari 2 Pasangan batu 0,020
minimum 3 Pasangan beton 0,015
tikungan
saluran adalah :
1) Saluran pasangan batu Q < 10 m3 /detik maka r ≥ 3h 2-11 Q > 10 m3 /detik
maka r ≥ 7h
2) Saluran tanah, r ≥ 8h
b) Kecepatan maksimum dan minimum :
Kecepatan aliran pada saluran penghantar harus direncanakan sedemikian
rupa sehingga tidak boleh terjadi penggerusan akibat kecepatan tinggi dan tidak
boleh terjadi sedimentasi akibat kecepatan rendah. Kecepatan minimum yang
diijinkan tergantung diameter material sedimen, hal ini dimaksudkan untuk
mencegah pengendapan sedimen layang di dasar saluran. Kecepatan aliran yang
diijinkan dalam saluran:
1) Kecepatan maksimum : 3,0 m/detik pakai lining/pasangan
1,6 m/detik tanpa lining/pasangan
2) Kecepatan minimum : 0,3 m/detik pakai lining/pasangan
0,6 m/detik tanpa lining/pasangan
B. Kolam penenang
Perencanaan Kolam Penenang pada prinsipnya sifat aliran adalah aliran seragam
dengan syarat tidak terjadi turbulensi. Maka hubungan antara intake dengan Low
Water Level (LWL) harus memenuhi kriteria berikut :
Dimana :
h = Tinggi air di inlet (m)
D = Diameter dalam penstock (m)
C. Pipa pesat (Penstock)
Pipa pesat adalah pipa yang berfungsi untuk mengalirkan air dari tanki atas (head
tank) atau langsung dari bangunan pengambilan sampai ke turbin. Pipa pesat
ditempatkan di atas atau di bawah permukaan tanah sesuai dengan keadaan geografis
dan geologi dimana pipa tersebut ditempatkan.
a) Diameter penstock :
Perhitungan awal diameter minimum penstock dapat diestimasi dengan
persamaan:
0,5
D=0, 72∗Q
Dimana : Q = Debit rencana (m3 /detik)
b) Tebal pelat
tp= ( )
p∗D
σ∗η
+ε
Dimana :
tp = Tebal plat (mm)
H = Tinggi terjun desain (m)
P = Tekanan air dalam pipa pesat (kg/cm2 )
= 0,1*Hdyn
Hdyn = 1,2*H (m)
σ = Tegangan ijin plat (kg/cm2 )
η = Efisiensi sambungan las (0,9 untuk pengelasan dengan inspeksi
x-ray dan 0,8 untuk pengelasan biasa )
ε = Korosi plat yang diijinkan (1-3 mm)
Hasil perhitungan awal tersebut akan dikoreksi dengan memperhatikan faktor
keamanan terhadap water hammer.
c) Tekanan maksimum akibat water hammer :
Tekanan balik akibat tertahannya aliran air oleh penutupan katup akan
berinteraksi dengan tekanan air yang menuju inlet valve sehingga terjadi tekanan
tinggi yang dapat merusak penstock.
Konstanta Allievi
P= ( )
α∗V
2 g∗h
<1
( )
Q
V=
1 2
πD
4
Dimana :
α = Kecepatan rambat gelombang tekanan (m/det)
H = Tekanan hidrostatis (m)
V = Kecepatan rata-rata dalam aliran (m/det)
Rumus pendekatan :
1000
α=
D
50+k
tP
dengan harga k = 0,5 untuk baja
k = 1 untuk besi tuang
d) Penentuan jenis pipa :
Pipa tipis apabila P*D < 10.000 kg/cm
Maka pipa tidak perlu memakai sabuk / beugel
Pipa tebal apabila P*D > 10.000 kg/cm
Maka pipa perlu memakai sabuk / beugel 2-14
e) Tekanan lingkar akibat Tekanan Hidrostatik
P∗R
α= (kg /cm2 )
(t P −ε )η
Dimana :
P = Tekanan air dalam pipa pesat (kg/cm2 )
= 0,1*Hdyn = 0,1*(1,2H)
H = Tinggi terjun desain (m)
= 95%*Gross head
R = Luas basah
= 0,5 (D + ε )
D = Diameter dalam pipa (m)
tp = Tebal plat (mm)
ε = Korosi plat yang diijinkan (1-3 mm)
η = Efisiensi sambungan las = 0,85
f) Tumpuan Penstock :
Tumpuan penstock berfungsi untuk mengikat dan menahan penstock.
Jarak antar tumpuan (L) ditentukan oleh besarnya defleksi maksimum penstock
yang diijinkan.
Dimana :
D = Diameter dalam penstock (m)
P = Berat satuan dalam keadaan penuh berisi air (kg/m)
P = Wpipa + Wair
Wpipa = πD*t * ρbaja
Wair = 0,25πD2 * ρair
D. Saluran Pembuang (Tailrace)
Akibat pengaruh kecepatan aliran pada draftube yang bersifat sub kritis, maka sisa
energi masih harus diredam dengan memberikan peredaman pada bagian hilir,
sehingga kecepatan pada saluran irigasi kembali normal. Saluran Pembuang ini
dimensinya harus sama atau lebih besar dari Saluran Pemasukan. rumus yang
digunakan dalam mendimensi saluran pembuang sama dengan yang dipakai pada
Saluran Pemasukan, yaitu :
Q = V*A
1
V = ∗R 2/3∗I 1/2
n
A
R=
P
Dimana :
Q = Debit yang akan dialirkan (m3 /detik)
V = Kecepatan pengaliran (m/detik)
A = Luas penampang aliran (m2 )
R = Jari-jari hidrolis saluran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
n = Koefisien kekasaran dinding saluran
I = Kemiringan dasar saluran
B = Lebar dasar saluran (m)
h = Tinggi air (m)
E. Kehilangan Energi (Losses)
Perhitungan kehilangan energi pada saluran hingga intake tunnel merupakan salah
satu tahapan yang diperlukan dalam penentuan tinggi jatuh bersih (Hnetto) maupun
perhitungan daya yang dapat dibangkitkan. Perhitungan kehilangan energi dibedakan
dalam dua bagian antara lain :
a) Kehilangan Energi pada Saluran Terbuka :
1) Pada Bangunan Pengambilan
2
V
h e =1,3∗
2g
2) Pada saluran penghantar
2
V
he =
2g
b) Kehilangan Energi pada Saluran Tertutup (Penstock) :
Terjadi dua macam kehilangan energi pada saluran tertutup (penstock),
yaitu major losses dan minor losses. Major losses adalah kehilangan energi yang
timbul akibat gesekan dengan dinding pipa. Sedangkan minor losses diakibatkan
oleh tumbukan dan turbulensi, misal tejadi pada saat melewati kisi-kisi
(trashrack), perubahan penampang, belokan dan lain-lain.
1) Trashrack Menurut O. Kirschmer :
2) Inlet penstock
2
V
he =k∗
2g
Dimana :
K = 0,5 untuk bentuk persegi / tegak
k = 0,05 untuk bentuk yang dibulatkan
3) Gesekan Dinding Penstock
2
V
he =f ∗L∗ ∗D
2g
Dimana :
F = koefisien gesekan dinding pipa (nilai f didapat dari diagram Moody)
D = diameter pipa
V = kecepatan aliran dalam pipa
4) Belokan
2
V
he =kb∗
2g
Dimana :
Kb = koefisien kehilangan tenaga karena belokan
V = kecepatan aliran dalam pipa
5) Reducer
6) Outlet penstock
V 21
he =1,0∗
2g
F. Perhitungan tinggi terjun (Head)
Tinggi terjun yang dimaksud terdiri dari :
a) Terjun Bruto = Hbruto = Hkotor
Adalah selisih tinggi muka air di kolam (reservoir atas) dengan muka air
pembuangan pada saat turbin tidak berputar.
b) Terjun Netto = Hnetto = Hbersih
Dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Turbin reaksi :
Adalah selisih antara tenaga total (tenaga potensial dan tenaga kinetis) yang
terkandung dalam air tiap satuan berat sebelum masuk dan keluar turbin.
2. Terjun Impuls :
Adalah tinggi tekanan dan tinggi kecepatan pada link ujung curat dikurangi
tinggi titik terendah pada pusat berat mangkok-mangkok dari turbin yang
merupakan titik akhir dan ini lazimnya merupakan pusat ujung curat.
c) Terjun Rencana (Design Head)
Adalah terjun bersih untuk turbin yang telah direncanakan oleh pabrik pada
efisiensi yang baik.
G. Turbin
a) Daya Turbin
Besarnya daya poros/output turbin :
P = 9,81*Q*H*ηt
Dimana :
P = Paya poros/output turbin (MW)
Q = Debit air (m3 /detik)
H = Efektif Head (m)
ηt = Efesiansi turbin
b) Pemilihan Jenis Turbin
Pada tahap awal, pemilihan jenis turbin dapat diperhitungkan dengan
mempertimbangkan parameter – parameter khusus yang mempengaruhi sistem
operasi turbin yaitu :
1. Tinggi jatuh air efektif (net head) dan debit yang akan dimanfaatkan untuk
operasi turbin
2. Daya (Power) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit yang tersedia
3. Kecepatan putaran turbin
Ketiga faktor diatas dinyatakan sebagai kecepatan spesifik turbin (Ns), dari
kecepatan spesifik dapat diketahui jenis turbin :
1. Ns = 9 s/d 25 untuk turbin Pelton dengan satu pancaran
2. Ns = 25 s/d 60 untuk turbin Pelton dengan lebih dari satu pancaran
3. Ns = 40 s/d 400 untuk turbin Francis
4. Ns = 260 s/d 860 untuk turbin Kaplan
5. Ns = 340 s/d 860 untuk turbin Propeller
c) Kecepatan Turbin
Ns = 2283/H0,486;
N = Ns*H1,25/P0,5
Dimana :
Ns = Kecepatan spesifik
N = Kecepatan putaran turbin (rpm)
P = Daya poros/output turbin (MW)
H = Head efektif (m)
d) Dimensi Turbin
Pendekatan awal penentuan dimensi turbin dapat menggunakan metode
persamaan yang diberikan oleh F. de Siervo dan F. De Leva sebagai berikut :
D = c*Q0,5
Dimana :
D = Dimensi minimum runner turbin (m)
c = koefisien runner
Q = Debit air (m3 /detik)
e) Kavitasi dan Bilangan Thoma :
Kavitasi adalah gejala pembentukan gelembung uap air yang bergerak ke
permukaan. Pecahnya gelembung uap air di permukaan akan menimbulkan
tekanan serta noise. Hal tersebut dapat menyebabkan pitting pada material
(penstock dan turbin). Dalam jangka panjang, pitting akan menyebabkan retakan
(crack) pada material.
Parameter penting dalam perencanaan faktor kavitasi adalah bilangan
Thoma, σT yang diberikan oleh persamaan :
Ha−Hvp−Hs
σT =
H
Dimana :
Ha = Tekanan atmosfir = 10,33 Kg/m2
Hvp = Tekanan uap air maksimum
Hs = Head Suction atau jarak elevasi MA tailrace dan lokasi kritis
H = Head efektif pada sistem
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia yang dalam kehidupannya tak terlepas dari energi termasuk energi listrik
mengakibatkan kebutuhan energi listrik semakin meningkat seiring bertambahnya
populasi manusia. Namun persediaan listrik khususnya di Indonesia semakin menipis.
Disisi lain Indonesia memiliki potensi sumber daya air sangatlah melimpah.
Memanfaatkan air sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dapat di wujudkan
demi mendapat pasokan tenaga listrik untuk daerah-daerah yang sulit untuk
mendapatkannya. PLTA ini juga sebagai bentuk peranan dari pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan listrik yang ada. PLTA dipilih sebagai salah satu energi alternatif
kerena memiliki beberapa kelebihan di banding dengan pembangkit listrik lainnya,
seperti ramah terhadap lingkungan, lebih awet, serta biaya operasionalnya lebih kecil.
Selain itu mekanik untuk PLTA juga lebih mudah. Pada penenlitian ini, akan dilakukan
perencanaan dan analisis terkait perencanaan pembangkit listrik tenaga air pada
Bendungan Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit yang
mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik.
Pada tahun 2015 tenaga air menghasilkan 16.6% total listrik dunia dan 70% dari
seluruh energi terbarukan, dan diperkirakan akan naik 3.1% per tahun sampai 25 tahun ke
depan.
Cara kerja PLTA pada dasarnya untuk mengubah energi air menjadi energi listrik.
Air menjadi sarana potensial yang bisa digunakan untuk menggerakkan turbin, lalu air
yang ada di bendungan akan turun ke dalam lubang untuk memutar turbin. Perputaran
turbin tersebut akan menghasilkan energi mekanik yang dikonversi melalui generator
menjadi energi listrik.
Ada beberapa komponen penting yang digunakan PLTA sehingga bisa
menghasilkan energi listrik, antara lain: Bendungan, Pipa,Turbin, Generator dan Jalur
Transmisi
3.2 Saran
Karena manusia yang dalam kehidupannya tak terlepas dari energi termasuk
energi listrik mengakibatkan kebutuhan energi listrik semakin meningkat seiring
bertambahnya populasi manusia. Namun persediaan listrik khususnya di Indonesia
semakin menipis. Disisi lain Indonesia memiliki potensi sumber daya air sangatlah
melimpah. Sehingga sebagai penerus generasi muda perlu belajar tentang pemanfaatan
sumber daya air sebagai PLTA agar kedepannya bisa membangun sumber listrik dari air
atau biasa disebut PLTA.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_air
https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-cara-kerja-plta-beserta-fungsinya-untuk-
kehidupan-sehari-hari-kln.html
http://eprints.ums.ac.id/71667/3/bab-1.pdf
http://scholar.unand.ac.id/34082/2/BAB%20I%20bayu.pdf
http://arifidya.blogspot.com/2015/11/perbandingan-pltu-dan-plta.html
file:///C:/Users/asus/Downloads/510-1437-1-SM%20(2).pdf
https://repository.its.ac.id/48661/1/2114030087-Non_Degree.pdf
https://mill.onesearch.id/Record/IOS4666.9206/TOC
file:///C:/Users/asus/Downloads/21024-Article%20Text-27819-1-10-
20180908%20(2).pdf
http://eprints.undip.ac.id/34513/5/1501_chapter_II.pdf