“PLTA”
Disusun oleh:
Afina Khoirunnisa 031600459
Agus Probo Sutejo 031600460
Amalia Cipta Kusuma 031600461
Anjas Farizqi N. 031600462
Afrizal 131800002
ELEKTRO MEKANIKA
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
1 LATAR BELAKANG
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit listrik yang
mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan
energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan dari ini biasa disebut sebagai
hidroelektrik. Empat komponen utama dari PLTA ialah waduk atau
bendungan, saluran pelimpah (pembawa air), gedung sentral (powerhouse),
dan serandang hubung (switchyard) atau unit transmisi yang mengalirkan
produksi listrik ke konsumen.
Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah motor yang
dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari air. Namun,
secara luas, pembangkit listrik tenaga air tidak hanya terbatas pada air dari
sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi pembangkit listrik
yang menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak.
2 RUMUSAN MASALAH
2.1 Bagaimana prinsip kerja pusat listrik tenaga air ?
2.2 Apa saja kelebihan dan kekurangan PLTA dibanding PLT lain ?
2.3 Berapa banyak PLTA di Indonesia ?
3 TUJUAN
3.1 Untuk mengetahui prinsip kerja pusat listrik tenaga air
3.2 Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan PLTA
dibanding PLT lain
3.3 Untuk mengetahui apa saja PLTA di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
listrik sebesar 39%, pemenuhan kebutuhan air perkotaan 13% dan
untuk industry 7%.
4
4.3 Komponen dasar PLTA
4.3.1 DAM
Berfungsi untuk menamoung air dalam jumlah besar,
karena turbin memerlukan pasokan air yang cukup dan
stabil. Volume efektif dam sebesar 2,6 miliar kubik. Dam
terdiri dari:
4.3.1.1 Intake : pintu air untuk masuknya aliran air
menuju ke turbin melalui penstock.
4.3.1.2 Penstock : saluran pipa air yang enuju ke
turbin , didalam pipa ini tekanan air naik.
4.3.2 Turbin
Mengubah energi potensial menjadi energi mekanik.
Air akan memukul sudu-sudu dari turbin sehingga turbin
berputar. Perputaran turbin ini yang nantinya dihubungkan
ke generator.
5
4.3.3 Generator
Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan
poros ( gear box ) yang memanfaatkan putaran turbin untuk
memutar kutub magnet didalam generator sehingga terjadi
pergerakan electron yang membangkitkan listrik.
6
penimbunan air sehinga terjadi kolam tando. Selanjutnya dari
kolam tando dialirkan ke bangunan air PLTA. Dengan adanya
penimbunan air ini maka pada musim hujan dimana debit air
sungai melebihi kapasitas penyaluran PLTA air dapat
ditampung dalam kolam tando. Sehingga pada musim
kemarau yang debit air cenderung menurun dapat diatasi
dengan mengambil air dari timbunan kolam tando. Hal ini
tidak dapat dilakukan pada PLTA run off river . PLTA run off
river daya yang dibangkitkan tergantung pada debit air
sungai.
4.4.2 Bendungan
Tujuan utama dari perencanaan bendungan adalah
bagaimana membuat bendungan yang lebih tinggi dimana
bendungan itu adala bendungan tanggul. Bendungan
mempunyai 2 dasar fungsi yaitu kolam penampung air dan
menaikan ketinggian tekanan air yang merupakan potensi
dari air sungai.
4.4.3 Pelimpah
Tujuan dibangun pelimpah adalah sebagai pengaman
aliran air banjir.
4.4.4 Pengangkut air
Alat pengangkut adalah berupa pipa-pipa yang
mengalirkan air dari kolam utama menuju turbin.
7
5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PLTA DIBANDING PLT LAIN
5.1 Kelebihan
5.1.1 Saat ini PLTU menghadapi masalah pembuangan
limbahnya yang berupa abu batu bara. Sedangkang
PLTA tidak menghadapi masalah serupa. PLTA
merupakan suatu sumber energy yang abadi, tidak
seperti bahan bakar fosil. Air melimpah melalui turbin,
tanpa kehilangan kemampuan pelayanan untuk di
wilayah hilirnya.
5.1.2 Biaya pengoperasian PLTA lebih rendah dibandingkan
dengan PLTU atau PLTN. Untuk PLTU disamping
pengeluaran untuk batu bara, perlu diperhitungkan
pula biaya transportasi bahan bakar tersebut.
Sementara untuk PLTA, transportasi air nya
berlangsung secara alamiah.
5.1.3 Turbin-turbin pada PLTA bisa dioperasikan ataupun
dihentikan pengoperasiannya setiap saat. Hal ini tidak
dimungkinkan pada PLTU dan PLTN. Sementara pada
PLTU dan PLTN akan mengakibatkan pemborosan
bahan bakar yang luar biasa.
5.1.4 PLTA, cukup mudah untuk dimengerti dan cukup
mudah untuk dioperasikan. Ketangguhan sistemnya
dapat lebih diandalkan, dibandingkan dengan sumber-
sumber daya lainnya.
5.1.5 Peralatan PLTA yang mutakhir, umunya memiliki
peluang yang besar untuk bisa dioperasikan lebih dari
50 tahun. Hal ini cukup bersaing jika dibandingkan
dengan umur efektif dari PLTN yang sekitar 30 tahun.
Dengan perancangan yang mutakhir, pembangkit listrik
dapat menghasilkan tenaga dengan efisiensi yang
sangat tinggi meskipun flukstusi beban cukup besar.
8
5.1.6 Pengembangan PLTA dengan memanfaatkan aruys
sungai dapat menimbulkan pula manfaat yang lain
seperti pariwisata, perikanan, dan lain-lain. Selain itu
waduk untuk keperluan tersebut dapat dimanfaatkan
pula sebagai irigasi dan pengendali banjir.
5.1.7 Ramah Lingkungan
5.1.8 Biaya operasi rendah
5.1.9 Tidak membutuhkan bahan bakar
5.1.10 Tingkat efisiensi yang tinggi dapat mencapai 85%.
5.1.11 Mudah dalam perawatan.
5.1.12 Teknologi yang sederhana mudah diterapkan didaerah
terisolir.
5.2 Kekurangan
5.2.1 PLTA merupakan proyek padat modal, seperti layaknya
proyek padat modal yang lain, laju pengembalian
modal proyek PLTA adalah rendah.
5.2.2 Masa persiapan suatu proyek PLTA pada umumnya
memakan waktu yang cukup lama.Semenjak proyek
penggagasan awal sampai dengan saat pengoperasian,
seringkali memakan waktu sekitar 10 sampai dengan
15 tahun. Untuk PLTU, masa persiapan pada umunya
lebbih singkat.
5.2.3 PLTA sangat bergantung pada aliran sungai alamiah.
Sedangkan aliran sungai tersebut sangat bervariasi
sehingga pada umunya tenaga andalan akan sngat lebih
kecil jika dibandingkan dengan kapasitas totalnya. Hal
ini berarti bahwa potensi ada yang tidak termanfaatkan
sepenuhnya, andaikata direncanakan factor kapasitas
yang tinggi untuk suatu PLTA. Sebaliknya jika PLTA
dirancang dengan factor kapasitas yang rendah, akan
9
mengakibatkan sebagian dari peralatan hanya akan
termanfaatkan selama beberapa waktu saja dalam satu
tahun, sehingga modal yang sangat berharga yang telah
ditanamkan akan menjadi modal mati. Dengan
mengembangkan suatu sistem jarungan kelistrikan
secara terpadu yang pengendaliannya dilakukan
demgan bantuan computer, hal tersebut bukan masalah
lagi.
5.2.4 Hasil produksi tidak stabil.
5.2.5 Membutuhkan tempat yang besar untuk pembangunan.
10
6 PLTA DI INDONESIA
Jenis dan jumlah
Nama Lokasi Kapasitas
pembangkit
Kecamatan Silih Nara , Kabupaten Aceh 2 x 22.1 MW;2 x 21,2 PLTA total 4 unit 86,6
PLTA Peusangan
Tengah, Aceh MW MW
Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten PLTA total 4 unit 286
PLTA Sigura-gura 4 x 71,50 MW
Toba Samosir, Sumatera Utara MW
Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten PLTA total 4 unit 317
PLTA Tangga 4 x 79,25 MW
Toba Samosir, Sumatera Utara MW
PLTA total 2 unit 50
PLTA Sipansihaporas Sumatera Utara 1 x 33 MW & 1 x 17 MW
MW
PLTA total 2 unit 180
PLTA Asahan I Sumatera Utara 2 x 90 MW
MW
PLTA total 3 unit 10,5
PLTA Batang Agam Sumatera Barat 3 x 3,5 MW
MW
PLTA total 4 unit 68
PLTA Maninjau Sumatera Barat 4 x 17 MW
MW
Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang PLTA total 4 unit 175
PLTA Singkarak 4 x 43,75 MW
Pariaman, Sumatera Barat MW
PLTA total 4 unit 16
PLTA Tes Bengkulu 4 x 4 MW
MW
PLTA total 3 unit 210
PLTA Musi Bengkulu 3 x 70 MW
MW
PLTA total 3 unit 114
PLTA Koto Panjang Riau 3 x 38 MW
MW
PLTA total 2 unit 90
PLTA Besai Lampung 2 x 46,4 MW
MW
PLTA total 2 unit 28
PLTA Batutegi Lampung 2 x 14 MW
MW
2 x 10,80 MW;1 x 6,30 PLTA total 3 unit 17,1
PLTA Ubrug Jawa Barat
MW MW
3 x 3,15 MW;1 x 0,70 PLTA total 4 unit 3,85
PLTA Bengkok Jawa Barat
MW MW
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten PLTA total 3 unit 19,2
PLTA Cikalong 3 x 6,40 MW
Bandung, Jawa Barat MW
PLTA total 4 unit 700
PLTA Saguling Jawa Barat 4 x 175 MW
MW
PLTA total 8 unit 1.008
PLTA Cirata Jawa Barat 8 x 126 MW
MW
PLTA total 7 unit 175
PLTA Jatiluhur Jawa Barat 7 x 25 MW
MW
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten PLTA total 3 unit 19,2
PLTA Lamajan 3 x 6,40 MW
Bandung, Jawa Barat MW
PLTA total 4 unit 9,92
PLTA Parakan Kondang Jawa Barat 4 x 2,48 MW
MW
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten PLTA total 5 unit 6,27
PLTA Plengan 5 x 6,27 MW
Bandung, Jawa Barat MW
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, PLTA total 4 unit 20,48
PLTA Jelok 4 x 5,12 MW
Jawa Tengah MW
Kecamatan Pringapus, Semarang, Jawa PLTA total 3 unit 12
PLTA Timo 3 x 4 MW
Tengah MW
Kecamatan Baturaden, Banyumas, Jawa
PLTA Ketenger 2 x 3,52 MW PLTA total 2 unit 7 MW
Tengah
Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, PLTA total 1 unit 12,4
PLTA Gajah Mungkur 1 x 12,4 MW
Jawa Tengah MW
PLTA total 2 unit 25
PLTA Sempor Kecamatan Sempor, Kebumen, Jawa Tengah 2 x 12,5 MW
MW
Kecamatan Padureso, Kebumen, Jawa PLTA total 2 unit 15,0
PLTA Pejengkolan 2 x 15 MW
Tengah MW
Kecamatan Padureso, Kebumen, Jawa PLTA total 2 unit 16,4
PLTA Wadaslintang 2 x 8,2 MW
Tengah MW
Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, PLTA total 2 unit 26,4
PLTA Garung 2 x 13,2 MW
Jawa Tengah MW
Kecamatan Bawang, Kabupaten PLTA total 3 unit 184,5
PLTA Mrica 3 x 61,5 MW
Banjarnegara, Jawa Tengah MW
PLTA total 1 unit 23
PLTA Kedung Ombo Kecamatan Geyer, Grobogan, Jawa Tengah 1 x 23 MW
MW
11
PLTA total 1 unit 1,4
PLTA Sidorejo Kecamatan Geyer, Grobogan, Jawa Tengah 1 x 1,4 MW
MW
12
BAB III
PENUTUP
13
PUSTAKA
14