Anda di halaman 1dari 24

I.

Data Percobaan kalibrasi batang kendali


Kalibrasi Batang Pengaman

No. Batang Kompensasi Batang Batang Pengatur ∆ρ


pengaman
1 100 41,7 100 170
2 100 47,1 100 21,5
3 73,5 54 100 29,6
4 62 68,3 100 45,6
5 49,7 77,1 100 24
6 47 93 100 11,7
7 44,8 100 100 3

Kalibrasi Batang Kompensasi

No. Batang Kompensasi Batang Batang Pengatur ∆ρ


Pengaman
1 44 100 100 170
2 53,1 100 100 42
3 63,2 100 54,2 39,4
4 75,5 100 37,7 34,5
5 85 100 24,1 13,8
6 100 100 18,2 6,9
Kalibrasi Batang Pengatur

No. Batang Kompensasi Batang Batang Pengatur ∆ρ


Pengaman
1 100 100 14,7 9,6
2 100 100 25 25
3 73,8 100 36,6 26,4
4 63,8 100 48,6 27,4
5 56,3 100 64 29,7
6 49,2 100 100 22,4

II. Analisis Data dan Perhitungan


a. Penentuan Kurva Integral dan Deferensial
P(t)
Kenaikan daya reactor KARTINI menjadi 2x dari daya semula dalam waktu (t) 15 detik,
P(0)
dengan demikian periode reaktor (T) ditentukan sebagai berikut.
Berdasar persamaan per-jam ρ = dan harga-harga parameter seperti

tabel (1) pada dasar teori, maka reaktivitas mula batang kendali ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut.

ρ=
Maka didapat nilai reaktivitasnya adalah :

ρ=

ρ = 0,258 dollar =25,8 cent

Pada batang pengaman didapat nilai-nilai ρ dan ∆ρ/∆h sebagai berikut.

No Kompensasi Pengaman Pengatur ∆ρ ∆ρ/∆h ρ


1 100 41,7 100 170 3,6 195.8
2 100 47,1 100 21,5 3,98 217.3
3 73,5 54 100 29,6 4,29 246.9
4 62 68,3 100 45,6 3,19 292.5
5 49,7 77,1 100 24 2,73 316.5
6 47 93 100 11,7 0,75 328.2
7 44,8 100 100 3 0,43 331.2

Sehingga dapat dibuat kurva integral dan kurva diferensial sebagai berikut.
Gambar.4 Kurva Integral reaktivitas batang kendali pengaman

Gambar 5. Kurva diferensial reaktivitas batang kendali pengaman


Dengan menggunakan nilai reaktivitas (ρ) mula yang sama, didapatkan nilai-nilai ρ
dan ∆ρ/∆h pada batang kompensasi sebagai berikut.

∆ρ/∆
No Kompensasi Pengaman Pengatur ∆ρ Ρ
h
1 44 100 100 170 3,86 195.8
2 53,1 100 100 42 4,62 237.8
3 63,2 100 54,2 39,4 3,90 277.2
4 75,5 100 37,7 34,5 2,80 311.7
5 85 100 24,1 13,8 1,45 325.5
6 100 100 18,2 6,9 0,46 332.4
Sehingga dapat dibuat kurva integral dan kurva diferensial sebagai berikut.

Gambar 6.Kurva integral reaktivitas batang kendali kompensasi

Gambar 7. Kurva diferensial reaktivitas batang kendali kompensasi


Dengan menggunakan nilai reaktivitas (ρ) mula yang sama, didapatkan nilai-nilai ρ dan
∆ρ/∆h pada batang pengatur sebagai berikut.

∆ρ/∆
No Kompensasi Pengaman Pengatur ∆ρ Ρ
h
1 100 100 14,7 9,6 0,65 35.40
2 100 100 25 25 4,62 60.40
3 73,8 100 36,6 26,4 3,90 86.80
4 63,8 100 48,6 27,4 2,80 114.20
5 56,3 100 64 29,7 1,45 143.90
6 49,2 100 100 22,4 0,46 166.30

Sehingga dapat dibuat kurva integral dan kurva diferensial sebagai berikut.

Gambar 8. Kurva integral reaktivitas batang kendali pengatur

Gambar 9. Kurva diferensial reaktivitas batang kendali pengatur


b. Reaktivitas Total Batang Kendali dalam Teras
ρtotal = (ρ pengaman + ρ komoensasi + ρ pengatur)
ρtotal = (331.2 + 332.4 +166.30) = 829,9 cent = 8,299 $
Jadi reaktivitas total dari ketiga batang kendali tersebut adalah 8,299$ atau 0,08299%
c. Reaktivitas Lebih Teras (core excess reactivity)
ρ lebih = (ρ pengaman + ρ kompensasi + ρ pengatur ) – ρ mula
ρ lebih = (331.2 + 332.4 +166.30) – 25,8= 804,1 cent = 8,041 $

Jadi reaktivitas lebih dari teras reaktornya adalah 8,041$ atau 0,08041 %.
III. Pembahasan
Praktikum Operasi Kinetika dan Pengendalian Reaktor dengan acara Kalibrasi Batang
Kendali bertujuan agar mampu melakukan kalibrasi batang kendali reaktor KARTINI, yaitu
penentuan reaktivitas batang kendali dengan jalan membuat grafik reaktivitas suatu batang
kendali terhadap kedudukannya (grafik ρ versus h ) dan membuat grafik Δρ/Δh versus h. Selain
itu, diharapkan mampu untuk menghitung reaktivitas total ketiga elemen batang kendali di
dalam reaktor dan menentukan reaktivitas lebih teras reaktor.
Di dalam teras reaktor KARTINI terdapat tiga buah batang kendali, yaitu sebuah batang
kompensasi ( ditempatkan di ring C9 ), sebuah batang pengatur (di ring E 1 ) dan sebuah batang
pengaman (di ring C5). Batang kendali tersebut pada dasarnya berisi bahan-bahan yang sangat
kuat menyerap netron, dalam hal ini dipakai atom-atom boron (σa = 3837 barn).
Percobaan pertama adalah kalibrasi batang kendali pengatur. Proses kalibrasi batang
pengatur dilakukan dalam keadaan batang pengaman up dan batang pengatur down. Diatur
posisi atau kenaikan batang kompensasi hingga reaktor dalam keadaan kritis pada daya 10 watt.
Detektor CIC dihubungkan dengan picoammeterKeithley kemudian dicatat arus yang
ditunjukkan oleh picoammeter. Posisi batang kendali pengatur dinaikkan sedikit demi sedikit
hingga reaktor berada dalam keadaan superkritis, dicatat posisinya. Dengan melihat pada
picoammeter, diukur waktu untuk kenaikan daya 2 kali (t 2x) dengan stopwatch.Kenaikan daya
berbanding lurus dengan penunjukan picoammeterKeithley. Seiring dengan dinaikkannnya
batang kendali pengatur, dicatat pula perubahan reaktivitas yang tertera dalam alat ukur.
Pengamatan ini perlu dilakukan secara seksama guna mendapat nilai perubahan reaktivitas
yang paling stabil (∆ρ). Posisi batang kendali kompensasi diturunkan sehingga reaktor menjadi
kritis kembali pada daya/arus semula yaitu 10 watt. Langkah tersebut diulang secara terus-
menerus hingga batang kendali pengatur berada pada posisi up 100%. Setelah itu, batang
kendali pengatur diturunkan kembali ke posisi awal guna mendapat perubahan reaktivitas pada
posisi pertama yaitu h = 14,7%. Pengoperasian reaktor dilakukan oleh supervisor reaktor
KARTINI.
Dari analisa data percobaan dan perhitungan diperoleh reaktivitas mula (ρ) sebesar 25,8
cent. Reaktivitas ini diperoleh dari persamaan (2) pada dasar teori dalam satuan dollar yang
diubah ke cent sesuai satuan pada penunjukan alat ukur reaktivitas yang digunakan.
Sebelumnya telah dihitung besarnya periode reaktor KARTINI berdasar kenaikan daya reaktor
menjadi dua kalinya dan waktu yang dibutuhkan dalam kenaikan daya tersebut. Reaktivitas awal
ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan reaktivitas di masing-masing posisi batang
kendali pengatur sesuai dengan besar perubahan reaktivitas. Dari data yang diperoleh, setelah
diolah dalam analisa data dan perhitungan, didapatkan kurva integral dan kurva diferensial
seperti terlihat pada gambar 8 dan gambar 9. Dari kurva tersebut didapat pergerakan reaktivitas
yang linear pada kedudukan batang kendali antara 20% hingga 60%. Dari kurva tersebut,
besarnya reaktivitas batang kendali pengatur yaitu reaktivitas saat posisi batang kendali dalam
keadaan masimum (100%) sebesar 166,3 cent atau 1,663 $. Dalam kurva diferensial, batang
kendali pengatur bekerja paling efektif pada posisi (h) sekitar 25%. Hal ini ditunjukkan dengan
tingginya angka ∆ρ/∆h pada posisi tersebut.
Percobaan kedua dan ketiga, yaitu kalibrasi batang kendali pengaman dan kalibrasi
batang kendali kompensasi tidak dilakukan secara langsung melainkan hanya mangolah data
yang telah diambil oleh asisten praktikum.Dari data-data yang diberikan, didapat kurva integral
dan kurva diferensial seperti pada gambar 4, gambar 5, gambar 6 dan gambar 7.Mengacu pada
kurva integral, untuk batang kendali pengaman, reaktivitasnya sebesar 331,2 cent, sedangkan
untuk batang kendali kompensasi, reaktivitasnya sebesar 332,4 cent. Daerah linear pada batang
kendali pengaman dan kompensasi terletak pada posisi (h) antara 20% hingga 70%. Mengacu
pada kurva diferensial, untuk batang kendali pengaman bekerja paling efektif pada kedudukan
54 %, sedangkan untuk batanga kendali kompensasi bekerja paling efektif pada kedudukan
53,1%.
Reaktivitas total batang kendali di dalam teras reactor KARTINI yang merupakan jumlah
reaktivitas dari ketiga batang kendali, sebesar 829,9 cent, dalam satuan dollar sebesar 8,299 $
dan dalam persen sebesar 0,08299 %. Sedangkan untuk reaktivitas lebih teras (core excess
reactivity) sebesar8,041$ atau 0,08041 %.
Kalibrasi dilakuka pada daya rendah dimaksudkan agar bila terjadi lonjakan prompt
(prompt jump) pada daya yang semula relative rendah tidak terjadi scram atau batang kendali
jatuh bebas untuk menhentikan operasi reactor. Bila dari awal dilakukan pada daya tinggi, saat
terjadi hal yang tidak diinginkan hingga periode reactor kurang dari 7 detik, maka prompt jump
bias mengakibatkan reactor scram.
Fungsi dari batang kendali kompensasi adalah untuk mengimbangi penurunan reaktivitas
yang bias disebabkan salah satunya karena berkurangnya bahan bakar selama reactor bekerja,
dengan reaktivitas ekuivalen yang cukup besar. Batang kendali pengaman berfungsi untuk
menghentikan reactor secara cepat, misalnya dalam keadaan darurat, dengan reaktivitas yang
cukup besar dan bergerat sangat cepat.Sedangkan batang kendali pengatur berfungsi untuk
mengimbangi perubahan reaktivitas yang kecil dan cepat, misalnya selama mempertahankan
reactor supaya bekerja dalam daya yang tetap.Dungsi tersebut diimbangi dengan pengaturan
tata letak batang kendali dalam teras reactor. Dalam teras reactor KARTINI, batang kendali
pengaman dan pangatur ditempatkan pada ring C, yaitu C9 dan C5 sedangkan batang kendali
pengatur ditempatkan pada ring E, yaitu E1. Penempatan ini sesuai dengan fungsi batang
kendali pengatur yaitu mengimbangi perubahan reaktivitas yang kecil dan cepat. Berdasar kurva
diferensial seperti ditunjukkan pada gambar 3, batang kendali pengatur dengan efektifitas kerja
tertinggi pada posisi kisaran 20% (menurut percobaan 25%), nilai ∆ρ/∆h tidak terlalu tinggi,
artinya perubahan reaktivitas di setiap perubahan kedudukan batang kendali relative kecil
sehingga akan didapat pengaturan reaktivitas yang lebih halus yang nantinya diaplikasikan pada
pengaturan fluks neutron, daya maupun arus reactor yang lebih halus.

IV. Kesimpulan
a. Dari hasil percobaan diperoleh reaktivitas batang kendali sebagai berikut,
Batang Kendali Pengaman sebesar 331,2 cent atau 3,312 $,
Batang Kendali Kompensasi sebesar 332,4 cent atau 3,324 $,
Batang Kendali Pengatur sebesar 166,8 cent atau 1,663 $.
b. Kenaikan reaktivitas yang relatif sebanding dengan kenaikan posisi batang kendali
ditunjukkan sebagai berikut,
Batang Kendali Pengaman pada posisi (h) 20% hingga 70%,
Batang Kendali Kompensasi pada posisi (h) 20% hingga 70%,
Batang Kendali Pengatur pada posisi (h) 20% hingga 60%,
dalam kurva integral (ρ versus h) ditunjukkan dengan bentuk kurva linear.
c. Efektifitas kerja maksimum berdasarkan posisi tiap batang kendali berbeda-beda,
ditunjukkan sebagai berikut,
 Batang Kendali Pengaman memiliki efektivitas kerja maksimum pada posisi (h) 54%,
 Batang Kendali kompensasi memiliki efektivitas kerja maksimum pada posisi (h) 53,1%,
 Batang Kendali Pengatur memiliki efektivitas kerja maksimum pada posisi (h) 25%,
dalam kurva diferensial (Δρ/Δh versus h) ditunjukkan dengan puncak tertinggi.
d. Reaktivitas total ketiga elemen batang kendali yang diambil dari jumlah reaktivitas masing-
masing batang kendali pada posisi maksimum sebesar 829,9 cent atau 8,299 $.
e. Reaktivitas lebih teras (core excess reactivity) yang diambil dari jumlah reaktivitas bagian
batang kendali yang masih berada dalam teras reactor pada saat reactor kritis pada daya
rendah sebesar 8,041$ atau 0,08041 %.
f. Batang kendali pengatur ditempatkan di ring terluar dari ketiga batang kendali yang ada (ring
E1) sesuai dengan fungsinya yaitu mengimbangi perubahan reaktivitas yang kecil dan cepat
dengan aplikasi pengaturan fluks neutron, daya mapun arus reactor yang lebih halus.

KALIBRASI DAYA REAKTOR


I. Perhitungan dan Pembahasan

n t1 T1(0C) ∆T1 t1.∆T1 t12


1 0 30,2 0 0 0
2 5 30,8 0,6 3 25
3 10 31,3 1,1 11 100
4 15 31,6 1,4 21 225
5 20 32,0 1,8 36 400
6 25 32,5 2,3 57,5 625
7 30 32,7 2,5 75 900
8 35 33,0 3,2 112 1225
9 40 33,5 3,3 132 1600
10 45 33,7 3,5 157,5 2025
11 50 34,1 3,9 195 2500
∑ 275 23,6 800 9625

=
= 0,07636 8646-6490/105875-75625=2156/30250=0,07127273

P = 60 x H x dT/dt
= 60 x 19,0476 x 0,07127273
= 81,4544671 KW

Dari plot data praktikum didapatkan gradien sebesar 0.073. Dari persamaan ini berarti:

= 0,0782oC. Menit -1

Didapatkan daya reaktor yang dapat dibangkitkan berdasarkan kalorimetri:


P=H = 19,0476. .0,0782oC. Menit -1[ 3600sekon/jam].[1/60 menit/sekon]

P = 89,142768 KW

Untuk mendapatkan tingkat daya reaktor pada suatu daya yang diinginkan, dilakukan dengan
pengaturan posisi batang kendali pengatur, yaitu batang kendali yang mempunyai nilai reaktivitas
yang paling kecil. Sedangkan untuk merubah dari suatu tingkat daya ke daya lainnya dilakukan
dengan batang kendali kompensasi atau shim rod. Untuk efektifitas dan memudahkan
pengendalian maka harus diperhatikan posisi batang kendali pengatur sedemikian rupa sehingga
pada kondisi reaktor kriris pada tingkat daya tertentu batang kendali tersebut ditariksampai pada
posisi disekitar tengah-tengahnya.
Operator reaktor diwajibkan untuk selalu mencatat parameter-parameter fisis secara periodik
seperti suhu dan laju aliran air pendingin, posisi batang kendali batang-batang kendali, paparan
radiasi disekitar reanktor, peristiwa dan semua kejadian yang terjadi selama pengoperasian reaktor.
Pada dasarnya pengukuran/kalibrasi daya reaktor ini dapat dilakukan dengan berbagai macam
metode, diantaranya adalah dengan menggunakan metode pengukuran fluks teras reaktor dan
metode kalorimeter, akan tetapi dalam praktikum kalibrasi daya reaktor kali ini praktikan
menggunakan metode kalorimeter.
Kalorimetri adalah energi kalor yang dibangkitkan dalam suatu bejana yang akan mengakibatkan
kenaikan air pendingin dalam bejana tersebut, dengan asumsi bahwa seluuruh panas dari reaksi
fisi akan digunakan untuk kenaikan suhu airtangki reaktor, dan tidak ada panas yang hilang. Ada
dua macam jenis metode kalorimeter ini, yaitu metode stasioner dan metode non stasioner.
Metode stasioner yaitu pada saat reaktor dioperasikan pada daya tertentu diusahakan suhu
pendingin primertidak naik, dengan cara menghidupkan sistem untuk mengambil panas yang
dibangkitkan dari reaksi fisi U-235. Pengambilan panas ini melalui sistem penukar panas sehingga
suhu air tangki reaktor tidak naik. Sedangkan Metode Non Stasioner yaitu reaktor dioperasikan
pada tingkat daya tertentu (konstan)sesuai yang diinginkan dan kemudian sistem pendingin primer
tidak dihidupkan, sehingga suhu air pendingin primer akan naik secara kontinyu. Prinsip
kalorimeter banyaknya panas yang diterima oleh pendingin adalah:
Q = m C ΔT
Dimana m = massa air pendingin
C = kapasitas panas
ΔT = Kenaikan Suhu
Daya merupakan besarnya energi tiap satuan waktu, sehingga dari persamaan 2 daya P(watt)
dapat ditulis :
P = dQ/dt = m C dT/dt
Untuk m x C = H = harga air, untuk reaktor kartini H = 19,0476 KWH/oC
dT/dt = kenaikan suhu air tangki reaktor tiap satuan waktu.
Dalam praktikum kali ini praktikan akan membandingkan dan menghitung apakah penunjukkan
meter daya benar-benar sesuai atau tidak. Dari data hasil praktikum dihitung nilai dT/dt nya
didapatkan nilai 0,078181818 sehingga besar daya dapat dihitung dengan persamaan P = 60 x H x
dT/dt dimana H adalah harga air, untuk reaktor kartini adalah sebesar 19,0476 KWH/ oC dan dT/dt,
adalah kenaikan suhu air tangki reaktor tiap satuan waktu. Didapatkan nilai daya adalah sebesar
89,35056 KW. Namun kenaikan suhu air tangki reaktor terjadi secara kontinyu sebagai fungsi
waktu, untuk menentukan daya reaktor dapat dihitung dengan regresi linier. Dari grafik perubahan
suhu terhadap waktu diatas didapatkan nilai gradiennya sebesar 0,0782, sehingga daya reaktor
yang dibangkitkan berdasarkan prinsip kalorimetri,dari hasil perhitungan diatas adalah sebesar
89,142768 KW, nilai ini berbeda dengan besar nilai daya yang ditunjukkan oleh meter daya, yaitu
sebesar 100KW,besar penyimpangan ini kemungkinan diakibatkan karena sistem meter daya pada
reaktor yang sudah lama belum dikalibrasi ulang, ataupun kekurangtelitian praktikan dalam
melaksanakan praktikum, misalnya saja dalam penentuan selangwaktu pengukuran yang tidak
tepat 5 menit, bisa 5 menit kurang ataupun 5 menit lebih, sehingga penyimpangannya dapat
dihitung:

x100%
= 18,24%

II. Kesimpulan
1. Penentuan daya reaktor dapat dilakukan pula dengan memanfaatkan enargi panas yang
dibangkitkan akibat dari reaksi fisi bahan bakar, yaitu dengan metode kalorimeter dimana
pembangkitan panas akan diterima oleh pendingin primer (teras reaktor) sedemikian
sehingga mengakibatkan kenaikan suhu pada pendingin primer tersebut.
2. Pada dasarnya pengukuran/kalibrasi daya reaktor ini dapat dilakukan dengan berbagai
macam metode, diantaranya adalah dengan menggunakan metode pengukuran fluks teras
reaktor dan metode kalorimeter, akan tetapi dalam praktikum kalibrasi daya reaktor kali
ini praktikan menggunakan metode kalorimeter.
3. Ada dua macam jenis metode kalorimeter, yaitu metode stasioner dan metode non
stasioner. Metode stasioner yaitu pada saat reaktor dioperasikan pada daya tertentu
diusahakan suhu pendingin primertidak naik, dengan cara menghidupkan sistem untuk
mengambil panas yang dibangkitkan dari reaksi fisi U-235. Pengambilan panas ini
melalui sistem penukar panas sehingga suhu air tangki reaktor tidak naik. Sedangkan
Metode Non Stasioner yaitu reaktor dioperasikan pada tingkat daya tertentu
(konstan)sesuai yang diinginkan dan kemudian sistem pendingin primer tidak
dihidupkan, sehingga suhu air pendingin primer akan naik secara kontinyu.
4. Daya reaktor yang dibangkitkan berdasarkan prinsip kalorimetri,dari hasil perhitungan
diatas adalah sebesar 89,35056 KW, dengan besar persentase penyimpangan sebesar
12,1795%.

OPERASI REAKTOR NUKLIR


I. Langkah Pengoperasian Reaktor :
1. Mengecek ke dalam control room
2. Menjalankan instrumentasinya, mengoperasikan Blower I dan mencatat tekanan masuk dan
tekanan keluar
3. Melakukan checklist dari sistem instrumentasi pada konsol dan berbagai indikator sistem
bantu bahwa semua sistem berfungsi dengan baik
4. Jika selesai melakukan checklist dan semua sistem berfungsi dengan baik, maka Operator
dapat mulai dioperasikan.

II. Data Pengoperasian Reaktor :


Data checklist saat Start Up
Operator : 1. Marsudi 2. A. Suprijanto
Supervisor : Soeleman

A. Sistem Bantu

Debit pendingin primer 496,2 Liter/m

Debit demineralizer 14 GPM

Suhu air primer (HE)


 In HE 31˚C
 Out HE 30˚C

Tahanan pendingin primer


 Demin In 4 M.Ohm/cm
 Demin Out 6,5 M.Ohm/cm

pH tangki air reaktor 6,4

Level air tangki 14 cm

Debit pendingin sekunder 558 LPM

Suhu sekunder
 In (HE) 28˚C
 Out (HE) 28˚C

Blower yang digunakan Blower I

Tekanan pada Blower


 In prefilter
 Out prefilter 0,25 inch/w
3,1 inch/w

B. Reaktor

Teras Reaktor 

Lampu Reaktor 

Sumber Neutron F-17

Beamport 

Kolom Thermal 

C. Sistem Instrumentasi dan Kendali

1. Kalibrasi :
a. Daya LCR (Posisi 1, 2, 3) 
b. Daya CAMBELL (Posisi 4, 5, 
6) 
c. Perioda 
d. Daya Linier
2. Pengecekan Pancung & Safety Shim Regulating
Interlock :

a. Manual   
b. % daya   
c. Perioda   
d. HV   
3. Sistem Komputer 

D. Kesimpulan :
Reaktor dapat dioperasikan

 Keterangan :
 : Baik
X : Tidak Baik

Data Checklist Operasi Daya :


A. Operasi pada tingkat daya tanggal 3 Mey 2010, Jam 11.04

Waktu 11.04 WIB

Reaktor kritis pada daya 100 kW

Posisi batang kendali


 Pengaman 100 %
 Kompensasi 70,9 %
 Pengatur
47 %

Suhu permukaan ATR 30,1˚C

Suhu Primer
 In HE 30˚C
 Out HE 30˚C

Suhu Sekunder
 In HE 30˚C
 Out HE 29˚C

Debit primer 495 /menit

Debit sekunder 580 /menit

Suhu bahan bakar 119,27˚C

Laju paparan radiasi


 Dek reaktor 3,25 mR/jam
 Sub kritik 0,040 mR/jam
 Demineralizer 0,045 mR/jam
 Kolom Thermal 0,065 mR/jam
 Bulk Shielding 0,54 mR/jam
 Ruang Kontrol 0,030 mR/jam

 Keterangan :
Pada pukul 11.13 sistem pendingin primer dimatikan, daya turun sampai 70 kW dan
pengatur dinaikkan menuju daya 100 kW.

B. Operasi pada tingkat daya tanggal 3 Mey 2010, Jam 11.19

Waktu 11.19 WIB

Reaktor kritis pada daya 100 kW

Posisi batang kendali


 Pengaman 100 %
 Kompensasi 70,9 %
 Pengatur 58,7 %

Suhu permukaan ATR 30,9˚C

Suhu Primer
 In HE - ˚C
 Out HE - ˚C
Suhu Sekunder
 In HE 30˚C
 Out HE 29˚C

Debit primer - /menit

Debit sekunder 580 /menit


Suhu bahan bakar 155,85˚C

Laju paparan radiasi


 Dek reaktor 3,25 mR/jam
 Sub kritik 0,040 mR/jam
 Demineralizer 0,045 mR/jam
 Kolom Thermal 0,065 mR/jam
 Bulk Shielding 0,54 mR/jam
 Ruang Kontrol 0,030 mR/jam

 Keterangan :
Sistem pendingin primer dalam keadaan dimatikan

Data Checklist pada saat Shut Down pada tanggal 3 Mey 2010, jam 12.07 :

Waktu Shut down 12.07 WIB

Posisi batang kendali


 Pengaman 0%
 Kompensasi 0%
 Pengatur 0%

Suhu permukaan ATR 34,7˚C

Suhu primer
 In HE 32˚C
 Out HE 30˚C

Suhu sekunder
 In HE 29˚C
 Out HE 29˚C

Debit Primer 497,8 /menit

Debit Sekunder 554,8 /menit

Suhu Bahan Bakar 71,71˚C

Laju Paparan Radiasi


 Dek Reaktor < 0,1 mR/jam
 Subkritik < 0,1 mR/jam
 Demineralizer < 0,1 mR/jam
 Kolom Thermal < 0,1 mR/jam
 Bulk Shielding < 0,1 mR/jam
 Ruang Kontrol < 0,1 mR/jam

Pendingin primer mati jam 15.00 WIB; Suhu ATR 30˚C

Catu daya mati jam 12.30 WIB

Kondisi Teras 

Lampu penerangan Teras 


Level ATR 14 cm

 Keterangan :
Dengan menurunkan ketiga batang kendali, reaktor Shut down pada pukul 12.07 WIB,
pada pukul 12.10 WIB sistem pendingin primer dihidupkan, dan posisi batang kendali
semua di bawah. Catu daya sistem kontrol dimatikan jam 12.30 WIB, dan sistem
pendingin primer dimatikan pukul 15.00 WIB.

III. Pembahasan :
Pada praktikum pengoperasian Reaktor Kartini ini terdapat 3 macam checklist, yaitu checklist
start up, checklist operasi daya, dan checklist shutdown. Pada saat checklist start up, praktikan
diharuskan memeriksa ruang kontrol dan menjalankan instrumentasinya, pada pengoperasian
kali ini, sistem blower yang dijalankan adalah blower I, sedangkan blower II tertutup atau tidak
dijalankan. Tekanan masuk pada blower tersebut adalah 0,25 inc/w dan tekanan keluarnya
adalah 3,1 inc/w.
Selanjutnya ditentukan Heat exchanger yang digunakan, sistem penukar panas yang digunakan
adalah HE plat, dan pompa yang digunakan adalah pompa primer no.2, selanjutnya pompa
dibuka dari reaktor pada sal WD 21. Setelah itu mulai dilakukan persiapan pada ruang kontrolnya,
seperti mengecek fungsi batang kendali dengan cara menaikkan satu persatu ataupun bersama-
sama selanjutnya mengecek pancung, dll. Selanjutnya melakukan pencatatan semua parameter
yang digunakan, pada sistem pendingin primer dicatat nilai-nilai debit pendingin primer, debit
demineralizer, suhu air masuk dan keluar dari sistem pendingin, tahanan air masuk dan keluar
sistem pendingin, pH air tangki reaktor, serta Level air tangki yang angka-angkanya dapat dilihat
pada data praktikum ataupun lampiran data pada saat dilakukan praktikum. Dari semua sistem
pendingin primer maupun sekunder juga sistem ventilasinya, di dapatkan hasil yang sesuai
dengan parameter-parameter yang terdapat pada buku petunjuk praktikum. Jika semua sistem
ternyata tidak ada masalah, maka dengan persetujuan supervisor reaktor dapat mulai
dioperasikan.
Checklist yang selanjutnya adalah checklist operasi daya, dimana daya dinaikkan mulai saat daya
pada saat reaktor kritis yaitu 10 kW sampai dengan 100 kW, dan mencatat perubahan-
perubahannya setiap waktu. Pada operasi tingkat daya yang pertama yaitu pada pukul 11.04 WIB
reaktor telah kritis pada daya 100 kW, dengan posisi batang kendali pengaman 100 %,
kompensasi 70,9 %, dan pengatur 47 %. Dan mencatat suhu air tangki reaktor yaitu 30,1 ˚C. Suhu
air primer dan debit primer tidak mengalami kenaikan yang berarti, pada suhu air masuk saja
yang turun menjadi 30˚C. Suhu pendingin sekunder yang naik menjadi 30˚C untuk suhu masuk
dan 29˚C untuk suhu keluar, dengan kenaikan Debit sekunder dari 558 menjadi 580 /menit. Suhu
bahan bakarnya masih stabil yaitu dibawah 530˚C, dan laju paparan radiasinya pada setiap titik
daerah di kawasan reaktor masih dibawah nilai batas. Sehingga reaktor dapat dikatakan aman.
Selanjutnya operasi tingkat daya yang kedua dimana sistem pendingin primer dimatikan pada
pukul 11.13, dan dayanya turun sampai 70 kW. Pertama kali pengatur dinaikkan menuju daya
100 Kw, sehingga reaktor kembali dioperasikan pada daya 100 kW, dimana posisi batang kendali
pengaman dan kompensasi tetap, hanya saja posisi batang kendali pengatur yang naik menjadi
58,7%, suhu permukaan ATR juga mengalami sedikit kenaikan, suhu air sekunder dan debit
sekundernya juga tetap, hanya saja suhu bahan bakar meningkat menjadi 155,85˚C, dan laju
paparan radiasinya tetap.
Checklist yang terakhir adalah shut down, yang dilakukan pada pukul 12.07 WIB, dengan posisi
ketiga batang kendali 0%, dan suhu permukaan ATR yang masih stabil, pada pukul 12.10 WIB
sistem pendingin primer dihidupkan kembali, dan terlihat suhu serta debitnya yang hanya
mengalami sedikit perubahan, suhu sekundernya turun kembali menjadi 29˚C baik pada posisi In
maupun Out, suhu bahan bakar juga telah turun menjadi 71,71˚C dan laju paparan radiasinya <
0,1 mR/jam. Sistem pendingin primer dimatikan pada pukul 15.00 WIB dengan suhu ATR 30˚C,
catu daya dan sistem kontrol dimatikan pada pukul 12.30 WIB dan posisi batang kendali semua
di bawah.
Pada ketiga checklist diatas, nilai-nilainya sebagian besar masih dibawah batas dari nilai-nilai
parameter yang terdapat pada buku petunjuk praktikum Operasi Reaktor Kartini. Jadi reaktor
dalam keadaan tidak bermasalah, atau dapat dioperasikan dengan baik.

IV. Kesimpulan :
 Terdapat dua buah sistem pendingin pada reaktor yaitu sistem pendingin primer dan
sistem pendingin sekunder. Dimana pendingin primer digunakan air murni H 2O, dengan
pH 5,5-6,5
 Pada reaktor Kartini dilakukan 3 buah checklist rutin, yaitu checklist startup, checklist
operasi daya, dan checklist shutdown.
 Pada checklist startup, maka harus diperhatikan parameter-parameter yang
mengindikasikan bahwa Reaktor Kartini dalam keadaan dapat dioperasikan, dimana
pengecekan dilakukan pada sistem pendingin primer, sistem pendingin sekunder, sistem
ventilasi blower, komponen-komponen dalam reaktor, dan sistem instrumentasi
kendalinya. Pada saat dilakukan praktikum ini, reaktor dalam keadaan baik.
 Pada checklist daya reaktor, daya reaktor dinaikkan dari daya awal 10 kW menjadi 100
kW, lalu pendingin primer dimatikan, sehingga daya turun dari 100 kW menjadi 70 kW.
 Saat checklist shutdown, ketiga batang kendali yaitu kompensasi, pengaman, dan
pengatur berada pada posisi 0%.
 Setelah dilakukan ketiga checklist Operasi Reaktor Kartini, didapat kesimpulan bahwa
reaktor dalam keadaan baik.

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON


V. PERHITUNGAN DATA

Dik : massa emas = 1) 0,009 gram

2) 0,011 gram

Bila ρ Au = 19,3 gram/cm3

Maka volume emas / detektor foil adalah V = m/ρ


1) V = m/ρ = 0,009 / 19,3 = 4,66 x 10-4 cm3
2) V = m/ρ = 0,011 / 19,3 = 5,69 x 10-4 cm3
Σ ac Au dari tabel = 98,56 barn = 98,65 x 10-24 cm2

λ Au = 0,693/ 2,7 hari = 0,256 /hari = 2,96 x 10 -6 / s-1

t = 60 s

Rerata cacah background = 9,2 cacah / 60 s = 0,153 cacah/s

Rerata cacah Co-60 (untuk efisiensi) = 40,2 cacah / 60 s = 0,67 cacah/s

Aktivitas Co-60 saat pengukuran (5 mei 2010)

Ao = 1µCi

T1/2 = 5,27 tahun , maka λ = 0,693/5,27 tahun = 0,13 /tahun

t = 28,51 tahun

At = Ao.e-λt = 1µCi . e -0,13.28,51 = 0,0245 µCi = 906,5 Bq

Efisiensi detektor = cps/dps = (0,67 - 0,153) / 906,5 = 5,7 x 10 -3

Untuk foil dengan Cadmium

Rerata cacahan = 27356,4 cacah/60 s = 455,94 cacah/s

Waktu tunda (t2) = 11 menit 40 detik = 700 s

Waktu cacah (tc) = 5 menit = 300 s

Maka fluks netron terukur oleh foil Au dibungkus Cadmium

C
 =
  ac V{1 - exp -  t 1 } { exp -  (t 2 - t 1 )} { 1 - exp -  t c }

= 4,45 x 107 netron s-1 cm-2


Untuk foil tanpa Cadmium

Rerata cacahan = 109820,8 cacah/60 s = 1830,34 cacah/s

Waktu tunda (t2) = 5 menit 10 detik = 310 s

Waktu cacah (tc) = 5 menit = 300 s

Maka fluks netron terukur oleh foil Au tanpa dibungkus Cadmium

C
 =
  ac V{1 - exp -  t 1 } { exp -  (t 2 - t 1 )} { 1 - exp -  t c }

= 17,8 x 107 netron s-1 cm-2

Nilai fluks terukur oleh foil tanpa Cd dikurangi fluks foil adalah Cd yaitu sebesar

17,86 x 107 netron s-1 cm-2 - 4,45 x 107 netron s-1 cm-2 = 13,41 x 107 netron s-1cm-2.

VI. PEMBAHASAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui berapa besar fluks netron pada
teras reaktor kartini pada saat energi kritisnya. Fluks netron pada teras mengaktivasi 2 foil emas
yang diperlakukan berbeda. Foil yang diaktivasi tanpa penahan cadmiun menunjukkan aktivitas
radiasi dari foil akibat interaksinya dengan netron bebas dalam teras dapat berupa netron
termal ataupun netron cepat. Netron termal adalah netron hasil reaksi belah bahan fisil yang
mengalami perlambatan oleh moderator. Sedangkan netron cepat adalah netron yang tidak
mengalami perlambatan oleh moderator. Fungsi cadmium adalah menahan interaksi foil dengan
netron termal, sehingga hanya netron cepat saja yang dapat mengaktivasi foil. Seperti yang
tercantum pada rumus pengolahan data, nilai pengukuran fluks netron ini dipengaruhi oleh
waktu iradiasi, waktu tunda, waktu cacah, volume foil, tampang lintang fol serta efisiensi
detektor saat mencacah foil Au setelah diiradiasi. Variabel waktu dari kedua jenis foil dapat
dianalogikan sama bila ditinjau dari rumus. Yang membedakan nilai hasil cacah antara keduanya
selain dari pengaruh Cd juga terdapat pengaruh volume foil. Dari hasil pengukuran saat
praktikum dan pengolahan datanya dapat kita ketahui komposisi fluks netron di dalam teras
yaitu persentase fluks netron cepat dan fluks netron termal. Nilai fluks netron cepat adalah nilai
fluks terukur oleh foil tanpa Cd dikurangi fluks foil adalah Cd yaitu sebesar 13,41 x 107 netron s-
1
cm-2. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahhui bahwa fluks netron cepat lebih tinggi
dari fluks netron termal. Netron cepat ini adalah hasil reaksi belah bahan bakar yang bila
mengalami moderasi oleh air dalam teras dapat menurunkan energinya menjadi menjadi netron
termal. Netron termal inilah yang menjadi pemicu reaksi berantai dalam teras reaktor. Untuk
mengatur niai fluks netron dalam teras reaktor yaitu dengan mengatur batang kendali., karena
batang kendali bersifat menyerap netron sehingga fluks netron dalam reaktor saat bereaksi
dapat dikendalikan.

VII, KESIMPULAN

1. Pengukuran fluks netron dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan pada prakikum digunakan metode tidak langsung dengan mengukur aktivitas
foil detektor akibat aktivasi fluks netron dalam reaktor.
2. Laju iradiasi foil dipengaruhi oleh faktor tampang lintang, volume foil dan besar fliuks
netron yang mengaktivasi foil.
3. Aktivitas foil yag telah diiradiasi dapat diukur dengan mencacah sinar gamma yang
dipancarkannya dengan dengan sistem pencacah gamma dengan memperhatikan
efesinsi dari detektor tersebut.
4. Pada praktikum digunaknan 2 perlakuan berbeda pada 2 foil yang relatif sama yaitu satu
foil diiradiasi dengan dilapisi Cadmium dan sisanya tidak dilapisi Cadmium. Fungsi
Cadmium adalah untuk mencegah foil diaktivasi oleh netron termal.
5. Dari pengolahan data diperoleh bahwa fluks netron cepat dalam reaktor lebih tinggi
dibandingkan dengan fluks netron termal. Netron cepat ini dapat berubah menjadi
netron termal apabila mengalami moderasi oleh moderator.

KOEFISIEN REAKTIFITAS SUHU


Data Percobaan

Daya Reaktor : 100 kW

Waktu Pengukuran : 5 menit

No Keadaan Posisi Batang Kendali (%)


Suhu IFE
Pengaman Kompensasi Pengatur

1. Sistem pompa pendingin 100 67,9 51 121,71

primer hidup

2. Sistem pompa pendingin 100 67,9 63,1 155,85


primer mati

No. Posisi Batang Pengatur ( % ) Reaktivitas (∆ρ) Jumlah (∑∆ρ)

1. 14.7 9.6 9.6

2. 25 25 34.6

3. 36.6 26.4 62

4. 48.6 27.4 91.7

5. 64 29.7 114.1

6. 100 22.4 123.7

7. 14.7 9.6 9.6


Dari grafik kalibrasi batang kendali yang didapat dari kelompok 1 diperoleh
persamaan regresi linier :

Y= 1.359x + 7.181

Sehingga dari persamaan tersebut dapat ditentukan T menggunakan persamaan 1 :

1. Pada saat sistem pompa pendingin primer hidup

- posisi batang pengatur 51 %, maka besar adalah :

Y= 1.359x + 7.181=1.359(51)+7.181=76,49

= 0.628

2. Pada saat sistem pompa pendingin primer mati

- posisi batang pengatur 63.1 %, maka besar adalah :

Y= 1.359x + 7.181=1.359(63.1)+7.181=92,9339

3. Dari penyelesaian persamaan 1 dan 2,maka nilai itu sendiri adalah :


= T pompa pendingin primer mati T pompa pendingin primer hidup

0.596 - 0.628

- 0.032

VII. PEMBAHASAN

Dari praktikum yang sudah dilakukan yang kemudian dilanjutkan dengan


pengolahan data maka dapat diperoleh nilai dari reaktivitas suhu (αT) pada bahan bakar
reaktor. Selain data dari percobaan reaktivitas suhu kami juga memasukkan data dari
batang kendali pengatur yang tujuannya untuk memperoleh nilai dari ρ sehingga kami bisa
mengetahui berapa nilai ρ pada saat pompa pendingin primer hidup dan mati. Pada saat
penjelasan praktikum dimana pendingin pompa primer hidup ini ditunggu sampai daya
sudah kritis. Dalam praktek daya kritis ialah 100 kW dengan mengatur batang kendali
pengaman, kompensasi, dan pengatur. Saat daya reaktor sudah mencapai kritis maka kami
mencatat suhu bahan bakar (TBB) yang ada di monitor reaktor kemudian kami konversikan
dari mili volt ke 0C. Setelah itu pendingin pompa primer dimatikan dimana daya reaktor
juga ikut turun, daya bisa dinaikkan dengan % batang pengatur sehingga didapatkan daya
kritis sebelum pendingin pompa primer dimatikan.

Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam praktikum


pengukuran distribusi suhu dan koefisien reaktivitas adalah mencari nilai reaktivitas suhu
(T). Nilai reaktivitas suhu (T) dapat dicari dengan membagi antara reaktivitas
teras(dengan suhu elemen bahan bakar (T). Akhirnya dari perhitungan tersebut
diperoleh nilai reaktivitas suhu (T) sebesar - 0.032. Hal ini sesuai dengan dasar teori
dimana bila koefisien reaktivitas berharga negatife tujuannya untuk mempermudah
pengendalian atau dengan kata lain reaktor ini dalam keadaan kritis.

Pada pengaturan reaktivitas ini biasanya dilakukan dengan cara penyisipan dan
penarikan batang-batang kendali ke atau dari dalam teras reaktor. Pemasukkan reaktivitas
tersebut bisa berbentuk undak maupun ram (kontinu).

VIII. KESIMPULAN

Setalah melakukan praktikum ini yang dilanjutkan dengan pengolahn data disertai
pembahasan, maka dapat disimpulkan antara lain :
1. Untuk pengukuran distribusi suhu dan koefisiensi raktivitas dimana reaktor mencapai
kekritisan.

2. T dari bahan bakar reaktor dapat diamati dengan perubahan suhu elemen bakar dan
perubahan reaktivitas reaktor (perubahan posisi batang kendali) yang beroperasi pada
daya tetap.

3. Pada pengukuran reaktivitas suhu ini dilakukan dengan dua cara yaitu pada pendingin
pompa primer hidup dan pendingin pompa primer mati.

4. T didapat dengan memasukkan niali batang pengatur kedalam persamaan regresi

Y= 1.359x + 7.181.

5. T diperoleh sebesar – 0.032. Tanda negatif menunjukkan reaktor pada kondisi kritis
sehingga koefisiensi reaktivitas suhu negatif dirancang guna untuk mempermudah
pengedalian di dalam reaktor.

Anda mungkin juga menyukai