Anda di halaman 1dari 58

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

MENGGUNAKAN TURBIN PLETON

Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pada
Jurusan Teknik Elektro Program Studi D3 Teknik Listrik

OLEH :

NAMA : ANDRI SAPUTRA


NIM : 062030310066
KELAS : 4 LD

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRGORAM STUDI DIII TEKNIK LISTRIK
2022
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dewasa ini perkembangan energi sangat pesat, terutama di negara maju dan
berkembang. Dapat kita ketahui bahwa energi sangatlah fital kebutuhannya bagi
kelangsungan ekonomi sosial dan kemakmuran di negara tersebut. Energi listrik adalah
energi yang digunakan manusia dan tidak banyak menimbulkan polusi serta dapat
dikonversikan ke dalam bentuk energi yang lainnya. Listrik merupakan kebutuhan
manusia, listrik yang digunakan saat ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (
PLTU ) dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ( PLTD ) yang bahan bakarnya berasal
dari bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Permasalahan yang dihadapi
saat ini adalah menipisnya ketersediaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui,
seperti bahan bakar fosil yaitu batu bara dan minyak bumi, serta polusi yang dihasilkan
oleh pembakaran batu bara dan minyak bumi tersebut. Karena dapat merusak lapisan
ozon dan mengakibatkan pemanasan global. Untuk mengatasi hal itu alangkah lebih
baik jika digunakan dan dikembangkan sumber energi yang dapat diperbaharui.

Penelitian – penelitian tentang pemanfaatan energi alternatif sangat berguna bagi


perkembangan teknologi saat ini yang mengutamakan keramahan lingkungan dan yang
terutama mengurangi ketergantungan akan energi yang berasal dari batu bara dan
minyak bumi. Di Indonesia kekayaan akan sumber energi tersebut begitu banyak,
seperti energi air, namun seberapa jauh energi yang tersimpan itu sudah diolah, masih
jauh dari target yang diharapkan. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang
tidak terbatas jumlahnya. Air juga mempunyai potensi yang sangat besar dan dapat
digunakan sebagai sumber energi yang bersih karena tidak menghasilkan polutan.
Pemilihan energi air ini karena di Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar
mencapai 230,913 KW, yang tersebar diseluruh pulau- pulau di Indonesia. Pemanfaatan
energi air sebagai sumber listrik sangat bermanfaat, terutama bagi daerah yang belum
terjangkau aliran listrik tetapi memiliki sumber air yang besar. Hal ini sangat cocok
dikembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ( PLTMH ).
Pembangkit listrik tenaga air menggunakan turbin sebagai alat untuk
mengkonversi potensi energi air menjadi energi mekanik untuk memutar generator yang
nantinya akan menghasilkan listrik. PLTMH yaitu pembangkit listrik tenaga air dengan
skala yang kecil, dimana daya yang dibutuhkan tidak besar ( 10 - 150 kW ) maka turbin
pelton cocok digunakan untuk PLTMH ini. Sudu turbin pelton biasanya dibuat dari
bahan alumunium atau stainless steel. Bagi masyarakat kebanyakan pembuatan sudu
tersebut tentunya tidaklah mudah dan memakan banyak biaya. Oleh karena itu sudu
turbin dapat dibuat dari bahan resin, sehingga pembuatannya menjadi lebih mudah dan
tidak memakan banyak biaya. Masyarakat akan dapat membuat sendiri, sehingga
masyarakat dapat berswadaya energi listrik. Sampai sekarang ini pemanfaatan bahan
resin sebagai bahan pembuat sudu turbin pelton tidak banyak dilakukan sehingga
informasi tentang unjuk kerjanya kurang diketahui.

Sudu turbin pelton dibuat berbentuk dua buah mangkok sehingga pancaran air
dari nosel terbagi oleh sudu menjadi dua bagian dan meninggalkan sudu dengan cara
dibelokkan melalui sudut yang hampir 180 derajat. Reaksi impuls menghasilkan suatu
momen puntir pada poros sudu yang menyebabkan runner berputar dan terus berputar
selama ada pancaran yang menerjang sudu. Untuk pembangkit listrik dengan daya yang
kecil, ukuran runner dapat disesuaikan dengan debit dan tinggi jatuh air.

RUMUSAN MASALAH

Pada penelitian ini sudu turbin dibuat dari resin. Turbin tersebut akan diteliti bagaimana
daya dan efisiensi yang dihasilkan jika divariasikan jumlah sudu dan diameter nosel.

TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan
a. Melakukan percobaan pembuatan turbin pelton dengan sudu yang terbuat dari
bahan resin.
b. Mengetahui daya dan efisiensi dari turbin pelton.

c. Membandingkan daya serta efisiensi turbin terbaik dari variasi jumlah sudu dan
variasi diameter nosel.

Manfaat

a. Dapat diterapkan pada daerah yang memiliki potensi air sebagai pembangkit
listrik.

b. Menambah kepustakaan tentang pembangkit listrik tenaga mikrohidro.

c. Menambah pengetahuan masyarakat, khususnya tentang pembangkit


listrik tenaga mikrohidro.
DASAR TEORI

TINJAUAN PUSTAKA

Unjuk kerja turbin pelton dipengaruhi oleh banyak parameter

antara lain adalah tinggi air jatuh, kapasitas, kecepatan spesifik,

kecepatan putar roda, jumlah nosel, diameter runner, diameter

pancarair, kecepatan air keluar, kecepatan tangensial.

Penelitian Turbin pelton jenis pico power pack (Phillip

Maher,Version 2.0,May 2001), turbin ini bekerja pada head minimal

20 meter. Penelitian menggunakan head 70 meter dan debit 15

liter/detik. Penelitian ini membedakan tiga buah variasi ukuran

diameter runner, untuk 3 jenis generator, lebih jelas dapat dilihat pada

table 2.1.

Tabel 2.1. Pemilihan generator berdasarkan tinggi jatuh ideal

Penelitian terhadap bucket pelton (John S. 2006). Penelitian

ini mengunakan diameter runner 400 mm, diameter nosel 31 mm,

kecepatan putaran 1150 rpm, debit 270.6 m3/h, daya 83 kW, dengan

jumlah bucket adalah 22 buah, dan jumlah nosel 2 buah. Dari

penelitian ini didapat efisiensi bucket tergantung pada pancaran air.


2.1. DEFINISI TURBIN AIR

Kata "turbine" ditemukan oleh seorang insinyur Perancis yang

bernama Claude Bourdin pada awal abad 19, yang diambil dari

terjemahan bahasa Latin dari kata "whirling" (putaran) atau "vortex"

(pusaran air). Turbin air adalah suatu turbin dengan menggunakan air

sebagai fluida yang dapat mengubah energi potensial dan kinetik dari air

menjadi energi mekanik. Turbin air merupakan perkembangan dari

kincir air yang telah dipergunakan orang sejak beberapa abad yang lalu.

Pemilihan suatu turbin tergantung pada karakteristik lokasi,

karena menentukan tinggi air jatuh dan kapasitas air. Selain itu

pemilihan turbin juga tergantung dari kecepatan putar yang diminta oleh

generator. Penggunaan turbin air yang umum adalah sebagai mesin

penggerak untuk pembangkit tenaga listrik, apabila dibanding dengan

penggunaan beberapa jenis mesin pembangkit yang lain, maka turbin air

mempunyai keuntungan sebagai berikut :

- Konstruksinya relatif sederhana, perawatannya mudah dan

murah.

- Waktu operasinya relatif lama, biaya operasi relatif murah

sehingga menguntungkan untuk pemakaian yang lama.

- Tidak mengakibatkan pencemaran udara dan air.

Kaidah energi menyatakan bahwa suatu bentuk energi akan

dapat diubah menjadi bentuk energi yang lain. Air yang mengalir

mempunyai energi yang dapat digunakan untuk memutar roda turbin.


Pusat – pusat tenaga air dibangun di sungai – sungai dan di pegunungan

– pegunungan. Pusat tenaga air tersebut dapat dibedakan dalam 2

golongan, yaitu pusat tenaga air tekanan tinggi dan pusat tenaga air

tekanan rendah. Untuk memanfaatkan potensi air tekanan tinggi perlu

dibangun reservoir di daerah yang tinggi. Dengan menggunakan pipa, air

tersebut dialirkan ke rumah pusat tenaga atau rumah turbin. Rumah

turbin dibangun di bagian bawah reservoir, dan di dalam rumah turbin

tersebut terpasang satu atau dua buah nosel dan turbin. Lewat nosel air

akan menyemprot keluar dan menghantam sudu dan akhirnya turbin

berputar. Putaran dari turbin akan diteruskan untuk memutar generator

yang menghasilkan listrik.

2.2. JENIS – JENIS TURBIN AIR

Turbin air mempunyai variasi yang cukup banyak jika

dibandingkan dengan berbagai jenis mesin pembangkit yang lain.

a. Turbin Reaksi

Pada turbin reaksi konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga

rotor bekerja karena aliran dari tinggi terjun yang menghasilkan

tekanan. Pada turbin jenis ini alir mengalir melalui sudu – sudu

rotor yang bergerak dengan tekanan lebih tinggi dari pada

tekanan atmosfir, dan keluar dari rotor melalui pipa buang. Air

mempunyai tekanan sedikit lebih tinggi dari tekanan atmosfir.

Contoh turbin reaksi adalah :


- Turbin Francis

Turbin Francis bekerja dengan memakai proses tekanan lebih.

Pada waktu air masuk ke roda jalan, sebagian dari energi tinggi

jatuh yang telah bekerja di dalam sudu pengarah diubah sebagai

kecepatan arus masuk. Sisa energi tinggi jatuh dimanfaatkan

atau bekerja di dalam sudu jalan. Dengan adanya pipa isap

memungkinkan energi tinggi jatuh bekerja di sudu jalan dengan

semaksimum mungkin. Pada sisi sebelah luar roda jalan

terdapat tekanan kerendahan ( kurang dari 1 atm ) dan

kecepatan aliran air yang tinggi. Di dalam pipa isap kecepatan

aliran akan berkurang dan tekanannya akan kembali naik,

sehingga air bisa dialirkan keluar lewat saluran air bawah

dengan tekanan seperti keadaan sekitarnya. Pipa isap pada

turbin ini mempunyai tugas yang mirip dengan sudu hantar

yang terdapat pada pompa sentrifugal, yaitu sama – sama

mengubah energi kecepatan menjadi energi tekanan.

Turbin yang dikelilingi dengan sudu pengarah semuanya

terbenam di dalam air. Air yang masuk ke dalam turbin bisa

dialirkan melalui pengisian air dari atas atau melalui suatu

rumah yang berbentuk spiral ( rumah keong ). Roda jalan

semuanya selalu bekerja. Daya yang dihasilkan turbin bisa

diatur dengan cara mengubah posisi pembukaan sudu pengarah.

Dengan demikian kapasitas air yang masuk ke dalam roda


turbin bisa diperbesar atau diperkecil. Turbin Francis

dioperasikan dengan posisi poros vertikal dan horisontal.

Gambar 2.1. Turbin Francis


(Sumber : http://en.Wikipedia.com)

- Turbin Kaplan

Turbin Kaplan adalah turbin tekanan yang spesial. Pada saluran

sudu jalan belokannya hanya sedikit. Pada waktu bekerja sudu

jalan turbin bisa diatur posisinya, disesuaikan dengan perubahan

tinggi air jatuh. Turbin ini cocok untuk pusat tenaga air yang

dibangun di sungai. Daya yang dihasilkan turbin bisa lebih dari

100000 kW. Karena sudu pengarah dan sudu jalan bisa diatur

maka turbin Kaplan pada perubahan tinggi jatuh dan kapasitas air

yang besar randemennya juga tinggi.

Turbin Kaplan mempunyai keuntungan harga yang lebih murah

biladipakai satu tenaga listrik yang besar yang terdiri dari


beberapa buah turbin dan secara sendiri – sendiri masing –

masing mesindioperasikan untuk kapasitas air yang konstan.

Gambar 2.2 Turbin Kaplan (Sumber :


http://en.Wikipedia.com)

b. Turbin Impuls

Pada turbin impuls konstruksi mesin dibuat sedemikian rupa sehingga

rotor bekerja karena aliran, disini beda tinggi diubah menjadi kecepatan,

pada turbin jenis ini tekanan air pada waktu masuk dan keluar rotor

adalah sama dengan tekanan atmosfir. Contoh dari turbin impuls adalah

turbin pelton.
2.3. TURBIN PELTON

Turbin Pelton merupakan turbin impuls, karena putaran runner

turbin pelton terjadi akibat pembelokan pancaran air pada mangkok ganda

runner. Oleh karena itu turbin pelton disebut juga turbin pancaran bebas.

Aliran air yang keluar dari nosel tekanannya sama dengan tekanan

atmosfir di sekitarnya. Energi tinggi tempat dan tekanan ketika masuk

sudu jalan turbin diubah menjadi energi kecepatan.

Gambar 2.3 Turbin Pelton (Sumber :


http://en.Wikipedia.com)

2.4.1. Cara Kerja Turbin Pelton

Turbin pelton merupakan suatu alat yang merubah energi kinetik

dan energi potensial dari air menjadi energi gerak rotasi pada poros

turbin ( energi mekanis ). Turbin pelton dipakai untuk tinggi air jatuh

air jatuh ( H ) dihitung dari permukaan air di atas sampai ke tengah –

tengah pancaran air.


Bentuk sudu turbin terdiri dari 2 bagian yang simetris.

Dimaksudkan supaya bisa membalikkan pancaran air dengan baik dan

membebaskan sudu dari gaya – gaya samping. Tidak semua sudu

menerima pancaran air, hanya sebagian saja secara bergantian tergantung

posisi sudu tersebut. Jumlah nosel pada turbin pelton tergantung pada

kapasitas air. Air yang keluar melalui nosel dirubah menjadi energi

kinetik, dan pancaran air yang tinggi akan diterima sudu. Maka energi

akan dipindah dari air ke bucket sehingga runner berputar.

Untuk turbin pelton dengan daya yang kecil bisa diatur dengan

hanya menggeserkan kedudukan jarum sudu. Tekanan statis dari tinggi

air jatuh menghasilkan tekanan dinamis yang bekerja dialiran air berupa

energi kecepatan. Bila aliran air ini dihentikan secara tiba – tiba maka

energi kecepatan ini berubah menjadi energi tumbukan. Untuk

menghindari tekanan tumbukan kerjanya jarum nosel dibantu dengan

perlengkapan yang disebut dengan pembelok pancaran. Pada saat beban

turbin berkurang dengan tiba – tiba, pembelok pancaran berayun ke muka

jarum nosel lebih dulu, sehingga arah pancaran air dari nosel ke sudu

jalan menjadi berbelok. Kemudian baru jarum nosel bergeser

memperkecil penampang keluar nosel. Pembelok pancaran akan tetap

berada di pinggir pancaran air.


2.4.2. Bagian Utama Turbin Pelton

Pada dasarnya turbin pelton terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:

runner, nosel, rumah turbin. Turbin ini juga dilengkapi oleh transmisi,

bantalan, dan bagian kelistrikan.

1. Runner

Runner turbin pelton pada dasarnya terdiri atas piringan dan

sejumlah mangkok atau bucket yang terpasang di sekelilingnya.

Piringan terpasang pada poros dengan sambungan pasak

PCD

PCD = Pitch Circle Diameter

Gambar 2.4 Runner


(Sumber : http://home.carolina.rr.com/microhydro)
- Bucket

Bucket pelton atau biasa disebut sudu yang berbentuk dua buah

mangkok. Bucket berfungsi membagi pancaran menjadi 2

bagian. Gaya pada bucket berasal dari pancaran air yang

keluar dari nosel, yang dibalikan setelah membentur sudu,

arah kecepatan aliran berubah sehingga terjadi perubahan

momentum, gaya inilah yang disebut gaya impuls.

- Poros

Poros merupakan penerus putaran yang terjadi pada runner.

Poros di sambungkan ke runner mengunakan pasak. Putaran

poros diteruskan ke transmisi sabuk, yang kemudian menuju

ke poros generator.

- Piringan

Piringan atau biasa di sebut disk, adalah bagian dari runner.

Bahan disk yang baik digunakan adalah bahan yang kuat, dan

diusahakan seringan mungkin. Piringan berfungsi sebagai

tempat bucket dipasang.

2. Nosel

Nosel merupakan bagian dari turbin yang sangat penting, yang

berfungsi sebagai pemancar aliran air untuk menyemprot ke arah

sudu-sudu turbin. Kecepatan air meningkat disebabkan oleh

nosel.
kecepatan tinggi akan membentur sudu turbin. Setelah membentur sudu arah

kecepatan aliran berubah sehingga terjadi perubahan momentum. Bentuk

nosel dapat dilihat pada gambar

2.5.

Gambar 2.5 Nosel


(Sumber : http://en.Wikipedia.com)

3. Rumah Turbin

Rumah turbin berfungsi sebagai tempat nosel terpasang,

serta berfungsi membelokan air agar keluar secara teratur.

Rumah turbin juga berfungsi untuk melindungi runner dari

gangguan luar contohnya kotoran, dan cuaca.

4. Puli

Puli adalah penerus putaran dari poros turbin ke

poros selanjutnya (generator). Puli juga dapat berfungsi untuk

menaikan putaran. Pully biasa disebut transmisi sabuk. Sabuk

terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.

5. Bantalan

Bantalan merupakan bagian penting dari turbin, alat ini

berfungsi sebagai penopang dari poros turbin. Putaran dari

poros turbin dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang


umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros

bekerja dengan baik.

6. Kelistrikan

Turbin pelton mikrohidro dapat digunakan untuk

menggerakkan generator listrik. Untuk itu perlu adanya

komponen tambahan yang disebut generator. Generator

berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik

arus bolak- balik. Generator arus bolak-balik sering disebut

juga sebagai alternator, generator AC (alternating current),

atau generator sinkron. Dikatakan generator sinkron karena

jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran medan

magnet pada stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari

kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang

berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar

pada stator.

Besarnya arus yang dihasilkan oleh motor induksi tergantung

pada besarnya putaran alternator dan kekuatan medan magnet.

Altenator menghasilkan listrik dengan prinsip yang sama

pada generator DC, yakni adanya arus pengumpan yang

disebut arus eksitasi saat terjadi medan magnet disekitar

kumparan. Dari alternator dapat di ukur arus (I) dan tegangan

keluaran (V) yang kemudian digunakan untuk menentukan


besarnya daya yang dihasilkan. Generator memiliki 3 bagian

yang penting, yaitu :

- Rotor

Rotor adalah bagian yang berputar yang menjadi satu

dengan poros alternator yang terdapat magnet permanen

atau lilitan induksi magnet. Pada rotor terdapat bagian yang

berfungsi sebagai kutub magnet yang terletak pada sisi luar

dari lilitan. Rotor ditumpu oleh dua buah bearing, pada

bagian depannya terdapat puli. Rotor berfungsi

menghasilkan medan magnet yang menginduksikan ke

stator.

- Stator

Stator adalah bagian yang statis pada altenator

yang berupa inti besi yang dibungkus dengan kawat

tembaga. Bagian ini berupa lilitan yang berfungsi untuk

menghasilkan arus bolak-balik (AC).

- Dioda

Dioda mengkonversi arus bolak-balik yang dihasilkan

oleh pasangan rotor dan stator menjadi arus searah.

2.4.3. Ukuran Ukuran Utama Turbin Pelton

Ukuran – ukuran utama turbin Pelton adalah :

D = Diameter lingkaran sudu yang terkena pancaran air (diameter

lingkaran pancar/diameter roda rata-rata).


d = Diameter pancaran air.

n = Kecepatan putar roda turbin.

Dua masalah pokok yang ada kaitanya dalam penentuan

ukuranutama, sehingga harus diperhatikan yaitu kecepatan

spesifik nq

2.4.4. Perancangan Turbin Pelton

a. Perhitungan Daya yang tersedia

Dari kapasitas air dan tinggi air jatuh dapat diperoleh daya

yangdihasilkan turbin yaitu (Dietzel, 1996, hal. 2) :

Dengan :

P = Daya yang tersedia ( watt )

ρ = Massa jenis air ( Kg/m3 )

g = Percepatan gravitasi ( m/s2 )

= Debit air ( m3/s )

H = Tinggi air jatuh ( m )


Bagan kecepatan turbin pelton :

Gambar 2.6 Bagan Kecepatan Turbin Pelton


(Sumber : Dietzel, 1993, hal. 25)

Kecepatan tangensial (u)

c. Nosel

Sehingga diameter pancar air


(d)
d. Dimensi Turbin

a. Kecepatan spesifik (nq)

Kecepatan spesifik merupakan suatu besaran yang penting dalam

perencanaan turbin, karena digunakan untuk memilih kecepatan

putar turbin.

Kecepatan spesifik (nq) untuk satu nosel dapat dicari dengan

rumus :

Dengan :

n = Kecepatan putar turbin ( rpm )

= Kapasitas aliran ( m3/s )

H = Tinggi jatuh air ( m )

b. Diameter roda rata rata (D)

Setelah menentukan kecepatan spesifik didapatlah kecepatan

putar turbin. Diameter roda rata-rata dapat ditentukan sebagai

berikut:

c. Perbandingan D/d

Dari perhitungan diameter roda rata-rata (D) dan diameter pancar

air (d) didapatkan perbandingan D/d. D/d perhitungan

dibandingkan D/d pada grafik sehingga dapat diketahui apakah

perbandinggan D/d memenuhi sarat atau tidak. Dari


perbandingan D/d tersebut maka jumlah sudu (z) dapat

ditentukan.

Gambar 2.7 Harga Standar untuk Perencanaan Turbin


Pelton (Sumber: dietzel, 1993, hal 28)

d. Dimensi sudu :

Dimensi bucket (sudu) ditentukan berdasarkan gambar 2.8 :

Gambar 2.8 Desain Bucket ( Thanke, 2001, hal 33 )


Dimensi sudu dinyatakan dalam persen PCD perbandingan

dengan diameter.

Lebar sudu ditentukan sebesar


:

Panjang sudu ditentukan sebesar


:

Tinggi sudu ditentukan sebesar


:

e. Poros

)
Diameter poros dihitung dengan persamaan (Sularso ,

2004sebagai berikut :

Dengan :

ds = Diameter minimal poros (mm)

P = Daya yang ditransmisikan (kW)

Pd = fc × P (kW)

T = Momen puntir rencana (kg.mm)


τa = Tegangan geser yang terjadi

σB = Kekuatan tarik bahan (kg/mm2)

Sf1 dan Sf2 = Faktor keamanan

Cb = Faktor Cb nilainya 1,2 sampai 2,3. Jika diperkirakan

tidak terjadi pembebanan lentur maka Cb = 1.

Kt = Faktor Kt dipilih 1,0 jika beban dikenakan secara halus

1,0 – 1,5 jika dikenakan sedikit beban kejutan atau tumbukan,

dan 1,5 – 3,0 jika beban kejutan atau tumbukan besar.

Tabel 2.2. Faktor – factor koreksi daya yang akan ditransmisikan fc

Daya yang akan ditransmisikan fc


Daya rata - rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2
Daya normal 1,0 - 1,5

f. Kecepatan pancar air

Untuk mengetahui kecepatan pancar air dari setiap nosel,

dapat dihitung dengan persamaan :

Dengan :

v = Kecepatan pancar air (m/s)

= Debit (m3/s)

A = Luas penampang nosel (mm2)


g. Daya yang dihasilkan turbin

dengan :

Pout = Daya yang dihasilkan turbin (Watt)

= Arus (Ampere)

dengan :

= Efisiensi yang dihasilkan turbin (%)

Pout = Daya yang dihasilkan turbin (Watt)

Pin = Daya yang tersedia (Watt)


\=

METODE PENELITIAN

3.1. PERANCANGAN ALAT

Turbin pelton merupakan jenis turbin impuls. Turbin pelton terdiri

dari beberapa sudu jalan, yang diputar oleh pancaran air yang keluar dari

suatu alat yang disebut nosel. Pada perancangan ini yang pertama dilakukan

adalah memilih ukuran turbin. Turbin dirancang berdasarkan debit dan tinggi

jatuh air (head). Setelah perhitungan langkah selanjutnya adalah pembuatan

alat. Besaran - besaran turbin ditentukan berdasarkan kecepatan spesifik.

Dengan diketahuinya kecepatan spesifik, maka kontruksi turbin

keseluruhannya dan kondisi kerjanya dapat diketahui.

Hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan alat adalah membuat

piringan runner terlebih dahulu yang terbuat dari bahan alumunium sesuai

dengan ukuran yang sudah ditentukan. Kedua adalah membuat cetakan sudu

menggunakan silicon kaca. Ketiga membuat sudu yang terbuat dari bahan

resin. Setelah pembuatan piringan dan sudu selesai, sudu tersebut dipasang di

sekeliling piringan dengan setiap sudu dikancing menggunakan dua buah

baut, kemudian dipasang pada poros dan pada poros dikancing dengan

sebuah stopper agar tidak terjadi slip. Selanjutnya adalah membuat rumah

turbin dan rangka alat yang terbuat dari besi siku. Rumah turbin dibuat

sedemikian rupa sehingga mampu untuk menahan beban putaran dari turbin.

Di dalam rumah tersebut terpasang sebuah nosel.

25
3.2. PERHITUNGAN TURBIN

Dalam perancangan ini perhitungan dilakukan berdasarkan


parameter

Kapasitas air = 6 liter/secon = 0,006


m3/s
Tinggi jatuh air ( H ) = 15 m

Grafitasi ( g ) = 9,81 m/s2

Randemen turbin ( ηT ) = 70 %

Masa jenis air ( ρ ) = 1000 Kg/m3

Dari parameter tersebut maka didapat


:

Daya yang dihasilkan turbin ( P ) :

Kecepatan air keluar ( c1 )


Kecepatan tangensial ( u )

Luas permukaan pancar air ( A )

Kecepatan spesifik ( nq )
Tabel 3.1 Tabel Kecepatan Spesifik

Kecepatan putar turbin (rpm) 75 150 300 500 750 1000 1500
1 nosel nq (rpm) 0,76 1,53 3,06 5,1 7,65 10,2 15,3

Pada Tabel 3.1 dapat dilihat terdapat berbagai variasi kecepatan

putar dan kecepatan spesifik. Berdasarkan Tabel 3.1 maka putaran (n)

yang dipilih dalam perhitungan ini adalah 1000 rpm, sehingga nq = 10,2

rpm.

Diameter pancar air ( d )

Diameter roda rata rata ( D )


Perhitungan D/d

Berdasarkan gambar 2.14 didapat perbandingan D/d adalah 7,5

Karena D/d hitungan lebih besar dari D/d grafik maka


perbandingan

Dimensi sudu

Rumus untuk menghitung dimensi sudu dapat ditentukan dari

gambar2.8.

Lebar Sudu = 0,34 x 16,4

Panjang Sudu = 0,38 x 16,4

Tinggi Sudu = 0,12 x 16,4

= 19,7 mm
Perencanaan Poros

fc adalah faktor koreksi, pada persoalan ini dipilih sebesar 1,2


karena

Daya rencana :

Torsi :

Bahan poros dari baja karbon S30 C ( Sularso, 2004, hal. 5) :

Tegangan geser yang terjadi:


Diameter poros

Kt dipilih sebesar 1,5 karena diperkirakan terjadi sedikit kejutan

atautumbukan.

Cb dipilih sebesar 0,1 karena diperkirakan tidak akan


terjadi

( Diameter perancangan poros menggunakan 17 mm )

3.3. PEMBUATAN TURBIN

3.3.1 Pembuatan Turbin

a) Pembuatan Bucket Turbin

Bucket atau yang disebut dalam bahasa Indonesia sebagai sudu,

merupakan bagian yang penting dari turbin. Bucket ini berfungsi

menerima gaya pancar air. Ukuran bucket dibuat seperti pada

perancangan.
Langkah – langkah pembuatan sudu adalah :

- Membuat cetakan sudu

Pada perancangan ini cetakan sudu terbuat dari silicon kaca.

- Membuat box cetakan

Box cetakan sudu dibuat mengikuti pola cetakan sudu.

- Pengecoran resin

Resin dicampur dengan pengeras ( katalis ) dengan perbandingan 10

: 2. Campuran resin dan katalis dituang ke dalam cetakan dan

dibiarkan mengering.

- Finishing

Resin yang sudah mengeras atau sudah berbentuk sudu diambil dari

cetakan. Sudu yang sudah jadi dirapikan, karena pada hasil

pengecoran terdapat sisa – sisa pada saluran masuk dan saluran

buang. Sisa – sisa tersebut dibuang dengan cara dipotong. Kemudian

diamplas, sehingga menjadi halus. Lalu dibuat lubang baut pada

tangkai sudu. Sudu dapat dilihat seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Sudu


b) Pembuatan Disc Turbin

Disc atau juga biasa disebut dengan cakra, dalam penelitian ini dibuat

dari bahan alumunium. Keuntungan dari bahan ini adalah ringan dan

tahan terhadap karat. Plat alumunium tersebut dibubut untuk dibuat

bentuk seperti pada gambar 3.2. Langkah selanjutnya adalah

pembuatan lubang tepat di tengah piringan untuk penempatan poros.

Kemudianselanjutnya membuat lubang lubang di tepi piringan, lubang –

lubang inilah yang berfungsi untuk menempatkan baut yang

digunakan untuk

Gambar 3.2 Piringan ( Disc )

Gambar 3.3 Runner


c) Pembuatan Poros

Poros turbin merupakan penerus putaran dari runner. Pada perancangan

ini poros dibuat mengunakan poros dari bahan besi yang


dibubut

Gambar 3.4. Poros

d) Pembuatan Nosel

Nosel merupakan tempat terjadinya perubahan tekanan air menjadi

kecepatan. Pada perancangan ini nosel dibuat menggunakan

sambungan pipa. Nosel ini memiliki diameter masuk 1” dan diameter

Gambar 3.5 Nosel


e) Pembuatan Rumah Turbin

Rumah turbin berfungsi untuk membelokan percikan air agar keluar


dengan teratur. Rumah turbin juga berfungsi sebagai tempat dimana

runner dan nosel berada. Pada rumah turbin ini disambungkan dengan

dudukan generator. Bahan untuk pembuatan rumah turbin terdiri

dari

besi plat dan akrilit. Rumah turbin dapat dilihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Rumah Turbin


3.4. PENELITIAN ALAT

3.4.1. Alat yang digunakan

a. Hydrant

b. Bak penampung air

c. Selang

d. Turbin Pelton yang sudah dirangkai.

e. Nosel berupa sambungan pipa yang berdiameter ½” dan ¾”.

f. Generator listrik

g. Lampu sebagai beban.

h. Multimeter untuk mengukur arus dan tegangan yang dihasilkan

turbin.

i. Tachometer untuk mengukur putaran.

3.4.2. Cara Kerja Alat

Turbin Pelton akan bekerja pada tempat yang memiliki energi potensial

air, seperti pada air terjun atau aliran sungai. Pada penelitian ini energi air

diambil dari pompa hydrant. Air dari hydrant ditampung pada bak yang

ditempatkan pada ketinggian 15 meter. Kemudian air dari bak tersebut

dialirkan ke turbin yang berada di bawah melalui selang. Selang tersebut

dihubungkan ke penstock. Pada penstock dipasang sebuah kran untuk

membuka dan menutup aliran air. Pada gambar 3.7 dapat dilihat urutan

kerja turbin.
Bak
Hydrant Penampung air

Nosel Kran

Turbin Generator Beban lampu

Gambar 3.7. Urutan Kerja Alat

3.4.3. Variabel yang diukur

Putaran generator

Arus yang dihasilkan generator

Tegangan yang dihasilkan generator

Debit air pada nosel ½” dan ¾”

3.4.4. Variabel yang divariasi

Diameter nosel menggunakan ½” dan ¾”

130W, 156W, 182W, 208W, 234W, 239W, 244W, 249W dan

beban maksimal 260W.


3.4.5. Pengambilan Data

Langkah – langkah pengambilan data :

a. Alat alat yang diperlukan dipersiapkan

b. Pompa hydrant dihidupkan

c. Kran pada penstock dibuka

d. Debit pada nosel ¾” diukur

e. Kran pada penstock ditutup

f. Kran pada penstock dibuka

g. Debit pada nosel ½” diukur

h. Penstock dipasang pada rumah turbin dan dipasang nosel ¾”

i. Kran pada penstock dihidupkan

j. Putaran, arus dan tegangan yang dihasilkan generator dengan

runner sudu 18 dan nosel ¾” dalam berbagai variaasi pembebanan

diukur.

k. Kran ditutup

l. Ulangi langkah i sampai k dengan menggunakan nosel ½”

m. Pompa hydrant dimatikan

n. Runner sudu 18 diganti dengan runner sudu 16

o. Ulangi langkah i sampai l dengan menggunakan runner sudu 16.

p. Pompa hydrant dimatikan.

q. Pengambilan data selesai


3.4.6. Pengolahan Data dan Analisa Data

Setelah dilakukan pengambilan data, selanjutnya yang

dilakukan pengolahan data, pengolahan data dilakukan sebagai

a. berikut:
Menghitung potensial daya air

b. Menghitung daya yang dihasilkan turbin

c. Menghitung efisiensi

d. Membuat grafik hubungan daya dengan


putaran

e. Membuat grafik hubungan efisiensi dengan


putaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan pengujian unjuk kerja pada turbin pelton tersebut,

maka data yang didapatkan adalah :

4.1.1. Data Pengukuran Debit pada Nosel Diameter ¾” dan ½”

Tabel 4.1 Data Pengukuran Debit pada Diameter Nosel ¾” dan ½”

Debit air pada nosel diameter ¾” 2,5 l/s


Debit air pada nosel diameter ½” 2,04 l/s

4.1.2 Data Pengujian Turbin Pelton Sudu 18 Diameter Nosel ¾”

Beban Putaran Tegangan Arus


No
(Watt) (Rpm) (Volt) (Ampere)
1 0 502,70 0,00 0,00
2 5 434,30 23,80 1,30
3 10 420,00 28,40 0,70
4 15 381,90 18,30 1,60
5 21 329,60 22,10 1,80
6 26 249,10 20,20 1,20
7 52 226,70 12,70 1,70
8 78 187,50 8,80 2,30
9 104 168,50 6,60 2,40
10 130 144,90 4,70 2,60
11 156 120,10 3,60 2,80
12 182 94,70 3,70 2,50
13 208 80,10 2,50 2,90
14 234 74,70 1,80 2,80
15 239 76,40 2,00 3,30
16 244 73,40 1,90 2,70
17 249 69,70 2,20 3,30
18 260 55,60 2,10 2,80
4.1.3 Data Pengujian Turbin Pelton Sudu 18 Diameter Nosel ½”

Tabel 4.3 Data Pengujian Sudu 18 Diameter Nosel ½”

Beban Putaran Tegangan Arus


No
(Watt) (Rpm) (Volt) (Ampere)
1 0 529,70 0,00 0,00
2 5 438,40 46,20 1,00
3 10 427,10 44,60 0,90
4 15 403,50 40,50 1,60
5 21 399,50 40,70 1,40
6 26 409,20 41,30 1,70
7 52 366,70 30,70 2,70
8 78 307,40 23,30 3,10
9 104 245,80 17,70 4,20
10 130 207,50 13,60 4,40
11 156 192,00 12,20 4,70
12 182 161,70 8,70 4,70
13 208 152,30 7,60 5,10
14 234 141,60 6,50 5,20
15 239 125,10 5,70 5,20
16 244 130,70 6,30 5,10
17 249 118,50 4,70 5,00
18 260 113,20 5,40 4,90
4.1.4 Data Pengujian Turbin Pelton Sudu 16 Diameter Nosel ¾”

Tabel 4.4 Data Pengujian Sudu 16 Diameter Nosel ¾”

Beban Putaran Tegangan Arus


No (Watt) (Rpm) (Volt) (Ampere)
1 0 379,27 0,00 0,00

2 5 304,73 33,20 0,39

3 10 298,27 31,50 0,75

4 15 277,40 28,53 1,06

5 21 288,80 29,93 1,05

6 26 282,50 28,57 1,36

7 52 220,33 20,03 2,22

8 78 213,33 15,53 3,15

9 104 182,80 13,33 3,52

10 130 122,93 7,40 3,18

11 156 143,77 8,20 4,12

12 182 127,43 6,63 3,98

13 208 131,90 6,33 4,46

14 234 108,33 4,13 3,97

15 239 113,00 4,47 4,35

16 244 109,87 4,20 4,28

17 249 103,30 3,77 4,23

18 260 103,83 3,60 4,21


4.1.5 Data Pengujian Turbin Pelton Sudu 16 Nosel ½ Inchi

Tabel 4.5 Data Pengujian Sudu 16 Diameter Nosel ½”

Beban Putaran Tegangan Arus


No
(Watt) (Rpm) (Volt) (Ampere)
1 0 526,03 0,00 0,00
2 5 461,07 50,63 0,49
3 10 438,47 47,07 0,92
4 15 422,73 44,50 1,35
5 21 407,20 42,53 1,24
6 26 364,23 37,50 1,59
7 52 308,60 28,97 2,73
8 78 263,50 22,53 3,53
9 104 210,97 15,93 3,90
10 130 197,00 13,43 4,45
11 156 175,77 10,63 4,67
12 182 157,43 8,43 4,80
13 208 161,47 7,33 5,00
14 234 152,40 6,80 5,42
15 239 164,90 7,33 6,00
16 244 141,63 5,83 5,37
17 260 139,43 5,67 5,19
4.2 PERHITUNGAN
Setelah data – data yang didapatkan, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan perhitungan untuk menghitung daya masuk ( Pin ), daya

keluar( Pout ) serta efisiensi.

4.2.1 Perhitungan Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ¾”

%
Tabel 4.6 Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ¾”

No Pin Pout Efisiensi


1 367,86 0,00 0,00
2 367,86 30,40 11,35
3 367,86 20,40 7,60
4 367,86 29,50 11,00
5 367,86 39,90 14,89
6 367,86 25,20 9,42
7 367,86 22,10 8,26
8 367,86 19,80 7,38
9 367,86 15,80 5,89
10 367,86 12,00 4,49
11 367,86 9,90 3,70
12 367,86 9,30 3,48
13 367,86 7,20 2,69
14 367,86 5,20 1,94
15 367,86 6,40 2,40
16 367,86 5,10 1,91
17 367,86 7,20 2,70
18 367,86 6,00 2,25

4.2.2 Perhitungan daya dan efisiensi


Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ½”

No Pin Pout Efisiensi


1 298,72 0,00 0,00
2 298,72 48,10 16,10
3 298,72 39,50 13,23
4 298,72 64,50 21,51
5 298,72 58,00 19,42
6 298,72 69,00 23,27
7 298,72 81,50 27,30
8 298,72 73,10 24,46
9 298,72 74,00 24,79
10 298,72 59,30 19,85
11 298,72 57,70 19,32
12 298,72 41,30 13,84
13 298,72 39,10 13,08
14 298,72 33,40 11,18
15 298,72 29,80 9,99
16 298,72 32,00 10,73
17 298,72 23,40 7,83
18 298,72 26,80 8,96
4.2.3 Perhitungan Daya dan Efisiensi pada Sudu 16 Diameter Nosel ¾”

Contoh Perhitungan

Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.8.


Tabel 4.8 Daya dan Efisiensi pada Sudu 16 Diameter Nosel ¾”

No Pin Pout Efisiensi


1 367,86 0,00 0,00
2 367,86 12,95 3,52
3 367,86 23,52 6,39
4 367,86 30,34 8,25
5 367,86 31,33 8,52
6 367,86 38,85 10,56
7 367,86 44,54 12,11
8 367,86 48,93 13,30
9 367,86 46,93 12,76
10 367,86 23,51 6,39
11 367,86 33,76 9,18
12 367,86 26,38 7,17
13 367,86 28,23 7,67
14 367,86 16,42 4,46
15 367,86 19,44 5,29
16 367,86 17,96 4,88
17 367,86 15,93 4,33
18 367,86 15,14 4,12

4.2.4 Perhitungan Daya dan Efisiensi pada Sudu 16 Diameter Nosel ½”


Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Daya dan Efisiensi pada sudu 16 Diameter Nosel ½”

No Pin Pout Efisiensi


1 298,72 0,00 0,00
2 298,72 25,10 8,40
3 298,72 43,54 14,58
4 298,72 60,46 20,24
5 298,72 52,90 17,71
6 298,72 59,67 19,97
7 298,72 79,30 26,55
8 298,72 79,52 26,62
9 298,72 62,80 21,02
10 298,72 60,07 20,11
11 298,72 49,85 16,69
12 298,72 40,57 13,58
13 298,72 36,88 12,35
14 298,72 37,59 12,58
15 298,72 44,63 14,94
16 298,72 31,33 10,49
17 298,72 29,50 9,87
4.3 PEMBAHASAN

4.3.1 Daya dan Efisiensi pada Jumlah Sudu 18

90
80 2
P = -0.001n + 0.924n - 64.04
70 R² = 0.930
60
nosel 3/4
Daya (Watt)

50
nosel 1/2
40
Poly. (nosel 3/4)
30
Poly. (nosel 1/2)
20
2
P = -0.000n + 0.282n - 13.47
10
R² = 0.763

100 200 300 400 500 600


Putaran (rpm)

30

25
2
η= -0.000n + 0.309n - 21.44
20 R² = 0.930
efisiensi (%)

nosel 3/4
15
nosel 1/2

10 Poly. (nosel 3/4)


Poly. (nosel 1/2)
2
η = -0.000n + 0.105n - 5.031
R² = 0.763

100 200 300 400 500 600

Putaran (rpm)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Putaran pada Jumlah Sudu 18
Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa daya terbaik yang dihasilkan turbin

menggunakan nosel ¾” pada runner jumlah sudu 18 yaitu 29,50 Watt dicapai pada

putaran 301,90 rpm. Sedangkan pada nosel ½” daya terbaik yang dihasilkan

turbin yaitu 76,15 Watt, pada putaran generator 300,80 rpm. Pada perubahan

ukuran nosel dari ¾” menjadi ½” mengakibatkan kenaikan daya sebesar 46,65

Watt atau sebesar 158,14 %. Pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa efisiensi

terbaik pada diameter nosel ¾” yaitu 10,83 % pada putaran generator 301,90 rpm.

Sedangan pada nosel diameter ½” efisiensi terbaik yaitu 25,55 % dicapai pada

putaran 300,80 rpm. Pada perubahan ukuran diameter nosel dari ¾” menjadi ½”

mengakibatkan kenaikan efisiensi sebesar 135,92 %.

4.3.2 Daya dan Efisiensi pada Jumlah Sudu 16

90

80 2
P = -0.001n + 0.992n - 75.23

70 R² = 0.933

60
nosel 3/4
Daya (Watt)

50
nosel 1/2
40
Poly. (nosel 3/4)
30 Poly. (nosel 1/2)

20

10 2
P = -0.001n + 0.836n - 49.27

R² = 0.828
0

0 100 200 300 400 500 600

Putaran (rpm)

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Daya dengan Putaran pada Jumlah Sudu 16
30
2
η = -0.000n + 0.332n - 25.18
25 R² = 0.933

20
Nosel 3/4
Effisiensi (%)

15 nosel 1/2

10 Poly. (Nosel
3/4)

5 Poly. (nosel
2
1/2)
η = -0.000n + 0.227n - 13.39

0 R² = 0.828

0 100 200 300 400 500 600

Putaran (rpm)

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Putaran pada Jumlah Sudu 16

Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa daya terbaik yang dihasilkan turbin

pada jumlah sudu 16 menggunakan diameter nosel ¾” yaitu 41,8 Watt yang

dicapai pada putaran 220,33 rpm. Sedangkan pada diameter nosel ½” daya

terbaik yang dihasilkan turbin yaitu 74,95 Watt, dicapai pada putaran generator

308,60 rpm. Pada perubahan ukuran nosel dari ¾” menjadi ½” mengakibatkan

kenaikan daya sebesar 33,15 Watt atau sebesar 79,31 %. Pada gambar 4.4

menunjukkan bahwa efisiensi terbaik pada turbin jumlah sudu 16 diameter nosel

¾” yaitu 11,3 % dicapai pada putaran generator 205,8 rpm. Sedangkan pada nosel

½” efisiensi terbaik yaitu 25,1 % dicapai pada putaran 308,60 rpm. Pada

perubahan ukuran diameter nosel dari ¾” menjadi ½” mengakibatkan kenaikan

efisiensi sebesar 122,12 %.


4.3.3 Daya dan Efisiensi pada Jumlah Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ¾”

60

2
P = -0.000n + 0.282n - 13.51 Sudu 18 nosel
50
R² = 0.763 3/4
Daya (watt)

sudu 16 nosel
40 3/4

Poly. (Sudu 18
nosel 3/4)
30
2 Poly. (sudu 16
P = -0.001n + 0.836n - 49.27
R² = 0.828
100 200 300 400 500 600
Putaran (rpm)

15
2
η = -0.000n + 0.105n - 5.031
R² = 0.762

Sudu 18 nosel
10
3/4

Sudu 16 nosel
Efisiensi (%)

3/4
Poly. (Sudu 18
nosel 3/4)
2
η = -0.000n + 0.227n - 13.39 Poly. (Sudu 16
R² = 0.828 nosel 3/4)

100 200 300 400 500 600


Putaran (rpm)

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Efisiensi pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ¾”
Dari gambar 4.5 dapat dilihat bagaimana perbandingan daya yang
dihasilkan turbin menggunakan diameter nosel ¾” pada runner jumlah sudu 18
dan 16. Pada runner jumlah sudu 16 menghasilkan daya terbaik sebesar 41.93
Watt. Sedangkan pada runner jumlah sudu 18 menghasilkan daya terbaik sebesar
29,30 Watt. Jadi penambahan jumlah sudu pada diameter nosel ¾” mengakibatkan
penurunan daya sebesar 12,63 Watt atau sebesar 43,11 %. Pada gambar 4.6 dapat
dilihat bagaimana perbandingan efisiensi yang dihasilkan turbin menggunakan
diameter nosel ¾”. Pada runner jumlah sudu 16 menghasilkan efisiensi terbaik
sebesar 11,46 %. Sedangkan pada runner jumlah sudu 18 menghasilkan efisiensi
terbaik sebesar 10,8%. Jadi penambahan jumlah sudu pada nosel ¾”
mengakibatkan penurunan efisiensi sebesar 6,1 %. Jadi penambahan jumlah sudu
dari 16 menjadi 18 pada nosel ¾” mengakibatkan penurunan daya dan efisiensi.

4.3.4 Daya dan Efisiensi pada Jumlah Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ½”

80 2
P= -0.001n + 0.924n - 64.04

70 R² = 0.930

60
Sudu 18 nosel
50 1/2
Daya ( Watt )

40 Sudu 16 nosel
1/2
30
2
P= -0.001n + 0.992n - 75.23 Poly. (Sudu 18
20 nosel 1/2)
R² = 0.933
10 Poly. (Sudu 16
nosel 1/2)

0 100 200 300 400 500 600

Putaran ( rpm )

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Daya pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ½”
30

2
η= -0.000n + 0.309n- 21.44
25 R² = 0.930

20 Sudu 18 nosel 1/2


Efisiensi ( % )

15 Sudu 16 nosel 1/2

10 Poly. (Sudu 18
2 nosel 1/2)
η= -0.000n + 0.332n - 25.18
R² = 0.933 Poly. (Sudu 16
nosel 1/2)
5

0 100 200 300 400 500 600

Putaran ( rpm )

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Efisiensi pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ½”

Dari gambar 4.7, dapat dilihat bagaimana perbandingan Daya yang


dihasilkan turbin menggunakan diameter nosel ½” pada runner jumlah sudu 16
dan 18. Pada runner jumlah sudu 16 menghasilkan daya terbaik sebesar 74,95
Watt. Sedangkan pada runner jumlah sudu 18 menghasilkan daya terbaik sebesar
76,15 Watt. Jadi penambahan jumlah sudu pada diameter nosel ½” mengakibatkan
kenaikan daya sebesar 1,2 Watt atau sebesar 1,6 %. Pada gambar 4.8 dapat dilihat
bagaimana perbandingan efisiensi yang dihasilkan turbin menggunakan diameter
nosel ½” pada runner jumlah sudu 16 dan 18. Pada runner jumlah sudu 16
menghasilkan efisiensi terbaik sebesar 25,1 %. Sedangkan pada runner jumlah
sudu 18 menghasilkan efisiensi terbaik sebesar 25,55 %. Jadi penambahan jumlah
sudu pada diameter nosel ½” mengakibatkan kenaikan efisiensi sebesar 1,7 %.
Pada runner jumlah sudu 16, perubahan diameter nosel dari ¾” menjadi ½” menaikkan
daya sebesar 33,15 Watt dan efisiensi sebesar 11,3 %. Pada runner jumlah sudu 18,
perubahan diameter nosel dari ¾” menjadi ½” menaikkan daya sebesar 46,65 Watt atau
sebesar 158,14 % dan menaikkan efisiensi sebesar 135,92%. Semakin kecil diameter
nosel, putaran dari runner akan semakin cepat. Hal ini disebabkan kecepatan pancaran
air semakin tinggi sehingga momentum air menjadi semakin besar. Kecepatan pancar
air yang semakin tinggi dan momentum yang semakin besar mengakibatkan daya yang
dicapai juga semakin tinggi. Kecepatan pancaran air pada diameter nosel ½” lebih tinggi
dari pada nosel ¾” dapat juga dibuktikan dari perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Memahami Alternator,


http://www.galerimotor.com/alternator1.htm

Anonim, 2011, Microhydropower,

http://www.microhydropower.net. Anonim, 2011, Pelton Turbine,

http://home.carolina.rr.com/microhydro

Anonim, 2011, Turbin, http://en.wikipedia.com

Dietzel, Fritz, 1996, Turbin Pompa dan Kompresor, cetakan ke-5, Penerbit
Erlangga,Jakarta.

Maher, Phillip, 2009, Pico Power Pack,


www.eee.nottingham.ac.uk/picohydro/docs/ fabass (ch1-4).pdf

Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan


ElemenMesin, Cetakan ke-11. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Thake, Jeremy, 2000, The Micro-Hydro Pelton Turbin Manual, ITDG,


SouthamptonRow, London.

Anda mungkin juga menyukai