Anda di halaman 1dari 48

POTENSI AIR SEBAGAI SUMBER ENERGI

Potensi air sebagai sumber energi terutama digunakan sebagai penyedia energi listrik
melalui pembangkit listrik tenaga air maupun mikrohidro. Potensi tenaga air di seluruh
Indonesia diperkirakan sebesar 75684 MW. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas 100 MW ke atas dengan jumlah sekitar 800.

Banyaknya sungai dan danau air tawar yang ada di Indonesia merupakan modal awal
untuk pengembangan energi air ini. Namun eksploitasi terhadap sumber energi yang
satu ini juga harus memperhatikan ekosistem lingkungan yang sudah ada.

Pemanfaatan energi air pada dasarnya adalah pemanfaatan energi potensial gravitasi.
Energi mekanik aliran air yang merupakan transformasi dari energi potensial gravitasi
dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin atau kincir. Umumnya turbin digunakan
untuk membangkitkan energi listrik sedangkan kincir untuk pemanfaatan energi
mekanik secara langsung. Pada umumnya untuk mendapatkan energi mekanik aliran
air ini, perlu beda tinggi air yang diciptakan dengan menggunakan bendungan. Akan
tetapi dalam menggerakkan kincir, aliran air pada sungai dapat dimanfaatkan ketika
kecepatan alirannya memada.

Pembangkit listrik mikrohidro mengacu pada pembangkit listrik dengan skala di bawah
100 kW. Banyak daerah pedesaan di Indonesia yang dekat dengan aliran sungai yang
memadai untuk pembangkit listrik pada skala yang demikian. Diharapkan dengan
memanfaatkan potensi yang ada di desa-desa tersebut dapat memenuhi kebutuhan
energinya sendiri dalam mengantisipasi kenaikan biaya energi atau kesulitan jaringan
listrik nasional untuk menjangkaunya.

PLTA dan mikrohidro

Energi air yang dimanfaatkan di Indonesia pada umumnya dalam skala yang besar
(PLTA). Ada beberapa kontroversi untuk menggolongkan PLTA sebagai sumber energi
terbarukan, karena dampak negatifnya terhadap kondisi lingkungan. Bendungan besar
yang digunakan dapat memperlambat debit aliran sungai secara signifikan sehingga
mempengaruhi ekosistem sungai. Suplai air untuk keperluan lainnya pun juga terkena
dampak. Dalam konstruksi bendungan yang membutuhkan lahan yang luas seringkali
harus mengkonversi ekosistem di daerah aliran.

Berbeda dengan pemanfaatan energi mikrohidro, sehubungan dengan skala yang tidak
terlalu besar dampak terhadap lingkungan tidak terlalu besar
Pemanfaatan Energi Air
menggunakan Kincir dan Turbin

Kincir Air

Pemanfaatan energi air dalam


skala kecil dapat berupa
penerapan kincir air dan turbin.
Dikenal ada tiga jenis kincir air
berdasarkan sistem aliran
airnya, yaitu : overshot, breast-
shot, dan under-shot. (Animasi
9)

Pada kincir overshot, air melalui


atas kincir dan kincir berada di
bawah aliran air. Air memutar
kincir dan air jatuh ke
permukaan lebih rendah. Kincir
bergerak searah jarum jam.
Pada kincir breast-shot, kincir
diletakkan sejajar dengan aliran
air sehingga air mengalir
melalui tengah-tengah kincir.
Air memutar kincir berlawanan
dengan arah jarum jam. Pada
kincir under-shot, posisi kincir
air diletakkan agak ke atas dan
sedikit menyentuh air. Aliran air
yang menyentuh kincir
menggerakkan kincir sehingga
berlawanan arah dengan jarum
jam.

Besar daya yang dapat


diberikan aliran air melalui
kincir atau turbin dapat
dihitung dengan rumus
berikut :
Dimana :

η = efisiensi sistem (-)

σ = berat air persatuan volume (N/m3)

Q = debit air (m3/det)

h = ketinggian permukaan (m)

Bhp = daya yang diberikan aliran air melalui kincir (Watt)

Turbin

Turbin Kaplan

Turbin Pelton

Turbin Francis

Turbin Bankie

Turbin
Pelton
Bankie turbine merupakan salah satu jenis turbin aliran
silang yang dikembangkan oleh Anthony Michell
(Australia), Don�t B�nki (Hungaria) dan Fritz
Ossberger (Jerman).Berbeda dengan jenis turbin lainnya
dengan aliran aksial atau radial, pada turbin aliran silang
air dilewatkan turbin secara tranversal. Seperti pada
kincir air lainnya, air dilewetkan melalui tepi kincir
melewati silinder pusat dan keluar melewati tepi kincir
ang berbeda. Ketika air melewati silinder pusat, air
dapat membersihkan silinder dari kotoran dan polusi.
Tipe kincir ini mempunyai kecepatan mesin yang rendah.

Turbin aliran silang (Crossflow) ini biasanya terdiri dari


dua turbin yang mempunyai kapasitas yang berbeda.
Ba
Kincir turbin mempunyai diameter yang sama namun
nki
mempunyai panjang yang berbeda untuk
e
mempertahankan perbedaan volume pada tekanan yang Tur
sama. Turbin ini biasanya menghasilkan volume rasio 1 : bin
2. efisiensi total dari jenis turbin ini lebih rendah jika e
dibandingkan dengan turbin kaplan, Francis, dan Pelton.
Namun turbin ini mempunyai kurva efisiensi mendatar
dibawah beban yang bervariasi.

Sumber ; http://en.wikipedia.org/wiki/Banki_turbine

3. PRINSIP PEMANFAATAN MIKROHIDRO


Air dari sungai
dibendung, kemudian
dialirkan melalui parit.
Sebagian air dialirkan ke
dalam bak penampungan
dan sebagian lagi di
alirkan untuk keperluan
irigasi. Air dalam bak
penampungan kemudian
di saring dan dialirkan ke
dalam bak penenang.
Bak penenang berfungsi
untuk menenangkan air
agar tidak terjadi
kumparan air yang dapat
Hydroelectric Dam
menyebabkan turbin
bekerja tidak efisien. Air
dalam bak penenang
kemudian dialirkan
melalui pipa-pipa besar
yang disebut penstock
yang menuju power
house. Di dalam power
house terdapat turbin
dan generator. Putaran
turbin menyebabkan
generator berputar. Di
dalam generator energi
air yang digerakan turbin
diubah menjadi energi
listrik. Untuk
menghasilkan tegangan
yang tinggi maka perlu
adanya transformator.
Salah satu Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro
Hidro yang terdapat di
Indonesia adalah PLTMH
cinta mekar yang
berlokasi di Subang, Jawa
Barat.
Berikut adalah foto-foto PLTMH yang ada di Cinta Mekar :

AIR UNTUK IRIGASI


BAK
PENAMPUNGAN
POWER HOUSE

PENSTOCK

BAK PENENANG TRANSFORMATOR

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Energi yang sering kita pakai sehari-hari semakin lama semakin berkurang atau menipis.
Karena banyaknya pemakaian yang tidak terkontrol sehingga menimbulkan kelangkaan
atau bahkan habis sama sekali. Untuk itu sekarang perlu dipikirkan adanya energi
alternative untuk pengganti dari energi yang biasanya sering dipakai .

Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang dapat
digunakan yang bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional tanpa akibat
yang tidak diharapkan dari hal tersebut. Umumnya, istilah ini digunakan untuk
mengurangi penggunaan bahan bakar hidrokarbon yang mengakibatkan kerusakan
lingkungan akibat emisi karbon dioksida yang tinggi, yang berkontribusi besar terhadap
pemanasan global berdasarkan Intergovernmental Panel on Climate Change. Selama
beberapa tahun, apa yang sebenarnya dimaksud sebagai energi alternatif telah berubah
akibat banyaknya pilihan energi yang bisa dipilih yang tujuan yang berbeda dalam
penggunaannya.

Istilah "alternatif" merujuk kepada suatu teknologi selain teknologi yang digunakan pada
bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi. Teknologi alternatif yang digunakan untuk
menghasilkan energi dengan mengatasi masalah dan tidak menghasilkan masalah seperti
penggunaan bahan bakar fosil.

Tenaga air pada dasarnya adalah sebuah kekuatan yang berasal dari energi air yang
mengalir. Hal pertama yang perlu diketahui adalah tenaga air merupakan sumber energi
bersih yang terbarukan dan tidak mencemari planet kita dengan emisi CO2 yang
berbahaya, tidak seperti pembakaran pada bahan bakar fosil. Meskipun tenaga air tidak
menimbulkan polusi udara dan tidak berkontribusi pada masalah perubahan iklim
seperti pada bahan bakar fosil, tenaga air tidak sepenuhnya merupakan sumber energi
ramah lingkungan.

Energi air adalah energi yang telah dimanfaatkan secara luas di Indonesia yang dalam
skala besar telah digunakan sebagai pembangkit listrik. Beberapa perusahaan di bidang
pertanian bahkan juga memiliki pembangkit listrik sendiri yang bersumber dari energi air.
Di masa mendatang untuk pembangunan pedesaan termasuk industri kecil yang jauh
dari jaringan listrik nasional, energi yang dibangkitkan melalui sistem mikrohidro
diperkirakan akan tumbuh secara pesat.

I.2 Rumusan Masalah

Pada penulisan makalah ini perumusan masalah antara lain :

Berasal dari manakan sumber-sumber energi air ?


Bagaimana pemanfaatan energi air ?

Bagaimana potensi PLTA dan Mikrohidro di Indonesia ?

Apa sajakah kekurangan dan kelebihan dari energi air di Indonesia ?

I.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah

Untuk mengetahui sumber-sumber energi air

Memberikan informasi potensi energi air di Indonesia

Mengetahui pemanfaatan energi air serta kekurangan dan kelebihan energi air serta
potensi energi air di Indonesia
I.4 Manfaat

Dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi proses


pembelajaran mengenai energi konvensional dan energi non konvensional terutama
mengenai Energi Air yang menjadi fokus pada pemabahasan di makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Air

Air merupakan sumber energi yang murah dan relatif mudah didapat, karena pada air
tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air mengalir). Tenaga
air (Hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang
dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud energi mekanis maupun
energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan dengan menggunakan kincir air
atau turbin air yang memanfaatkan adanya suatu air terjun atau aliran air di sungai.
Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada besarnya head
dan debit air. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
memiliki dua atom hidrogen kovalen terikat pada atom oksigen tunggal. Air muncul di
alam dalan semua tiga negara umum dari materi dan dapat mengambil berbagai bentuk
di bumi seperti uap air dan awan di langit, air laut dan gunung es dilautan kutub, gletser
dan sungai-sungai di pegunungan, dan cairan pada akuifer.

Pada suhu dan tekana yang tinggi, seperti di pedalaman planet raksasa, ia berpendapat
bahwa air ada air inonik dimana molekul terurai menjadi sub ion hidrogen dan oksigen,
dan pada tekanan bahkan lebih tinggi sebagai air superionik dimana oksigen mngkristal
tetapi ion hidrogen mengapung dengan bebas dalam kisi oksigen.

2.2 Sumber-sumber energi air

2.2.1 Energi Kandungan Mekanis Air

Air Terjun

Pada dasarnya ada 3 faktor utama dalam penentuan pemakaian suatu potensi sumber
tenaga air untuk pembangkit tenaga listrik, yaitu :

Jumlah air yang tersedia

Tinggi terjun yang bisa dimanfaatkan

Jarak Lokasi

Perlu kita ketahui bahwa potensi energi air terjun adalah memanfaatkan energi dari
ketinggian atau potensial yang selanjutnya dikonversi menjadi energi kinetik untuk
menggerakkan sirip dan memutar turbin selanjutnya dirubah menjadi energi listrik.
Menurut perkiraan, potensi tenaga air yang dapat diperoleh secara teoritis adalah
48,23.1012 Kwh setahun atau 11,011 GW, bila diperhitungkan faktor kapasitas besar 50
%. Dari jumlah ini, potensi secara teknis dapat dikembangkan diperkirakan sebanyak
19,39.1012 Kwh atau 4,426 GW. Pemanfaatan sumber air yang belum optimal sesuai
dengan teoritis karena disebabkan kondisi geografis antara sumber energi air dengan
pusat pembangkit serta transmisi yang menghubungkan antara pusat pembangkit listrik
dengan konsumen listrik.

Energi Pasang Surut

Pada dasarnya, antara tenaga pasang surut dan tenaga air konvensional terdapat
kesamaan, yaitu keduanya adalah tenaga air, yang memanfaatkan grafitasi tinggi jatuh air
untuk pembangkit tenaga listrik. Perbedaan utama secara garis besar adalah sebagai
berikut:

Pasang surut menyangkut aurs air periodik dua arah dengan dua kali pasang dan dua kali
surut tiap hari.

Operasi di lingkungan air laut memerlukan bahan-bahan kontruksi yang lebih tahan
korosi.

Tinggi jatuh relatih sangat kecil (maks 11 m) bila dibandingkan dengan instalasi hidro
lainya.

Berdasarkan pengalaman, energi yang dapat dimanfaatkan adalaha sekitar 8 sampai 25%
dari seluruh energi teoritis yang ada, Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi, sebuah
instalasi pasang surut harus memasang kapasitas pembangkit listrik yang relatif lebih
besar. Di lain pihak pusat lisrik tenaga pasang surut tidak tergantung pada perubahan
musim sebagaimana halnya dengan sungai biasa.

Energi Ombak dan Arus

Hulls merumuskan daya yang terkandung dalam ombak mempunyai bentuk sebagai
berikut :

P = b.g.T.H²/64 Π

Dimana : P = Daya

b = Berat Jenis

g = Gravitasi

T = Periode

H = tinggi ombak rata-rata

Menurut hulls deretan ombak yang terdapat disekitar pantai selandia baru,
mempunyai tinggi rata-rata 1 meter dan periode 9 sekon, mempunyai daya sebesar 4,3
KW/meter Panjang ombak.

Melalui sistem transmisi, secara hidrolik atau melalui roda gigi,gerakan seputar
engsel dapat menjalankan suatu generator yang membangkitkan tenaga listrik.Menurut
penelitian para ahli,suatu deretan rakit sepanjang 1000 Km akan dapat membangkitkan
tenaga listrik yang setara dengan 25000 MW. Bentuk desain lain, berdasarkan
pengalaman para pelaut, bahwa bila ada sebuah pulau kecil ditengah laut, bahwa
ombak-ombak itu bila mendekati pulau tersebut akan memutar mengelilingi pulau itu.
Dalam desain ini Wirt dan Morrow membuat atol bendungan berupa sebuah bangunan
bahwa air berbentuk kuba, bergaris tengah lebih kurang 80 meter,yang dapat
memnfaatkan efek sebuah atol.

Gelombang laut akan memecah diatas kuba, membentuk spiral alamiah dan mendorong
serta menggerakan suatu deretan daun suduh baling-baling ditengah bangunan itu, yang
ada gilirannya menjalankan sebuah generator.

Dalam lautan terdapat arus-arus yang kuat,dengan air laut yang berpindah sampai
sejauh 1 atau 2000 KM,dengan kecepatan dan pada ketinggian yang berbeda-beda.
Dapat terjadi bahwa pada permukaan laut, air mengalir dengan kecepatan 1 sampai 2
KM/jam, Sedangkan 100 meter dibawahnya air mengalir dengan kecepatan 3 sampai 4
Km/jam dengan arah yang berlainan. Gaya-gaya ini dapat dimanfaatkan untuk
membangkitkan tenaga listrik dengan mempergunakan roda-roda air yang besar.

Energi gelombang laut/ombak laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan
gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya. Pada dasarnya pergerakan laut yang
menghasilkan gelombang laut terjadi akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul
akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara
oleh matahari yang berbeda di kedua titik tersebut. Mengingat sifat tersebut maka
energi gelombang laut dapat dikategorikan sebagai energi terbarukan.Gelombang laut
secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki ketinggian puncak
maksimum dan lembah minimum.

Gambar 3. Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga ombak

Pada selang waktu tertentu, ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut
berbeda-beda, bahkan ketinggian puncak ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika
diukur pada hari yang berbeda. Meskipun demikian secara statistik dapat ditentukan
ketinggian signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.Bila waktu yang
diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung dari data jumlah gelombang
laut yang teramati pada sebuah selang tertentu, maka dapat diketahui potensi energi
gelombang laut di titik lokasi tersebut. Potensi energi gelombang laut pada satu titik
pengamatan dalam satuan kw per meter berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat
ketinggian signifikan dikali waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut.
Berdasarkan perhitungan ini dapat diprediksikan berbagai potensi energi dari gelombang
laut di berbagai tempat di dunia. Dari data tersebut, diketahui bahwa pantai barat Pulau
Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat berpotensi memiliki
energi gelombang laut sekitar 40 kw/m.

Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi
energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin
generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan
akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal
dalam mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini, ada
beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih.

Alternatif teknologi yang diprediksikan tepat dikembangkan di pesisir pantai selatan


Pulau Jawa adalah Teknologi Tapered Channel (Tapchan). Prinsip teknologi ini cukup
sederhana, gelombang laut yang datang disalurkan memasuki sebuah saluran runcing
yang berujung pada sebuah bak penampung yang diletakkan pada sebuah ketinggian
tertentu (lihat gambar a). Air laut yang berada dalam bak penampung dikembalikan ke
laut melalui saluran yang terhubung dengan turbin generator penghasil energi listrik.
Adanya bak penampung memungkinkan aliran air penggerak turbin dapat beroperasi
terus menerus dengan kondisi gelombang laut yang berubah-ubah. Teknologi ini tetap
memerlukan bantuan mekanisme pasang surut dan pilihan topografi garis pantai yang
tepat. Teknologi ini telah dikembangkan sejak tahun 1985.

Alternatif teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang lebih banyak dikembangkan
adalah teknik osilasi kolom air (the oscillating water column). Teknologi ini telah
dikembangkan BPPT dengan didirikannya sebuah Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak
(PLTO) di Yogyakarta, yaitu model Oscillating Water Column. Kolom air yang berosilasi
(Oscillating Water Column). Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya air akibat
gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan
mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan
turbin.

Tujuan didirikannya PLTO ini adalah untuk memberikan model sumber energi alternatif
yang ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai Indonesia.
Model ini menunjukan tingkat efisiensi energi yang dihasilkan dan parameter-parameter
minimal hiroosenografi yang layak, baik itu secara teknis maupun ekonomis untuk
melakukan konversi energi.

Gambar 4. Prinsip kerja PLTO


Dalam PLTO ini proses masuk dan keluarnya aliran ombak pada suatu ruangan tertentu
(khusus) dapat menyebabkan terdorongnya udara keluar dan masuk melalui sebuah
saluran di atas ruang khusus tersebut. Apabila diletakkan sebuah turbin di ujung saluran
tersebut, maka aliran udara yang keluar masuk akan memutar turbin yang menggerakkan
generator. Kelemahan dari model ini adalah aliran keluar masuk udara dapat
menimbulkan kebisingan, akan tetapi karena aliran ombak sudah cukup bising umumnya
ini tidak menjadi masalah besar.

2.2.2 Energi Air Kandungan Termis

3.2.2.1 Konversi Energi Panas Laut

Pada teknologi konversi energi panas laut atau KEPL (Ocean Thermal Energy Conversion,
OTEC), siklus Rankine digunakan untuk menarik arus-arus energi termal yang
memiliki sekurang-kurangnya selisih suhu sebesar 20oC. Pada saat ini terdapat dua siklus
daya alternatif yang dikembangkan, yaitu siklus Claude terbuka dan siklus tertutup.

Siklus terbuka dengan mendidihkan air laut yang beroperasi pada tekanan rendah,
menghasilkan uap air panas yang melewati turbin penggerak/generator. Siklus tertutup
menggunakan panas permukaan laut untuk menguapkan fluida pengerak dengan
Amonia atau Freon. Uap panas menggerakan turbin, kemudian turbin berkerja
menghidupkan generator untuk menghasilkan listrik. Prosesnya, air laut yang hangat
dipompa melewati tempat pengubah dimana fluida pemanas tekanan rendah
diuapkan hingga menjalankan turbo-generator. Air dingin dari dalam laut dipompa
melewati pengubah kedua mengubah uap menjadi cair kemudian dialiri kembali
dalam sistem.

Dalam siklus Claude terbuka, air laut digunakan sebagai medium kerja maupun sebagai
sumber energi. Air hangat yang berasal dari permukaan laut diuapkan dalam suatu alat
penguap (flash evaporator) dan menghasilkan uap air dengan tekanan yang sangat
rendah, lk 0,02 hingga 0,03 bar dan suhu kira-kira 20oC. Uap itu memutar sebuah
turbin uap yang merupakan penggerak mula bagi generator yang menghasilkan energi
listrik (Gambar 1).

Karena tekanan uap itu rendah sekali maka ukuran-ukuran turbin menjadi sangat besar.
Setelah melewati turbin, uap yang sudah dimanfaatkan dialirkan ke sebuah kondensor
yang menghasilkan air tawar. Kondensor didinginkan oleh air laut yang berasal dari
lapisan bawah permukaan laut. Dengan demikian, metode dengan siklus Claude ini
menghasilkan energi listrik maupun air tawar. Masalah dengan metode ini adalah bahwa
ukuran-ukuran turbin menjadi sangat besar karena tekanan uap yang begitu rendah.
Sebagai contoh, sebuah modul sebesar 10 MW yang terdiri atas penguap, turbin dan
kondensor, akan memerlukan ukuran garis tengah dan panjang 100 meter.

Gambar 1.Skema Prinsip Konversi Energi Panas Laut (Siklus Terbuka)


Dalam kaitan ini maka metode kedua, yaitu dengan siklus tertutup, merupakan pilihan
yang pada saat ini lebih disukai dan digunakan banyak proyek percobaan. Seperti yang
terlihat pada gambar 2, air permukaan yang hangat dipompa ke sebuah penukar panas
atau evaporator, dimana energi panas dilepaskan kepada suatu medium kerja,
misalnya amonia. Amonia cair itu akan berubah menjadi gas dengan tekanan kira-kira
8,7 bar dan suhu lk 21oC. Turbin berputar menggerakkkan generator listrik yang
menghasilkan energi listrik. Gas amonia akan meninggalkan turbin pada tekanan kira-kira
5,1 bar dan suku lk 11oC dan kemudian di bawa ke kondensor. Pendinginan pada
kondensor mengakibatkan gas amonia itu kembali menjadi bentuk benda cair.

Gambar 2.Skema Prinsip Konversi Energi Panas Laut (Siklus Tertutup


Gambar 3. PLT-PL Di Pantai dan Di Laut
2.3 Potensi dan Pemanfaatan Energi Air di Indonesia

Potensi air sebagai sumber energi terutama digunakan sebagai penyedia energi listrik melalui
pembangkit listrik tenaga air maupun mikrohidro. Potensi tenaga air di seluruh Indonesia diperkirakan
sebesar 75684 MW. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas
100 MW ke atas dengan jumlah sekitar 800.

Banyaknya sungai dan danau air tawar yang ada di Indonesia merupakan modal awal untuk
pengembangan energi air ini. Namun eksploitasi terhadap sumber energi yang satu ini juga harus
memperhatikan ekosistem lingkungan yang sudah ada.

Pemanfaatan energi air pada dasarnya adalah pemanfaatan energi potensial gravitasi. Energi mekanik
aliran air yang merupakan transformasi dari energi potensial gravitasi dimanfaatkan untuk
menggerakkan turbin atau kincir. Umumnya turbin digunakan untuk membangkitkan energi listrik
sedangkan kincir untuk pemanfaatan energi mekanik secara langsung. Pada umumnya untuk
mendapatkan energi mekanik aliran air ini, perlu beda tinggi air yang diciptakan dengan menggunakan
bendungan. Akan tetapi dalam menggerakkan kincir, aliran air pada sungai dapat dimanfaatkan ketika
kecepatan alirannya memada.

Pembangkit listrik mikrohidro mengacu pada pembangkit listrik dengan skala di bawah 100 kW. Banyak
daerah pedesaan di Indonesia yang dekat dengan aliran sungai yang memadai untuk pembangkit listrik
pada skala yang demikian. Diharapkan dengan memanfaatkan potensi yang ada di desa-desa tersebut
dapat memenuhi kebutuhan energinya sendiri dalam mengantisipasi kenaikan biaya energi atau
kesulitan jaringan listrik nasional untuk menjangkaunya.

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki begitu banyak sumber daya alam seperti
minyak bumi, gas alam, batubara serta potensi-potensi lainnya . Air merupakan salah satu potensi
terbesar yang dimiliki oleh Indonesia sebagai Pembangkit listrik selain karena ramah lingkungan PLTA
juga merupakan pemasok sekitar 70.000 MW listrik yang ada di Indonesia, berikut beberapa contoh PLTA
di Indonesia :

Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Angkup Terdapat di Provinsi DI Aceh

Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Cibadak Terdapat di Provinsi Jawa Barat

Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Saguling Terdapat di Provinsi Jawa barat

Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Selorejo Terdapat di Provinsi Jawa Timur

Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Sempor Terdapat di Provinsi Jawa Tengah

Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Sentani Terdapat di Provinsi Papua

Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Tes Terdapat di Provinsi Bengkulu

Hal ini membuktikan bahwa indonesia benar-benar berpotensi untuk menggunakan air sebagai
pembangkit listrik yang kedepannya nanti bisa lebih dikembangkan lagi agar tidak terlalu bergantung ke
energi fossil yang semakin hari semakin menipis.
2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

PLTA adalah salah satu pembangkit yang memanfaatkan aliran air untuk diubah menjadi energi listrik.
Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. Pembangkit listrik ini bekerja
dengan cara merubah energi air yang mengalir (dari bendungan atau air terjun) menjadi energi mekanik
(dengan bantuan turbin air) dan dari energi mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator).

Komponen PLTA yang paling konvensional mempunyai empat komponen utama sebagai berikut :

Bendungan, berfungsi menaikkan permukaan air sungai untuk menciptakan tinggi jatuh air. Selain
menyimpan air, bendungan juga dibangun dengan tujuan untuk menyimpan energi.

Turbine, gaya jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar. Turbin air
kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk memutar baling-baling
digantikan air untuk memutar turbin. Selanjutnya turbin merubah energi kenetik yang disebabkan gaya
jatuh air menjadi energi mekanik.

Generator, dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga ketika baling-baling turbin
berputar maka generator juga ikut berputar. Generator selanjutnya merubah energi mekanik dari turbin
menjadi energi elektrik. Generator di PLTA bekerja seperti halnya generator pembangkit listrik lainnya.

Jalur Transmisi, berfungsi menyalurkan energi listrik dari PLTA menuju rumah-rumah dan pusat industri.

Keterangan :

Waduk = tempat nampung air sungai

Main Gate = pintu air utama

Bendungan = penahan laju sungai

Penstock = pipa yang nyalurin air dr waduk ke pembangkit

Katup Utama = katup buka/tutup

Turbin = yang digerakan sama air


Generator = pengubah E mekanik jadi E listrik

Draftube = penampung air sebelum dibuang

Tailrace = pembuangan air

Transformator = pengubah listrik

Switchyard = pengatur listrik

Kabel Transmisi = distributor listrik

Spillways = air waduk klo lebih kluar lewat sinis

Besarnya listrik yang dihasilkan PLTA tergantung dua factor sebagai berikut :

Berapa besar air yang jatuh. Semakin tinggi air jatuh, maka semakin besar tenaga yang dihasilkan.
Biasanya, tinggi air jatuh tergantung tinggi dari suatu bendungan. Semakin tinggi suatu bendungan,
semakin tinggi air jatuh maka semakin besar tenaga yang dihasilkan. Ilmuwan mengatakan bahwa tinggi
jatuh air berbanding lurus dengan jarak jatuh. Dengan kata lain, air jatuh dengan jarak dua satuan maka
akan menghasilkan dua satuan energi lebih banyak.

Jumlah air yang jatuh. Semakin banyak air yang jatuh menyebabkan turbin akan menghasilkan tenaga
yang lebih banyak. Jumlah air yang tersedia tergantung kepada jumlah air yang mengalir di sungai.
Semakin besar sungai akan mempunyai aliran yang lebih besar dan dapat menghasilkan energi yang
banyak. Tenaga juga berbanding lurus dengan aliran sungai. Dua kali sungai lebih besar dalam
mengalirkan air akan menghasilkan dua kali lebih banyak energi.
Prinsip dasar pemanfaatan sumber energi ini adalah dengan

mengandalkan jumlah debit air

dengan memanfaatkan ketinggian jatuhnya air.

Berdasarkan konstruksinya, ada dua cara pemanfaatan tenaga air untuk pembangkit listrik:

memanfaatkan aliran air sungai tanpa membangun bendungan dan reservoir atau yang sering disebut
dengan Run-of-river Hydropower

membangun bendungan dan membuat reservoir untuk mengalirkan air ke turbin.

Secara umum cara kerja PLTA adalah dengan memanfaatkan energi dari aliran air dalam jumlah debit
tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau waduk) melalui intake, kemudian dengan menggunakan
pipa pembawa (headrace) air diarahkan menuju turbin. Beberapa PLTA biasanya menggunakan pipa
pesat (penstock) sebelum dialirkan menuju turbin/kincir air, dengan tujuan meningkatkan energi dalam
air dengan memanfaatkan gravitasi dan mempertahankan tekanan air jatuh.

Gambar 2 Pembangkit Listrik Tenaga Air


(a) dengan bendungan (b) tanpa bendungan

Turbin yang tertabrak air akan memutar generator dalam kecepatan tertentu, sehingga terjadilah proses
konversi energi dari gerak ke listrik. Sementara air yang tadi digunakan untuk memutar turbin
dikembalikan ke alirannya. Energi listrik yang dibangkitkan dapat digunakan secara langsung, disimpan
dalam baterai ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas listrik pada jaringan.

Keunggulan dan Kekurangan PLTA

Ada beberapa keunggulan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dapat dirangkum secara garis
besar sebagai berikut :

Respon pembangkit listrik yang cepat dalam menyesuaikan kebutuhan beban. Sehingga pembangkit
listrik ini sangat cocok digunakan sebagai pembangkit listrik tipe peak untuk kondisi beban puncak
maupun saat terjadi gangguan di jaringan.

Kapasitas daya keluaran PLTA relatif besar dibandingkan dengan pembangkit energi terbarukan
lainnya dan teknologinya bisa dikuasai dengan baik oleh Indonesia.

PLTA umumnya memiliki umur yang panjang, yaitu 50-100 tahun.

Bendungan yang digunakan biasanya dapat sekaligus digunakan untuk kegiatan lain, seperti irigasi atau
sebagai cadangan air dan pariwisata.

Bebas emisi karbon yang tentu saja merupakan kontribusi berharga bagi lingkungan.

Kekurangan dari pembangunan PLTA/kerugiannya yaitu sebagai berikut:


Pada lingkungan, yaitu mengganggu keseimbangan ekosistem sungai/danau akibat dibangunnya
bendungan.

Biaya investasi paling mahal.

Pembangunan bendungan memakan waktu yang lama.

Memerlukan lahan yang luas.

Disamping itu terkadang, kerusakan pada bendungan dapat menyebabkan resiko kecelakaan dan
kerugian yang sangat besar.

Data PLTA di Sumatera Selatan

N Nama Lokasi Kapas


o itas
.
1 PLTA Sumater 4 x 17
Maninja a Barat MW
u
2 PLTA Sumater 4 x 43
Singkara a Barat MW
k
3 PLTA Sumater 3 x 3,5
Batang a Barat MW
Agam
4 PLTA Riau 3 x 38
Koto MW
Panjang
5 PLTA Riau 2 x 16
Talang MW
Lembu
6 PLTA Sumater 3 x 70
Musi a Selatan MW
7 PLTA Bengkul 1 x 17
Tes u MW
8 PLTA Lampun 2 x 45
Way g MW
Besai
9 PLTA Lampun 2 x 14
Batu g MW
Tegi

2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

Pembangkit listrik mikrohidro adalah suatu pembangkit yang dapat menghasilkan energi listrik sampai
dengan 100 KW sedangkan untuk pembangkit listrik yang dapat menghasilkan energi listrik sebesar 100
KW – 5 MW didefinisikan sebagai pembangkit listrik. Secara teknis, mikrohidro mempunyai tiga
komponen utama yaitu air sumber energi, turbin dan generator.
Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dengan ketinggian tertentu melalui pipa pesat
menuju rumah instalasi (powerhouse). Di rumah instalasi, air tersebut akan menumbuk turbin sehingga
akan menghasilkan energi mekanik berupa berputarnya poros turbin. Putaran poros turbin ini akan
memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik. Secara skematis ditunjukkan pada gambar 2.1.
berikut ini :

Gambar 2.1 Skema PLTMH

Cara kerja PLTMH sebagai berikut, Aliran sungai dibendung agar mendapatkan debit air ( Q) dan tinggi
jatuh air (H), kemudian air yang dihasilkan disalurkan melalui saluran penghantar air menuju kolam
penenang, Kolam penenang dihubungkan dengan pipa pesat, dan pada bagian paling bawah di pasang
turbin air. Pada turbin air akan berputar setelah mendapat tekanan air (P) dan perputaran turbin
dimanfaatkan untuk memutar generator, Setelah mendapat putaran yang constan maka generator akan
menghasilkan tegangan listrik, yang dikirim kekonsumen melalui saluran kabel distribusi ( JTM atau JTR).

Manfaat penerapan PLTMH di Indonesia adalah sebagai berikut :

Meningkatkan Kualitas hidup masyarakat

Memberikan penerangan (lampu), dengang kualitas lebih baik, sehingga jam belajar dan beraktifitas
lebih panjang

Membukakan akses pada informasi (radio, Televisi, internet)

Memberikan akses pada sumber air minum dan pertanian


Menciptakan bisnis baru didesa (jadi distributor/service center yang mampu dilakukan oleh Koperasi

Menciptakan lapangan kerja di desa (penjualan dan service center memerlukan banyak tenaga lokal)

Menciptakan Tenaga Teknisi di desa

Mengatur tata lahan air, untuk irigasi pertanian.

Gambar 4.6 menunjukkan manfaat PLTMH di masyarakat khususnya di pedesaan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa Air merupakan sumber energi
yang luas yang bisa digunakan, ada beberapa pembangkit listrik yang bisa kita gunakan diantaranya :

PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)

PLTO (Pembangkit Listrik Tenaga Ombak)

PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga MikroHidro)

Banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan apabila menggunakan pembangkit tenaga air, serta
bersahabat dengan lingkungan sekitar. Lagipula potensi air di Indonesia sangatlah besar sehingga bisa
mendapatkan sumber energi air yang sangat mudah dan besar, serta dapat mengurangi pemakaian
energi fosil sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik yang semakin hari semakin berkurang bahkan
kandungan minyak bumi sekarang hanya cukup untuk 19 tahun lagi.

Saran

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari ada banyak kekurangan. Untuk itu saran dan
bimbingan sangat diperlukan untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://4bri.blogspot.com/2011/11cara-kerja-pembangkit-listrik-tenaga.html#ixzz2TBJzkFqd

Diakses : 17 April 2013

http://iskandardotmansyur.blogspot.com/2011/04/pltmh.html

Diakses : 17 April 2013

http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2008/ppgb_2008_farel_napitulupu.pdf

Diakses : 17 April 2013


http://www.alpensteel.com/article/66-105-energi-sungai-plta--waduk--bendungan/4164--sembilan-plta-
di-sumatera-bagian-selatan-dan-tengah.html

Diakses : 18 Mei 2013


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu sumber energi listrik yang memanfaatkan air sebagai
sumber listrik. Pembangkit ini merupakan salah satu sumber energi listrik utama yang ada di Indonesia.
Keberadaannya diharapkan mampu memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat Indonesia, selain yang
berasal dari bahan bakar batu bara. Pembangkit listrik tenaga air di Indonesia banyak dikembangkan. Hal
ini karena persediaan air di Indonesia cukup melimpah. Keberadaan beberapa waduk besar di Indonesia,
selain digunakan untuk penampungan air juga dimanfaatkan untuk menjadi energi penghasil listrik.
Pilihan mengembangkan pembangkit listrik tenaga air ini salah satunya disebabkan potensi air yang ada
di Indonesia. Jumlah air yang melimpah, dikembangkan untuk menciptakan energi yang diubah menjadi
sebuah arus listrik. Hal ini ditujukan untuk menciptakan biaya produksi yang murah pada listrik di
Indonesia. Pembangkit listrik tenaga air termasuk salah satu sumber pembangkit listrik tertua yang
pernah ditemukan. Selain pembangkit ini, masih ada pula beberapa jenis pembangkit listrik yang ada di
dunia. Seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga diesel, dan juga pembangkit
listrik tenaga nuklir. Pembangkit tinggi tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial
(dari dam atauair terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energy mekanik
menjadi energi listrik (dengan bantuan generator). Kapasitas PLTA diseluruh dunia ada sekitar 675.000
MW ,setara dengan 3,6 milyar barrel minyak atau samadengan 24 % kebutuhan listrik dunia yang
digunakan oleh lebih 1 milyar orang. PLTA termasuk jenis pembangkitan hidro. Karena pembangkitan ini
menggunakan air untuk kerjanya. Saat ini pengetahuan tentang PLTA perlu untuk diketahui oleh para
mahasiswa sebagai modal awal untuk kedepannya.

PLTA mulai dikembangkan di Indonesia secara bertahap pada tahun 1900. Masa itu merupakan era
dimana penggunaan bahan bakar minyak merupakan sumber energi utama di dunia. Pengembangan
PLTA tidak terlalu diprioritaskan oleh karena itu progresnya berjalan lambat. Sedangkan sekarang,
pengembangan PLTA mulai di tinjau ulang karena penggunaan bahan bakar minyak mengahasilkan
banyak polusi lingkungan dan persediaan bahan bakar minyak mulai menipis.

Beberapa alasan tambahan bahwa PLTA lebih menguntungkan dibandingkan tipe generator lain adalah :

1. Persediaan air cenderung tidak habis dan dapat diperbaharui.

2. Ramah Lingkungan.

3. Tidak memerlukan bahan bakar.

4. Periode mulainya terjadi secara terus menerus.

5. Pengoperasiannya sederhana dan biaya perawatannya murah.

6. Hampir tidak ada resiko meledak.

B. Rumusan Masalah

Adapun hal yang akan dibahas mengenai PLTA pada makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan PLTA?


2. Bagaimana sebuah PLTA bisa beroperasi?

3. Bagaimana prinsip kerja PLTA?

4. Siapa sasaran dari pembangunan PLTA?

5. Apa saja yang dibutuhkan untuk membangun PLTA?

6. Apakah dampak dari pembangunan PLTA?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan dari pembahasan mengenai PLTA pada makalah ini adalah:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pembangkitan listrik, khususnya PLTA.

2. Mahasiswa mengetahui bagaimana prinsip kerja dari sebuah PLTA.

3. Dengan membahas PLTA, kita bisa mengetahui faktor penting dalam pembangunan PLTA dan
dampak bagi masyarakat sekitar.

BAB II
ISI

A. Landasan Teori

Tenaga air merupakan sumber daya terpenting. Tenaga air memiliki beberapa keuntungan yang tidak
dapat dipisahkan. Bahan bakar untuk PLTU adakah batubara. Berdasarkan pengertian yang sama, kita
dapat mengatakan bahwa bahan bakr untuk PLTA adalah air. Nyatanya suatu jurnal teknis mengenai
tenag air menamakannya sebagi batubara putih. Tetapi keunggulan untuk bahan bakar PLTA ini sama
sekali tidak akan habis terpakai ataupun berubah menjadi yang lain.

PLTA tidak menghadapi masalah pembuangan limbah. PLTA meruapkan suatu sumber energy yang abadi.
Air melintas melalaui turbin tanpa kehilangan kemampuan pelayanan untuk wilayah di hilirnya. Biaya
pengoperasian dan pemeliharaan PLTA sangat rendah.

Pada PLTA, transportasi batubara putih berlangsung secara alamiah. Turbin-turbin pada PLTA bisa
dioperasikan setiap saat dan cukup sederhana untuk dimengerti. Peralatan PLTA yang mutakhir,
umumnya memiliki peluang yang besar untuk bisa dioperasikan selama 50 tahun. PLTA bisa
diamnfaatkan untuk cadangan yang bisa diandalakn pada sistem kelistrikan terpadu.
1. Pengertian PLTA

Pengertian pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial (dari dam
atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbinair) dan dari energi mekanik menjadi
energi listrik (dengan bantuan generator) Pembangkit listrik tenaga air konvensional bekerja dengan cara
mengalirkan air dari dam ke turbin setelah itu air dibuang. Pada saat beban puncak air dalam lower
reservoir akan di pompa ke upper reservoir sehingga cadangan air pada waduk utama tetap stabil.

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial (dari dam atau air
terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energi mekanik menjadi energi
listrik (dengan bantuan generator).

PLTA dapat beroperasi sesuai dengan perancangan sebelumnya, bila mempunyai Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang potensial sebagai sumber air untuk memenuhkebutuhan dalam pengoperasian PLTA tersebut.
Pada operasi PLTA tersebut, perhitungan keadaan air yang masuk pada waduk / dam tempat
penampungan air, beserta besar air yang tersedia dalam waduk / dam dan perhitungan besar air yang
akan dialirkan melalui pintu saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak sumber listrik
tersebut, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki, dengan demikian kontrol terhadap air yang masuk
maupun yang didistribusikan ke pintu saluran air untuk menggerakkan turbin harus dilakukan dengan
baik, sehingga dalam operasi PLTA tersebut, dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efisiensi
penggunaan air maupun pengamanan seluruh sistem, sehingga PLTA tersebut, dapat beroperasi
sepanjang tahun, walaupun pada musim kemarau panjang.

Kapasitas PLTA diseluruh dunia ada sekitar 675.000 MW ,setara dengan 3,6 milyar barrel minyak atau
sama dengan 24 % kebutuhan listrik dunia yang digunakan oleh lebih 1 milyar orang.

Dalam penentuan pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air bagi pembangkitan tanaga listrik
ditentukan oleh tiga faktor yaitu:

a. Jumlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh hujan dan atau salju.

b. Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan, hal mana tergantung dari topografi daerah tersebut.

c. Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat-pusat beban atau jaringan transmisi.

2. Prinsip PLTA dan konversi energi

Pada prinsipnya PLTA mengolah energi potensial air diubah menjadi energi kinetis dengan adanya head,
lalu energi kinetis ini berubah menjadi energi mekanis dengan adanya aliran air yang menggerakkan
turbin, lalu energi mekanis ini berubah menjadi energi listrik melalui perputaran rotor pada generator.
Jumlah energi listrik yang bisa dibangkitkan dengan sumber daya air tergantung pada dua hal, yaitu jarak
tinggi air (head) dan berapa besar jumlah air yang mengalir (debit).

Untuk bisa menghasilkan energi listrik dari air, harus melalui beberapa tahapan perubahan energi, yaitu:

a. Energi Potensial

Energi potensial yaitu energi yang terjadi akibat adanya beda potensial, yaitu akibat adanya perbedaan
ketinggian. Besarnya energi potensial yaitu:

Ep = m . g . h
Dimana:

Ep : Energi Potensial

m : massa (kg)

g : gravitasi (9.8 kg/m2)

h : head (m)

b. Energi Kinetis

Energi kinetis yaitu energi yang dihasilkan akibat adanya aliran air sehingga timbul air dengan kecepatan
tertentu, yang dirumuskan.

Ek = 0,5 m . v . v

Dimana:

Ek : Energi kinetis

m : massa (kg)

v : kecepatan (m/s)

c. Energi Mekanis

Energi mekanis yaitu energi yang timbul akibat adanya pergerakan turbin. Besarnya energi mekanis
tergantung dari besarnya energi potensial dan energi kinetis. Besarnya energi mekanis.

dirumuskan: Em = T . ω . t

Dimana:

Em : Energi mekanis

T : torsi

ω : sudut putar

t : waktu (s)

d. Energi Listrik

Ketika turbin berputar maka rotor juga berputar sehingga menghasilkan energi listrik sesuai persamaan:

El = V . I . t

Dimana:

El : Energi Listrik

V : tegangan (Volt)

I : Arus (Ampere)
t : waktu (s)

3. Komponen Dasar PLTA

Komponen – komponen dasar PLTA berupa dam, turbin, generator dan transmisi. Dam berfungsi untuk
menampung air dalam jumlah besar karena turbin memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil. Selain
itu dam juga berfungsi untuk pengendalian banjir.

a. Turbin

Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik. Air akan memukul sudu –
sudu dari turbin sehingga turbin berputar. Perputaran turbin ini di hubungkan ke generator.

Turbin merupakan peralatan yang tersusun dan terdiri dari beberapa peralatan suplai air masuk turbin,
diantaranya sudu (runner), pipa pesat (penstock), rumah turbin (spiral chasing), katup utama (inlet
valve), pipa lepas (draft tube), alat pengaman, poros, bantalan (bearing), dan distributor listrik. Menurut
momentum air turbin dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin reaksi dan turbin impuls. Turbin
reaksi bekerja karena adanya tekanan air, sedangkan turbin impuls bekerja karena kecepatan air yang
menghantam sudu.

Prinsip Kerja Turbin Reaksi yaitu Sudu-sudu (runner) pada turbin francis dan propeller berfungsi sebagai
sudu-sudu jalan, posisi sudunya tetap (tidak bisa digerakkan). Sedangkan sudu-sudu pada turbin kaplan
berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisi sudunya bisa digerakkan (pada sumbunya) yang diatur oleh
servomotor dengan cara manual atau otomatis sesuai dengan pembukaan sudu atur. Proses penurunan
tekanan air terjadi baik pada sudu-sudu atur maupun pada sudu-sudu jalan (runner blade). Prinsip Terja
Turbin Pelton berbeda dengan turbin rekasi Sudu-sudu yang berbentuk mangkok berfungsi sebagai sudu-
sudu jalan, posisinya tetap (tidak bisa digerakkan).

Dalam hal ini proses penurunan tekanan air terutama terjadi didalam sudu-sudu aturnya saja (nosel) dan
sedikit sekali (dapat diabaikan) terjadi pada sudu-sudu jalan (mangkok-mangkok runner).Air yang
digunakan untuk membangkitkan listrik bisa berasal dari bendungan yang dibangun diatas gunung yang
tinggi, atau dari aliran sungai bawah tanah. Karena sumber air yang bervariasi, maka turbin air didesain
sesuai dengan karakteristik dan jumlah aliran airnya. Berikut ini merupakan berbagai jenis turbin yang
biasa digunakan untuk PLTA.

b. Generator

Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan gearbox. Memanfaatkan perputaran turbin
untuk memutar kumparan magnet didalam generator sehingga terjadi pergerakan elektron yang
membangkitkan arus AC.

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanis.
Generator terdiri dari dua bagian utama, yaitu rotor dan stator. Rotor terdiri dari 18 buah besi yang dililit
oleh kawat dan dipasang secara melingkar sehingga membentuk 9 pasang kutub utara dan selatan. Jika
kutub ini dialiri arus eksitasi dari Automatic Voltage Regulator (AVR), maka akan timbul magnet. Rotor
terletak satu poros dengan turbin, sehingga jika turbin berputar maka rotor juga ikut berputar. Magnet
yang berputar memproduksi tegangan di kawat setiap kali sebuah kutub melewati “coil” yang terletak di
stator. Lalu tegangan inilah yang kemudian menjadi listrik. Agar generator bisa menghasilkan listrik, ada
tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:

i. Putaran

Putaran rotor dipengaruhi oleh frekuensi dan jumlah pasang kutub pada rotor, sesuai dengan
persamaan:

η = 60 . f / P

dimana:

η : putaran

f : frekuensi

P : jumlah pasang kutub

Jumlah kutub pada rotor di PLTA Saguling sebanyak 9 pasang, dengan frekuensi system sebesar 50 Hertz,
maka didapat nilai putaran rotor sebesar 333 rpm.

ii. Kumparan

Banyak dan besarnya jumlah kumparan pada stator mempengaruhi besarnya daya listrik yang bisa
dihasilkan oleh pembangkit

iii. Magnet

Magnet yang ada pada generator bukan magnet permanen, melainkan dihasilkan dari besi yang dililit
kawat. Jika lilitan tersebut dialiri arus eksitasi dari AVR maka akan timbul magnet dari rotor.

Sehingga didapat persamaan:

E=B.V.L

Dimana:

E : Gaya elektromagnet

B : Kuat medan magnet

V : Kecepatan putar

L : Panjang penghantar

Dari ketiga hal tersebut, yang bernilai tetap adalah putaran rotor dan kumparan, sehingga agar beban
yang dihasilkan sesuai, maka yang bisa diatur adalah sifat kemagnetannya, yaitu dengan mengatur
jumlah arus yang masuk. Makin besar arus yang masuk, makin besar pula nilai kemagnetannya,
sedangkan makin kecil arus yang masuk, makin kecil pula nilai kemagnetannya.

Menurut jenis penempatan thrust bearingnya, generator dibedakan menjadi empat, yaitu:
· Jenis biasa thrust bearing diletakkan diatas generator dengan dua guide bearing.

· Jenis Payung (Umbrella Generator) thrust bearing dan satu guide bearing diletakkan dibawah rotor.

· Jenis setengah payung (Semi Umbrella Generator) kombinasi guide dan thrust bearing diletakkan
dibawah rotor dan second guide bearing diletakkan diatas rotor.

· Jenis Penunjang Bawah thrust bearing diletakkan dibawah coupling. Generator yang digunakan di
Saguling adalah jenis Setengah Payung.

c. Travo

Travo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik (AC) agar listrik tidak banyak terbuang saat
dialirkan melalui transmisi. Travo yang digunakan adalah travo step up. Transmisi berguna untuk
mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah – rumah atau industri. Sebelum listrik kita pakai tegangannya di
turunkan lagi dengan travo step down. Pembangkit listrik tenaga air konvensional bekerja dengan cara
mengalirkan air dari dam ke turbin setelah itu air dibuang. Saat ini ada teknologi baru yang dikenal
dengan pumped-storage plant.

d. Bendungan

Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau,
atau tempat rekreasi. Bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pusat Listrik Tenaga
Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak
diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan. Jenis bendungan antara lain:

i. Bendungan Beton

· Bendungan Gravitasi

· Bendungan Busur

· Bendungan Rongga

ii. Bendungan Urugan

· Bendungan Urugan Batu

· Bendungan Tanah

iii. Bendungan Kerangka Baja

iv. Bendungan Kayu

4. Jenis PLTA

a. PLTA jenis terusan air (water way)


Adalah pusat listrik yang mempunyai tempat ambil air (intake) di hulu sungai dan mengalirkan air ke hilir
melalui terusan air dengan kemiringan (gradient) yang agak kecil.Tenaga listrik dibangkitkan dengan cara
memanfaatkan tinggi terjun dan kemiringan sungai.

b. PLTA jenis DAM /bendungan

Adalah pembangkit listrik dengan bendungan yang melintang disungai, pembuatan bendungan ini
dimaksudkan untuk menaikkan permukaan air dibagian hulu sungai guna membangkitkan energi
potensial yang lebih besar sebagai pembangkit listrik.

c. PLTA jenis terusan dan DAM (campuran)

Adalah pusat listrik yang menggunakan gabungan dari dua jenis sebelumnya, jadi energi potensial yang
diperoleh dari bendungan dan terusan.

5. Waduk

Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan. Waduk dapat
terjadi secara alami maupun dibuat manusia.Sesuai dengan kondisi alam, pengembangan PLTA dapat
dibagi atas 2 jenis yaitu : tipe waduk dan tipe aliran langsung. Tipe waduk dapat berupa
bendungan(reservoir) dan keluaran danau (lake outlet), sedangkan tipe aliran langsung dapat berupa
aliran langsung sungai (run-off river) dan aliran langsung dengan bendungan pendek (run-off river with
low head dam). Contohnya adalah bendungan Scrivener, Canberra Australia, dibangun untuk mengatasi
banjir 5000-tahunan.

Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut
penuh, dan dapat diklasifikasikan menurut struktur, tujuan atau ketinggian.

a. Berdasarkan struktur dan bahan yang digunakan, bendungan dapat diklasifikasikan sebagai: Dam
kayu, "embankment dam" atau "masonry dam".

b. Berdasarkan tujuan dibuatnya, yaitu: untuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan air
di perkotaan meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi
atau habitat untuk ikan dan hewan lainnya. Pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat
industri seperti pertambangan atau pabrik.

c. Berdasarkan ketinggian, yaitu: dam besar lebih tinggi dari 15 meter dan dam utama lebih dari 150
m.-dam rendah kurang dari 30 m, dam ketinggian-medium antara 30 -100 m, dan dam tinggi lebih dari
100 m.Beberapa bendungan lainnya yaitu bendungan Sadel sebenarnya adalah sebuah dike,yaitu
tembok yang dibangun sepanjang sisi danau untuk melindungi tanah disekelilingnya dari banjir. Ini mirip
dengan tanggul, yaitu tembok yang dibuatsepanjang sisi sungai atau air terjun untuk melindungi tanah di
sekitarnya darikebanjiran. Sebuah bendungan Pengukur overflow dam didisain untuk dilewati air. Weir
adalah sebuah tipe bendungan pengukur kecil yang digunakan untuk mengukur input air. Bendungan
Pengecek check dam adalah bendungan kecil yang didisain untuk mengurangi dan mengontrol arus soil
erosion. Pumped-storage plant memiliki dua penampungan yaitu:
i. Waduk Utama (upper reservoir) seperti dam pada PLTA konvensional. Air
dialirkan langsung ke turbin untuk menghasilkan listrik.

ii. Waduk cadangan (lower reservoir). Air yang keluar dari turbin ditampung
di lower reservoir sebelum dibuang disungai.

6. Parameter yang mempengaruhi pengoperasian PLTA

a. Keberadaan Air

Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasian PLTA, baik dalam keadaan musim penghujan. Maupun
musim kemaraupanjang, diperlukan perhitungan besar volume air yang tersedia dalam waduk / dam,
guna perhitungan berapa besar debit air yang harus dialirkan melalui pintu air yang dialirkan ke turbin.
Bila terjadi banjir, berapa besar volume air yang harus dibuang keluar dari waduk / dam melalui pintu
pembungan air, sehingga tetap terjadi keseimbangan air dalam waduk / dam, dengan demikian dapat
dihindari kerusakan bangunan waduk / dam maupun perangkat keras pendukung lainnya. Untuk
kebutuhan perhitungan keadaan air baik yang akan masuk maupun yang berada dalam waduk / dam,
dilakukan pengukuran terhadap parameter yang mempengaruhi keadaan air yang akan masuk maupun
yang ada dalam waduk/dam. Pengukuran tersebut dilakukan pada berbagai stasiun ukur yang tersebar
pada DAS dalam waduk / dam tersebut.

b. Konstruksi Saluran Air ke Turbin

Kecepatan gerakan turbin, dipengaruhi oleh besar tekanan aliran air yang dialirkan ke turbin. Besar
tekanan aliran air yang dialirkan tersebut, dipengaruhi debit air yang dialirkan beserta konstruksi dan
penempatan saluran air yang mengalirkan air tersebut. Semakin lebar diameter dan semakin tinggi pintu
saluran air dibuka, semakin besar debit air yang dialirkan, semakin tinggi tekanan air yang terjadi masuk
ke turbin. Selain hal tersebut diatas, rancangan dan peletakan saluran air tersebut, juga mempengaruhi
tekanan air yang dialirkan ke turbin.

Pada prinsipnya ada beberapa parameter yang mempengaruhi operasi PLTA, disebabkan oleh :

i. Keberadaan Air

Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasian PLTA, baik dalam keadaan musim penghujan maupun
musim kemarau panjang, diperlukan perhitungan besar volume air yang tersedia dalam waduk / dam,
guna perhitungan berapa besar debit air yang harus dialirkan melalui pintu air yang dialirkan ke turbin.

Bila terjadi banjir, berapa besar volume air yang harus dibuang keluar dari waduk / dam melalui pintu
pembungan air, sehingga tetap terjadi keseimbangan air dalam waduk / dam, dengan demikian dapat
dihindari kerusakan bangunan waduk / dam maupun perangkat keras pendukung lainnya. Untuk
kebutuhan perhitungan keadaan air baik yang akan masuk maupun yang berada dalam waduk / dam,
dilakukan pengukuran terhadap parameter yang mempengaruhi keadaan air yang akan masuk maupun
yang ada dalam waduk/dam.

Pengukuran tersebut dilakukan pada berbagai stasiun ukur yang tersebar pada DAS dalam waduk / dam
tersebut. Data hasil pengukuran yang diperoleh pada stasiun pengukuran, ditransmisikan melalui media
komunikasi yang digunakan ke pusat kontrol operasi PLTA untuk diproses sesuai fungsinya dalam sistem
kontrol tersebut.
Pada perhitungan keberadaan air tersebut, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan antara lain:

ii. Aliran permukaan ( surface flow)

Aliran permukaan dan aliran dasar dipengaruhi intensitas curah hujan dan lama turunnya hujan. Semakin
tinggi intensitas curah hujan dan semakin lama waktu turunnya hujan, semakin besar aliran permukaan
dan aliran dasar sungai. Tinggi permukaan dipengaruhi aliran permukaan dan aliran dasar. Semakin besar
aliran permukaan dan aliran dasar, semakin tinggi muka air yang terjadi, sehingga semakin besar volume
air yang mengalir ke dalam waduk / dam.

iii. Aliran dasar ( Base flow)

iv. Tinggi muka air

v. Kehilangan air karena keadaan lingkungan

Parameter kehilangan air yang disebabkan keadaan lingkungan, dipengaruhi antara lain:

· Suhu udara semakin tinggi suhu udara, semakin besar kehilangan air.

· Kelembaban semakin kecil kelembaban (humidity), semakin besar kehilangan air.

· Kecepatan angin semakin cepat kecepatan angin berhembus, semakin besar kehilangan air.

· Penyinaran matahari semakin panas dan semakin lama penyinaran matahari, semakin besar
kehilangan air.

vi. Keadaan DAS

Parameter keadaan DAS dipengaruhi beberapa parameter, antara lain :

· Vagitasi semakin rapat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan (pohon) dalam DAS, semakin besar aliran
dasar sungai.

· Penduduk semakin padat / ramai penduduk yang bermukim dalam DAS, semakin besar kehilangan
air.

· Industri semakin banyak industri yang beroperasi dalam DAS, semakin besar kehilangan air

7. Klasifikasi PLTA

Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Air berdasarkan:

a. Berdasarkan tujuan

Hal ini disebabkan karena fungsi yang berbeda-beda misalnya untuk mensuplai air, irigasi, kontrol banjir
dan lain sebagainya disamping produksi utamanya yaitu tenaga listrik.

b. Berdasarkan keadaan hidraulik

Suatu dasar klasifikasi pada pembangkit listrik tenaga air adalah memperhatikan prinsip dasar hidraulika
saat perencanaannya. Ada empat jenis pembangkit yang menggunakan prinsip ini. Yaitu:
i. Pembangkit listrik tenaga air konvensional yaitu pembangkit yang menggunakan kekuatan air
secara wajar yang diperoleh dari pengaliran air dan sungai.

ii. Pembangkit listrik dengan pemompaan kembali air ke kolam penampungan yaitu pembangkitan
menggunakan konsep perputaran kembali air yang sama denagn mempergunakan pompa, yang
dilakukan saat pembangkit melayani permintaan tenaga listrik yang tidak begitu berat.

iii. Pembangkit listrik tenaga air pasang surut yaitu gerak naik dan turun air laut menunjukkan
adanya sumber tenaga yang tidak terbatas. Gambaran siklus air pasang adalah perbedaan naiknya
permukaan air pada waktu air pasang dan pada waktu air surut. Air pada waktu pasang berada pada
tingkatan yang tinggi dan dapat disalurkan ke dalam kolam untuk disimpan pada tingkatan tinggi
tersebut. Air akan dialirkan kelaut pada waktu surut melalui turbin-turbin.

iv. Pembangkit listrik tenaga air yang ditekan yaitu dengan mengalihkan sebuah sumber air yang
besar seperti air laut yang masuk ke sebuah penurunan topografis yang alamiah, yang didistribusikan
dalam pengoperasian ketinggian tekanan air untuk membangkitkan tenaga listrik.

c. Berdasarkan Sistem Pengoperasian

Pengoperasian bekerja dalam hubungan penyediaan tenaga listrik sesuai dengan permintaan, atau
pengoperasian dapat berbentuk suatu kesatuan sistem kisi-kisi yang mempunyai banyak unit.

d. Berdasarkan Lokasi Kolam Penyimpanan dan Pengatur.

Kolam yang dilengkapi dengan konstruksi bendungan/tanggul. Kolam tersbut diperlukan ketika terjadi
pengaliran tidak sama untuk kurun waktu lebih dari satu tahun. Tanpa kolam penyimpanan,
pembangkit/instalasi dipergunakan dalam pengaliran keadaan normal.

e. Berdasarkan Lokasi dan Topografi

Instalasi pembangkit dapat berlokasi didaerah pegunungan atau dataran. Pembangkit di pegunungan
biasanya bangunan utamanya berupa bendungan dan di daerah dataran berupa tanggul.

f. Berdasarkan Kapasitas PLTA

Menurut Mesonyi:

i. Pembangkit listrik yang paling kecil sampai dengan : 100 kW

ii. Kapasitas PLTA yang terendah sampai dengan : 1000 kW

iii. Kapasitas menengah PLTA sampai dengan : 10000 kW

iv. Kapasitas tertinggi diatas : 10000 kW

g. Berdasarkan ketinggian tekanan air

i. PLTA dengan tekanan air rendah kurang dari :dibawah 15 m

ii. PLTA dengan tekan air menengah berkisar :15 m – 70 m

iii. PLTA dengan tekanan air tinggi berkisar :71 m – 250 m


iv. PLTA dengaan tekanan air yang sangat tinggi :diatas 250 m

h. Berdasarkan bangunan/konstruksi utama

Berdasarkan bangunan / konstruksi utama dibagi atas:

· Pembangkit listrik pada aliran sungai, pemiliahn lokasi harus menjamin bahwa pengalirannya tetap
normal dan tidak mengganggu bahan-bahn konstruksi pembangkit listrik. Dengan demikian pembangkit
listrik walaupun mempunyai kolam cadangan untuk penyimpanan air yang besar, juga mempunyai
sebuah saluran pengatur jalannya air dari kolam penyimpanan itu.

· Pembangkit listrik dengan bendungan yang terletak di lembah, maka bendungan itu merupakan
lokasi utama dalam menciptakan sebauh kolam penampung cadangan air, dan konstruksi bangunan
terletak pada sisi tanggul.

· Pembangkit listrik tenaga air dengan pengalihan terusan, aliran air yang dialirkan melalui sebauh
terusan ke konstruksi bangunan yang lokasinya cukup jauh dari kolam penyimpanan. Air dari lokasi
bangunan dikeringkan ke dalam sungai semula denagn suatu pengalihan aliran air. Pembangkt listrik
tenaga air dengan pengalihan ketinggian, tekanan air dialirkan melalui sebuah sitem terowongan dan
terusan yang menuju kolam cadangan diatas, atau aliran lain melalui lokasi bangunan ini.

8. Jenis Turbin Air

a. Turbin Kaplan

Turbin Kaplan digunakan untuk tinggi terjun yang rendah, yaitu di bawah20 meter. Teknik
mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik roda air turbin dilakukan melalui
pemanfaatan kecepatan air. Roda air turbin Kaplan menyerupai baling-baling dari kipas angin.

b. Turbin Francis

Turbin Francis paling banyak digunakan di Indonesia. Turbin ini digunakan untuk tinggi terjun sedang,
yaitu antara 20-400 meter. Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada
roda air turbin dilakukan melalui proses reaksi sehingga turbin Francis jugadisebut sebagai turbin reaksi.

c. Turbin Pelton

Turbin Pelton adalah turbin untuk tinggi terjun yang tinggi, yaitu di atas 300 meter. Teknik
mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada roda air turbin dilakukan melalui
proses impuls sehingga turbin Pelton juga disebut sebagai turbin impuls.

Untuk semua macam turbin air tersebut di atas, ada katup pengatur yang mengatur banyaknya air yang
akan dialirkan ke roda air. Dengan pengaturan air ini, daya turbin dapat diatur. Di depan katup pengatur
terdapat katup utama yang harus ditutup apabila turbin air dihentikan untuk melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan atau perbaikan pada turbin. Apabila terjadi gangguan listrik yang menyebabkan PMT
generator trip, maka untuk mencegah turbin berputar terlalu cepat karena hilangnya beban generator
yang diputar oleh turbin, katup pengatur air yang menuju ke turbin harus ditutup. Penutupan katup
pengatur ini akan menimbulkan gelombang air membalik yang dalam bahasa Inggris disebut water
hammer (palu air).Water hammer ini menimbulkan pukulan mekanis kepada pipa pesat ke arah atas
(hulu) yang akhirnya diredam dalam tabung peredam (surge tank).

Kecepatan spesifik (specffic speed) turbin air didefinisikan sebagai jumlah putaran per menit [rpm]
(rotation per minute [rpm] dari turbin untuk menghasilkan satu daya kuda pada tinggi terjun H = I meter.

Saluran air dari dam atau kolam tando sampai pada. tabung peredam, panjangnya dapat mencapai
beberapa kilometer. Apabila saluran ini tidak rata, jalannya naik turun, maka di bagian-bagian cekungan
yang rendah, harus ada katup untuk membuang endapan pasir atau lumpur yang terjadi di cekungan
rendah tersebut. Di sisi lain, yaitu di bagian-bagian lengkungan yang tinggi juga harus ada katup, tetapi
dalam hal ini untuk membuang udara yang terperangkap dalam lengkungan yang tinggi ini. Secara
periodik, katup-katup tersebut di atas harus dibuka untuk membuang endapan yang terjadi maupun
untuk membuang udara yang terperangkap.

B. Metode Pembahasan

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode studi literatur yang bersumber dari referensi
– referensi jurnal yang bahasannya meliputi tentang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), tidak hanya itu
kamipun menggunakan metode searching melalui internet. Sehingga materi – materi yang kami dapat
tidak hanya dari 1 sumber saja, melainkan kumpulan dari point – point penting dari setiap setiap jurnal
dan artikel.

C. Pembahasan

EBTKE—Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara. PLTA ini
memiliki konstruksi power house di bawah tanah dengan kapasitas 8x126 Megawatt (MW) sehingga total
kapasitas terpasang 1.008 Megawatt (MW) dengan produksi energi listrik rata-rata 1.428 Giga
Watthour (GWh) pertahun.

Kapasitas 1008 MW tersebut terdiri dari Cirata I yang memiliki empat unit masing-masing operasi
dengan daya terpasang 126 MW yang mulai dioperasikan tahun 1988 dengan daya terpasang 504 MW,
selain itu Cirata II juga dengan empat unit masing-masing 126 MW, yang mulai dioperasikan sejak tahun
1997 dengan daya terpasang 504 MW. Cirata I dan II mampu memproduksi energi listrik rata-rata 1.428
GWh pertahun yang kemudian dislaurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV ke
sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali).

Guna menghasilkan energi listrik sebesar 1.428 Gwh, dioperasikan delapan buah turbin dengan kapasitas
masing-masing 129.000 KW dengan putaran 187,5 RPM. Adapun tinggi air jatuh efektif untuk memutar
turbin 112,5 meter dengan debit air maksimum 135 m3 perdetik.

PLTA Cirata dibangun dengan komposisi bangunan power house empat lantai di bawah tanah yang
menpengoperasiannya dikendalikan dari ruang control switchyardberjarak sekitar 2 kilometer (km) dari
mesin-mesin pembangkit yang terletak di power house. PLTA tersebut merupakan pembangkit yang
dioperasikan oleh anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN persero) yaitu PT Pembangkitan
Jawa Bali (PJB) yang disalurkan melalui saluran transmisi tenaga listrik 500 kilo volt (KV) ke sistem Jawa
Bali yang diatur oleh dispatcher PLN Pusat Pengatur Beban (P3B).

Kontribusi utama Cirata terhadap sistem Jawa Bali yaitu memikul beban puncak dan beroperasi pada
pukul 17.00-22.00, dengan moda operasi LFC(Load Frequency Control), dimana memiliki fasilitas line
charging bila sistem Jawa Bali mengalami Black Out dan Start up operasi/ sinkron ke jaringan 500 KV
yang relatif cepat yaitu kurang lebih lima menit.

PLTA Cirata terletak di daerah aliran sungai (DAS) Citarum di Desa Tegal Waru, Kecamatan Plered,
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Latar belakang pendirian PLTA ini, dengan letak sungai Citarum yang
subur, bergunung-gunung dan dianugerahi curah hujan yang tinggi. Pembangunan proyek PLTA Cirata
merupakan salah satu cara pemanfaatan potensi tenaga air di Sungai Citarum yang letaknya di wilayah
kabupaten Bandung, kurang lebih 60 km sebelah barat laut kota Bandung atau 100 km dari Jakarta
melalui jalan Purwakarta. (ferial).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Komponen – kompnen dasar PLTA berupa dam, turbin, generator dan transmisi.
Dam berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar karena turbin memerlukan pasokan air yang
cukup dan stabil. Selain itu dam juga berfungsi untuk pengendalian banjir. contoh waduk Jatiluhur yang
berkapasitas 3 miliar kubik air dengan volume efektif sebesar 2,6 miliar kubik.

Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik. gaya jatuh air yang
mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar. Turbin air kebanyakan seperti kincir angin,
dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk memutar baling-baling digantikan air untuk memutar
turbin. Perputaran turbin ini di hubungkan ke generator. Turbin terdiri dari berbagai jenis seperti turbin
Francis, Kaplan, Pelton, dll.

Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan gearbox. Memanfaatkan perputaran turbin
untuk memutar kumparan magnet didalam generator sehingga terjadi pergerakan elektron yang
membangkitkan arus AC.

Travo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik (AC) agar listrik tidak banyak terbuang saat
dialirkan melalui transmisi. Travo yang digunakan adalah travo step up.

Transmisi berguna untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah – rumah atau industri. Sebelum listrik
kita pakai tegangannya di turunkan lagi dengan travo step down.

DAFTAR PUSTAKA

M. M Dandekar dan K. N Sharma Penerjemah, D. Bambang Setyadi, Sutanto.Pembangkit Listrik Tenaga


Air, 1991. Cet 1. -, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia ( UI-Press).
Kadir, Abdul, 1995. Energi; Sumber daya, inovasi, tenaga listrik, potensi ekonomi.Cet 1. Edisi Kedua/
Revisi- Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia ( UI-Press).

Kadir, Abdul, 1996, Pembangkit Tenaga Listrik, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Rancangan
Sistem Kontrol Operasi Pembangkit Listrik Tenaga Air.

http://tumoutou.net/3_sem1_012/b_nababan.htm

http://rafflesia.wwf.or.id/library/admin/attachment/clips/2006-08-02-006-00C4-001-04-0904.pdf

http://berita-iptek.blogspot.com/2008/04/pembangkit-listrik-tenaga-air.html

http://anekasurya.indonetwork.co.id/profile/aneka-surya-com-perakitan-penjualan-dan-penyedia-
pembangkit.html

http://www.surya.co.id/web/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=52156

http://www.fab.utm.my/download/ConferenceSemiar/ICCI2006S2PP14.pdf

POTENSI ENERGI AIR DI INDONESIA


27 June 2014

PLTA di Jatiluhur. Foto: Intisari Online

Tingkat konsumsi energi listrik dalam negeri meningkat seiring


dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun kondisi ini
belum diimbangi dengan ketersediaan infrastruktur
pembangkit listrik sehingga sering kali terjadi defisit listrik di
berbagai daerah di Indonesia yang dapat mengganggu kegiatan
ekonomi maupun industri.

Selain itu tingginya tingkat penggunaan BBM sebagai sumber


pembangkit energi listrik membuat pemerintah
mempertimbangkan untuk mengurangi pemakaian BBM
sebagai sumber pembangkit listrik.

Untuk itu pemerintah Indonesia sedang gencar menerapkan


kebijakan dalam memanfaatkan sumber energi baru dan
terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Dalam hal ini sungai
yang dianggap mampu memberikan sumbangan bagi
pembangkit listrik tenaga air. Dengan pemanfaatan sungai ini
tentu akan membantu pemerintah dalam mengurangi
penggunaan BBM sebagai sumber pembangkit listrik.
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) kini mulai
mengarahkan pengembangan energi terbarukan hidro dengan
memanfaatkan aliran-aliran sungai besar di Tanah Air.

"Hidro yang mau didorong setelah ini, karena potensinya besar


dan 24 jam. Sehingga ini firm capasity, bukan seperti tenaga
surya yang hanya substitusi hanya empat jam peak-nya," kata
Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi
Sumber Daya Mineral (ESDM) Alihudin Sitompul di Jakarta.

Sumber energi hidro yang begitu besar selama ini, menurut dia,
belum seluruhnya tergarap maksimal dan hanya terbuang
begitu saja.

"Selama ini air-air hanya terbuang, bisa dibayangkan berapa


mega watt energi terbuang ke laut. Kapuas, Barito, Musi, kalau
untuk PLTA kan bisa dibendung, dimanfaatkan," ujar dia.

Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang


memanfaatkan energi hidro, menurut dia, dapat dibangun lebih
cepat dibandingkan membangun pembangkit-pembangkit lain.

"Katakan kita bangun empat megawatt PLTA, hanya butuh


enam bulan selesai. Tapi kalau satu megawatt PLTS
(Pembangkit Listrik Tenaga Surya), butuh waktu paling tidak
dua tahun," ujar dia.

Dalam beberapa tahun terakhir Kementerian ESDM, kata


Alihudin, telah memantau lokasi-lokasi yang tepat dibangun
pembangkit listrik dengan energi terbarukan ini. Lokasi yang
memang membutuhkan energi besar.

Daerah, menurut dia, juga perlu didorong untuk mulai


memikirkan pemenuhan energinya secara mandiri. Pemerintah
Daerah (Pemda) dapat menenderkan sendiri proyek
pembangunan pembangkit bertenaga hidro ini agar mandiri.
"Tapi itu semua tergantung Pemdanya, mau tidak berinvestasi
untuk mengembangkan wilayahnya," ucap Alihudin.

Potensi tenaga air Indonesia cukup besar, mencapai 75 ribu


mw, namun saat ini pemanfaatannya melalui penyediaan energi
listrik nasional baru mencapai 10% dari total potensinya.

Dikutip dari situs Kementerian ESDM, Kamis (26/6/2014),


berdasarkan data yang dimiliki Kementerian ESDM, potensi
sumber energi tenaga air tersebar sebanyak 15.600 MW
(20,8%) di Sumatera, 4.200 MW (5,6%) di Jawa, 21.600 MW
(28,8%) di Kalimantan, 10.200 MW (13,6%) di Sulawesi, 620 MW
(0,8%) di Bali, NTT dan NTB, 430 MW (0,6%) di Maluku, dan
22.350 MW (29,8%) di Papua, dari potensi nasional.

Total keseluruhan potensi tenaga air yang dimiliki bangsa


Indonesia sebesar 75.000 MW dan yang termanfaatkan saat ini
hanya 10.1% atau sebesar 7,572 MW.

Selain mempermudah prosedur perizinan usaha penyediaan


tenaga listrik PLTA, untuk mempercepat pemanfaatan air
sebagai sumber energi, Pemerintah mendorong kebijakan dan
regulasi untuk mempercepat pencapaian tingkat pemanfaatan
energi aliran dan terjunan air (Hidro) dalam bauran energi
primer nasional serta menerbitkan Peraturan Menteri ESDM
yang mengatur harga energi listrik dari pembangkit listrik yang
menggunakan energi air juga menjadi prioritas pemerintah
untuk segera diselesaikan.

Pengembangan PLTA tersebut selaras dengan Masterplan


Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI)
yang menggunakan pendekatan breakthrough yang didasari
oleh semangat “not business as usual”.

Dalam pengembangan energi air, pihak swasta akan diberikan


peran utama dan penting terutama dalam peningkatan
investasi dan penciptaan lapangan kerja, sedangkan pihak
pemerintah akan berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan
katalisator. dari sisi regulasi, pemerintah akan melakukan
deregulasi (debottlenecking) terhadap regulasi yang
menghambat pelaksanaan investasi.

Pemerintah mentargetkan dalam waktu 5 hingga 7 tahun akan


terealisasikan Pembangkit listrik Minihidro (PLTM) sebesar 1.2
GW (240 unit PLTMH @ 5 MW) sehingga akan terdapat Potensi
penghematan solar impor = 2,21 juta kL/tahun = 1,92 milyar
US$/thn dengan perkiraan produksi 7.358.400 MWh/tahun.

Anda mungkin juga menyukai