Panduan
P
Pa
Pan
an
ndua
duaan Pengintegrasian
Peng
eng
en
nginttegr
eg asi
siaan
si n Aspek
Asp
A
Ass ekk Gen
Gender
G en
nder
deer
d e dalam
dalam
da laam
m Pe
P
Perencanaan
erren
reen
en
ncan
caan
ca
cannaan
aaan d
da
dan
an Peng
Penganggaran
P eeng
en
ng
ngaang
an
ng
nggar
gg
gaarran
gar an Kem
Kementerian
K
Kee enteri
em entteeri
ent riaan
ria n Pe
P
Per
Perhubungan
er
erhub
hu
h ub
bun
un
ung
nggaan
n i
KATA PENGANTAR
Sebagaimana diamanahkan dalam Instruksi Presiden Nomor 9 tahun untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dalam akses,
2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan partisipasi, kontrol dan manfaat.
Nasional, Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan salah satu upaya
pencarian keadilan atas hak azasi manusia tanpa mengkotak–kotakkan Penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada Tim Penyusun dan
gender (laki-laki; perempuan, usia, kebiasaan dan lainnya. Hal tersebut pihak terkait yang sudah berupaya dan bekerja keras untuk mewujudkan
telah menjadi tugas dan tanggung jawab bagi Kementerian Negara/ tersusunnya pedoman ini. Akhir kata, semoga panduan ini dapat
Lembaga untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang responsif dimanfaatkan oleh semua pihak terkait.
gender, mulai dari perencanaan, penyusunan program, penganggaran,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan iii
KATA PENGANTAR
Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyusunan Gender Budget Statement (GBS) dan Kerangka Acuan
sumberdaya manusia (SDM) dan mewujudkan kesejahteraan dari beberapa seri workshop pembahasan draft panduan. Aplikasi
rakyat. Peningkatan kualitas SDM Indonesia merupakan salah satu penyusunan GBS dan Kerangka Acuan dilakukan secara partisipatif
keberhasilan dari pembangunan nasional. Peningkatan kualitas SDM bersama direktorat di jajaran Kementerian Perhubungan, dan sebagian
yang disesuaikan dengan keberagaman aspirasi masyarakat akan dapat hasilnya merupkan contoh yang dimuat dalam lampiran.
mendukung percepatan keberhasilan pembangunan.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi
Inpres No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam kepada Tim Penyusun dari Kementerian Perhubungan, Kementerian
Pembangunan Nasional, mengamanahkan bagi semua Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk mewujudkan
dan Lembaga Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah untuk buku Panduan ini.
mengintegrasikan pengarusutamaan gender pada saat menyusun
kebijakan, program, dan kegiatan masing-masing, termasuk Harapan kami semoga Panduan ini bermanfaat bagi semua pihak,
Kementerian Perhubungan. Mandat tersebut diperkuat dengan adanya khususnya Kementerian Perhubungan.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 104/PMK-02/2010 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga Tahun 2011, yaitu agar dalam penyusunan Jakarta, November 2010
Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL), dapat
mengintegrasikan Gender di masing-masing Kementerian/Lembaga. DEPUTI BIDANG PENGARUSUTAMAAN GENDER
BIDANG
B
BI
IDA
D NG EKONOMI
Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dalam
menindaklanjuti Kebijakan Permenkeu No. 104 Tahun 2010 adalah
membuat buku Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam
Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan. Panduan
tersebut merupakan hasil kerja sama antara Kementerian PP-PA dan
Kementerian Perhubungan.
Dr. Ir. Hertomo Heroe, MM
Bahan tulisan dalam panduan ini berasal dari serangkaian hasil Focus
Group Discussion, konsultasi ke masing-masing unit kerja untuk
menemukenali masing-masing isu gendernya, workshop aplikasi
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan v
TIM PENYUSUN
TIM PENGARAH
Kementerian Perhubungan : 1. Moh. Iksan Tatang KPP DAN PA : 1. Sunarti
2. Santoso Eddy Wibowo 2. Endah Prihatiningtyastuti
3. Danang Widayatmo 3. Zam-zam Muchtaram
4. Peni Pudji Turyanti 4. Dwi Supriyanto
SEKRETARIAT
KPP DAN PA : 1. Sri Danti Kementerian Perhubungan : 1 Budiati Sinuraya
2. Hertomo Heroe 2. Rien Denita
3. Nina Palupi
Kementerian Keuangan : Junaedi 4. Achmad
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................... iii BAB III ISU GENDER DAN DATA DUKUNG GENDER
TIM PENYUSUN ............................................................................. vii SEKTOR PERHUBUNGAN
DAFTAR ISI ................................................................................... ix 1. Isu Gender Dalam Ruang Lingkup
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................ xi Bidang Perhubungan Secara Umum ............................ 11
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii 2. Isu Gender Dalam Bidang Perhubungan dan
DAFTAR ABREVIASI ....................................................................... xiii Kaitannya Dengan Lintas Sektor ................................... 14
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................. xv 3. Isu Gender Di Kementerian Perhubungan ..................... 15
a. Ditjen Perhubungan Darat ....................................... 16
BAB I PENDAHULUAN b. Ditjen Perkeretaapian .............................................. 17
1. Latar Belakang ............................................................. 1 c. Ditjen Perhubungan Laut ......................................... 19
2. Dasar Hukum dan Urgensi Perencanaan dan d. Ditjen Perhubungan Udara ...................................... 19
Penganggaran Responsif Gender .................................. 2 e. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia...........
3. Tujuan ......................................................................... 3 (BPSDM) Perhubungan ............................................ 20
4. Sasaran ........................................................................ 3
5. Ruang Lingkup ............................................................. 3 BAB IV LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN PROGRAM
6. Hasil Akhir (Output dan Outcome)................................ 3 DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER
BIDANG PERHUBUNGAN
BAB II PENYUSUNAN PERENCANAAN PROGRAM DAN 1. Tahap analisis situasi .................................................... 23
PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER BIDANG 2. Menyusun Gender Budget Statement (GBS) ................. 27
PERHUBUNGAN 3. Perumusan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) /
1. Pengertian Perencanaan dan Penganggaran Term of Reference (TOR) ............................................... 29
Responsif Gender ......................................................... 5
2. Penyusunan Perencanaan Program dan Penganggaran BAB V PEMANTAUAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PROGRAM
di Kementerian Perhubungan …………………………… 7 DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER
3. Pengintegrasian Aspek Gender Dalam Perencanaan BIDANG PERHUBUNGAN
Program dan Penganggaran ........................................ 9 1. Tahap Persiapan .......................................................... 31
4. Penanggung jawab Pemantauan dan 2. Tahap Pemantauan ...................................................... 33
Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran yang 3. Tahap Evaluasi ............................................................. 33
Responsif Gender Bidang Perhubungan ....................... 10 4. Tahap Pelaporan .......................................................... 34
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan ix
BAB VI PENUTUP .......................................................................... 35
LAMPIRAN :
1. Perhubungan Darat .................................................... 41
a. Contoh Gender Analysis Pathway (GAP) ................... 42
b. Contoh Gender Budget Statement (GBS) ................. 44
c. Contoh Kerangka Acuan Kerja/
Term of Reference (KAK/TOR) .................................... 45
2. Perkeretaapian ............................................................ 49
a. Contoh Gender Analysis Pathway (GAP) ................... 50
b. Contoh Gender Budget Statement (GBS) ................. 52
c. Contoh Kerangka Acuan Kerja/
Term of Reference (KAK/TOR) .................................. 53
3. Perhubungan Laut ....................................................... 55
a. Contoh Gender Analysis Pathway (GAP) ................... 56
b. Contoh Gender Budget Statement (GBS) ................. 58
c. Contoh Kerangka Acuan Kerja/
Term of Reference (KAK/TOR) .................................. 60
4. Perhubungan Udara .................................................... 65
a. Contoh Gender Analysis Pathway (GAP) ................... 66
b. Contoh Gender Budget Statement (GBS) ................. 68
c. Contoh Kerangka Acuan Kerja/
Term of Reference (KAK/TOR) .................................. 69
5. Badan Pengembangan SDM Perhubungan ................... 71
a. Contoh Gender Analysis Pathway (GAP) ................... 72
b. Contoh Gender Budget Statement (GBS) ................. 74
c. Contoh Kerangka Acuan Kerja/
Term of Reference (KAK/TOR) ................................... 76
x Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
DAFTAR DIAGRAM
DIAGRAM 2.5. Kerangka Pikir Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan (SP3) . .................. 9
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan xi
DAFTAR TABEL
xii Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
DAFTAR ABREVIASI
BPFA : Beijing Platform for Action RKA-KL : Rencana Kerja Anggaran- Kementerian
Lembaga
BRT : Bus Rapid Transit
RKP : Rencana Kerja Pemerintah
CEDAW : Convention on Elemination of Discrimination
Againts Women RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional
GAP : Gender Analisis Pathway
SP3 : Sistem Perencanaan Pembangunan
GBS : Gender Budget Statement
Perhubungan
KAK : Kerangka Acuan Kegiatan
TOR : Terms of Reference
MDGs : Millenium Development Goals
PMK : Peraturan Menteri Keuangan
PPRG : Perencanaan dan Penganggaran Responsif
Gender
PSO : Public Service Obligation
PUG : Pengarusutamaan Gender
PK-BLU : Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum
RAB : Rencana Anggaran Belanja
RENJA : Rencana Kerja
RENSTRA : Rencana Strategis
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada Bab I diutarakan bahwa pedoman Perencanaan dan Penganggaran (Gender Budget Statement). Pada TOR dan GBS yang merupakan
Responsif Gender (PPRG) merupakan acuan dalam penyusunan dua dokumen untuk memastikan bahwa Kementerian/ Lembaga
perencanaan dan penganggaran untuk memastikan apakah perempuan mengimplementasikan perencanaan dan penganggaran responsif
dan laki-laki memperoleh akses terhadap sumber daya, partisipasi dan gender. Sementara itu diharapkan dengan analisis gender, kebijakan/
mempunyai kontrol yang sama dalam pengambilan keputusan, serta program/ kegiatan Kementerian Perhubungan dapat memenuhi
memperoleh manfaat yang sama dari semua bidang pembangunan. kebutuhan dan menjawab persoalan perempuan dan laki-laki.
Karena sampai saat ini masih banyak laki-laki dan perempuan yang
mengalami diskriminasi, akibat perencanaan dan penganggaran yang Banyak isu gender yang ditemukan di bidang perhubungan, karena
belum optimal menggunakan analisis gender/analisis situasi yang terkait dengan pelayanan terhadap masyarakat perempuan dan laki-
menyertakan kebutuhan dan persoalan perempuan dan laki-laki yang laki. Mulai dari bentuk sarana/prasarana transportasi yang aman dan
kurang/tidak setara. nyaman bagi perempuan dan laki-laki sebagai pengguna jasa, sampai
ruang tunggu, ketepatan waktu sarana dan prasarana transportasi dan
Alur pedoman secara garis besar adalah untuk menginformasikan bahwa lain sebagainya.
implementasi strategi pengarusutamaan gender adalah kewajiban yang
dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dalam siklus pembangunan. Setelah tahap penganggaran dan pelaksanaan, tahap berikutnya
Sesuai dengan Inpres no 9 tahun 2000 mengenai Pengarusutamaan yang harus dilakukan adalah pemantauan dan evaluasi. Tersedia
Gender, yang dipertegas melalui Permenkeu Nomor 104/ PMK.02/2010 beberapa alat bantu berupa check-list atau daftar periksa untuk
diatur tentang petunjuk penyusunan dan penelaahan rencana kerja membantu merumuskan indikator capaian yang responsif gender yang
dan anggaran kementerian/lembaga dan penyusunan, penelaahan, dapat dikembangkan oleh Kementerian Perhubungan sesuai dengan
pengesahan dan pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) kebutuhan di bidang perhubungan.
tahun anggaran 2010.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia sebagai anggota dari berbagai organisasi internasional, telah pelayanan, jaringan infrastruktur dan fasilitas penunjang, sarana
berkomitmen dalam berbagai forum internasional. Salah satu diantaranya atau kendaraan/armada, peraturan dan pengaturan operasional serta
adalah komitmen dalam melaksanakan konvensi internasional yang manusia sebagai pelaku maupun pengguna yang menikmati manfaat.
telah diratifikasi, antara lain konvensi tentang penghapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap perempuan Convention on Elimination Sub–sistem ini saling mempengaruhi satu sama lain di dalam suatu
of Discrimination Againts Women (CEDAW), kesepakatan Konferensi aturan tertentu, sehingga tidak mungkin berjalan sendiri–sendiri.
Wanita ke-IV di Beijing Platform for Action (BPFA), Pencapaian Millenium Keterpaduan ini pada hakekatnya dapat menciptakan efisiensi dan
Development Goals (MDGs), diantaranya terkait dengan aksesibilitas efektifitasnya dalam bentuk kegunaan waktu, kegunaan tempat dan
transportasi bagi masyarakat di wilayah perbatasan dan wilayah terluar/ kegunaan wujud. Dengan demikian transportasi yang merupakan
terdepan secara konsisten serta meningkatkan kesejahteraan yang sarana sangat penting dan strategis dalam berbagai perspektif yang
signifikan bagi masyarakat yang hidup di perkampungan miskin dan tercermin pada semakin lancarnya mobilitas, baik orang maupun
kumuh. barang. Transportasi juga berperan sebagai penunjang, pendorong
serta penggerak bagi pertumbuhan wilayah potensial tetapi belum
Terkait dengan hal tersebut di atas, salah satu fokus kebijakan berkembang.
nasional pemerintah adalah percepatan pembangunan infrastruktur.
Pemerintah melihat pentingnya penyediaan infrastruktur, baik dalam Pembangunan perhubungan dalam realita berpengaruh besar terhadap
fungsinya sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan perekonomian nasional, mengingat kegiatan di bidang ini berperan
lapangan pekerjaan dan pendorong sektor ekonomi lainnya maupun penting pada kegiatan distribusi barang dan jasa ke seluruh pelosok
sebagai instrumen peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal tanah air dan antar negara. Oleh karena itu kebijakan pembangunan
ini Kementerian Perhubungan merupakan salah satu instansi yang perhubungan harus senantiasa berdampak signifikan terhadap
bertanggung jawab dalam penyedian infrastruktur transportasi. perekonomian nasional maupun pada tatanan perekonomian global.
Selain ekonomi, kontribusi pembangunan bidang perhubungan juga
Transportasi merupakan sistem yang utuh, terdiri dari berbagai sub– harus dapat dirasakan untuk berbagai kepentingan sosial, budaya,
sistem yang berkaitan satu sama lain. Sub–sistem ini meliputi jaringan lingkungan dan lain-lain, diantaranya adalah kesetaraan gender.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 1
Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perhubungan 2010- hukum yang menjadi dasar dari perencanaan dan penganggaran
2014 terkait dengan pembangunan fasilitas transportasi, penting responsif gender:
diperhatikan adanya upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
2007 tentang RPJPN dan menjadi salah satu tujuan yang akan Negara;
dicapai dalam RPJMN 2010-2014. Lebih operasional lagi, Instruksi b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan
Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Negara;
dalam Pembangunan Nasional telah memerintahkan kepada seluruh c. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
kementerian/lembaga serta pemerintah provinsi dan kabupaten/ Perencanaan Pembangunan Nasional;
kota untuk melaksanakan pengarusutamaan gender ke dalam siklus d. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
manajemen, yakni perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan Daerah;
evaluasi atas kebijakan dan program yang berperspektif gender pada e. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
semua aspek pembangunan. Keuangan Pusat dan Daerah;
f. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-
Sebagai tindak lanjut telah pula diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan 2025,
(Permenkeu) Nomor 104/ PMK.02/2010 yang mengatur tentang g. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
petunjuk penyusunan dan penelaahan rencana kerja dan anggaran h. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
kementerian/lembaga dalam penyusunan, penelaahan, pengesahan i. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
dan pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun j. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Anggaran 2011. Angkutan Jalan;
k. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Dengan terbitnya PMK Nomor 104/PMK-02/2010 tersebut, salah RKP;
satunya mencantumkan agar dalam penyusunan RKA-KL harus dapat l. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
mewujudkan program dan kegiatan yang berbasis kinerja, sehingga RKA-KL;
dipandang perlu untuk menerbitkan suatu pedoman perencanaan dan m. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
penganggaran guna mengintegrasikan isu gender ke dalam sistem urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
perencanaan dan penganggaran yang ada. Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
n. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2007 tentang Keuangan
Sementara itu alat yang digunakan untuk melakukan analisis gender2
Daerah;
adalah Gender Analisis Pathway (GAP) yaitu suatu alat untuk menggali
o. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang
isu gender, mengidentifikasi penyebab kesenjangan antara perempuan
Kepelabuhanan;
dan laki-laki pada peran, akses, kontrol dan partisipasi serta manfaat
p. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-
dalam semua bidang pembangunan. Selain itu juga mengidentifikasi
2014;
faktor penyebab internal/eksternal, menyusun rencana aksi serta
q. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
baseline data dan indikator.
Gender dalam Pembangunan Nasional;
r. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan;
1.2 s. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104 /PMK 02/2010 Tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan beserta Rencana Kerja
Dasar Hukum dan Urgensi Perencanaan dan Penganggaran
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Penyusunan,
Responsif Gender
Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun 2011;
Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender telah
t. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2006 tentang
menjadi mandat dari Peraturan Perundangan. Berikut ini adalah dasar
Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian
2 Langkah awal melakukan perencanaan dan penganggaran responsif gender adalah melakukan analisis Perhubungan;
gender
2 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
u. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2008 tentang b. Terintegrasikannya perspektif gender dalam setiap tahapan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kementerian Perhubungan penyelenggaraan fasilitas sarana dan prasarana transportasi,
Tahun 2005-2025. terutama pada perencanaan program dan penganggaran.
c. Berkurangnya kesenjangan gender dalam bidang Perhubungan
Berdasarkan mandat dari peraturan perundang-undangan tersebut (secara terukur, terencana dan terprogram).
di atas, maka terdapat beberapa alasan mengapa perencanaan dan
penganggaran di Kementerian Perhubungan perlu responsif gender,
diantaranya adalah sebagai berikut: 1.4
a. Menjadi lebih tepat sasaran karena terlebih dahulu telah dilakukan
Sasaran
analisis sosial/analisis gender bidang perhubungan. Pada proses
Para perencana program dan penganggaran di Lingkungan Kementerian
analisis gender telah dilakukan pemetaan peran laki-laki dan
Perhubungan, unit organisasi yang mempunyai tugas dan fungsi
perempuan, kondisi laki-laki dan perempuan, serta kebutuhan
penyusunan perencanaan dan penganggaran kegiatan di seluruh
laki-laki dan perempuan. Dengan demikian sebuah perencanaan
jajaran Eselon I.
dan penganggaran responsif gender akan mendiagnosa dan
memberikan jawaban yang lebih tepat kebutuhan program dan
anggaran, tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
kesenjangan gender, dan siapa yang sebaiknya dijadikan target 1.5
sasaran dari sebuah program/kegiatan/sub kegiatan, serta kapan
Ruang lingkup
dan bagaimana program/kegiatan/sub kegiatan akan dilakukan.
1.6
1.3. Hasil Akhir (Output dan Outcome)
Tujuan
Output (keluaran) : panduan perencanaan dan penganggaran responsif
Tujuan panduan adalah : gender adalah tersusunnya pelaporan pengintegrasian gender sebagai
bahan masukan penyusunan kebijakan pelayanan transportasi
a. Sebagai pedoman penyusunan rencana program dan anggaran agar
lebih responsif gender bagi para pelaku perencanaan program dan Outcome (manfaat) : panduan perencanaan dan penganggaran
penganggaran di lingkungan Kementerian Perhubungan (Direktorat responsif gender adalah meningkatkan pemahaman dan persamaan
Jenderal Perhubungan Darat, Direktorat Jenderal Perhubungan persepsi dalam pengintegrasian gender di bidang transportasi.
Laut, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Direktorat Jenderal
Perkeretaapian, Sekretariat Jenderal. Inspektorat Jenderal, Badan
Penellitian dan Pengembangan, Badan Pengembangan SDM
Perhubungan).
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 3
4 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
BAB II
PENYUSUNAN PERENCANAAN PROGRAM
DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER
BIDANG PERHUBUNGAN
2.1.
Pengertian Perencanaan dan
Penganggaran Responsif
Gender2 Analisis Situasi/
Analisis Gender
Perencanaan dan penganggaran
responsif gender merupakan instrumen
untuk mengatasi adanya kesenjangan
Identifikasi
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat
potensi
dalam pelaksanaan pembangunan & kebutuhan
antara perempuan dan laki-laki yang
selama ini masih ada, akibat dari Berbagai Monitoring Formulasi
Indikator Sensitif Perencanaan Tujuan Dengan
konstruksi sosial dan budaya dengan & Evaluasi
Gender Program/ Program Memperhatikan
tujuan mewujudkan anggaran yang Program
Kegiatan Dimensi Gender
lebih berkeadilan.
Pelaksanaan
Program
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 5
Perencanaan responsif gender adalah perencanaan yang dilakukan Beberapa hal yang perlu dipahami dalam pelaksanaan perencanaan
dengan memasukkan perbedaan-perbedaan pengalaman, aspirasi, dan pengganggaran responsif gender adalah sebagai berikut :
kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki dalam proses
penyusunannya. Dalam rangka perencanaan yang responsif gender a. Dalam proses perencanaan anggaran yang responsif gender pada
perlu dilakukan analisis gender pada semua kebijakan, program dan setiap lingkup pemerintah, diperlukan keterlibatan perempuan
kegiatan pembangunan yang sedang direncanakan. Dalam melakukan dan laki-laki secara aktif; dan secara bersama-sama menetapkan
analisis gender digunakan Gender Analisis Pathway (GAP) sesuai amanat prioritas program dan kegiatan pembangunan;
Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam b. Anggaran responsif gender penggunaannya diarahkan untuk
Pembangunan Nasional. program/kegiatan pembangunan yang dapat memberikan manfaat
secara adil bagi perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang
Perencanaan dan penganggaran responsif gender bukanlah sebuah pembangunan; dan
proses yang terpisah dari sistem yang sudah ada dan bukan pula c. Anggaran responsif gender dialokasikan untuk membiayai
penyusunan rencana dan anggaran khusus untuk perempuan kebutuhan-kebutuhan praktis gender dan atau kebutuhan strategis
yang terpisah dari laki-laki. Penyusunan perencanaan dan gender yang dapat diakses oleh perempuan dan laki-laki.
penganggaran responsif gender bukanlah tujuan akhir, melainkan
merupakan sebuah kerangka kerja atau alat analisis untuk mewujudkan Sementara itu untuk memastikan bahwa kegiatan yang dipilih termasuk
keadilan dalam penerimaan manfaat pembangunan. Perencanaan dan kategori anggaran responsif gender atau bukan, berikut ini adalah
penganggaran responsif gender merupakan dua proses yang saling kategori Anggaran Responsif Gender (ARG):
terkait dan terintegrasi. Berikut beberapa konsep tentang perencanaan
dan penganggaran responsif gender: a. Anggaran khusus target gender adalah alokasi anggaran yang
diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan dasar khusus
a. Perencanaan responsif gender merupakan suatu proses pengambilan perempuan atau kebutuhan dasar khusus laki-laki berdasarkan
keputusan guna menyusun program atau pun kegiatan yang akan hasil analisis gender;
dilaksanakan di masa mendatang untuk menjawab isu-isu atau b. Anggaran kesetaraan gender adalah alokasi anggaran untuk
permasalahan gender di masing-masing sektor; mengatasi masalah kesenjangan gender. Berdasarkan analisis
b. Perencanaan responsif gender adalah perencanaan yang dilakukan gender dapat diketahui adanya kesenjangan dalam hubungan
dengan memasukkan perbedaan-perbedaan pengalaman, aspirasi, antara laki-laki dan perempuan dalam akses, partisipasi, manfaat
kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki dalam dan kontrol terhadap sumberdaya;
proses penyusunannya; c. Anggaran pelembagaan kesetaraan gender adalah alokasi anggaran
untuk penguatan pelembagaan pengarusutamaan gender, baik
dalam hal pendataan maupun peningkatan kapasitas sumberdaya
ANGGARAN PENGGUNAAN manusia.
NASIONAL ANGGARAN ANGGARAN
NASIONAL RESPONSIF
GENDER
Pendekatan pengarusutamaan gender melalui Gender Budget Statement
(GBS) atau Pernyataan Anggaran Responsif Gender, didahului dengan
analisis situasi/analisis gender. Analisis tersebut akan memberikan
KEBIJAKAN
PROGRAM/KEGIATAN manfaat bagi pemenuhan kebutuhan laki-laki dan perempuan secara
adil dan setara, sebagaimana yang telah disampaikan pada Bab I. diatas
pada bagian hasil yang diharapkan diantaranya:
RINCIAN KEGIATAN
a. Lebih efektif dan efisien.
RENJA K/L/SKPD Æ
b. Mengurangi kesenjangan.
RPJMN/D Æ RKP/D
RKA K/L/SKPD c. Menunjukkan komitmen pemerintah.
6 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
( )
Analisis Kebijakan Gender Analysis Pathway(GAP)
Gender
Tujuan
Kebijakan
Saat ini
Formulasi Kebijakan
Gender
Rencana
Data Pembuka Program
Wawasan Tujuan Kebijakan
Gender Gender
(terpilah
menurut jenis Bagaimana
kelamin) mengecilkan/
menutup Kegiatan Pelaksanaan Monitoring
*Kuantitatif
Kesenjangan? dan Evaluasi
*Kualitatif
Sasaran
Faktor GAP
*Akses Indikator
*Partisipasi Gender
*Kontrol
*Manfaat
Isu-isu Gender
dan Mengapa
ada Gap?
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 7
sektor transportasi secara bottom up. Disamping itu juga mencermati
permasalahan dan tantangan yang berpengaruh terhadap tugas pokok
dan fungsi Kementerian Perhubungan.
Selanjutnya, diperlukan pengamatan, analisis dan evaluasi terhadap TUJUAN PEMBANGUNAN MISI KEKUATAN, KELEMAHAN,
KEMENHUB PELUANG, ANCAMAN
pengaruh lingkungan strategis yang terkait, baik langsung maupun
tidak langsung dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian
Perhubungan, baik internal maupun eksternal. Pengaruh strategis SASARAN DAN PRIORITAS ARAH KEBIJAKAN
internal akan diformulasikan dalam bentuk kekuatan dan kelemahan, PEMBANGUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN
2010-2014 2010-2014
sedangkan pengaruh strategis eksternal akan diformulasikan dalam
bentuk peluang dan ancaman. Dengan mempertimbangkan pengaruh
perubahan lingkungan strategis serta mencermati pencapaian target
PROGRAM
pada rencana strategis Kementerian Perhubungan 2005-2009, maka di 2010-2014
dalam penyusunan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan 2010- (Kebutuhan)
Dalam rangka memperjelas arah tugas pokok dan fungsi Kementerian Diagram 2.4. Alur Pikir Penyusunan Rencana Strategis Kementerian
Perhubungan dirumuskan Visi Kementerian Perhubungan yang Perhubungan Tahun 2010-2014
dijabarkan lanjut ke dalam Misi Kementerian Perhubungan. Berdasarkan
visi dan misi tersebut diformulasikan tujuan, sasaran yang terukur, Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2006
prioritas, strategi dan arah kebijakan pembangunan Kementerian tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian
Perhubungan. Bagan alur pikir penyusunan Rencana Strategis Perhubungan, alur perencanaan dapat digambarkan dengan Kerangka
Kementerian Perhubungan 2010-2014 disampaikan pada diagram 2.4. Pikir sebagai berikut :
sebagai berikut :
8 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
PANCASILA
UUD 45
2.3.
Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan Program
telah mengintegrasikan aspek gender menjadi dasar penyusunan
dan Penganggaran
program/kegiatan/subkegiatan yang responsif gender. Operasionalisasi
pengintegrasian aspek gender dalam perencanaan dan penganggaran
Pengintegrasian aspek gender ke dalam perencanaan dan penganggaran
dilakukan melalui penyusunan dokumen Renja Kementerian
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sedapat mungkin
Perhubungan. Dokumen Renja ini menggunakan analisis gender
analisis gender dilakukan pada setiap tahapan penyusunan kebijakan
sebagai masukan untuk memastikan program/kegiatan/sub kegiatan
strategis dan kebijakan operasional. Dokumen kebijakan strategis
yang responsif gender.
yang meliputi RPJP, RPJM, Renstra KL, RKP, Renja KL dan Pagu Indikatif/
Pagu Sementara. Sedangkan dokumen kebijakan operasional meliputi Alur pengintegrasian aspek gender dengan kebijakan strategis dan
dokumen APBN, RKA KL dan DIPA. Dokumen kebijakan strategis yang kebijakan operasional dijelaskan melalui diagram berikut ini :
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 9
DIAGRAM PROSES PERENCANAAN, PENGANGGARAN DAN EVALUASI TERPADU
Januari-April Mei-Agustus September-Desember
KEMENTRIAN SEB Prioritas Penelaahan
Program dan Konsisten Dengan RKP
PERENCANAAN
Indikasi Pagu
Rancangan
Lampiran RAPBN KEPPRES ttg
SE (Himpunan
KEMENTRIAN Rincian APBN
PAGU RKA-KL)
KEUANGAN Sementara
Penelaahan PAGU
Konsistansi dengan PENGESAHAN
DIFINITIF
Prioritas Anggaran
KEMENTRIAN Rancangan
Rentra Konsep Dokumen
NEGARA/ Renja RKA
KL RKP Dokumen Pelaksanaan
LEMBAGA KL KL Pelaksanaan Anggaran
Anggaran
PROSES
PERENCANAAN, TAHAP III TAHAP I
PENYUS.
PENGANGGARAN PERTEMUAN
KOORDINASI KONSEP
DAN EVALUASI KERANGKA
TERPADU KERJA
TAHAP II
TAHAP IV PENYUS.
PENYUS. RKP, RENCANA
RKA-KL, DIPA KEGIATAN DAN
ANGGARAN
10 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
BAB III
ISU-ISU GENDER DAN DATA PENDUKUNG GENDER
BIDANG PERHUBUNGAN
3.1.
Isu Gender Dalam Ruang Lingkup Bidang Perhubungan
Secara Umum
Isu gender merupakan permasalahan yang diakibatkan karena adanya Setelah proses menemukenali isu gender, berikutnya adalah
kesenjangan atau ketimpangan gender yang berimplikasi munculnya menganalisis gender yaitu melakukan analisis data dan informasi secara
diskriminasi terhadap salah satu pihak (perempuan atau laki-laki). sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi
dan mengungkapkan kedudukan, peran dan tanggung jawab laki-
Diskriminasi dan peminggiran salah satu jenis kelamin dalam proses laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi, dengan
pembangunan mengakibatkan kesenjangan akses, partisipasi, kontrol memperhatikan 4 (empat) indikator yaitu :
dan manfaat dalam pembangunan. Pembangunan dalam hal ini bisa
meliputi infrastruktur dan layanan terhadap publik. Kebijakan, program, a. Akses, adil/setara bagi laki-laki/perempuan dalam mendapatkan
kegiatan dan sub kegiatan pembangunan seharusnya dapat menjawab peluang atau kesempatan.
kebutuhan spesifik perempuan dan laki-laki. b. Partisipasi, adil/setara bagi laki-laki/perempuan yang berkapasitas
untuk berperan dalam program bidang perhubungan.
Pertanyaan yang timbul selanjutnya adalah bagaimana mengetahui c. Kontrol, adil/setara bagi laki-laki/perempuan dalam menjalankan
kebutuhan secara spesifik perempuan dan laki-laki yang bisa fungsi kontrol/penguasaan terhadap pembangunan bidang
diintegrasikan dalam program pembangunan? Langkah awal bisa perhubungan.
dimulai dengan memasukkan data terpilah gender dalam kegiatan/sub d. Manfaat, adil/setara bagi laki-laki/perempuan dalam memanfaatkan
kegiatan. Data terpilah tersebut bisa didapat dari baseline study, rapid hasil pembangunan .
assessment, hasil evaluasi, dan lain-lain.
Dalam menemukenali isu gender di bidang perhubungan tersebut
Sebelum melangkah pada ketersediaan data terpilah dan data gender,
harus memperhatikan bahwa penyusunan kegiatan pembangunan
akan lebih mudah jika perencana program dapat menemukenali isu
bidang perhubungan memiliki tiga arah, yaitu :
gender dalam kegiatan bidang perhubungan. Ada berbagai macam
alat analisis untuk membantu memudahkan melakukan analisis gender,
salah satunya adalah GAP (Gender Analysis Pathway) yang telah
digambarkan dalam bab sebelumnya.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 11
a. Kegiatan fisik/infrastruktur seperti pembangunan pelabuhan, Dalam ruang lingkup bidang perhubungan ada beberapa kata kunci
bandara, terminal, dan lain-lain. yang digunakan sebagai prinsip kinerja bidang perhubungan, berikut
b. Pelayanan publik dalam bentuk keamanan, kelayakan, kenyamanan ini adalah beberapa diantaranya yang bisa digunakan sebagai entry
dan lain-lain. point atau isu strategis yang dijadikan pintu masuk dalam melakukan
c. Non fisik dalam bentuk standar, pedoman, prosedur, manual dan analisis gender dalam bidang perhubungan ini berbasis pada kriteria
kebijakan. kinerja bidang perhubungan, yaitu:
Dibawah ini adalah gambaran secara umum bagaimana melakukan a. Kelayakan pelayanan
pengintegrasian isu gender dalam bidang transportasi. Pelayanan memiliki hubungan dengan kebutuhan. Pelayanan yang
baik adalah yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat perempuan
Melalui kebijakan dan program yang dapat mengatasi berbagai dan laki-laki. Misalnya pelayanan spesifik terhadap kebutuhan
permasalahan transportasi yang menghasilkan (proses) kebijakan transportasi publik kelompok perempuan hamil, perempuan dan
yang responsif gender. laki-laki lansia.
Meningkatkan kapasitas mengenai isu gender dan transportasi
melalui peningkatan kesadaran dan pelatihan. b. Keteraturan pelayanan
Perekrutan, pelatihan, dan melakukan promosi untuk kelompok Keteraturan pelayanan transportasi terutama transportasi publik
perempuan di semua aspek transportasi. secara langsung akan memenuhi kebutuhan kelompok perempuan
Partisipasi perempuan dan laki-laki sebagai pengguna jasa yang dalam mobilitasnya bergantung pada transportasi publik.
transportasi dari segala usia dalam desain proyek, implementasi,
pemantauan dan evaluasi. c. Ketepatan waktu
Kebutuhan transportasi dalam kacamata gender dan kendalanya Demikian halnya dengan ketepatan waktu, terutama terkait
harus diakomodasi dalam desain proyek, implementasi, dan dengan transportasi publik, jika hal ini dilakukan maka kebutuhan
evaluasi. pengguna transportasi baik kelompok perempuan dan laki-laki bisa
Mengintegrasikan gender dalam kebijakan organisasi, strategi dan terpenuhi. Poin ini juga akan berhubungan dengan kinerja bidang
langkah-langkah atau pedoman operasional. perhubungan dengan bidang yang lain.
12 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Sedangkan faktor muatan memberikan indikasi besarnya minat l. Keamanan pelayanan
publik baik laki-laki maupun perempuan yang memanfaatkan Bagaimanapun, keamanan pelayanan merupakan tuntutan dasar
pelayanan transportasi yang tersedia. dari publik (laki-laki/perempuan, tua/muda, cacat/normal, dan
sebagainya) untuk menikmati jasa transportasi yang tenteram dan
g. Frekwensi pelayanan damai, sehingga perjalanannya merasa terlindungi.
Frekwensi pelayanan merupakan indikator seringnya pelayanan
transportasi kepada publik yang pada gilirannya memberikan m. Keterpaduan pelayanan
peluang manfaat yang dapat dinikmati oleh laki-laki atau Terpadu menjadi kata kunci yang penting, termasuk didalamnya
perempuan secara adil dan setara. adalah keluwesan dan keamanan pelayanan. Misalnya pelayanan
untuk pengaduan jika terjadi pelecehan atau tindak kriminal yang
h. Ketersediaan pelayanan dilakukan dalam transportasi publik. Adalah hal penting pelayanan
Ketersediaan pelayanan merupakan indikator tersedianya pelayanan pengaduan memiliki sifat terpadu dan berjejaring dengan bidang
transportasi pada publik, yang dikaitkan dengan kebutuhan publik yang lain, misalnya dengan Unit Perlindungan Perempuan dan
akan pelayanan yang harus disediakan, baik untuk laki-laki maupun Anak di Kepolisian dan lembaga swadaya masyarakat yang memiliki
perempuan. spesialisasi pendampingan psikologis dan hukum bagi korban
kekerasan.
i. Aksesibilitas pelayanan
Jika faktor-faktor terkait pelayanan sudah tersedia, selanjutnya n. Kecepatan pelayanan.
yang perlu dikaji dan diimplementasikan adalah apakah pelayanan Setelah luwes, aman dan terpadu, tahap selanjutnya adalah
tersebut mudah diakses oleh masyarakat perempuan dan laki-laki. kecepatan pelayanan tersebut sehingga memberikan manfaat bagi
Hal ini penting karena aksesibilitas adalah salah satu isu gender, masyarakat perempuan dan laki-laki pengguna jasa transportasi.
baik akses terhadap informasi pelayanan maupun terhadap Kecepatan berarti tanggap dalam memenuhi kebutuhan pengguna
ketersediaan pelayanan pada publik. jasa.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 13
Gambaran diatas adalah melihat isu gender dalam ruang lingkup bidang Transportasi Membantu Mengurangi Kemiskinan.
perhubungan dan transportasi. Mengingat bidang perhubungan
terkait dengan pelayanan jasa, maka tidak dapat dipungkiri bahwa ada Peluang Ekonomi
irisan isu bidang perhubungan dengan bidang lainnya seperti ekonomi,
a. Transportasi meningkatkan akses ke lokasi pekerjaan dan pasar.
pemberdayaan, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Sub bab
Akses lebih besar ke pasar dapat mengurangi ketergantungan
berikutnya akan memberikan gambaran bagaimana isu gender dalam
pada tengkulak dan meningkatkan daya beli dari pendapatan
bidang perhubungan dan kaitannya dengan lintas sektor.
yang ada.
14 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Keamanan berada pada posisi paling akhir untuk mengakses segala bentuk
layanan transportasi tersebut, sekalipun pada kualitas pelayanan
a. Pemeliharaan sarana/prasarana transportasi yang baik, akan
terbaik. Sementara itu kelompok laki-laki juga menikmati kondisi
memberikan rasa aman dalam berkendara di perjalanan, baik
transportasi yang rentan bahaya dan tidak bisa diandalkan, seperti
untuk laki-laki maupun perempuan.
transportasi masal di daerah perkotaan yang kurang nyaman dan
b. Tersedianya kapasitas layanan jasa transportasi yang aman termasuk fasilitas alih modanya.
memberikan kesiapan terhadap ketahanan dan kebutuhan
akan pangan dan kebutuhan bahan pokok.
3.3.
Isu Gender Di Kementerian Perhubungan
Pemberdayaan melalui Transportasi
a. Layanan jasa transportasi dapat memberikan akses yang Pada hakekatnya sifat layanan jasa transportasi baik berupa fasilitas
bersifat pemberdayaan masyarakat pada layanan pendidikan, sarana/prasarana, maupun pelayanannya, secara langsung berpengaruh
layanan kesehatan, kegiatan sosial/ekonomi dan sebagainya. terhadap isu gender,apakah untuk kepentingan perempuan atau laki-
laki.
b. Kemudahan akses layanan jasa transportasi dapat mengontrol
sumber daya ekonomi di tingkat rumah tangga dan komunitas Entry point yang lain untuk melakukan analisis gender juga bisa diawali
lain. dengan melakukan pemetaan isu yang terkait dengan kegiatan-kegiatan
yang dikembangkan oleh masing-masing unit eselon I yang terdapat di
c. Tersedianya layanan jasa transportasi yang cukup dan
Kementerian Perhubungan. Seperti yang akan diuraikan pada sub bab
layak, dapat meningkatkan partisipasi dalam pengambilan
ini.
keputusan pemerintah daerah ataupun bagi pemangku
kepentingan yang lain. Program bidang perhubungan (darat, laut, udara, kereta api) pada
dasarnya berkaitan erat dan berdampak langsung terhadap pemenuhan
d. Layanan jasa transportasi membuka peluang lebih besar
kebutuhan mobilitas masyarakat umum, serta membantu perempuan
terhadap akses informasi dan pendayagunaan narasumber.
dan laki-laki dalam mendapatkan akses kemudahan, kenyamanan,
e. Semakin luas cakupan dan kapasitas layanan jasa transportasi, keselamatan, keterjangkauan biaya, ketepatan waktu, keterpaduan
akan menciptakan hubungan sosial yang kuat sebagai akibat dan keteraturan pelayanan. Isu mengenai keselamatan misalnya,
dari mobilitas yang lebih besar. menjadi bagian terpenting dalam penyediaan jasa transportasi,
walaupun faktanya perempuan memiliki kerentanan yang lebih, dalam
Pada intinya kebutuhan perempuan dan laki-laki secara eksplisit penggunaan transportasi publik ini. Adalah wajar apabila kelompok
maupun implisit telah terintegrasi dalam proses perencanaan, perempuan memilih jenis transportasi yang lokasinya dekat dari tempat
penganggaran dan desain transportasi, walaupun tidak secara tinggalnya, memilih rute yang paling mendekati tujuan, memilih moda
eksplisit disebut kebutuhan gender perempuan atau laki-laki. angkutan yang tidak berdesakan (aman dan nyaman). Pada pokoknya
Kebijakan transportasi pada umumnya netral dan bermanfaat pilihan rute harus menunjukkan efisiensi waktu, tenaga dan biaya, serta
bagi semua yang berkepentingan. Namun demikian diakui bahwa akses untuk memperolehnya. Akan tetapi fakta dilapangan masih jauh
pemenuhan pelayanan jasa transportasi terhadap kebutuhan dari yang diharapkan, dan justru terjadi sebaliknya.
masyarakat masih jauh dari yang diharapkan, apalagi yang
berkaitan dengan isu gender. Bagi kelompok laki-laki yang mayoritas sebagai pengemudi kendaraan
juga memiliki kecenderungan rentan menjadi korban karena fasilitas
Sebagai gambaran, kelompok perempuan dan laki-laki miskin dalam infrastruktur yang kurang mempertimbangkan keselamatan. Hal ini
melakukan perjalanannya selalu menghadapi kondisi yang kurang berkaitan dengan aset transportasi yang kurang memberikan akses
menguntungkan, karena kelompok tersebut tidak memiliki pilihan kemudahan, kenyamanan dan keselamatan pada kelompok laki-laki,
lain, baik aspek daya beli maupun pilihan terhadap kelayakan dan sehingga seringkali kelompok laki-laki yang berada di belakang kemudi
kenyamanan pelayanan. Dari sisi ini, kelompok perempuan biasanya
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 15
mengalami kecelakaan. Sebagai contoh, banyaknya jalan rusak, biaya ini lebih tinggi daripada manfaat yang akan diterima dalam waktu
terlampau banyak polisi tidur yang di bangun masyarakat, penempatan bekerja mereka.
pengatur lalu lintas jalanan yang tidak sesuai kebutuhan, rendahnya
disiplin berlalu lintas terutama sepeda motor, dan sebagainya. Berikut ini adalah uraian beberapa isu gender yang muncul dilihat dari
pembagian tupoksi yang ada di Kementerian Perhubungan:
Semua pengguna jasa transportasi menghendaki sistem transportasi
yang tepat waktu, nyaman, aman, teratur dan kemudahan akses a. Ditjen Perhubungan Darat
untuk mendapatkannya, tidak terkecuali perempuan atau laki-laki. Prioritas kegiatan sub-sektor transportasi darat Tahun
Memang kelompok laki- laki cenderung memiliki kebutuhan lebih akan 2010-2014, adalah penyediaan fasilitas rambu lalu lintas
kecepatan, ketepatan dan terprediksi dengan jenis moda transportasi jalan, penyediaan bus perintis dan Bus, Rapid, Transit BRT
yang memberikan jenis pelayanan, apakah itu sifatnya publik atau milik (Angkutan massal Bis Kota), pembangunan terminal tipe A,
sendiri, bermotor atau tidak. pembangunan sistem transportasi intelijen (ITS) Jabodetabek,
pembangunan kapal penyeberangan, pembangunan
Sementara itu kelompok perempuan sesuai sifat fisiknya lebih
dermaga penyeberangan, dan subsidi penyelenggaraan
cenderung memiliki kebutuhan yang lebih pada kelayakan, kenyamanan
operasional keperintisan. Dari beberapa prioritas diatas, yang
dan keamanan, serta kemudahan terhadap akses untuk mendapatkan
akan menjadi perhatian utama adalah penataan angkutan
layanan jasa transportasi, apapun moda angkutannya. Hal ini karena
dan lalu lintas di daerah perkotaan, khususnya yang berkaitan
beban ganda yang dihadapi kelompok perempuan, terhadap
dengan pengintegrasian isu gender. Alasan yang menjadi
mobilitasnya yang tidak semata-mata untuk kepentingan karier
pertimbangan utama adalah:
dikantornya, tetapi ada hal lain yang bersifat pribadi yaitu sebagai ibu
rumah tangga ke pasar, menjemput anak dan lain sebagainya. Untuk • Memenuhi permintaan pelayanan transportasi dengan
memenuhi kebutuhan spesifik kelompok perempuan tersebut, maka memahami perbedaan kebutuhan, preferensi dan kendala
moda transportasi publik harus menjadi layanan yang fleksibel dengan pengguna jasa bagi perempuan dan laki-laki. Fakta
tujuan mempermudah akses mereka ke tujuan yang bervariasi secara menunjukkan bahwa layanan jasa transportasi terutama
efisien dalam hal waktu, tenaga dan biaya. di wilayah perkotaan, pada saat jam sibuk seringkali
menciptakan kesenjangan gender.
Pelayanan jasa transportasi untuk umum, bagaimanapun tidak semata-
• Menurunkan biaya pelayanan jasa angkutan dengan
mata mempertimbangkan pengembalian investasi jasanya, akan tetapi
mengoptimalkan sistem transportasi terpadu bagi semua
memperhatikan juga keterjangkauan daya beli dari penggunanya.
pengguna.
Selain itu, sistem transportasi yang terjangkau tidak harus mengabaikan
kenyamanan dan keamanan. • Meningkatkan akses pada pekerjaan, pendidikan dan
kegiatan lain yang pada akhirnya berkaitan dengan
Bagi pelayanan transportasi publik, terutama di wilayah perkotaan produktivitas.
sudah saatnya tanggap terhadap isu gender. Mulai dari fasilitas sarana, • Membuka kesempatan bagi kelompok perempuan untuk
prasarana beserta fasilitas pendukungnya harus direncanakan dengan dapat lebih memenuhi kebutuhan rumah tangga dan
baik sesuai kebutuhan nyata didalam kehidupan sehari-hari, baik untuk memperkuat basis ekonomi rumah tangga mereka.
perempuan maupun laki-laki. Untuk itu semua, terarah pada proses
perencanaan dan penganggaran yang teliti dan baik. Proyek transportasi Serupa dengan transportasi perkotaan, transportasi pedesaan
yang tidak peka terhadap kebutuhan perempuan dan laki-laki, akan juga memiliki manfaat yang sama dalam memenuhi
timbul inefesiensi sistem yang dikembangkan. Akibatnya masyarakat kebutuhan kelompok perempuan dan laki-laki, yaitu
pengguna yang juga sebagai sasaran pembangunan akan menghadapi membuka akses perekonomian, pendidikan, kesehatan dan
persoalan biaya ekonomi tinggi dan pemborosan waktu, yang pada sebagainya. Sementara itu untuk kelompok perempuan dan
gilirannya merupakan kerugian terhadap perekonomian nasional. laki-laki yang tinggal di wilayah tertinggal/terpencil, sistem
transportasi yang efisien dan terjangkau akan mendorong
Untuk kelompok miskin, keterbatasan pilihan transportasi membuat mereka meningkatkan kualitas hidup, karena manfaat dari
akses mereka semakin terisolasi dengan beban biaya transportasi, dan pekerjaan tidak hanya terserap untuk transportasi tetapi
16 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
bisa dialokasikan untuk pendidikan dan kesehatan. Sebagai bus. Permasalahan desain bus yang sulit dan tidak nyaman
contoh pengadaan Bus Rapid Transit (BRT). Dalam proses bagi wanita, anak-anak, ibu hamil, manula serta penyandang
pengadaannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, cacat karena pijakan terlalu tinggi memang sering terjadi. Pada
yaitu: kawasan perkotaan yang telah dan akan mengembangkan
system angkutan massal dengan BRT hal-hal tersebut dapat
• Memastikan bahwa perempuan dan laki-laki berpartisipasi diatasi dengan mendesain bus beserta halte/ shelter yang
dalam perencanaan /desain transportasi. Misalnya, mempunyai ketinggian sama rata sehingga akan didapatkan
pemilihan rute yang akan dilewati cukup penting untuk kondisi yang mudah dan nyaman serta memenuhi aspek
dicermati karena rute akan menciptakan efisiensi jarak keselamatan pada saat penumpang berpindah dari halte dan
dan biaya, serta kemudahan terutama bagi kelompok ke bus atapun sebaliknya bagi semua kelompok pengguna.
perempuan. Dalam menciptakan halte / shelter bagi BRT desain yang
• Transportasi publik harus di desain sedemikian rupa agar dirancang dibuat sedemikian rupa dengan menyediakan
memberikan kenyamanan yang layak bagi kelompok tangga halte/ shelter yang landai dan tidak berundak serta
perempuan dan laki-laki. Perlu diakui bahwa kelompok mudah dijangkau untuk memenuhi aspek kemudahan,
laki-laki memang memiliki akses yang lebih baik di kenyamanan, dan keselamatan bagi bagi wanita dan anak,
banding kelompok perempuan. Sebagai contoh, desain ibu hamil, manula ataupun penyandang cacat.
bus di Indonesia tidak nyaman bagi kelompok perempuan
karena pijakan untuk naik ke bus terlalu tinggi. Bandingkan Beberapa usaha untuk mencegah tindak kriminalitas dan
dengan bis hibah dari Jepang yang pijakan untuk naik ke memenuhi aspek keselamatan maka dalam penyedian tempat
dalam bis cukup rendah. Begitu pula tempat pegangan duduk penumpang bus akan diprioritaskan beberapa tempat
tangan untuk penumpang berdiri di bus transjakarta yang duduk prioritas bagi wanita hamil, manula, dan penyandang
kurang memperhitungkan tinggi rata-rata perempuan cacat.
dan laki-laki Indonesia.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 17
Ekonomi) untuk memastikan bahwa pelayanan kereta api hal tersebut PT. Kereta Api (Persero) sebagai operator/badan
dapat menjangkau masyarakat yang mempunyai daya usaha penyelenggara sarana telah mengoperasikan 2 (dua)
beli rendah. Instrumen lain yang sering digunakan untuk unit kereta khusus perempuan pada setiap rangkaian (1
memenuhi kewajiban terhadap publik adalah melalui subsidi rangkaian terdiri dari 8 unit kereta), namun kereta khusus ini
tarif kereta api kelas ekonomi yang tarifnya ditentukan oleh baru dioperasikan pada rangkaian KRL Ekonomi AC dan KRL
Pemerintah. Subsidi tarif tersebut lebih dikenal dengan istilah Ekspress. Kedepan seharusnya kebijakan KA khusus perempuan
PSO (Public Service Obligation). ini sepatutnya diterapkan pada semua jenis layanan kereta api
termasuk KA kelas Ekonomi khususnya pada KRL di wilayah
Kereta api sebagai salah satu transportasi massal banyak Jabodetabek yang jumlah penumpangnya sangat padat. Selain
diminati oleh penumpang/ konsumen baik laki-laki maupun pelayanan KRL yang beroperasi di wilayah Jabodetabek, juga
perempuan, karena transportasi kereta api mempunyai pelayanan kereta api jarak jauh dan jarak sedang (KA antar
beberapa keunggulan, antara lain : murah (terjangkau), kota) sepatutnya memperhatikan aspek pelayanan seperti
cepat, keselamatan tinggi, efisien dan ramah lingkungan. tersedianya toilet dengan jumlah yang cukup dan memadai,
Namun dalam operasional layanan kereta api, masih dijumpai tersedianya ruang untuk menyusui dan fasilitas lainnya yang
beberapa layanan kereta api yang bias gender atau belum sangat diperlukan oleh kelompok perempuan.
responsif gender.
Selain dari sisi prasarana dan sarana perkeretaapian, juga dari
Dari sisi prasarana perkeretaapian sering dijumpai desain/ sisi pengoperasian perlu menjadi perhatian yang serius seperti
bentuk prasarana perkeretaapian yang kurang accessible, ketepatan jadwal pemberangkatan kereta untuk menghindari
misalnya platform tempat naik/turun penumpang (peron) terjadinya penumpukan penumpang kereta api di stasiun
yang belum accessible (tidak sesuai dengan ketinggian sehingga dapat meningkatkan pelayanan kereta api bagi
kereta) sehingga dapat mengakibatkan ketidaknyamanan penumpang. Hal ini dapat mengurangi kejadian berdesak-
bagi penumpang perempuan. Beberapa peron stasiun kereta desakan penumpang pada saat naik/turun serta di atas
api memang telah ditinggikan, tetapi jumlahnya masih relatif kereta api sehingga dapat menghindarkan penumpang dari
kecil. Untuk menyiasati hal tersebut seringkali petugas stasiun kegiatan-kegiatan kriminal di stasiun maupun di atas kereta
menyediakan tangga kecil untuk membantu turun/naiknya api. Untuk menjamin ketepatan jadwal perjalanan kereta
penumpang, namun dalam prakteknya penggunaan tangga api memang banyak hal yang perlu dilakukan karena terkait
seringkali mengalami keterlambatan, sehingga memaksa dengan penyediaan sarana dan prasarana perkeretaapian.
penumpang kereta api (perempuan dan laki-laki) untuk Dari segi penyediaan sarana perkeretaapian tentu sangat
meloncat sehingga dapat mengakibatkan ancaman terhadap ditentukan oleh ketersediaan kapasitas angkut (jumlah kereta)
keselamatan penumpang kereta api. Selain pembangunan dan kehandalan operasinya, sedangkan dari pembangunan
peron tinggi, juga ketersediaan fasilitas ruang khusus untuk ibu prasarana perkeretaapian sangat ditentukan oleh keandalan
hamil dan menyusui serta ketersediaan toilet yang memadai sistem operasi persinyalan serta upaya mengurangi
di stasiun kereta api sangat dibutuhkan untuk meningkatkan penggunaan bersama jalur tunggal melalui pembangunan
pelayanan kepada calon penumpang. Ketersediaan fasilitas jalur ganda kereta api.
tersebut sepatutnya mempertimbangKan rasio jumlah
penumpang kereta api berdasarkan gender sehingga tingkat Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
kecukupannya dapat memadai. untuk meningkatkan pelayanan kereta api kepada konsumen
diperlukan upaya yang komprehensif, tidak hanya pada
Dari sisi sarana perkeretaapian, juga menjadi salah satu peningkatan prasarananya tetapi juga pada peningkatan
permasalahan tersendiri bagi perempuan, karena kapasitas sarana, sistem operasi persinyalan dan fasilitas pendukung
angkut yang tidak memadai sehingga penumpang kereta lainnya.
api dalam hal ini baik laki-laki maupun perempuan berdesak-
desakan terutama pada pagi hari atau sore hari (waktu
puncak) sehingga sering terjadi kasus pelecehan seksual,
pencopetan dan kasus kriminal lainnya. Untuk mengatasi
18 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
c. Ditjen Perhubungan Laut Bandar udara merupakan kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai
Prioritas kegiatan sub-sektor transportasi laut adalah
tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
mengembangkan pelabuhan strategis, pembangunan rambu/
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan
fasilitas keselamatan dan keamanan di seluruh wilayah NKRI
intra dan antar moda transportasi yang dilengkapi dengan
dan subsidi penyelenggaraan operasional keperintisan. Salah
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta
satu diantaranya yaitu pengembangan pelabuhan strategis
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Fasilitas
dapat dijadikan sebagai entry point dalam menemukenali isu
pokok yang disebutkan termasuk fasilitas keselamatan dan
gender di perhubungan laut. Sebagai contoh pengembangan
keamanan, fasilitas untuk sisi udara serta fasilitas sisi darat.
pelabuhan di daerah perintis, pada prinsipnya adalah
Sedangkan fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang
membuka akses ekonomi suatu daerah. Kontribusi ekonomi
secara langsung dan tidak langsung menunjang kegiatan
bagi daerah tersebut harus dilihat siapa yang berperan, apa
bandar udara dan memberikan nilai tambah secara ekonomis
profesinya dan bagaimana transportasi dapat mendukung
pada penyelenggaraan bandar udara diantaranya hotel, toko
aktivitas profesi mereka. Pengembangan pelabuhan strategis
dan restoran.
dalam upaya mendongkrak perekonomian, pendidikan dan
kesehatan daerah perintis, secara langsung akan membuka Perihal perwujudan pembangunan dan pelayanan prasarana
akses masyarakat setempat, baik untuk perempuan maupun transportasi dengan kesetaraan gender khususnya untuk
laki-laki sehingga dapat melakukan aktivitas dan mobilitas. transportasi udara telah terakomodir dalam beberapa
Penyediaan sarana/prasarana perhubungan seperti pelabuhan peraturan yang ditetapkan.
dan kapal, bandara dan pesawat terbang, perkeretaapian
dan lain-lain, juga harus mempertimbangkan jarak jangkau Dalam hal pembangunan dan penyediaan fasilitas terminal
dan daya beli masyarakat setempat. Kata terjangkau menjadi penumpang di bandar udara serta perancangan fasilitas bagi
penting karena akses manfaat bisa dinikmati kelompok pengguna khusus di bandara, telah ditetapkan pedomannya
miskin perempuan dan laki-laki di daerah perintis yang akan yaitu khususnya dalam KM nomor 20 Tahun 2005 tentang
dikembangkan pelabuhannya. Adalah penting memastikan SNI 03-7046-2004: Terminal Penumpang Bandar Udara,
adanya kelompok masyarakat perempuan dan laki-laki KM nomor 31 Tahun 2005 tentang SNI 03-7049-2004:
dalam proses perencanaan pelabuhan. Sosialisasi kepada Perancangan Fasilitas Bagi Pengguna Khusus di Bandar Udara
para stakeholder yang berkepentingan dalam pembangunan serta Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor :
pelabuhan, baik pemda maupun pihak ketiga yang akan SKEP/347/XII/99 tentang Standar Rancang Bangun dan/atau
melaksanakan proyek ini juga diperlukan. rekayasa Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara. Sedangkan
mengenai rasio kebutuhan toilet umum antara laki-laki dan
Proses perencangan yang melibatkan perempuan dan perempuan untuk ketersediaannya di bandara mengikuti
laki-laki akan mempermudah perancangan fasilitas yang Standar Toilet Umum Indonesia yang ditetapkan oleh
sesuai dengan kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
memanfaatkan pelabuhan untuk kegiatan masing-masing.
Hal ini sekaligus mengintegrasikan pelayanan dalam bentuk Berdasarkan KM 20 Tahun 2005 dinyatakan bahwa dalam
terjaminnya keselamatan dan kenyamanan dengan isu gender terminal penumpang disediakan fasilitas untuk penumpang
sebagai pengguna jasa baik perempuan maupun laki-laki. (ruang konsesi) yang didalamnya termasuk nursery room.
Selain itu juga telah diatur tentang standar luas terminal
penumpang baik untuk domestik maupun internasional.
d. Ditjen Perhubungan Udara
Untuk terminal penumpang internasional standar luas sebesar
Penyediaan jasa transportasi udara terdiri dari 3 (tiga) 17m2/jumlah penumpang waktu sibuk sedangkan untuk
komponen utama yang satu sama lainnya saling terkait terminal penumpang domestik yang melayani penumpang
erat yaitu penyelenggaraan bandar udara, penyelenggaraan antara 500.000 s.d 1.000.000 orang sebesar 14 m2/jumlah
angkutan udara, serta pelayanan navigasi penerbangan. penumpang waktu sibuk.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 19
Namun dalam implementasinya, ketersediaan fasilitas Dalam rangka memenuhi kewajiban terhadap masyarakat
sisi darat khususnya kapasitas ruang dan fasilitas dalam khususnya dalam hal pelayanan angkutan udara, salah satu
terminal penumpang akan dirasakan kurang memenuhi kebijakan yang dilakukan sub sektor transportasi udara adalah
rasa kenyamanan baik untuk penumpang laki-laki maupun peningkatan aksesibilitas di daerah terpencil atau pedalaman
perempuan terutama pada waktu terjadi lonjakan penumpang yang tidak dapat dihubungi oleh moda transportasi lain.
yang cukup signifikan, pada golden time atau saat terjadi Hal ini bertujuan untuk memperlancar distribusi barang
keterlambatan penerbangan. Selain itu peningkatan jumlah dan jasa serta mobilitas penduduk laki-laki maupun
penumpang angkutan udara yang cukup tinggi (lebih dari perempuan, mengurangi disparitas antar kawasan dan
10%/tahun) mempunyai dampak yang cukup signifikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yaitu dengan melalui
rasio penumpang terhadap fasilitas umum yang tersedia. penyelenggaraan angkutan udara perintis. Badan usaha
Saat ini fasilitas umum pada terminal penumpang di bandara angkutan udara niaga dan pemegang izin kegiatan angkutan
udara-bandara udara di bawah pengelolaan PT. Angkasa Pura udara bukan niaga yang melakukan kegiatan angkutan udara
I dan II serta bandara-bandara UPT Ditjen Perhubungan Udara perintis diberi kompensasi untuk menjamin kelangsungan
telah tersedia meskipun kapasitasnya dirasakan masih kurang. pelayanan angkutan udara perintis sesuai dengan rute dan
Khususnya untuk bandara-bandara yang kecil, ketersediaan jadwal yang telah ditetapkan.
fasilitas khusus sangat kurang mengingat masih rendahnya
Selain itu perihal perwujudan pelayanan sarana transportasi
jumlah penumpang pada bandara-bandara tersebut.
dengan kesetaraan gender telah diatur pula dalam UU
Mengenai standar kinerja operasional bandar udara yang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 134 pula
terkait dengan tingkat pelayanan telah diatur dalam tentang pengangkutan untuk penyandang cacat, lanjut usia,
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor anak-anak dan/atau orang sakit. Pelayanan tersebut berupa
SKEP/284/X/1999 tentang Standar Kinerja Operasional perlakuan dan fasilitas khusus dari badan usaha angkutan
Bandar Udara yang Terkait dengan Tingkat Pelayanan udara niaga seperti penyediaan fasilitas kemudahan untuk
(Level of Service) di Bandar Udara Sebagai Dasar Kebijakan naik ke dan turun dari pesawat udara, penyediaan fasilitas
Pentarifan Jasa Kebandarudaraan. SKEP ini menerangkan untuk penyandang cacat selama berada di pesawat udara,
bahwa tingkat pelayanan untuk jasa kebandarudaraan sarana bantu bagi orang sakit dsb.
dalam lingkup pelayanan diterminal penumpang meliputi
Dari sisi pengoperasian perlu juga menjadi perhatian yang
aspek keselamatan, keamanan, kelancaran dan kenyamanan
serius seperti ketepatan jadual pemberangkatan pesawat
penumpang pesawat udara. Salah satu bentuk kenyamanan
udara guna menghindari adanya penumpukan penumpang
diterminal yaitu tentang kapasitas, kesejukan dan kebersihan
di bandara yang akan menyebabkan ketidaknyamanan yang
ruang terminal, kemudahan mengangkut bagasi, pelayanan
dirasakan oleh penumpang laki-laki dan perempuan.
informasi dan tersedianya fasilitas umum.
Dalam UU Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan pasal e. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
239 telah diatur tentang pelayanan berupa perlakuan dan (BPSDM) Perhubungan
fasilitas khusus dari badan usaha bandar udara atau unit Dalam rangka memenuhi amanat 4 (empat) Undang-Undang
penyelenggara bandar udara terhadap penyandang cacat, di bidang Transportasi yaitu UU Nomor 23 Tahun 2007
orang sakit, orang lanjut usia, anak-anak dan ibu menyusui. tentang Perkeretaapian, UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayanan tersebut berupa pemberian prioritas pelayanan Pelayaran, UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang penerbangan
di terminal, menyediakan fasilitas untuk penyandang dan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
cacat selama di terminal, sarana bantu bagi orang sakit, Angkutan Jalan, Kementerian Perhubungan dalam hal ini
menyediakan fasilitas nursery room, tersedianya personel Badan Pengembangan SDM Perhubungan bertanggung
khusus dan tersedianya informasi atau petunjuk tentang jawab terhadap penyediaan dan pengembangan sumber daya
keselamatan bangunan bagi penumpang di terminal dan manusia bidang transportasi yang professional, kompeten,
sarana lain yang dapat dimengerti oleh penyandang cacat, disiplin, bertanggung jawab, dan memiliki integritas yang
orang sakit dan lanjut usia. memenuhi standar nasional dan Internasional.
20 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Peningkatan kebutuhan SDM Transportasi bukan lagi hanya Nasional Tahun 2010 – 2014 yang antara lain: peningkatan
terjadi di tingkat nasional bahkan sudah menjadi salah isu kesejahteraan rakyat; penguatan demokrasi; penegakan
di tingkat internasional. Pada tingkat Nasional misalnya keadilan (termasuk keadilan gender). Pada bab sebelumnya
untuk sektor udara kebutuhan teknisi pesawat udara sampai juga telah dijelaskan alasan dan dasar hukum mengapa gender
dengan 5 tahun mendatang mencapai angka 7500 sedangkan menjadi salah satu isu nasional dan internasional. Oleh sebab
untuk pilot mencapai angka 4000 untuk sektor pelayaran itu keadilan dalam gender harus tewujud dalam kegiatan
kekurangan 43.806 pelaut, sektor darat hanya 18,25% pendidikan, pelatihan dan penyuluhan yang dilaksanakan
SDM yang berkompeten dari ± 25.000 pegawai Dinas BPSDMP dalam menyediakan SDM Perhubungan.
Perhubungan. Hal ini disebabkan berapa persen perempuan/
Sejalan dengan visi Badan Pengembangan SDM Perhubungan
berapa laki-laki karena transportasi merupakan komponen
yaitu “Terwujudnya Sumber Daya Manusia Perhubungan yang
yang sangat penting dalam mendukung bidang ekonomi,
prima, profesional dan beretika dalam menyelenggarakan
sosial, budaya, politik serta keamanan dalam era globalisasi
transportasi yang handal serta berorientasi zero accident”
dan modernisasi.
dan misi mengelola pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 transportasi yang profesional untuk menciptakan kapasitas
Tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara dan kualitas SDM perhubungan sesuai kebutuhan serta
Serta Susunan Organisasi, Tugas dan fungsi Eselon I Membangun organisasi yang efektif dengan SDM kompeten,
Kementerian Negara maka Badan Pendidikan dan Pelatihan dan sistem informasi yang handal dalam memenuhi kebutuhan
Perhubungan berubah menjadi Badan Pengembangan stakeholders, BPSDM Perhubungan harus menerapkan
Sumber Daya Manusia Perhubungan yang mempunyai tugas program/kegiatan yang memenuhi kebutuhan perempuan
pokok lebih luas yaitu melaksanakan pengembangan sumber dan laki-laki (pegawai Kementerian Perhubungan) dalam
daya manusia di bidang perhubungan dengan fungsi antara pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya khususnya dalam
lain : penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan perhubungan.
1) Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program Proses pendidikan dan pelatihan pembentukan diawali
pengembangan sumber daya manusia di bidang dengan proses rekruitmen calon taruna yang dinamakan
perhubungan; sistem penerimaan calon taruna (sipencatar) yang setiap
2) Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia tahun dilaksanakan secara terpusat oleh BPSDM Perhubungan
dibidang perhubungan; dengan tetap berkoordinasi dengan Pusdiklat dan UPT.
Sebelum dilakukan sipencatar, BPSDM Perhubungan dan UPT
3) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
terlebih dahulu melakukan kegiatan sosialisasi baik melalui
pengembangan sumber daya manusia di bidang
media cetak, media elektronik, pameran pendidikan ataupun
perhubungan; dan
melalui kegiatan-kegiatan roadshow ke SLTA untuk menjaring
4) Pelaksanaan administrasi Badan Pengembangan Sumber bibit-bibit yang potensial untuk dapat menempuh pendidikan
Daya Manusia Perhubungan. dan pelatihan transportasi di sekolah-sekolah perhubungan.
Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BPSDM Perhubungan Setelah tahapan rekruitmen ini, maka proses penyelenggaraan
yang baru dalam upaya mewujudkan SDM Perhubungan yang pendidikan dan pelatihan dilaksanakan, dimana sistem yang
handal dan siap menghadapi tantangan kemajuan zaman diterapkan oleh BPSDM Perhubungan adalah boarding
di bidang transportasi maka unsur utama yang tanggung school system (sistem berasrama) sehingga kegiatan-kegiatan
jawab BPSDM Perhubungan meliputi pendidikan, pelatihan, pendidikan, ekstrakurikuler dan co-kurikuler dapat terkontrol
penyuluhan yang didukung dengan sistem informasi SDM dan berjalan dengan suatu standar mutu yang ditetapkan,
Perhubungan yang handal. sehingga lulusan diklat transportasi diharapkan menjadi
Sumber Daya Manusia Perhubungan yang prima, profesional
Didalam melaksanakan tugas dan fungsi BPSDM Perhubungan dan beretika dalam menyelenggarakan transportasi yang
harus pro terhadap tiga prioritas arah pembangunan handal serta berorientasi ”zero accident”
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 21
Secara umum isu gender yang dapat diidentifikasi di lingkungan sikap dan perilaku (khususnya diklat pembentukan)
BPSDM Perhubungan antara lain : dan kegiatan praktek harus disusun dan diatur sesuai
perempuan dan laki-laki peserta diklat.
1) Kurikulum/ silabus serta bahan ajar
c) Fasilitas pendidikan dan/atau Sarana dan prasarana
Kurikulum/ silabus serta bahan ajar disusun dalam suatu
pendidikan dan pelatihan di lingkungan BPSDM
bobot tertentu baik teori maupun praktek untuk mencapai
Perhubungan
suatu kompetisi yang disyaratkan. Kurikulum yang
telah dan sedang diterapkan pada proses pembelajaran Kebutuhan spesifik yang dimiliki perempuan sudah
adalah kurikulum yang berbasis pada teknologi informasi pasti membutuhkan perlakuan khusus untuk
(Computer Based Trainning). fasilitas pendidikan dan/atau sarana dan prasarana
pendidikan dan pelatihan di lingkungan BPSDM
2) Tenaga kependidikan
Perhubungan. Contoh sederhana yang dapat diambil
Tenaga kependidikan dilingkungan BPSDM Perhubungan
adalah penyediaan sarana dan prasarana asarama dan
direkrut melalui pengadaan CPNS dengan formasi tertentu
ruang tempat diklat yang sesuai dengan kebutuhan
dan pembibitan melalui program fungsional dosen yang
perempuan dan laki-laki.
ditempuh melalui diklat TOT.
3) Metoda pendidikan dan pelatihan;
Metode pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan di Untuk meningkatkan kinerja pelayanan jasa pendidikan
lingkungan BPSDM Perhubungan hingga saat ini adalah dan pelatihan kepada peserta diklat baik aparatur maupun
dengan tatap muka antara tenaga pendidik dengan masyarakat diperlukan suatu pola pengelolaan keuangan/
peserta didik karena pencapaian kompetensi ditempuh anggaran yang menjamin kelancaran penyelenggaraan
melalui pemberian teori dan kegiatan praktek yang pendidikan dan pelatihan. Untuk itu BPSDM Perhubungan
membutuhkan tatap muka dengan tenaga pendidik dan mendorong UPT-UPT yang melaksanakan diklat transportasi
instruktur. dan mendapatkan penerimaan dari masyarakat untuk menjadi
4) Peserta diklat satker Pengelolaan Keuangan – Badan Layanan Umum (PK-BLU)
Peserta diklat dilingkungan BPSDM Perhubungan adalah sehingga setiap penerimaan dapat dipertanggungjawabkan
masyarakat dan aparatur perhubungan. secara akuntabel dan dilaksanakan secara transparan.
5) Penyelenggara Diklat:
Dalam melakukan analisis gender, diperlukan isu yang
a) Recruitment peserta diklat
strategis atau semacam pintu masuk (entry point) untuk
Proses Recruitment peserta diklat terdiri dari banyak
melihat dan menemukenali isu gender di dalamnya. Seperti
tahapan-tahapan. Salah satu contoh dapat diambil
yang digambarkan pada paragraf-paragraf sebelumnya, hal
adalah persyaratan pendaftaran. Proses recruitment
tersebut bisa dilakukan melalui isu di bidang perhubungan,
peserta diklat, baik diklat pembentukan atau teknis
isu lintas sektor bidang perhubungan serta kegiatan yang
harus terbuka bagi perempuan dan laki-laki untuk
dilakukan oleh Kementerian Perhubungan sesuai dengan
ikut serta dalam diklat-diklat dilingkungan BPSDM
tupoksinya.
Perhubungan.
Kebijakan BPSDM Perhubungan pada tahap ini adalah
terbukanya akses yang sama terhadap peserta laki-laki
Pilihan-pilihan ini memudahkan untuk para perencana mendapatkan
dan perempuan.
isu gender yang menjadi bagian penting dalam tahap analisis situasi,
b) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di
penyusunan kegiatan/ sub kegiatan sampai penyusunan indikator yang
lingkungan BPSDM Perhubungan
merupakan tahap dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran
Penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan responsif gender.
dimaksud terkait juga dengan kurikulum, kegiatan
perkuliahan, kegiatan pembinaan mental dan fisik serta
22 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
BAB IV
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN PROGRAM
DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER
BIDANG PERHUBUNGAN
Dalam melakukan penyusunan perencanaan program/ kegiatan/ Analisis situasi dalam perspektif gender merupakan analisis terhadap
subkegiatan yang responsif gender tersebut dapat dilakukan melalui 4 suatu keadaan yang terkait dengan intervensi program/kegiatan/
(empat) langkah berikut ini: subkegiatan pembangunan dan menjadi tujuan dan sasaran untuk
dicapai.
Menyajikan data kualitatif/kuantitatif sebagai pembuka
Langkah 1 : wawasan untuk melihat apakah ada kesenjangan
gender.
4.1.
Menemukenali isu gender pada internal lembaga,
Langkah 2 : misalnya budaya organisasi yang dapat menyebabkan Tahap analisis situasi.
terjadinya isu gender.
Menemukenali isu gender di eksternal lembaga Analisis situasi dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
Langkah 3 : pada proses pelaksanaan program dan kegiatan/ berikut:
subkegiatan.
Menyusun rencana aksi dengan merujuk isu gender Menyajikan data terpilah sebagai pembuka mata
Langkah 1 :
yang telah diidentifikasi secara terukur yang akan adanya kesenjangan gender.
menjadi rencana kegiatan/subkegiatan (atau sesuai Menuliskan isu kesenjangan gender di internal dan
Langkah 4 : Langkah 2 :
dengan bahasa struktur anggaran 2011, diambil eksternal lembaga.
dari komponen input) untuk mengatasi kesenjangan
Melakukan identifikasi isu kesenjangan gender dan
gender pada bidang perhubungan. Langkah 3 :
faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan.
Secara garis besar, teknik penyusunan penganggaran yang responsif Menuliskan kembali kesenjangan gender hasil
gender dapat dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan yaitu: Langkah 4 : identifikasi yang masuk ke dalam latar belakang
kerangka acuan kegiatan.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 23
Alat yang digunakan untuk melakukan analisis gender adalah Gender Langkah 2
Analysis Pathway (GAP). Dalam melakukan penyusunan perencanaan
kebijakan, program dan kegiatan/subkegiatan yang responsif gender Prasarana dan fasilitas pendukung kereta api masih belum sepenuhnya
dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: memperhatikan kebutuhan perempuan dan laki-laki pengguna jasa,
misalnya belum tersedianya secara maksimal mushola/toilet yang layak
Melaksanakan analisis tujuan dan sasaran kebijakan, dan memenuhi kebutuhan spesifik dengan mempertimbangkan rasio
Langkah 1 :
program dan kegiatan sub kegiatan yang ada. penumpang berdasarkan gender. Di beberapa stasiun kereta api belum
Menyajikan data terpilah menurut jenis kelamin tersedia ruangan/area khusus merokok, ruangan khusus ibu menyusui/
sebagai pembuka wawasan untuk melihat apakah anak yang mudah diakses.
Langkah 2 :
ada kesenjangan gender (data yang kualitatif atau
Fasilitas perpindahan penumpang dari stasiun ke sarana KA (peron)
kuantitatif).
masih banyak yang rendah/pendek, hal ini menyulitkan perempuan,
Identifikasi faktor-faktor penyebab kesenjangan anak-anak dan lansia untuk mengakses perpindahan naik/turun kereta
Langkah 3 :
berdasarkan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. sehingga memaksa penumpang (laki-laki dan perempuan) untuk
Temu kenali sebab kesenjangan di internal lembaga meloncat sehingga aspek keselamatan kurang diperhatikan.
Langkah 4 : (budaya organisasi) yang menyebabkan terjadinya isu
gender. Langkah 3
Temu kenali sebab kesenjangan di eksternal lembaga
Pada umumnya akses laki-laki terhadap prasarana dan fasilitas
Langkah 5 : pada proses pelaksanaan program dan kegiatan/
pendukung kereta api lebih mudah, meskipun terkait dengan jumlah dan
subkegiatan.
kenyamanan (penguasaan) untuk memenuhi kebutuhan perempuan
Reformulasikan tujuan kebijakan, program dan
dan laki-laki pengguna jasa kereta api seperti toilet, mushola, smoking
Langkah 6 : kegiatan/sub kegiatan pembangunan menjadi responsif
room, masih belum maksimal. Terutama di stasiun kelas menengah/
gender.
kecil, kelompok perempuan adalah kelompok yang masih belum dapat
Susun rencana aksi dan sasarannya dengan merujuk isu memperoleh akses yang layak terhadap prasarana dan fasilitas stasiun,
gender yang telah diidentifikasi dan merupakan rencana demikian juga dari sisi kemanfaatannya.
Langkah 7 :
kegiatan/subkegiatan untuk mengatasikesejangan
gender. Langkah 4
Langkah 8 : Tetapkan base-line
Belum tersedianya standar pelayanan minimum di Ditjen Kereta Api
Langkah 9 : Tetapkan indikator gender yang mengintegrasikan kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam
fasilitas sarana dan prasarana kereta api. Hal ini disebabkan masih
Langkah-langkah yang diuraikan tersebut dapat digunakan sebagai diperlukannya komitmen untuk melaksanakan pengarusutamaan
alat bantu untuk mengidentifikasi isu kesenjangan gender di berbagai gender secara menyeluruh di Ditjen Kereta Api.
bidang pembangunan.
Langkah 5
Berikut ini adalah contoh analisis gender di Kementerian
Perhubungan - Ditjen Perkeretaapian; Dalam melakukan perjalanan, perempuan biasanya bersama anaknya.
Sehingga kebutuhan keduanya harus dipenuhi dalam prasarana
Langkah 1 dan fasilitas kereta api. Sementara laki-laki memiliki kecenderungan
bepergian sendiri. Hal ini karena anggapan bahwa anak adalah
Kegiatan yang dipilih adalah ‘Pembangunan dan Pengelolaan prasarana ’tanggungjawab’ ibu.
dan fasilitas pendukung kereta api’. Tujuan kegiatan tersebut adalah
untuk meningkatkan keandalan dan kapasitas prasarana untuk
mendukung pelayanan transportasi kereta api.
24 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Langkah 6
Meningkatkan keandalan dan kapasitas prasarana untuk mendukung pelayanan transportasi KA yang memenuhi
kebutuhan perempuan dan laki-laki.
Gambaran tujuan ini untuk menegaskan bahwa tujuan dari kegiatan harus meliputi dan meningkatkan akses dan
pelayanaan kepada pengguna jasa kereta api yang sesuai dengan kebutuhan laki-laki dan perempuan, lansia, anak dan
penyandang cacat
Langkah 7
Langkah 8
Langkah 9
- Memastikan bahwa perempuan dan laki-laki ikut serta dalam perencanaan untuk perubahan desain / layout fasilitas
dan prasarana stasiun kereta.
- Jumlah peron yang dibangun sesuai dengan kebutuhan perempuan dan laki-laki meningkat tiap tahun.
- Jumlah fasilitas seperti toilet, ruang menyusui bertambah sesuai dengan kebutuhan perempuan dan laki-laki
pengguna jasa.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 25
TABEL 4.1. GENDER ANALYSIS PATHWAY (GAP)
Pilih Kebijakan/
Kebijakan dan Rencana Ke
Program/ Kegiatan Isu Gender Pengukuran Hasil
Depan
yang akan
dianalisis Data Pembuka
Wawasan Sebab Sebab
Identifikasi dan Faktor Reformulasi Data Dasar Indikator
Kesenjangan Kesenjangan Rencana Aksi
tuliskan tujuan Kesenjangan Tujuan (Base-line) Gender
Internal Eksternal
dari Kebijakan/
Program/ Kegiatan Sajikan data Temukenali isu Temukenali Temukenali Rumuskan Tetapkan Ukuran Tetapkan
dan informasi gender diproses isu gender isu gender kembali rencana yang indikator
Program:
pembuka perencanaan di internal di eksternal tujuan output aksi yang menjadi gender
wawasan, yang dengan lembaga dan/ lembaga kegiatan responsif dasar yang
Kegiatan:
terpilah menurut memperhatikan atau budaya pada proses sehingga gender- digunakan
Ouptut Kegiatan: jenis kelamin 4 (empat) faktor organisasi pelaksanaan menjadi sesuaikan kolom dua
: -kuantitatif kesenjangan, yang dapat responsif dengan
Jika terdapat –kualitatif- yaitu : akses, menyebabkan gender bahsa
lebih dari satu kondisi saat ini partisipasi, terjadinya isu (penajaman perencanaan
ouput , pilih salah kontrol dan gender dengan yang
salah ouput yang manfaat menjawab diambil dari
memiliki daya persoalan komponen
ungkit tinggi kolom 3,4,5)- input
thd kegiatan, bahasa sesuai
anggaran terbesar, dengan
service delivery doukmen
perencanaan
Tujuan output
Setelah melakukan langkah-langkah yang terdapat dalam langkah 1 sampai langkah 9 yang terdapat dalam Gender Analysis Pathway (GAP) , analisis
situasi yang menampilkan kebutuhan, persoalan dan kesenjangan perempuan dan laki-laki pengguna jasa transportasi didapatkan. Analisis situasi
ini yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan tahap-tahap selanjutnya yang disebutkan diatas, yaitu tahap penyusunan komponen kegiatan/
sub kegiatan dan tahap penyusunan indikator kinerja.
26 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
4.2.
Menyusun Gender Budget Statement (GBS)
Penyusunan komponen kegiatan/ sub kegiatan dan indikator kinerja adalah bagian ketika menuliskan ToR (Terms of
Reference) atau Kerangka Acuan Kegiatan dan GBS (Gender Budget Statement) atau Pernyataan Anggaran Gender
sesuai dengan mandat Permenkeu 104/ PMK.02/ 2010.
Gender Budget Statement atau GBS adalah salah satu alat untuk melihat apakah implementasi anggaran responsif
gender telah dilakukan oleh suatu Kementerian/ Lembaga. Selain bermanfaat untuk memudahkan melakukan cek
apakah kegiatan pembangunan sudah responsif gender atau belum.
Sebagai sebuah dokumen, GBS menginformasikan suatu output kegiatan telah responsif terhadap isu gender yang ada,
dan/atau suatu biaya telah dialokasikan pada output kegiatan untuk menangani permasalahan kesenjangan. Penyusunan
dokumen GBS telah melalui analisis gender dengan menggunakan alat antara lain Gender Analysis Pathway (GAP).
Untuk output kegiatan yang responsif gender, GBS merupakan bagian dari kerangka acuan kegiatan (terms of reference),
yang selanjutnya disebut TOR. Penyusunan GBS pada tingkat output telah melalui analisis gender dengan menggunakan
alat analisis gender (antara lain Gender Analysis Pathway atau GAP).
Struktur GBS yang mengikuti pola struktur anggaran yang berlaku ini merupakan beberapa perubahan GBS yang telah
disesuaikan dan ditetapkan melalui Permenkeu 104/ PMK 2/2010.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 27
4.2. TABEL GENDER BUDGET STATEMENT
Tujuan Uraian mengenai tujuan adanya output kegiatan setelah dilaksanakan analisis gender. Jika penyusun GBS
menggunakan Gender Analisis Pathway (GAP), maka dapat menggunakan hasil jawaban kolom 6 (enam)
pada Format GAP.
Analisis Situasi • Uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan ditangani/dilaksanakan oleh kegiatan yang
menghasilkan output. Uraian tersebut meliputi: data pembuka wawasan, faktor kesenjangan, dan
penyebab permasalahan kesenjangan gender.
• Dalam hal data pembuka wawasan (berupa data terpilah) untuk kelompok sasaran baik laki-laki maupun
perempuan (baik dari kelompok anak, lansia dan diffable) diharapkan tersedia. Jika tidak mempunyai
data dimaksud maka dapat menggunakan data kualitatif.
• Output kegiatan yang akan dihasilkan mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran
dst…
Alokasi Anggaran Output Rp.... Jumlah anggaran (Rp) yang dialokasikan untuk mencapai suatu Output Kegiatan
Kegiatan
Dampak/hasil Output Kegiatan Dampak/hasil secara luas dari Output Kegiatan yang dihasilkan (dikaitkan dengan
isu gender serta upaya perbaikan ke arah kesetaraan gender yang telah diidentifikasi
pada analisis situasi)
28 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Dalam melengkapi GBS, apa yang dituliskan dalam kolom-kolom GAP 4.3.
adalah bahan dasar yang penting dan tinggal diolah serta dinarasikan Perumusan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) / Term of
untuk menegaskan bahwa output kegiatan yang dipilih adalah salah Reference (TOR)
satu intervensi yang bisa dilakukan untuk mengurangi kesenjangan
gender dalam bidang perhubungan.
Sesuai dengan Permenkeu 104/PMK 2/2010 , ada beberapa perubahan
Berikut ini adalah tabel untuk memudahkan pengolahan analisis yang yang disesuaikan dengan struktur anggaran 2011 termasuk di dalamnya
ditemukan dalam GAP ke dalam GBS adalah bentuk Kerangka Acuan Kegiatan atau TOR yang akan dibuat.
Bentuk TOR adalah sebagai berikut:
4.3. TABEL PENGOLAHAN ANALISIS
Selanjutnya, tahap penulisan GBS (Gender Budget Statement) yang A. Latar Belakang
merupakan bagian dari implementasi anggaran responsif gender 1. Dasar Hukum Tugas Fungsi /Kebijakan
adalah menuliskan TOR Kegiatan. 2. Gambaran Umum
Kerangka Acuan Kegiatan atau TOR dibuat untuk kegiatan yang telah B. Penerima Manfaat
dibuat GBS-nya, maka TOR dari suatu output kegiatan harus menjelaskan
terlebih dahulu keterkaitan (relevansi) komponen-komponen inputnya C. Strategi Pencapaian Keluaran
terhadap output yang dihasilkan. Selanjutnya hanya pada komponen 1.Metode Pelaksanaan
input yang langsung mendukung upaya mewujudkan kesetaraan 2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
gender perlu penjelasan sebagaimana rencana aksi dalam dokumen
GBS. D. Waktu Pencapaian Keluaran
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 29
Kesenjangan gender yang diperoleh dari analisis gender (dengan GAP), dimasukkan dalam Format TOR atau KAK pada
bagian;
a. Latar belakang
Gambaran umum, yang menggambarakan identifikasi persoalan kesenjangan gender dan mengapa terjadi hal
tersebut.
b. Penerima manfaat kegiatan, juga dijelaskan siapa penerima manfaat dari kegiatan ini perempuan dan laki-laki
(berapa persen atau jumlahnya).
c. Strategi pencapaian keluaran serta metode pelaksanaan adalah bagaimana strategi yang dilaksanakan untuk
mencapai output kegiatan yang telah dianalisa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKA-KL untuk mempermudah pelaksanaannya, berikut di
bawah ini adalah kisi-kisi mengenai hal tersebut yaitu:
a. Penerapan ARG pada penganggaran Tahun 2011 diletakkan pada output. Relevansi komponen input dengan
output yang akan dihasilkan harus jelas.
b. Kriteria kegiatan dan output yang menjadi fokus ARG.
Pada Tahun 2011, ARG akan diterapkan pada K/L yang menghasilkan output kegiatan:
Untuk melengkapi TOR, harus melampirkan GBS yang menginformasikan suatu kegiatan telah responsif terhadap isu
gender yang dihadapi, dan apakah telah dialokasikan dana pada kegiatan bersangkutan untuk menangani permasalahan
gender tersebut.
30 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PERENCANAAN
DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER
BIDANG PERHUBUNGAN
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 31
TABEL 5.1. Tabel Checklist
Unsur
Unit Organisasi Pertanyaaan Keterangan*
Pemantauan
Diisi oleh unit organisasi GBS 1. Apakah dokumen GBS disusun dengan menggunakan analisis situasi/analisis
Eselon I gender?
3. Apakah isu kesenjangan gender yang di uraikan dalam analisis situasi dan
rencana aksi tercermin dalam GBS?
5. Apakah grup-grup akun dalam GBS menjadi tahapan kegiatan dalam TOR/
KAK?
RKA 1. Apakah kegiatan/sub kegiatan yang ada dalam dokumen RKA memuat
kegiatan/sub kegiatan yang ada dalam GBS?
*) Di isi dengan Tanda (√ ) jika sudah dilaksanakan dan tanda (x) jika belum dilaksanakan
32 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Berdasarkan hasil checklist yang dilakukan oleh penyusun program e. Memastikan bahwa kegiatan/sub kegiatan yang ada dalam RKA
pada unit organisasi Eselon I akan menjadi bahan bagi Pokja Pemantau sudah responsif gender dari Pokja Pelaksana Pemantau Responsif
untuk menyimpulkan bahwa kegiatan/sub-kegiatan yang ada dalam Gender.
dokumen RKA sudah responsif gender atau belum.
Pokja Pelaksana Pemantauan pelaksanaan perencanaan dan
penganggaran yang responsif gender melakukan analisis dan evaluasi
dengan menggunakan checklist terhadap ketiga dokumen yakni GBS,
5.2. TOR/KAK dan RKA untuk menentukan apakah kegiatan/sub kegiatan
Tahap Pemantauan dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) sudah responsif
gender.
Pemantauan (monitoring) adalah kegiatan pengumpulan data/
informasi dan pelaporan pelaksanaan rencana program/ kegiatan
yang bersumber dari Rencana Kerja Anggaran (RKA). Artinya bahwa
pada tahap pemantauan ini setidaknya sudah dapat dibuat laporan 5.3.
bahwa proses perencanaan dan penganggaran pembangunan bidang Tahap Evaluasi
perhubungan sudah responsif gender.
Prinsip dasar pemantauan adalah : Cepat; Tepat; dan Akurat. Evaluasi adalah kegiatan membandingkan sasaran yang ditetapkan
Apabila data/informasi yang diperoleh dari laporan hasil pemantauan dengan pencapaian pelaksanaan dengan menggunakan indikator-
tidak memenuhi prinsip dasar tersebut berarti tidak menjalankan fungsi indikator yang ditetapkan untuk suatu program/kegiatan tertentu.
pemantauan. Pada tahapan ini diperoleh jawaban bahwa proses perencanaan dan
penganggaran pembangunan bidang perhubungan sudah responsif
Tujuan dari pemantauan adalah sebagai berikut : gender.
a. Mendapatkan informasi perkembangan pelaksanaan perencanaaan
dan penganggaran dilakukan secara berkelanjutan mengenai Tujuan evaluasi adalah:
pencapaian indikator kinerja, a. Membantu pimpinan dalam menyusun dan mengembangkan
b. Melakukan identifikasi masalah agar tindakan korektif dapat rancangan kebijakan/ program/ kegiatan perencanaan dan
dilakukan sedini mungkin, penganggaran yang responsif gender;
c. Mendukung upaya penyempurnaan perencanaan dan b. Memberikan penilaian secara periodik (semesteran atau Tahunan)
penganggaran melalui hasil pemantauan. terhadap efektifitas kebijakan/program, dampak dan alternatif/
cara-cara yang dapat ditempuh dalam rangka mencapai
Dalam melakukan pemantauan perencanaan program dan hasil perencanaan dan penganggaran responsif gender yang
penganggaran perlu memastikan adanya dokumen yang menjadi diinginkan.
unsur pemantauan dan evaluasi. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu
dilakukan, yaitu: Ruang Lingkup Evaluasi:
a. Evaluasi saat pelaksanaan (on-going evaluation) RKA,
a. Memastikan terkumpulnya dokumen GBS dan TOR dari masing-
b. Evaluasi pasca pelaksanaan (ex-post evaluation) RKA yang Responsif
masing unit organisasi.
Gender
b. Memastikan terkumpulnya dokumen RKA dari masing-masing unit
organisasi.
Hasil evaluasi menjadi bahan rekomendasi bagi penyempurnaan
c. Memastikan dokumen GBS, TOR dan RKA telah ditelaah oleh Pokja
penyusunan program yang responsif gender pada Tahun anggaran
Pelaksana Pemantau Responsif Gender.
berjalan dan bahan pertimbangan Tahun berikutnya.
d. Memastikan dokumen GBS, TOR dan RKA telah dinilai oleh Pokja
Pelaksana Pemantau Responsif Gender.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 33
5.4.
Tahap Pelaporan
Penyusun Laporan dari masing-masing unit kerja Eselon I wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan, evaluasi
secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan.
Laporan hasil pemantauan dan evaluasi dari masing-masing unit kerja tersebut akan dijadikan sebagai Laporan
Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang responsif gender dari Kementerian Perhubungan untuk diteruskan
ke Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan.
34 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
BAB VI
PENUTUP
Perencanaan dan penganggaran yang responsif gender (PPRG) Kelompok kerja PUG dan gender focal point diharapkan dapat
merupakan alat bantu untuk mengkaji dan mengukur keberhasilan membentuk mekanisme dan rencana aksi yang lebih rinci dalam
pembangunan yang berwawasan gender. Anggaran responsif gender mendorong implementasi pengarusutamaan gender. Melakukan
tersebut melekat pada struktur program dan kegiatan dalam penyusunan koordinasi dengan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan
RKA-KL. Dengan dasar itu, maka upaya pengintegrasian gender dalam Perlindungan Anak dan sektor lainnya menjadi salah satu hal penting
penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan bidang yang perlu dirumuskan dalam langkah tindak lanjut buku panduan ini
perhubungan harus dilihat dari tahap perencanaan, penganggaran, sebagai bagian dari peningkatan kapasitas.
pelaksanaan dan akuntabilitas.
Upaya yang dibangun untuk mengintegrasikan isu gender dalam
Komitmen untuk menerapkan perencanaan dan penganggaran pembangunan bidang perhubungan telah menjadi satu dimensi
responsif gender tersebut telah menjadi suatu gerakan bersama integral dari perencanaan, penganggaran, penyusunan, pemantauan
dalam pembangunan nasional dewasa ini. Sebab telah disadari dan evaluasi. Oleh karena itu, pengintegrasian gender ke dalam
bahwa pengintegrasian gender merupakan strategi untuk mengurangi perencanaan dan sistem penganggaran tercermin dalam penggunaan
kesenjangan partisipasi dan kontrol dalam pengambilan keputusan dan analisis situasi/analisis gender dalam menyusun program/kegiatan/
pemanfaatan hasil pembangunan yang setara antara perempuan dan subkegiatan pembangunan.
laki-laki.
Anggaran responsif gender tidak hanya pada tahap penyusunan rencana
Untuk mendorong komitmen tersebut, Kementerian Perhubungan program dan anggaran, namun juga pada proses penyusunan norma,
melalui kelompok kerja (pokja PUG) dan gender focal point di setiap standar, prosedur dan kriteria, pelaksanaan hingga pemantauan dan
unit eselon I bisa menyusun rencana aksi untuk melakukan sistematisasi evaluasi perspektif gender, harus dipertimbangkan.
implementasi perencanaan dan penganggaran responsif gender.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam perencanaan dan
Langkah awal yang bisa dibangun misalnya dengan memenuhi prasyarat penganggaran ini merupakan panduan bagi perencana program di
kunci implementasi pengarusutamaan gender seperti ketersediaan data lingkungan Kementerian Perhubungan. Dengan adanya panduan ini
terpilah dan sumber daya manusianya, melakukan analisis gender dalam diharapkan dapat mempermudah dan memperlancar pelaksanaan
tahap-tahap yang ada di siklus pembangunan (mulai perencanaan, penerapan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender.
pelaksanaan sampai pada pemantauan dan evaluasi), meningkatkan
komitmen melalui kebijakan dan lain sebagainya.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 35
Tahapan-tahapan yang ada dalam buku panduan ini secara garis besar adalah melakukan analisis gender dalam setiap
tahapan perencanaan dan penganggaran, sehingga kegiatan pembangunan yang dilakukan di bidang perhubungan
tepat sasaran dan menjawab kebutuhan masyarakat perempuan dan laki-laki.
Semoga panduan ini bermanfaat bagi para perencana dan pemangku kepentingan yang lain, seperti penyedia dan
pengguna jasa angkutan, yang berupaya untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan nasional,
khususnya di Kementerian Perhubungan dan di lingkungan pelayanan bidang transportasi secara keseluruhan. Panduan
ini masih kurang dari sempurna, oleh karena itu, masukan-masukan positif demi penyempurnaan panduan tetap
diperlukan.
36 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
DAFTAR PUSTAKA
1. Gender and Urban Transport: Smart and Affordable Module, GTZ-Federal Ministry for Economic Cooperation and
Development, 2007 (revised).
2. Rinusu dan Tim, Modul Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan: Teori dan Aplikasi, KNPP – UNDP, 2007.
3. Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Pekerjaan Umum, KNPP – Kementerian Pekerjaan
Umum, 2009.
4. Panduan Penyusunan “Pengintegrasian Isu Gender ke Dalam Sistem Perencanaan & Penganggaran Pembangunan
Pertanian”, Departemen Pertanian RI – KPP PA 2009.
5. Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Generik, KNPPPA –UNIFEM, 2010.
6. Bahan Workshop Penyusunan Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender dari Kementerian
Perhubungan, 2010. Tidak Dipublikasikan.
7. Peraturan Menteri Keuangan No. 119/ PMK.02/ 2009 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan rencana kerja
dan anggaran kementerian negara/ lembaga dan penyusunan, penelaahan, pengesahan dan pelaksanaan daftar
isian pelaksanaan anggaran tahun 2010;
8. Peraturan Menteri Keuangan No. 104/ PMK.02/ 2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan rencana kerja
dan anggaran kementerian negara/ lembaga dan penyusunan, penelaahan, pengesahan dan pelaksanaan daftar
isian pelaksanaan anggaran tahun 2011;
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 37
38 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
DAFTAR ISTILAH
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 39
9. Keadilan Gender adalah perlakuan adil bagi perempuan dan laki- laki-laki, baik dalam proses penyusunannya maupun dalam
laki dalam keseluruhan proses kebijakan pembangunan nasional, pelaksanaan kegiatan. Sehingga perencanaan ini akan terkait
yaitu dengan mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, dalam perencanaan kebijakan maupun perencanaan program
kesulitan, hambatan sebagai perempuan dan sebagai laki-laki untuk sampai operasionalnya di lapangan.
mendapat akses dan manfaat dari usaha – usaha pembangunan;
untuk ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan (seperti yang 15. Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender adalah
berkaitan dengan kebutuhan, aspirasi) serta dalam memperoleh instrumen untuk mengatasi adanya perbedaan akses, partisipasi,
penguasaan (kontrol) terhadap sumberdaya (seperti dalam kontrol dan manfaat pembangunan bagi laki-laki dan perempuan
mendapatkan/penguasaan keterampilan, informasi, pengetahuan, dengan tujuan untuk mewujudkan anggaran yang lebih
kredit, dll.). berkeadilan.
10. Kebijakan/ Program Responsif Gender adalah kebijakan/ 16. Responsif Gender adalah perhatian yang konsisten dan sistematis
program yang responsif gender berfokus kepada aspek yang terhadap perbedaan-perbedaan perempuan dan laki-laki di dalam
memperhatikan kondisi kesenjangan dan kepada upaya masyarakat yang disertai upaya menghapus hambatan-hambatan
mengangkat isu ketertinggalan dari salah satu jenis kelamin. struktural dan kultural dalam mencapai kesetaraan gender.
11. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi dan posisi bagi 17. Statistik Gender adalah kumpulan data dan informasi terpilah
laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak- menurut jenis kelamin yang memperlihatkan realitas kehidupan
haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi perempuan dan laki-laki yang mengandung isu gender.
dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, Misalnya: Statistik gender biasanya dipakai dalam konteks
pertahanan, keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati kebijakan.
hasil yang dampaknya seimbang. Statistik gender diperlukan untuk; (1) melihat adanya ketimpangan
gender secara komprehensif; (2) membuka wawasan para penentu
12. Netral Gender adalah kebijakan/program/kegiatan atau kondisi kebijakan atau perencana tentang kemungkinan adanya isu gender
yang tidak memihak kepada salah satu jenis kelamin dan; (3) bermanfaat untuk melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap kebijakan/program yang responsif gender. Gender dalam
13. Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi yang dilakukan pengertian ini, tidak terbatas pada laki-laki dan perempuan saja,
secara rasional dan sistematis untuk mencapai kesetaraan dan akan tetapi lebih luas sampai dengan klasifikasi atau kategorisasi
keadilan gender dalam aspek kehidupan manusia melalui kebijakan dari kondisi sosial yang ada. Misalnya: lansia, anak balita, dan
dan program yang memperhatikan pengalaman pengalaman, orang cacat.
aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki
(dan orang lanjut usia, anak-anak di bawah umur, orang-orang
dengan kebiasaan berbeda/difable, serta orang-orang yang tidak
mampu secara ekonomi) untuk memberdayakan perempuan dan
laki-laki mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi dari seluruh kebijakan, program, kegiatan di
berbagai bidang kehidupan pembangunan nasional dan daerah.
40 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Lampiran 1
PERHUBUNGAN DARAT
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 41
GAP Perhubungan Darat
Kegiatan : Kurang tersediannya bus yang Pengadaan bus belum Kurangnya informasi Bus dipilih oleh
Pengadaan Bus untuk responsif gender dalam jumlah memenuhi kebutuhan dan sosialisasi untuk perempuan karena
pengembangan yang memadai pelayanan berdasarkan meningkatkan lebih mudah dan
angkutan umum kebutuhan perempuan pemahaman mempermudah
massal / BRT Penumpukan penumpang pada dan laki-laki tentang gender dan perjalanannya baik
jam dan jalur tertentu dan pengarusutamaan untuk kegiatan publik
Frekuensi pelayanan bus kurang gender bagi perencana maupun yang menjadi
Tujuan Kegiatan : teratur dan belum memenuhi program dan pemegang bagian dari domestik
Memfasilitasi Pelayanan kebutuhan gender kebijakan
Angkutan Bus
Perkotaan Kasus pelecehan seksual akibat Belum tersedianya data
berdesak-desakan-dikarenakan terpilah
armada yang kurang
42 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
Memfasilitasi Pelayanan Pengadaan Bus Bantuan Angkutan Belum ada data terpilah Peningkatan ketersediaan BRT sesuai dengan
Angkutan Bus Perkotaan Umum Massal / BRT pengguna BRT di kebutuhan dan kenyamanan perempuan dan
terpadu beberapa lokasi laki-laki berapa .........unit%/tahun...........
Perbaikan dan Peningkatan sistem
layanan bus Belum ada survey Tersedianya sistem BRT yang terpadu
kepuasan pengguna BRT
Penyusunan data terpilah Tersedianya data terpilah tentang penggunaan
BRT di beberapa lokasi (pr........./lk..........)
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 43
GENDER BUDGET STATEMENT
(Pernyataan Anggaran Gender)
• Secara umum, pelayanan angkutan umum yang ada sekarang belum memadai dalam pengertian lain belum dapat
menjangkau semua wilayah perkotaan, sebagian besar masyarakat yang tinggal bermukim dipinggir kota tidak tersedia
pelayanan angkutan umum, kalaupun ada tidak sebanding dengan jumlah permintaan angkutan, keseimbangan
(supply and demand) belum menjadi prioritas dalam penyelenggaraan angkutan umum di wilayah perkotaan terlebih
di Kawasan Indonesia Timur dan pelosok Kawasan Indonesia Bagian Barat.
• Sebagai gambaran nyata, permintaan kebutuhan bus bantuan dari Pemerintah Pusat (Kementerian Perhubungan) untuk
angkutan pelajar/mahasiswa, masyarakat miskin dari Pemerintah Propinsi / Kabupaten / Kota dan Universitas (Perguruan
Analisis Situasi Tinggi) terhitung mulai tahun 2001 s/d 2005 sudah mencapai angka permohonan permintaan bus ukuran sedang
2.380 unit bus, realisasi hanya 492 unit bus ukuran sedang, dengan tingkat persentase realisasi sekitar (20,67%).
Realisasi permohonan permintaan bus ukuran sedang ini, tidak dapat diberikan tepat pada waktunya, seiring dengan
keterbatasan anggaran dana pembangunan untuk program pengadaan bus ukuran sedang.
• Fakta menunjukkan bahwa ada penumpukan penumpang pada jam dan jalur tertentu yang menyebabkan terjadinya
kerentanan kelompok perempuan terhadap pelecehan seksual. Frekuensi pelayanan bus kurang teratur menyebabkan
ketidaknyamanan pengguna jasa transportasi perempuan dan laki-laki terutama kelompok perempuan yang
menggunakan BRT sebagai alat transportasi utama. Sehingga dibutukan sistem BRT yang terpadu.
Sub output 3 - Tersedianya data terpilah tentang penggunaan BRT di beberapa lokasi (pr......./lk.....)
- Tersedianya data terpilah tentang pelecehan seksual yang terjadi di BRT (........kasus)
- Tersedianya data terpilah tentang survey kepuasan pengguna bis (pr...../lk.....)
44 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
1. Meningkatnya kapasitas angkut yang dapat di akses dan memberikan kemudahan baik oleh laki-laki, perempuan,
wanita hamil, anak-anak, manula maupun penyandang cacat sehingga mampu memperlancar aktifitas masyarakat di
Dampak/hasil
wilayah perkotaan;
Output Kegiatan
2. Tercapainya peningkatan pelayanan angkutan umum di wilayah perkotaan sesuai dengan kebutuhan pelayanan untuk
semua lapisan baik laki-laki, perempuan, ibu hamil, anak-anak, manula maupun penyandang cacat;
Program : Peningkatan Aksesibilitas Pelayanan Angkutan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Sasaran Program : Meningkatkan kualiras penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan perkotaan
Usulan SBK : -
A. LATAR BELAKANG
Sektor transportasi merupakan salah satu sector yang sangat penting dan strategis dalam konteks pembangunan di wilayah perkotaan di
Indonesia, baik di Kawasan Timur Indonesia (KTI) maupun Kawasan Barat Indonesia (KBI). Dalam fungsinya sebagai promoting sector dan
servicing sector, transportasi telah memegang peranan yang sangat besar sebagai urat nadi perekonomian. Pembangunan sector ini pada
hakekatnya untuk menggerakkan berbagai potensi daerah, pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang lebih baik dan menjangkau
berbagai wilayah terutama didaerah perkotaan maupun pedesaan.
Sasaran utama pembangunan sektor transportasi diwilayah perkotaan adalah untuk meningkatkan aksesibilitas pelayanan bagi mobiltas
masyarakat yang tinggal di wilayah kabupaten maupun wilayah kota dalam rangka mendukung berbagai kegiatan pembangunan, termasuk
mendukung berbagai aktivitas ekonomi masyarakat perkotaan yang sangat membutuhkan adanya pelayanan angkutan umum terutama
ketersediaan pelayanan angkutan umum dari wilayah-wilayah kantong-kantong pembangkit perjalanan masyarakat menuju lokasi berbagai
aktivitas ekonomi, sosial masyarakat perkotaan.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 45
Secara umum, pelayanan angkutan umum yang ada sekarang b. Mendukung kebijakan pemerintah kabupaten/kota dalam
belum memadai dalam pengertian lain belum dapat menjangkau pengembangan angkutan massal berbasis bus (Bus
semua wilayah perkotaan, sebagian besar masyarakat yang tinggal Rapid Transit yang nantinya akan disingkat BRT) untuk
bermukim dipinggir kota tidak tersedia pelayanan angkutan menciptakan angkutan yang nyaman, aman, pelayanan
umum, kalaupun ada tidak sebanding dengan jumlah permintaan tepat waktu serta terjangkau oleh pemakai jasa angkutan
angkutan, keseimbangan (supply and demand) belum menjadi di wilayah perkotaan baik laki-laki, perempuan, anak-
prioritas dalam penyelenggaraan angkutan umum di wilayah anak, manula maupun penyandang cacat;
perkotaan, terlebih di Kawasan Indonesia Timur dan pelosok c. Merealisasikan permintaan masyarakat pemakai jasa
Kawasan Indonesia Bagian Barat. angkutan, Pemerintah Kabupaten/Kota mengenai
kebutuhan armada bus kota (ukuran besar) sebagai upaya
Sebagai gambaran nyata, permintaan kebutuhan bus bantuan dari mewujudkan peningkatan jasa pelayanan angkutan
Pemerintah Pusat (Kementerian Perhubungan) untuk angkutan penumpang umum di wilayah perkotaan;
pelajar/mahasiswa, masyarakat miskin dari Pemerintah Propinsi/
d. Mendorong terwujudnya ketertiban, kelancaran,
Kabupaten/Kota dan Universitas (Perguruan Tinggi) terhitung
keamanan, kenyamanan lalu lintas dang angkutan
mulai tahun 2001 s/d 2005 sudah mencapai angka permohonan
penumpang umum, sebagai alternatif mengurangi
permintaan bus ukuran sedang 2.380 unit bus, realisasi hanya 492
penggunaan kendaraan pribadi termasuk meminimalkan
unit bus ukuran sedang, dengan tingkat persentase realisai sekitar
perkembangan angkutan penumpang umum yang
(20,67%). Realisasi permohonan permintaan bus ukuran sedang
berkapasitas non massal (angkot, mikrolet, MPU);
ini, tidak dapat diberikan tepat pada waktunya, seiring dengan
keterbatasan anggaran dana pembangunan untuk program e. Memberikan bantuan bus kepada Pemerintah Kabupaten/
pengadaan bus ukuran sedang. Kota yang telah siap untuk mengoperasikan bus angkutan
massal pada akhir tahun 2010 atau awal tahun 2011;
Disisi lain jumlah penduduk semakin bertambah, tingkat kegiatan f. Mendorong terwujudnya stabilisasi pelayanan angkutan
aktivitas masyarakat cenderung meningkat dari hari ke hari, penumpang umum di wilayah perkotaan;
khususnya mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi, sangat g. Mendorong pemerintah Kabupaten/Kota untuk membuat
mendambakan adanya pelayanan angkutan penumpang umum perencanan, strategi implementasi pengembangan
bus kota yang nyaman, aman, sejuk, biaya dapat terjangkau dan angkutan umum massal berbasis jalan BRT di wilayah
lain sebagainya perkotaan.
46 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
D. SASARAN H. WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan dalam waktu 4 (empat) bulan
1. Meningkatkan kapasitas angkut dan memperlancar aktifitas setelah tanggal kontrak ditetapkan.
masyarakat di wilayah perkotaan yang dapat di akses baik
oleh laki-laki, perempuan, anak-anak, manula maupun I. RENCANA ANGGARAN BIAYA
penyandang cacat; Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibutuhkan untuk
Pengadaan Bus Bantuan Angkutan Umum Massal/BRT adalah Rp.
2. Mewujudkan tercapainya peningkatan pelayanan angkutan 4.250.000.000,- (empat milyar dua ratus lima puluh juta rupiah)
umum di wilayah perkotaan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan untuk laki-laki, perempuan, anak-anak, manula
maupun penyandang cacat;
G. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh ATPM/Authorized Dealer/
Dealer atau sebutan lainnya sebagai penyedia chassis bus dan
perusahaan karoseri untuk membangun badan (body/rumah-
rumah) kendaraan, yang memenangkan lelang.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 47
48 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Lampiran 2
PERKERETAAPIAN
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 49
GAP Kereta Api
Isu Gender
Pilih Kebijakan/ Program/
Kegiatan yang akan Data Pembuka Wawasan Sebab Kesenjangan Sebab Kesenjangan
dianalisis Faktor Kesenjangan
Internal Eksternal
Kegiatan: - Belum tersedianya mushola/ - Kegiatan belum - Belum ada - Kelompok perempuan
Pembangunan dan toilet yang memenuhi memperhatikan standart pelayanan dan laki-laki kelas
Pengelolaan prasarana kapasitas serta kenyamanan fasilitas di stasiun minimum yang menengah/bawah
dan fasilitas pendukung - Belum terdapat ruangan/area dalam hal jumlah dan mengintegrasikan memilih kereta api
kereta api khusus merokok kenyamanan untuk kebutuhan ekonomi/ bisnis
- Belum terdapat ruangan memenuhi kebutuhan perempuan dan untuk mendukung
Tujuan Kegiatan : khusus ibu menyusui/ anak perempuan dan laki-laki dalam kegiatan ekonominya.
Meningkatkan keandalan - Penerangan lampu kurang laki-laki pengguna fasilitas sarana dan Kenyamanan
dan kapasitas prasarana - Tempat duduk di ruang stasiun (toilet, prasarana kereta api menjadi hal yang
untuk mendukung tunggu khusus lansia/wanita/ mushola, smoking karena pemahaman penting sehingga
pelayanan transportasi anak kurang room, penerangan) penyusun dan produktivitas
KA terutama di stasiun pemegang kebijakan maksimal
- Fasilitas perpindahan kelas menengah/kecil mengenai PUG belum
penumpang ke sarana KA menyeluruh - Kelompok perempuan
(peron) masih banyak yang dan laki-laki
rendah/pendek - Belum tersedianya pengguna jasa kereta
data tepilah api rentan terhadap
- Pemanfaatan peron sebagai kekerasan dan tindak
tempat aktiftas jual/beli kriminal
yang dapat mengganggu
kenyamanan calon - Kesadaran masyarakat
penumpang perempuan dan
laki-laki dalam
- Pembangunan peron memanfaatkan
tinggi/perpanjangan masi fasilitas stasiun
diprioritaskan pada stasiun dengan baik/tidak
besar dan stasiun KA merusak masih
perkotaan/komuter rendah
50 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
- Meningkatkan - Pengembangan/peningkatan - Kondisi stasiun dilihat dari jumlah - Meningkatnya ketersediaan fasilitas
keandalan dan fasilitas stasiun eksisting sesuai fasilitas pelayanan penumpang pelayanan penumpang di seluruh
kapasitas prasarana dengan kebutuhan perempuan stasiun untuk setiap kelas (besar/
untuk mendukung dan laki-laki pengguna fasilitas - Hasil survey indeks kepuasan menengah/kecil) dengan tersedianya
pelayanan stasiun pengguna KA terpilah menurut mushola, smoking room, penerangan
transportasi KA yang jenis kelamin (pr.....?/lk.....?) yang cukup setiap tahun berapa....% di
memperhatikan - Review desain/layout stasiun telah dilakukan pada tahun 2009 stasiun......%
kebutuhan perempuan kelas menengah/kecil untuk melalui studi indeks kepuasan
dan laki-laki pembangunan baru yang konsumen KA (Customers - Meningkatnya fasilitas palayanan
memenuhi kebutuhan Satisfaction Indeks) yang telah penumpang di seluruh stasiun
perempuan dan laki-laki mengakomodir isu gender di dilakukan secara bertahap antara lain
bidang perkeretaapian program peninggian/perpanjangan
- Penyusunan data terpilah peron.
- Belum adanya data terpilah
pengguna jasa transportasi - Tersedianya review desain/layout
kereta api (pr.....?/lk.....?) Untuk stasiun kelas menengah/kecil untuk
saat ini data penumpang KA pembangunan baru yang memenuhi
belum terpilah antara laki-laki kebutuhan perempuan / laki-laki.
dan perempuan. Data yang
tersedia masih berdasarkan - Tersedianya data terpilah penumpang
kelas pelayanan dan daerah KA dan indeks kepuasan.
operasional KA. Kedepan perlu
diadakan data terpilah berdasarkan
gender (jenis kelamin) agar dapat
mengakomodir kebutuhan fasilitas
berdasarkan gender.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 51
GENDER BUDGET STATEMENT
(Pernyataan Anggaran Gender)
Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api
Output Terbangunnya peron tinggi/sedang di 5 lokasi antara lain Kutoarjo, Kampung Bandan, Cicayur, Wates, Klakah.
Meningkatkan keandalan dan kapasitas prasarana untuk mendukung pelayanan transportasi KA yang memperhatikan
Tujuan
kebutuhan perempuan dan laki-laki.
Kondisi stasiun saat ini khususnya stasiun menengah dan kecil diantaranya belum tersedianya mushola/toilet yang
memenuhi kapasitas serta kenyamanan, belum terdapat ruangan/area khusus merokok, belum terdapat ruangan khusus
ibu menyusui/ anak, penerangan lampu kurang, tempat duduk diruang tunggu khusus lansia/wanita,anak kurang, fasilitas
perpindahan penumpang ke sarana KA (preon) masih banyak yang rendah/pendek, serta adanya pemanfaatan peron
Analisis Situasi sebagai tempat aktifitas jual/beli yang dapat mengganggu kenyamanan calon penumpang.
Untuk itu, dalam hal pembangunan dan pengembangan/rehabilitasi stasiun diperlukan untuk mengakomodir kebijakan
pelayanan publik yang sensitif gender untuk menyertakan peluang, kesempatan, dan fasilitas antara laki-laki, perempuan,
anak, lansia dan penyandang cacat.
Sub output 1 Seluruh stasiun untuk setiap jenis kelas dilengkapi dengan fasilitas peron tinggi/panjang
Review desain/layout stasiun kelas menengah/kecil untuk pembangunan baru yang memenuhi
Rencana Aksi Komponen Input 2
kebutuhan perempuan dan laki-laki
Tersedianya Review desain/layout stasiun kelas menengah/kecil untuk pembangunan baru yang
Sub output 2
memenuhi kebutuhan perempuan dan laki-laki
Memberikan kemudahan bagi masyarakat pengguna jasa transportasi kereta api untuk mengakses perpindahan (naik/
Dampak/hasil
turun) sarana KA baik laki-laki, perempuan, lansia, anak dan penyandang cacat dapat diukur melalui indeks kepuasan
Output Kegiatan
penumpang
52 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
KERANGKA ACUAN KERJA melayani pergerakan penumpang dan barang diharapkan
(TERM Of REFERENCE) dapat menjadi tulang punggung angkutan darat. Berbagai
kelebihan angkutan kereta api dibandingkan dengan moda
Kementerian lain diantaranya adalah daya angkut yang besar baik dalam
negara / : Kementerian Perhubungan satuan jumlah penumpang maupun barang (ton), pemakaian
lembaga energi yang lebih hemat dan ramah lingkungan.
Unit eselon I : Ditjen Perkeretaapian Namun kondisi perkeretaapian di Indonesia saat ini masih
sangat membutuhkan penanganan yang khusus dan
Pengelolaan dan Penyelenggaraan intensif. Berbagai keunggulan moda kereta api diatas belum
Program :
Transportasi Perkeretaapian dapat dioptimalkan, hal tersebut terlihat dengan masih
rendahnya share khususnya untuk angkutan penumpang.
Terbangunnya peron tinggi/sedang di
Adapun penyebab rendahnya share diantaranya karena
Hasil : 5 lokasi antara lain Kutoarjo, Kampung
masyarakat lebih cenderung menggunakan angkutan pribadi
Bandan, Cicayur, Wates, Klakah.
dibandingkan angkutan umum dimana angkutan umum
Unit Eselon II : Direktorat Teknik Prasarana khususnya kereta api masih belum nyaman dan aman.
Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana Mengingat hal tersebut, Pemerintah harus lebih fokus
Kegiatan :
dan Fasilitas Pendukung Kereta Api pada peningkatan pelayanan angkutan kereta api dimana
masalah transportasi khususnya di perkotaan membutuhkan
Indikator Jumlah peron tinggi/sedang untuk
penanganan intensif dalam menangani kemacetan di jalan
Kinerja : mempermudah perpindahan penumpang
raya dengan pengalihan penggunaan angkutan jalan raya
Kegiatan dari stasiun ke kereta atau sebaliknya
ke angkutan massal kereta api. Berbagai upaya yang harus
Detail Kegiatan : Kerangka Acuan Kerja dilakukan untuk meningkatkan share angkutan KA diantaranya
dalam peningkatan pelayanan kepada penumpang KA di
stasiun dimana saat ini masih banyak stasiun yang memiliki
kondisi yang tidak memadai baik berupa fasilitas stasiun yang
tidak nyaman maupun kapasitas yang masih kurang.
KERANGKA ACUAN KERJA
Kondisi stasiun saat ini khususnya stasiun menengah dan kecil
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN/REHABILITASI diantaranya belum tersedianya mushola/toilet yang memenuhi
STASIUN kapasitas serta kenyamanan, belum terdapat ruangan/
area khusus merokok, belum terdapat ruangan khusus ibu
A. LATAR BELAKANG menyusui/ anak, penerangan lampu kurang, tempat duduk
1. Dasar Hukum di ruang tunggu khusus lansia/wanita/anak kurang, fasilitas
a). Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2007 Tentang perpindahan penumpang ke sarana KA (peron) masih banyak
Perkeretaapian; yang rendah/pendek, serta adanya pemanfaatan peron
b). Peraturan Pemerintah Nomor. 69 tahun 2009 Tentang sebagai tempat aktifitas jual/beli yang dapat mengganggu
Penyelenggaraan Perkeretaapian; kenyamanan calon penumpang.
c). Peraturan Pemerintah Nomor. 72 tahun 2009 Tentang Untuk itu, dalam hal pembangunan dan pengembangan/
Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api; rehabilitasi stasiun diperlukan untuk mengakomodir
kebijakan pelayanan publik yang sensitif gender untuk
2. Gambaran Umum menyetarakan peluang, kesempatan, dan fasilitas antara laki-
Transportasi perkeretaapian merupakan salah satu moda laki, perempuan, anak, lansia dan penyandang cacat.
transportasi yang memegang peranan penting dalam
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 53
B. MAKSUD 1. Pengguna jasa kereta api;
Maksud pelaksanaan kegiatan adalah meningkatkan akses dan 2. Industri dalam negeri dengan adanya kegiatan ini membuka
pelayananan kepada pengguna jasa kereta api sesuai dengan lapangan pekerjaan baru dan menyerap tenaga kerja.
kebutuhan laki-laki dan perempuan, lansia, anak dan penyandang
cacat.
I. METODOLOGI
C. TUJUAN
1. Pengumpulan data/profil stasiun dan data penumpang KA
Tujuan pelaksanaan kegiatan adalah mewujudkan stasiun sebagai
(terpilah perempuan dan laki-laki);
tempat perpindahan penumpang moda kereta api yang aman dan
nyaman serta sesuai dengan kebutuhan laki-laki dan perempuan, 2. Persiapan termasuk perencanaan teknis;
lansia, anak dan penyandang cacat. 3. Pekerjaan sipil/konstruksi;
4. Pemeliharaan.
D. SASARAN
Sasaran kegiatan adalah terwujudnya stasiun sebagai tempat
J. TENAGA AHLI YANG DIBUTUHKAN
perpindahan penumpang moda kereta api yang nyaman, aman dan
1. Ahli prasarana transportasi KA;
selamat serta sesuai dengan kebutuhan laki-laki dan perempuan,
lansia, anak dan penyandang cacat. 2. Ahli sarana transportasi KA;
3. Ahli Operasi Kereta Api;
E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 4. Ahli rancang bangun stasiun.
Pembangunan peron tinggi/meninggikan peron satu level dengan
kereta serta perpanjangan peron sesuai dengan panjang rangkaian
KA yang beroperasi, di 5 lokasi antara lain : K. WAKTU PELAKSANAAN
1. Di Stasiun Cicayur, Banten; Pelaksanaan Kegiatan konstruksi dilaksanakan pada Tahun 2011
54 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Lampiran 3
PERHUBUNGAN LAUT
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 55
GAP PERHUBUNGAN LAUT
Isu Gender
Data Pembuka Wawasan Sebab Kesenjangan
Faktor Kesenjangan
Internal
56 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
Sebab Kesenjangan
Reformulasi Tujuan Rencana Aksi Data Dasar (Base-line) Indikator Gender
Eksternal
- Perempuan pengguna Penyediaan fasilitas - Peningkatan kualitas pelayanan - Belum adanya data - Meningkatnya
jasa transportasi laut pelabuhan dari sisi pada terminal penumpang. jumlah penumpang ketersediaan fasilitas
biasanya melakukan darat untuk memenuhi moda transport seperti smoking area,
perjalanan jaun dan kebutuhan laki-laki dan - Penigkatan kapasitas terminal laut laki-laki dan ruang menyusui
memiliki kebutuhan perempuan pengguna penumpang. perempuan (pr...../ bertambah ...../tahun
spesifik misalnya jasa lk.....) di pelabuhan ........
menyusui. - Penyusunan data terpilah
- Belum adanya survey - komposisi jumlah
kepuasan penggunaan toilet perempuan dan
fasilitas pelabuhan laki-laki berjumlah
darat (pr.... dan lk.....) proposional meningkat
....... % di pelabuhan
.........
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 57
GENDER BUDGET STATEMENT
(Pernyataan Anggaran Gender)
58 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
JUSTIFIKASI
Sektor : Perhubungan.
Sub sektor : Perhubungan Laut.
Satuan Kerja : Kantor Pelabuhan
Pelaksanaan Kegiatan : Pembangunan Ruang Tunggu Terminal Penumpang 2 (Dua) Lantai 990 M2
Maksud dan Tujuan : Meningkatkan Pelayanan secara optimal dan efisiensi kepada pegguna Jasa
Transportasi Laut.
Latar Belakang :
1. Merupakan Kegiatan Lanjutan tahun anggaran 2010.
2. Arus naik turun penumpang yang cukup besar tiap harinya di pelabuhan
sehingga aktifitas Ruang Tunggu Terminal cukup padat.
3. Tahun Anggaran 2011 harapan masyarakat setempat telah tersedia Terminal
Ruang Tunggu dan fasilitas pelabuhan yang lebih memadai.
……………………….
……………………………………..
……………………………………………….
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 59
KERANGKA ACUAN KERJA 1. LATAR BELAKANG
(TERM Of REFERENCE) a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, tentang Keuangan
PEMBANGUNAN RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG Negara.
2 (DUA) LANTAI 990 M2 DI PELABUHAN 2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, tentang Sistem
SUMBER DANA APBN TAHUN ANGGARAN 2011 Perencanaan Pembangunan Nasional.
Unit Organisasi : Direktoran Jenderal Perhubungan Laut 4. Peraturan Presiden RI Nomor : 95 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden RI Nomor :
Unit Pelaksana 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
: Kantor Pelabuhan
Teknis Barang/Jasa Pemerintah.
Program : Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut 5. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 49 Tahun 2005,
tentang Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS).
Tersedianya Fasilitas Darat Pelabuhan 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 53 Tahun 2002,
Sasaran Program :
Laut yang Representatif dan Efisien tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional.
Pembangunan Ruang Tunggu Terminal
Kegiatan : - Pasal 20 ayat (2) huruf a tentang Fasilitas Pelabuhan yang
Penumpang
terdiri dari Fasilitas Pokok dan Fasilitas Penunjang.
Pembangunan Ruang Tunggu Terminal - Pasal 20 ayat (3) huruf g tentang Fasilitas Pokok
Sub Kegiatan : Penumpang 2 (dua) lantai 990 M2 Tahun sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a meliputi :
Anggaran 2011 huruf g tentang Perkantoran untuk Kegiatan Perkantoran
¾ Pekerjaan Persiapan Pemerintahan dan Pelayanan Jasa.
¾ Pekerjaan Tanah - Pasal 20 ayat (4) huruf a tentang Fasilitas Penunjang
¾ Pekerjaan Pasangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi :
¾ Pekerjaan Beton huruf a tentang Kawasan Perkantoran untuk Menunjang
¾ Pekerjaan Sanitasi Kelancaran Pelayanan Jasa Pelabuhan.
¾ Pekerjaan Kunci 7. Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut UK.
¾ Pekerjaan Pengecatan 11/15/15/DJPL-06 tanggal 12 April 2006, tentang Cetak Biru
Uraian Kegiatan :
¾ Pekerjaan Kayu (Blue Print) Pembangunan Transportasi Laut Tahun 2005-
¾ Pekerjaan Atap 2024.
¾ Pekerjaan Lantai
b. Alasan Kegiatan dilaksanakan
¾ Pekerjaan Listrik
Peningkatan arus naik turun penumpang telah menyebabkan
¾ Pekerjaan Ruang Menyusui Anak
tingginya aktivitas pengguna jasa transportasi laut
¾ Pekerjaan Septictank
khususnya pada terminal penumpang. Hal ini telah menjadi
¾ Supervisi perhatian Kantor Pelabuhan untuk menyediakan fasilitas
sarana dan prasarana pelabuhan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pengguna jasa khususnya fasilitas pada terminal
penumpang.
60 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Sebagai tindak lanjut rencana diterbitnya Peraturan Menteri b. Tujuan Kegiatan
Keuangan Nomor 104 /PMK 02/2010 Tentang Petunjuk - Peningkatan Pelayanan terhadap Masyarakat di Sub Sektor
Penyusunan dan Penelaahan beserta Rencana Kerja dan Perhubungan Laut.
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Penyusunan, - Peningkatan Ekonomi Masyarakat.
Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Tahun 2011 perlu disusun Kerangka
Acuan Kerja (KAK) dengan berbasis Anggaran Responsif 4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN
Gender.
a. Indikator Keluaran (Kualitatif)
Adapun beberapa fasilitas pembangunan terminal Terpenuhinya Sarana Fasilitas Ruang Tunggu yang memadai
penumpang yang memperhatikan kebutuhan laki-laki dan pada terminal penumpang guna peningkatan Pelayanan
perempuan adalah sebagai berikut: terhadap Pengguna Jasa Perhubungan Laut.
1. Persiapan Pelaksanaan
2. Penyusunan Organisasi Kegiatan
3. MAKSUD DAN TUJUAN
3. Justifikasi
a. Maksud Kegiatan
4. Kerangka Acuan Kerja (TOR)
Tersedianyanya data-data fasilitas pelabuhan yang harus
menyediakan kebutuhan untuk laki-laki dan perempuan 5. Perencanaan Lokasi dan Lay Out
secara memadai. 6. Rekayasa/desain :
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 61
- Desain Kriteria
- Perhitungan Teknis
- Gambar, Syarat Umum dan Syarat Teknis
- Jadwal Pelaksanaan
- Rencana Anggaran Biaya
7. Persetujuan Teknis, Gambar, Desain dan RKS
8. Laporan Kesiapan Kegiatan
9. Pelelangan Penyedia Barang/Jasa
10. Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Kegiatan (DIPA)
11. Pelaksanaan Fisik
12. Pengawasan Pelaksanaan Teknis
13. Serah Terima Pekerjaan Pertama
14. Masa Pemeliharaan
15. Serah Terima Pekerjaan Kedua
16. Serah Terima Operasional
a. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah Perusahaan Swasta/BUMN yang diperoleh dari proses tender/ pengadaan barang
dan Jasa sesuai dengan KEPPRES No. 80 Tahun 2003.
Karena secara Institusional pelaksana kegiatan adalah Kantor Pelabuhan, maka penanggung jawab kegiatan
adalah pejabat yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen pada Kantor.
c. Penerima Manfaat
Sebagai Fasilitas Pelayanan Publik, maka penerima manfaat yang utama dengan tersedianya Fasilitas Ruang
Tunggu Terminal Penumpang adalah Masyarakat Pengguna Jasa Transportasi Laut.
62 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
7. JADWAL KEGIATAN
8. BIAYA
Untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan yang diusulkan tersebut di atas, dibutuhkan biaya sebesar
Rp. .................,- (..................................).
IZUAR, S.S0s
Penata ( III /c )
NIP. 196301211984011001
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 63
64 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Lampiran 4
PERHUBUNGAN UDARA
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 65
GAP PERHUBUNGAN UDARA
Isu Gender
Data Pembuka Wawasan Sebab Kesenjangan
Faktor Kesenjangan
Internal
Kegiatan :
Pembangunan, Rehabilitasi dan Secara umum kondisi prasarana Akses : • kurangnya sosialisasi
Pemeliharaan Prasarana Bandar Bandar Udara adalah sebagai Kelompok perempuan dan laki-laki mengenai isu gender
Udara berikut : pengguna fasilitas Bandar udara kepada internal
1. Kapasitas ruang tunggu dan kurang memiliki akses dalan proses perhubungan,
Tujuan : kursi penumpang yang terbatas perencanaan dan pemeliharaan khususnya kepada
1. Mewujudkan (Kapasitas ruang tunggu dan prasarana Bandar udara para pengambil
pengembangan/ kursi penumpang kurang keputusan sehingga
pembangunan prasarana mencukupi terutama ketika
Bandar Udara sesuai pola terjadi peak sesaon) • Tidak tersedia data
jaringan prasarana dan terpilah mengenai isu
pelayanan transportasi 2. Jumlah Toilet Pria dan Wanita gender
Udara Nasional. yang terbatas dan kurang
2. Peningkatan kapasitas terawat. (Toilet sudah
dan kualitas pelayanan tersedia, namun jumlahnya
transportasi udara. terutama untuk toilet wanita
masih kurang dan kurang
diperhatikan masalah
kebersihannya)
66 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
Sebab Kesenjangan
Reformulasi Tujuan Rencana Aksi Data Dasar (Base-line) Indikator Gender
Eksternal
• Dalam melakukan Mewujudkan Perluasan gedung terminal Belum adanya data - Jumlah ketersediaan
perjalanan kelompok pengembangan/ dilaksanakan pada bandara jumlah penumpang fasilitas yang cukup
perempuan memiliki pembangunan prasarana yang dirasa kurang memenuhi laki-laki dan perempuan dan nyaman pada
kebutuhan spesifik Bandar Udara sesuai pola kebutuhan laki-laki dan (pr..... dan lk ......) ruang tunggu,
yang terkait dengan jaringan prasarana dan perempuan yaitu ruang toilet smoking area,
beban ganda yang pelayanan transportasi untuk laki-laki, perempuan, lansia Belum adanya survey ruang menyusui
dilimpahkan padanya. Udara Nasional. dan penyandang cacat; nursery kepuasan fasilitas bertambah serta
room serta smoking are. prasarana Bandar udara komposisi jumlah
• Kebutuhan spesifik Peningkatan kapasitas (pr ...../lk......) toilet perempuan
perempuan seperti dan kualitas pelayanan Penyusunan data terpilah yang lebih banyak
menyusui dengan transportasi udara. dibanding toilet
nyaman belum untuk laki-laki.
terpenuhi ketika
menunggu di Bandar - Tersusunnya data
udara. terpilah tentang
jumlah penumpang
• Kelompok laki-laki dan survey
dan perempuan indeks kepuasan
yang merokok perlu penumpang.
disediakan ruang
khusus sehingga
tidak mengganggu
kenyamanan
pengguna jasa yang
lain.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 67
GENDER BUDGET STATEMENT
(Pernyataan Anggaran Gender)
Peningkatan jumlah penumpang angkutan udara berjadwal nasional yang cukup signifikan, yaitu tahun 2001 sebesar 9.1
juta penumpang/tahun, sedangkan pada tahun 2009 jumlah penumpang angkutan udara berjadwal nasional meningkat
menjadi sekitar 43 juta penumpang/tahun. Khusus untuk jumlah penumpang pada Bandara Mutiara – Palu berdasarkan
data yang ada, pada tahun 2009 mencapai 497.284 penumpang dengan asumsi jumlah penumpang perempuan 2/3
dari jumlah penumpang keseluruhan maka jumlah penumpang wanita berjumlah ±330.000 orang. Jumlah penumpang
tersebut mengalami kenaikan sebesar13,55% dibandingkan tahun 2008.
Saat ini terminal di beberapa bandara di Indonesia dipandang kurang memadai untuk menampung jumlah penumpang
Analisis Situasi yang hendak berangkat terutama pada waktu sibuk antara lain Libur sekolah maupun Hari Besar Keagamaan , sehingga
diperlukan adanya perluasan terminal guna peningkatan pelayanan dan kenyamanan penumpang. Perluasan terminal
terutama dilakukan pada bagian terminal keberangkatan, selama menunggu waktu check-in dan selama penumpang
menunggu waktu boarding setelah check-in. Untuk menambah kenyamanan penumpang maka di terminal keberangkatan
maupun kedatangan dilengkapidengan fasilitas toilet, nursery room dan smoking area. Berdasarkan jumlah penumpang
yang datang dan berangkat di Bandara Mutiara – Palu maka jumlah toilet yang disediakan berjumlah 8 buah untuk wanita
dan 6 buah untuk laki-laki perhitungan ini mengacu pada “standard toilet umum Indonesia” yang diterbitkan oleh
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Perluasan gedung terminal dilaksanakan pada bandara yang dirasa kurang memenuhi kebutuhan
Komponen Input 1 laki-laki dan perempuan yaitu ruang toilet untuk laki-laki, perempuan, lansia dan penyandang
cacat; nursery room serta smoking area.
68 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Anggaran sub-
Rp 23,067,100,000,-
kegiatan
Indikator Outcome
(dampak/hasil)
(dapat mengambil
kenyamanan terminal bagi penumpang /pengguna jasa penerbangan baik perempuan dan laki-laki.
outcome pada
tingkat kegiatan
atau program)
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 69
A. LATAR BELAKANG fasilitas khusus seperti :
70 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Lampiran 5
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 71
GAP BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
Isu Gender
Data Pembuka Wawasan Sebab Kesenjangan
Faktor Kesenjangan
Internal
Kegiatan :
Program Pengembangan SDM 1. Data peserta Diklat Manfaat : 1. Kurangnya
Perhubungan Darat Pembentukan di Sekolah Tinggi • Terbatasnya fasilitas sarana dan pemahaman pegawai/
Transportasi Darat yang terdiri prasarana diklat untuk taruni staf STTD mengenai
Tujuan : dari tiga program studi : (peserta diklat perempuan) sehingga keadilan yang
Penyediaan Sumber Daya - Diploma IV Transportasi akses dan manfaat belum adil responsif gender;
Manusia yang memiliki Darat secara gender.
kompetensi, Handal, Terampil, - Diploma III LLAJ • Jenis dan desain perlengkapan yang 2. Minimnya dana untuk
Ahli dibidang transportasi - Diploma III KA diperoleh taruna/i masih kurang pembangunan sarana
darat serta memiliki daya responsif gender; dan prasarana diklat
saing tinggi untuk menunjang Jml Taruna/i pada Tahun 2010 : dan operasional diklat;
penyelenggaraan program Laki-Laki : Akses :
dan kegiatan pada sektor 316 (67,37 %) Kemampuan kesamaptaan taruni lebih 3. Minimnya dana
perhubungan; Wanita : rendah dari pada taruna; untuk kegiatan diklat
153 (32,62 %) pembentukan Badan
Control : Pengembangan SDM
Tidak ada pertimbangan/penghitungan Perhubungan;
penerima manfaat secara gender dari
program pembangunan yang telah dan 4. Kurangnya jumlah
akan dilakukan instruktur perempuan;
72 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
Sebab Kesenjangan
Reformulasi Tujuan Rencana Aksi Data Dasar (Base-line) Indikator Gender
Eksternal
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 73
GENDER BUDGET STATEMENT
(Pernyataan Anggaran Gender)
Indikator kinerja Lulusan Diklat Perhubungan Darat (Pembentukan, Penjenjangan dan Keterampilan Teknis) yang professional, kompeten dan
kegiatan berdaya saing nasional dan internasional
Salah satu output dari kegiatan pengembangan SDM Perhubungan Darat adalah lulusan pendidikan pembentukan SDM
Perhubungan Darat dengan sub outputnya Diploma IV Transdar, Diploma III LLAJ, Diploma III KA.
Tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut adalah tersedianya Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi, Handal, Terampil,
Ahli dibidang transportasi darat serta memiliki daya saing tinggi untuk menunjang penyelenggaraan program dan kegiatan
pada sektor perhubungan.
Faktor terjadinya kesenjangan gender di STTD adalah :
- Masih terbatasnya fasilitas sarana dan prasarana diklat untuk taruni (peserta diklat perempuan) sehingga akses dan
manfaat belum adil secara gender;
- Jenis dan desain perlengkapan yang diperoleh taruna/i kurang responsif gender;
- Kemampuan kesamaptaan taruni lebih rendah dari pada taruna.
Sedangkan dari sisi internal BPSDMP dan STTD faktor kesenjangan terjadi karena :
Analisa Situasi - Masih lemahnya pemahaman pegawai/staf STTD mengenai keadilan yang responsif gender;
- Terbatasnya dana untuk pembangunan sarana dan prasarana diklat dan operasional diklat;
- Minimnya dana untuk kegiatan diklat pembentukan Badan Pengembangan SDM Perhubungan;
- Kurangnya jumlah instruktur perempuan;
Sedangkan dari sisi eksternal BPSDMP dan STTD faktor kesenjangan terjadi karena :
- Image masyarakat tentang pendidikan kedinasan masih belum terlalu baik;
- Kurangnya informasi yang diterima masyarakat tentang pendidikan dan pelatihan transportasi di STTD;
- Kurangnya alokasi dana yang diberikan untuk kegiatan diklat pembentukan;
Sehingga diperlukan langkah nyata yaitu reformulasi tujuan berupa “Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan
transportasi melalui diklat pembentukan yang responsif gender dan diharapkan Pegawai/staf BPSDMP dan STTD diharapkan
menerapkannya dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
74 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
Output Pendidikan pembentukan SDM Perhubungan Darat
Wisuda
Kegiatan wisuda dilaksanakan pada akhir program setelah taruna melewati tahapan-tahapan
Komponen Input 4
dalam pendidikan di Sekolah Tinggi Transportasi Darat, wisuda dilaksakana untuk semua
program studi.
Alokasi anggaran
Anggaran untuk Output Lulusan Pendidikan Pembentukan SDM Perhubungan Darat adalah Rp. 7.135.778.000,-
output kegiatan
Dampak/hasil Melalui diklat pembentukan yang responsif gender diharapkan dapat meningkatkan SDM Perhubungan yang handal,
output kegiatan profesional dan beretika.
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 75
KERANGKA ACUAN KERJA d. Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.62/
(TERM Of REFERENCE) Phb-2000, tanggal 21 Agustus 2000 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Transportasi Darat;
e. Peraturan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian
Perhubungan Nomor : SK. 1083/HK.208/X/DKL-08 tentang
negara / : Kementerian Perhubungan
Tata Tertib Pelaksanaan Diklat Program Pembibitan Badan
lembaga
Diklat Perhubungan.
Unit eselon I : Badan Pengembangan SDM Perhubungan
2. Gambaran Umum
Program : Pengembangan SDM Perhubungan
Sekolah Tinggi Transportasi Darat merupakan salah satu
Penyediaan sumber daya manusia yang Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Diklat Perhubungan yang
memiliki kompetensi, handal, terampil, ahli melaksanakan kegiatan pendidikan pembentukan yang terdiri
di bidang transportasi darat, laut, udara dan dari tiga prodi, yaitu : Diploma IV Transportasi Darat, Diploma
Hasil : III LLAJ dan Diploma III Perkeretaapian.
perkeretaapian serta memiliki daya saing tinggi
untuk penyelenggaraan program dan kegiatan
Pendidikan pembentukan yang dilaksanakan di STTD dengan
pada sektor perhubungan
sistem boarding school dengan pola asuh dan disiplin yang
Unit Eselon II/ disusun sedemikian rupa untuk menghasilkan lulusan yang
: Sekolah Tinggi Transportasi Darat
Satker prima, professional, handal dan beretika sesuai dengan visi
Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Pengembangan SDM Perhubungan.
Kegiatan :
Perhubungan Darat
Sistem diklat dengan boarding school harus didukung dengan
Lulusan diklat perhubungan darat kondisi sarana dan prasarana, peralatan dan perlengkapan
Indikator
(pembentukan, penjenjangan dan keterampilan pendidikan dan pelatihan yang memadai. Minimnya alokasi
kinerja :
teknis) profesiaonal, kompeten dan berdaya dana untuk pembangunan menjadi salah satu faktor dalam
kegiatan
saing nasional dan internasional. perwujudan keadilan gender di STTD, karena tidak dapat
dipungkiri kodrat dan kemampuan laki-laki dan perempuan
Satuan ukuran
berbeda sehingga harus ada pembedaan perlakuan
dan jenis : Peserta diklat pembentukan (orang)
untuk perempuan dan laki-laki seperti dalam pelaksanaan
keluaran
pendidikan dan pelatihan di STTD. Disamping itu kondisi
Volume : 143 orang SDM yang belum memahami tentang penganggaran yang
responsif gender juga menjadi penyebab belum terwujudnya
keadilan gender di STTD.
A. LATAR BELAKANG
B. MAKSUD
1. Dasar Hukum
Maksud dari diklat pembentukan ini adalah untuk memenuhi
a. Surat Keputusan Presiden Nomor 41 tahun 2000 tentang
kebutuhan SDM Perhubungan Darat baik di Pemerintah Pusat
Pendirian Sekolah Tinggi Transportasi Darat;
maupun daerah.
b. Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 tantang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaga Negara tahun 2003 Nomor
C. TUJUAN
78, Tambahan Lembaga Negara Nomor 4301);
a. Mendidik putra/i terbaik bangsa untuk menjadi ahli
c. Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.267/
transportasi melalui prodi D IV Transdar, D III LLAJ dan D III
DL.008/Phb-81 tanggal 14 Oktober 1981 tentang Program
Perkeretaapian;
dan Pokok – pokok Penyelenggaraan Pendidikan dan
b. Mencetak sumber daya manusia perhubungan yang prima,
Latihan Awal di Lingkungan Departemen Perhubungan;
profesional dan beretika;
76 Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan
4. SASARAN 8. METODOLOGI
Tersedianya SDM Perhubungan yang disiplin, semangat, kreatif Kegiatan diklat pembentukan dilaksanakan dengan sistem boarding
dan kondusif dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya school selama 3 sampai dengan 4 tahun di Kampus STTD Bekasi
guna meningkatkan kinerja pelayanan sektor tranportasi kepada dengan pola pendidikan semi militer dan sistem perkuliahan satuan
masyarakat kredit semester (SKS) dengan menerapkan berbagai kombinasi
metode dan teknik perkuliahan yang dapat memperluas wawasan,
5. RUANG LINGKUP KEGIATAN mempertajam, membentuk dan mengasah kemampuan manajerial
Ruang lingkup kegiatan diklat pembentukan di STTD adalah : taruna/i, melalui tatap muka, studi literatur, studi kasus, diskusi dan
a. Perencanaan; praktek kerja lapangan di Dinas Perhubungan.
b. Recruitmen calon taruna yang terdiri dari seleksi penerimaan
calon taruna (SIPENCATAR) dan Madabintal; 9. TENAGA AHLI YANG DIBUTUHKAN
c. Pelaksanaan diklat; 1. Dosen-dosen kompeten dan berpengalaman;
d. Evaluasi; 2. Ahli transpotasi;
e. Wisuda; 3. Para peneliti dibidang tranportasi-,
4. Ahli pendidikan;
6. KELUARAN 5. Instruktur dari TNI;
Lulusan pendidikan pembentukan yang terdiri dari prodi Diploma
IV Transdar, Diploma III LLAJ dan Diploma III KA pada Tahun 2011 10. WAKTU PELAKSANAAN
sebanyak 101 orang. Waktu pelaksanaan kegiatan yang diperlukan untuk satu angkatan
peserta diklat pembentukan sampai dengan selesai adalah 3 (tiga)
7. MANFAAT sampai dengan 4 (empat) tahun. Sedangkan waktu yang dimaksud
Pelaksanaan diklat pembentukan ini akan memberikan manfaat di bawah ini adalah waktu untuk kegiatan dalam satu tahun
secara tidak langsung untuk perwujudan pelayanan transportasi anggaran.
yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah.
JADWAL KEGIATAN
NO URAIAN KEGIATAN
APRIL - MEI JUNI - JULI AGUSTUS - DESEMBER DES
2. Recruitmen
3. Pelaksanaan
4. Evaluasi
Panduan Pengintegrasian Aspek Gender dalam Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Perhubungan 77