Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pamong Praja


2.1.1 Pengertian dan Definisi Pamong Praja

A. Pengertian

Kata ‘Pamong’ berasal dari bahasa Jawa ‘among’ atau ‘emong’ yang
berarti mengasuh, membimbing, ataupun mendidik. Dari kata tersebut
menjadi kata ‘pengamong’ atau ‘pengemong’ yang artinya orang yang
mengasuh, orang yang membimbing ataupun orang yang mendidik yang
dalam hal ini telah memiliki subjek sebagai pelaku.
Istilah ‘Praja’ sendiri berasal dari Jawa Kuno yang diartikan sebagai
kerajaan atau Negara misalkan ‘Praja Ngamarta’ yang artinya kerajaan
ngamarta. Praja merupakan seorang pangreh atau Pegawai pemerintahan
Dari istilah dan makna pamong praja di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian pamong praja meliputi :
a. Pembimbing kerajaan artinya pembimbing masyarakat kerajaan;
b. Pengasuh negara artinya pengasuh masyarakat negara;
c. Pendidik negara artinya pendidik masyarakat negara.

B. Definisi
Pamong praja adalah aparatur (pusat maupun daerah) yang dididik
secara khusus untuk menjalankan tugas-lugas pemerintahan dengan
kompetensi dasar koordinasi, kolaborasi dan konsensus (3K) dalam
rangka memberikan pelayanan umum serta menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang aparatur pemerintahan
yang utuh dan mandiri, seorang pamong praja harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut.
1. Disiapkan melalui pendidikan khusus
2. Mengembangkan pekerjaan dan kariernya melalui kegiatan- bersifat
khusus berkaitan dengan pendidikannya
3. Tergabung dalam sebuah organisasi profesi
4. Terikat pada kode etik

2.1.2 Standarisasi Pamong Praja

Seorang pamong praja harus memiliki standar demi menunjang


pelaksanaan pemerintahan. Adapun standar seorang pamong praja yaitu :

1. Pamong praja sebagai kader pemerintahan yang dipersiapkan


2. Pamong praja sebagai kader sipil yang diperlukan pada setiap jenjang
administrative pemerintahan
3. Pamong praja secara generalis mengetahui dan mengenal seni dan
kreatifitas
4. Pamong praja adalah dinas karier.
5. Pamong praja memerlukan kecerdasan melalui pendidikan formal dan
pengalaman bukan melalui doktrin
6. Pamong praja merupakan tenaga pemikir dan perancang pemerintahan
melalui pendidikan akademik
7. Pamong praja dibekali dengan pengetahuan dan ilmu pemerintahan
8. Pamong praja adalah orang yang profesionalitas atau memiliki
kemampuan tinggi
9. Pamong praja adalah kepala, manager, pemimpin, coordinator,
pengelola sehingga harus memiliki ke-kepalaan dan manajemen
10. Pamong praja adalah seorang kenegarawanan
11. Kepamong-prajaan dibentuk melalui pendidikan kedinasan di bawah
Kementrian Dalam Negeri yaitu lnstitut Pemerintahan Dalam Negeri
(1PDN) rnelalui jenjang pendidikan D4, S1, S2 dan S3
12. Kepamongprajaan adalah jiwa kerja korps yang berwawasan
nusantara dan bersemangat kesebangsaan.

2.1.3 Makna Strategis Pamong Praja

Makna strategis dari seorang pamong praja yaitu Pamong Praja tidak
boleh diombang-ambingkan oleh pergolakan politik di daerah, karena tugas
pokok dari pamong praja ialah membina atau mendukung dari ideologi
Negara yang menjadi alat dari Pancasila.

2.1.4 Pamong Praja di Masa Depan

Sebagai kader pemimpin pemerintahan, seorang pamong praja


diharapkan mampu menjadi seorang pemimpin yang baik dalam
menjalankan masa pemerintahannya. Dalam hal ini, terdapat dua tipe
pemimpin yang diharapkan dapat diterapkan sebagai pamong praja.
Adapun tipe-tipe pemimpin pamong praja sebagai berikut.
a) Pemimpin Transformasional
Beberapa karakteristik penting dari pemimpin transformasional
diperlukan dalam dinamika perbaikan manajemen kualitas (Gaspersz,
1997:197), yaitu :
1. Memiliki visi yang kuat
2. Memiliki peta tindakan (map for action)
3. Memiliki kerangka untuk visi (frame for the vision)
4. Memiliki kepercayaan diri (self confidence)
5. Berani mengambil resiko
6. Memiliki gaya pribadi inspirasional
7. Memiliki kemampuan merangsang usaha-usaha individual
8. Memiliki kemampuan mengidentifikasikan manfaat-manfaat

b) Pemimpin Visioner

Pamong Praja merupakan Leader (Pemimpin) maupun Headship


(Kepala). Kepemimpinan dalam mewujudkan pemerintahan yang baik
adalah kepemimpinan yang harus memenuhi syarat berakhlak bersih
dan tidak cacat moral (Thoha, 1997:112). Visi mencakup upaya yang
mampu melihat jangkauan ke depan yang berskala nasional maupun
global. Ia menanamkan "Kepemimpinan Visioner" atau dengan kata
lain seorang pemimpin yang mampu melihat jangkauan ke depan
secara "Glokal (bervisi global-action lokal).

2.2 Kepamongprajaan
2.2.1 Pengertian Kepamongprajaan
Kepamongprajaan adalah sebagian dari tugas-tugas pemerintahan,
yang memerlukan pengetahuan luas dan mendalam terhadap berbagai
aspek kehidupan serta permasalahan yang dihadapi masyarakat,
ketangguhan ideologis, seni kepemimpinan yang tepat dan kemampuan
menggerakkan masyarakat. Profesi kepamongprajaan bukan hanya sekedar
keterampilan teknis belaka, tetapi harus menguasai juga aspek-aspek lain.
Dengan demikian adalah suatu proses penyelenggaraan pemerintahan
yang dilandasi oleh kepemimpinan atas dasar pengemongan, pengayoman,
pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, yang dilakukan oleh sekelompok
orang/pegawai/pejabat yang disebut “Pamong Praja”.
2.2.2 Esensi Kepamongprajaan
Menurut Taliziduhu Ndraha (2010), mencoba mengelaborasi dan
merumuskan esensi kepamongprajaan, bicara tentang kepamongprajaan,
maka esensinya antara lain :
1. Entitas (nama suatu entitas),
2. Kualitas (perilaku yang terlihat dalam ruang pemerintahan),
3. Nilai atau norma (kekatan yang mengikat), Fungsi kbhinekaan dan
ketunggalikaan),
4. Lembaga atau unit kerja,
5. Struktur kepamongprajaan,
6. Profesi pemerintahan,
7. Pendidikan kepamongprajaan.

2.2.3 Kapabilitas Kepamongprajaan


Kapabalitas yang harus dimiliki pamong praja :
a. memiliki daya inovasi yang tinggi, karena ciri utama seorang
pemimpin adalah inovasinya;
b. memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dan menanggung
resiko dari keputusan yang diambilnya;
c. memiliki sifat konsisten antara ucapan dan perbuatannya;
d. memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi;
e. memiliki rasa dan daya untuk melindungi bawahannya ataupun
pengikutnya;
f. memiliki rasa dan daya untuk mengembangkan bawahannya.

Dalam korps pamong praja dikenal HASTA BUDI BHAKTI (Kode


Kehormatan Korps Pamong Praja) sebagai landasan dan mencerminkan
kapabalitas seorang praja dalam mengabdi bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2.2.4 Nilai-nilai Konsep Kepamongprajaan
Konsep kepamongprajaan sebagai mengandung arti:
a. Sebagai nomina (nama) beberapa institusi di lingkungan Departemen
Dalam Negeri, yaitu sebutan bagi pejabat pusat di daerah pada zaman
dahulu sampai sekitar tahun enam-puluhan (korps Pangreh, kemudian
Pamong Praja), sesudah itu dijadikan sebutan sebagai unit kerja
penegak hukum di lingkungan pemerintah daerah, yaitu Polisi Pamong
Praja.
b. Sebagai fungsi objektif di lingkungan Pemerintahan Dalam Negeri,
yang menjembatani tiap komponen dengan komponen lain, dan hadir
antara komponen sebuah system. Pemerintahan terdiri dari beberapa
kualitas ini sekaligus fungsi utama yang harus dipenuhi agar kinerja
pemerintahan berkualitas yaitu conducting, coordinating, dan "all
weather serving."
c. Sebagai lembaga di lingkungan Departemen Dalam Negeri. Kualitas
lembaga diharapkan profesional agar kinerjanya dapat lebih baik dan
berkualitas tinggi.
d. Sebagai kekuatan visioner yang mengatasi waktu dan tempat, yaitu
membaca tanda-tanda zaman, bersikap dalam ketidak- pastian, dan
mengantisipasi sejauh mungkin masa depan, sehingga proses
kesebangsaan dari kebhinekaan menuju ketunggal-ikaan terus-menerus
berjalan. Berdasarkan kekuatan itu, kepamong-prajaan mengemban
misi suci (mission sacre) bangsa dan negara, yaitu mengelola keunikan
tiap masyarakat menjadi kekuatan mata-rantai nusantara, mengurangi
kesenjangan vertikal dan horizontal antar masyarakat secepatnya dan
memproses kesebangsaan guna mewujudkan Bhineka Tunggal Ika.
e. Sebagai pioner pertama, buah pemikiran besar, roh zaman, yang
berkualitas sebagai kenegerawanan, maka kepamongprajaan berarti
kemampuan membuat sejarah (history making), sehingga buah
pemikiran besar pamong praja Indonesia - yaitu mereka yang memiliki
kualitas kepamongprajaan yang dapat mempengaruhi perjalanan sejarah
Indonesia di tengah-tengah dunia beratus-ratus tahun kemudian.
Kepamong-prajaan pada puncak kualitasnya yaitu kenegarawanan,
bukanlah hanya milik Kementrian Dalam Negeri akan tetapi milik
dunia.

2.3 Kepemimpinan Pamong Praja di Indonesia


Pemimpin merupakan seseorang yang memiliki kemampuan memimpin,
artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok
tanpa mengindahkan bentuk alasan. Di Indonesia sendiri kepemimpinannya
kurang efektif. Hal ini dikarenakan banyak petinggi-petinggi Indonesia yang
seharusnya menjadi pengayom bagi masyarakat namun malah menjadi contoh
yang tak seharusnya diikuti oleh masyaraktnya.
Oleh karena itu, sosok pemimpin dengan integritas yang tinggi diperlukan
dalam pemerintahan di Indonesia. Sebagai pamong praja yang merupakan kader
pemerintahan yang telah dipersiapkan sebelumnya, diharapkan mampu
mengatasi berbagai permasalahan baik bidang ekonomi, krisis social, budaya dan
agama.
Hingga saat ini telah banyak lulusan pamong praja dari lembaga Institut
Pemerintahan Dalam Negeri yang ditugaskan dibeberapa jabatan pemerintah baik
pusat maupun daerah seperti mampu mengemban misi pemerintahan sebagai
pejabat pusat, kepala daerah dan wakil kepala daerah, mamat ataupun kelurahan.
Institut Pemerintahan Dalam Negeri atau lebih dikenal dengan sebutan IPDN
merupakan instansi lembaga dan kampus kader pelopor penggerak revolusi
mental dimana para praja didalamnya dibina dan dididik sehingga memiliki
mental yang kuat dan etika yang sesuai dengan falsafah Negara yaitu pancasila
sehingga dalam melaksanakan tugasnya tidak menyimpang dari aturan yang
berlaku.

Menurut Ndraha ada 12 nilai dalam sistem Kepamongprajaan yaitu :


a. Vooruit zien/visioner (memandang sejauh mungkin ke depan)
b. Conducting (membangun kinerja bersama melalui perilaku actor yang
berbeda-beda)
c. Coordinating (membangun kinerja masing-masing melalui kesepakatan
bersama yang berbeda)
d. Peace Making (membangun kerukunan dan kebersamaan)
e. Residue-caring (mengelola sampah, sisa, yang beda, yang salah, dan yang
terbuag)
f. Turbulence-serving (mengelola ledakan yang dianggap mendadak atau di
luar kemampuan/force majeure)
g. Fries Ermessen (keberanian bertindak untuk kemudian
mempertanggungjawabkannya)
h. Generalist and Specialist Function (knowing less and less about more and
more, and more and more about less and less)
i. Omnipresence (terasa hadir dimana-mana)
j. Responsibility (menjawab dengan jelas dan jujur, men(t)anggung risiko
secara pribadi menurut etika otonom)
k. Magnanimous-thinking (-mind, berpemikiran besar dan kuat menerobos
zaman membuat sejarah)
l. Distinguished statesmanship (kenegarawan-utamaan, selama memangku
masa jabatan public, berdiri di atas semua kepentingan, tidak memihak,
impartial).

Anda mungkin juga menyukai